Hari itu tangis keduanya pecah. Berat untuk mereka kehilangan super hero kesayangan mereka. Sosok ayah yang selalu menyayangi kedua putri kembarnya tanpa membedakan kasih sayang untuk keduanya.
Bagi Shevi dan Shera ayah mereka adalah cinta pertama untuk mereka berdua. Sosok yang tegas ketika sedang bekerja tapi jika untuk keluarga beliau adalah sosok yang lembut yang tak pernah berkata kasar apa lagi membentak istri dan anak-anaknya.
Shevi tak kuasa menahan kesedihannya. Dia yang paling manja kepada ayahnya. Karena Shera lebih dekat dengan bunda mengingat kondisi Shera yang membutuhkan penjagaan ekstra.
Bunda menganggap Shevi lebih bisa menjaga dirinya, jadi bunda lebih banyak menghabiskan waktu bersama Shera yang memang sekolah dirumah. Walaupun kasih sayangnya untuk mereka berdua tidak ada yg berbeda. Hanya beda dalam waktu keduanya dengan siapa.
Makanya Shevi lebih dekat dengan sang ayah. Meraka berfikir itu akan adil untuk keduanya. Shevi yang lebih manja dan lebih antusias saat ayahnya pulang kerja. Yang selalu banyak maunya jika sudah ada ayah mereka.
Shevi sedih mengingat itu semua. Apa lagi mengingat kondisi sang bunda yang teramat terpukul dengan kepergian cinta sejatinya. Belum lagi sekarang bunda sedang hamil delapan bulan lebih, hanya tinggal menunggu hari saja untuk kelahiran anak ketiganya. Harus kehilangan orang yang kita sayangi saja sudah berat, Apalagi kehilangan dalam kondisi yang sedang hamil.
Pada siapa lagi dia akan berbagi suka cita. Pada siapa lagi dia akan berkeluh kesah. Dan siapa yang akan menemaninya saat melahirkan nanti. Putra yang amat dinantikan kehadirannya oleh sang suami yang sangat menginginkan anak lelaki sebagai penerusnya. Anak yang dapat dia andalkan untuk menjaga bunda dan kakak-kakaknya saat sang ayah sedang bekerja.
Tapi apalah daya, Tuhan berkata lain. Sang ayah tak dapat melihat anak yang dinantikannya lahir kedunia ini. Hari yang harusnya akan menjadi hari yang membahagiakan untuk keluarga itu nyatanya hanya akan mereka lalui tanpa kehadiran seorang ayah.
Shera yang punya jantung lemah bawaan sejak lahir sempat drop saat mendengar kabar ayahnya kecelakaan dan meninggal saat dilarikan kerumah sakit. Tapi hari ini dia bersikeras untuk ikut mengantarkan ayahnya keperistirahatan terahirnya. Dia tak mau melewatkan kesempatan untuk melihat ayahnya untuk terahir kalinya.
Sang ayah adalah putra sulung dari dua bersaudara dalam keluarga shandika. Jovan shandika adalah pemilik stasiun tv swasta terbesar di indonesia. Adiknya Julian Shandika meneruskan bisnis orang tuanya dibidang perhotelan dan restoran karena kakaknya Jovan lebih memilih membuka usahanya sendiri dimulai dari nol. Walaupun tetap memiliki hampir 40% saham dari warisan orang tua mereka.
Tetapi kedua putrinya tidak ada yang berniat untuk menjadi pengusaha seperti sang ayah. Shavina almahyra shandika atau biasa disapa shevi lebih mencintai dunia musik dan bercita-cita untuk menjadi musisi.
Sedangakan sang Kakak sherafina tania shandika atau shera lebih menginginkan untuk menjadi dokter untuk menyelamatkan nyawa manusia seperti dirinya yang sering kali dalam kondisi darurat.
Dia tak ingin memaksa kedua putrinya dalam berkarir nantinya. Apapun keahlian dan kecintaan kedua putrinya selalu dia dan sang istri dukung. Memasukan Shevi les musik, dan untuk Shera biar dia berusaha semampunya.
Kedua orang tuanya tak mau memasukan Shera les ini itu karena kondisinya yang tak memungkinkan. Mereka tidak mau Shera drop karena kelelahan.
Untuk itu besar harapan sang ayah untuk calon anak yang sedang dikandung istrinya yang menurut dokter berjenis kelamin laki-laki itu dapat meneruskan bisnis yang dia miliki sekarang.
Pemakaman dilakukan dengan penuh kesedihan ketiganya. Karena julian sedang berada diluar negeri bersama keluarganya dan kedua orang tuanya telah tiada jadi tidak ada sanak saudara dari jovan yang datang. Hanya ada keluarga dari karina sang istri dan para kerabat dekat serta kolega jovan yang menghadiri pemakaman.
Hari itu hati ketiganya hancur. Kekuatan yang mereka miliki, pelindungnya, penyemangat mereka telah pergi dan tak akan kembali lagi. Sekarang mereka harus kuat dan saling menjaga.
Karina harus menjadi ibu yang kuat untuk anak-anaknya. Menjaga dan membesarkan mereka seorang diri. Untung karina juga lulusan bisnis jadi dia bisa meneruskan usaha suaminya. Bertahan sekuat apapun demi kelangsungan keluarga.
Apalagi dia mempunyai dua anak perempuan yang lambat laun akan memasuki fase remaja yang harusnya butuh dampingan seorang ayah untuk menjaganya dan menasehatinya untuk urusan hati kelak.
Mengingat jovan sangan protektif terhadap kedua putri cantik mereka. Tak terbayang akan seribet apa jovan dalam menjaga kedua putrinya. Pasti dia akan jadi ayah yang berlebihan mengingat begitu besar cintanya untuk kedua putri mereka.
Jovan selalu bilang "tidak ada yang bisa mengambil bidadari ayah dari sisi ayah". hati karina sangat sakit mengingat kata itu beberapa waktu yang lalu saat mereka sedang bercanda bersama diruang keluarga.
"Semoga kau tenang diatas sana mas. Aku akan menjaga putri-putri kita dengan baik. Dan aku akan berjuang untuk melahirkan putra kita yang kau harapkan untuk bisa menjagaku dan kakak-kakaknya. Sekarang bukan lagi menjaga saat kau bekerja tapi menjaga kami karna kau telah tiada". Karina mengucapkan dalam hati sambil berurai air mata saat dia dan kedua putrinya bangun untuk meninggalkan pusara sang suami.
***
Karina pulang bersama sahabatnya Lira untuk mengambil keperluan putri pertamanya dirumah sakit. Shera harus kembali dirawat karena kondisinya yang masih lemah. Ditemani sang nenek dan saudara kembarnya Shevi.
Karina turun dari mobil Lira dengan hati yang pilu. Menatap rumah megah yang dibangun suaminya. Tempat dimana mereka merajut kisah rumah tangga.
Banyak canda dan tawa. Banyak tangis si kembar saat mereka masih kecil. Banyak kenangan manis yang suaminya tinggalkan dirumah itu.
Perlahan Karina melangkah mendekati pintu rumah dengan hati yang semakin remuk. Kini tak ada lagi senyiman yang menyambutnya saat membuka mata dipagi hari. Tak ada tangan hangat yang memeluknya dan anak - anaknya lagi.
Belum sampai dia memegang handel pintu, perutnya terasa sakit dan dia merasa ada yang basah mengalir diantara kakinya. Pandanganya semakin buram dan tak lama kemudian semuanya gelap. Karina jatuh tak sadarkan diri.
Lira yang baru keluar dari mobil memekik saat melihat sahabatnya pingsang. Lira teriak memanggil satpam rumah Karina untuk membawa Karina masuk kedalam mobilnya.
" kuat Karina.. kamu harus bertahan. ada Shera dan Shevi yang butuhin kamu. " sepanjang perjalanan ke Rumah Sakit Lira sslalu mengucapkan kalimat permohonan untuk sahabatnya agar mau bertahan.
Dengan berurai air mata, Lira memacu mobilnya secepat yang dia bisa agar cepat sampai ke Rumah Sakit. Dia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada sahabatnya.
Happy Reading 😍
Jika kalian suka mohon tinggalkan jejal dengan Like dan Komen ya kakak - kakak. kalau ikhlas sekalian votenya. Trimakasih 🙏
Shevi sedang cemas di luar ruang operasi. Saat ini bundanya sedang berjuang mempertaruhkan hidup dan matinya untuk melahirkan adiknya.
Setengah jam yang lalu mami Lira menelfonya dan memberi tahu bahwa bundanya pingsan dan akan segera menjalankan opera SC karena ketubannya sudah pecah.
beruntung Karina cepatsadarkan diri sesampainya di Rumah Sakit. Sehingga Proses operasi bisa segera dijalankan.
Alvin dan maminya pun berada disana menunggu tak kalah cemasnya dengan shevi. Shera juga duduk dikursi roda didampingi oleh neneknya yang tak kalah cemas dengan yang lain.
Sudah satu jam bundanya memasuki ruang bersalin. Tapi belum ada tanda-tanda bahwa adiknya telah lahir. Dia selalu antusias ketika mengantar bundanya periksa kandungan. Selalu setia membuatkan susu untuk bundanya. Dia ingin menggantikan sang ayah yang harusnya menemani bundanya disaat-saat kehamilannya.
Dihari pemakaman ayah Shevi berjanji dalam hatinya akan melindungi keluarganya dan membuat mereka bahagia seperti yang ayah selama ini lakukan untuk mereka. Janji anak umur sepuluh tahun didepan makam ayah tercintanya.
" Shevi dududk dulu sayang.. " ajak mami Lira maminya Alvin sambil menarik tangan shevi lembut agar gadis itu mau duduk.
Karna sedari Karina sang bunda masuk ruang persalinan anak itu tak henti mondar mandir dengan wajah yang teramat khawatir.
Ada kecemasan dalam hatinya takut bunda juga meninggalkannya seperti ayah. Atau takut jika adik yang selama ini dia nantikan tidak lahir dengan selamat. Atau banyak lagi pikiran buruk yang berkecambuk di dalam otaknya.
" Shevi takut mih.. " kata shevi memeluk Lira dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Dia sudah menahan diri agar tidak menangis. Karna dia harus tegar demi kakaknya agar tidak ikutan menangis. Tapi saat mami mengajaknya duduk dia tak kuasa menahan tangisnya.
" Kamu tenang saja sayang.. Kita berdoa biar bunda bisa melahirkan dengab lancar ya " Lira mengusap punggung Shevi.
Bagi Lira semua anak Karina sudah seperti anaknya sendiri. Begitu pula sebaliknya, Alvin sudah dianggap anak sendiri oleh Karina.
Shera sebenernya juga ingin menangis sejak tadi. Dia takut bundanya tak selamat dan meninggalkan dia seperti sang ayah. Tapi tak lama kemudian terdengan suara tangis bayi dari dalam ruang persalinan. Seketika membuatanya bernafas lega.
Beberapa menit kemudian suster keluar memberitahukan bahwa operasi Karina berjalan dengan lancar. Ibu dan bayinya juga sehat semua.
Bayinya akan segera dipindahkan keruangan khusus bayi dan meminta salah satu perwakilan untuk mengadzankan sang bayi.
" Alvin.. Kamu masuk nak, tolong adzanin adek " pinta sang mami kepada anak sulungnya
" Iya mih.. " Alvin lekas masuk kedalam ruangan dan mengadzankan adik sikembar ditelinga kanan dan mengiqomahkan ditelinga kiri.
***
Satu minggu berlalu dan hari ini Karina sudah diperbolehkan pulang. Semuanya bahagia menyambut kepulangan Karina dan si kecil. Sikembar paling antusias menyiapkan semuanya dirumah untuk menyambut adik yang sudah lama mereka nantikan.
Mereka tahu bunda selalu meneteskan air matanya setiap kali menyusui adik mereka sendirian. Mungkin bunda masih terpukul dengan kepergian ayah. Mungkin bunda sedih karena seharusnya ayah yang paling bahagia dengan kelahiran putra mereka.
Dia selalu berpura-pura tegar didepan anak-anaknya. Berpura-pura bahagia agar sikembar juga bahagia dan menghilangkan duka dihati mereka.
Akan tetapi disaat malam saat dia sendiri. Karina akan menagis meraung-raung dengan ditutupi bantal agar tidak didengar siapapun.
Kehilangan suami sama saja kehilangan separuh jiwanya. Jika bukan mengingat ada tiga nyawa yang harus dia besarkan dan dia jaga. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya dan menyusul suaminya.
Tapi dia harus kuat. Kuat demi anak-anak mereka. Jika bukan dia yang memberi kekuatan siapa lagi?.
Si kecil diberi nama Rasya Jovan Shandika. Karina berharap Rasya bisa menjadi seperti yang Jovan inginkan. Dan dia berharap Rasya bisa menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggung jawab serta sayang kepada keluarganya seperti sosok sang ayah.
" Yeay adek pulang.. " teriak shevi saat melihat bunda masuk dengan nenek dan adik bayinya yang menurut dia sangat tampan seperti ayah.
Sedangkan Shera hanya mendekat tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi ada binar kebahagiaan seperti Shevi saat melihat bunda dan adiknya yang sedang digendong nenenk mereka.
" Sssttt adek lagi bobo " bunda menempelkan jari telunjuknya ke depan mulut kemudian tersenyum kearah shevi.
" Bunda adek bobo sama shevi aja ya bun.. biar kamar shevi rame. " manjanya sambil memeluk lengan bunda dan menyandarkan kepalanya
" Kalo kakak pengen kamarnya rame ajak aja kak shera sekamar sama kakak. " tawar sang bunda sambil mengusap lembut kepala putrinya yang manja ini.
" Ahh kak shera gak seru bun.. Ngomongnya pelit. " adunya sambil memanyunkan bibirnya.
Shera yang sedang mencium pipi merah adiknya hanya melirik mendengar ucapan Shevi. Dia tidak marah karena dia tahu Shevi hanya bercanda dan mereka saling menyayangi.
" Sama aku aja shev yang seru. " goda Alvin sambil menaik turunkan kedua alisnya.
" Iih ogah.. " shevi melirik sinis ke arah Alvin kemudian membuang muka.
" Kamu bilang apa Alvin! Kamu mau macem-macem sama anak bunda!." bunda menjewer telinga Alvin
" Awww sakit bunda ampun! Alvin kan cuma becanda.. " Alvin mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap telinganya setelah jeweran sang bunda terlepas.
" Dia itu adek kamu yang udah gede Alvin inget!." peringatan sang bunda.
" Kalian bukan lagi anak TK yang boleh tidur bareng seperti dulu! Apa lagi kamu udah besar Alvin. Sudah SMP sudah bisa macem-macem! "
" Hahaha sukurin abang dijewer.." kelakar Shevi melihat Alvin dijewer dan dimarahin bunda.
" Kalo mau macem - macem tar aja kalo kalian udah gede. Biar kalian berjodoh dan kita bisa jadi keluarga beneran " Lira menyahuti sambil tertawa melihat Karina yang menajamkan pandangan kearahnya.
" bercanda Rin.. sensi amat " dirangkulkan ibu yang baru melahirkan itu dan mengajaknya duduk sofa ruang keluarga dan diikutin yang lainnya.
Hari itu banyak tawa kebahagiaan dirumah itu. Banyak kebahagiaan yang hadir dengan hadirnya baby Rasya.
Hati Karina menghangat memandang anak - anaknya yang tertawa dan tersenyum bahagia. Inilah hartanya yang paling berharga yang akan selalu dia jaga. Melihat binar kebahagiaan muncul dimata anak - anak itu yang akan selalu ia usahakan untuk hadir. Karina tak ingin lagi ada tangis kesedihan.
Karena salah satu kebahagiaan terbesar adalah saat melihat senyum dan keceriaan menghias diwajah setiap anggota keluarga.
Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Sekarang Shevi menjadi siswa baru di SMA Putra Bangsa. Satu sekolah dengan Alvin yang menjadi seniornya disana.
Shera tak ikut sekolah disana. Dia di home schoolingkan semenjak SD oleh sang bunda karna kondisi jantungnya.
Walaupun tak akhir-akhir ini kondisinya stabil dalam waktu 3 tahun terahir dan Shera memaksa ingin sekolah disekolah umum tapi Karina tak mau kehidupan SMA yang melelahkan membuatnya drop.
Dengan terpaksa dia menuruti sang bunda walau sebenarnya dia juga ingin bersekolah umum seperti Shevi. Apa lagi nanti dia akan satu sekolah dengan Alvin. Abang yang selalu ada untuk mereka.
Sekarang bunda sibuk mengurus bisnis peninggalan sang ayah. Berangkat pagi pulang petang tapi tetap tak melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu untuk ketiga anaknya.
Dia selau menyempatkan sarapan dan makam malam bersama keluaraganya dirumah. Selalu mengajak jalan saat weekend.
Shevi tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Rambut panjang berponi membuatnya semakin manis. Dengan tubuh ramping dan tinggi menambah daya tarik gadis tersebut bahkan membuat heboh sekolah dihari pertamanya disekolah. Banyak senior yang terang-terangan mendekatinya. Walaupun tidak ada yang mendapatkan respon serius dari shevi.
Karna Shevi memang ramah kepada siapapun. Tapi untuk hati dia masih tak mau untuk membaginya. Dia selalu ingat kata ayah. Kalau dia dan Shera punya ayah dan jangan mudah mempercayakan hati kepada orang yang salah.
Shevi tak menyangka abang yang selama ini selalu usil yang tak pernah serius ternyata ketua osis disekolahnya. Karna saat SMP dulu mereka tidak satu sekolah jadi dia tidak pernah tahu seperti apa Alvin kalau sedang disekolah.
Dan hari ini dia tahu kalau Alvin itu cowok dingin yang pelit senyum dan tegas kalau disekolah. Walaupun sifatnya yang seperti itu ternyata banyak juga fans-fansnya. Karena teman sekelasnya sering membicarakan sosok Alvin yang cool dan tampan itu. Banyak cewek-cewek yang juga mendekatinya tapi selalu tidak mendapatkan tanggapan.
Sudah satu bulan Shevi sekolah disana. Satu bulan juga dia tidak pernah menyapa kepada Alvin. Karena menurut Shevi dia lebih baik menjauh dari Alvin dari pada diteror fans-fansnya untuk membantu mereka mendekati Alvin. Atau lebih buruk lagi dibenci karena dekat dengan Alvin.
***
Sore itu dikediaman Shandika, Shevi sedang duduk diruang keluarga bersama Shera yang menemani sang adik yang sudah berumur enam tahun bermain lego saat tiba-tiba terdengar suara Alvin dari pintu depan.
" Assalamualaikum adik-adik abang tersayang.. " hebohnya dengan merentangkan kedua tangannya sambil berjalan kearah Rasya meminta toss pada anak kecil itu.
" Gak usah lebay deh bang. " sinis Shevi dan Shera tertawa mendengar jawaban Shevi atas sapaan Alvin.
" Ehh kak.. Tau gak? Gue rasa nih bang Alvin punya dua kepribadian deh. Soalnya kalo disekolah dia tuh sok cool gitu kak. Tapi liat dia kalo dirumah begini?. " Shevi menatap Alvin dari ujung rambut sampe kaki sambil begidik ngeri.
" Diem deh lo dek! Lo aja yang sombong ga mau berangkat dan pulang sekolah bareng abang. " seru Alvin tak mau kalah
" Atau ada yang suka anter jemput lo ya Shev! Jangan kecentilan lo ya di sekolah.. Belum tentu cowok yang deketin lo itu cowok bener. "
" Emang disekolah banyak yang suka sama Shevi ya bang?. " tanya Shera penasaran dengan kehidupan SMA mereka.
" Wooo lo meragukan kecantika adek lo ini ka!. " sahut Shevi sambil mengibaskan rambutnya yang hanya dibalas kikikan oleh Shera.
" Dan lo bang.. Lo kan liat sendiri gue dianter jemput sama sopir.. Kalo gue ikut lo yang ada abis gue sama fans-fans lo itu.. Lagi pula kalo gue ada yang nganterin kenapa? " tanya Shevi tidak terima dilarang padahal dia belum melakukannya.
" Jangan kecentilan gue bilang.. Lo itu masih kecil ga boleh pacar-pacaran.. Kalo ada yang deketin lo bilang ke gue biar gue liat kek apa tu bocah! "
Shevi hanya menatapnya horor dengan jawaban Alvin.
" Emang pacaran apa bang? " tanya Rasya yang penasaran mendengar perdebatan kakak-kakaknya.
Alvin menggaruk kepalanya yang tidak gatal bingung mau menjawab apa untuk bocah kecil ini.
" ssttt anak kecil belum boleh tau ! " sahut Shera karena dia tahu abangnya ga tahu mau menjawab apa.
Rasya yang sedang serius bermain hanya memanyunkan bibirnya saat dibilang anak kecil. Dia menganggap kalu dia juga sudah besar seperti kedua kakaknya. Seperti yang bunda sering bilang kalo dia harus bisaenjaga kakak dan bundanya.
" Bunda belum pulang ra? " tanya Alvin mengalihnkan pembicaraan.
" Belum bang. paling bentar lagi " balasnya sambil mengganti chanel tv didepannya.
Alvin beranjak duduk disebelah Shevi yang sedang serius membaca novel dipangkuannya. Muncul ide usil dalam benaknya untuk mengerjai gadis satu itu. Tangannya merampas Novel tersebut dan mengangkatnya tinggi - tinggi.
" Abaaaaang balikinnnn !! " pekik Shevi yang merasa kesal kesenanganya terganggu.
Alvin berlari mengitari sofa dengan Shevi yang mengejar dibelakangnya sambil teriak - teriak.
Sore itu mereka mengobrol becanda dan tertawa bersama. belum lagi melihat kepolosan Rasya yang menambah kehebohan kakak-kakaknya saat tertawa.
Begitulah keseharian mereka. Bahagia tertawa bersama. Saling menyayangi dan melindungi. Saling mensupport satu sama lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!