Pastikan kamu sudah baca Season 1 dan Season 2 nya ya, agar tidak bingung dengan alurnya❤ ENJOY READING TEMAN TEMAN
----------------------------
Di sebuah kerajaan megah, lahir seorang Putri cantik rupawan yang selalu dipuji oleh keluarga ataupun rakyatnya. Putri itu selalu menatap langit malam dari balkon kamarnya.
Menanti seraya berdoa agar dirinya bisa bertemu dengan seorang pangeran yang mampu membawanya pergi dari Castle bagaikan penjara tak berjeruji.
Hingga di sewaktu malam, seorang pemuda berhasil naik ke balkon kamarnya, menjamunya dengan pandangan yang membawa makna tersirat yang begitu dalam.
Pertemuan mereka menjadi rahasia dikala gulita bersandar, berjumpa, bercanda hingga bercerita kisah hidup. Mampu membawa mereka ketingkat yang lebih serius.
Putri itu jatuh hati terhadap pemuda tersebut, begitu juga terhadap pemuda itu yang mulai memiliki perasaan. Hingga, mereka mencoba saling mengutarakan isi hati lewat sentuhan lembut diwaktu malam yang begitu panjang.
Namun di suatu hari, Putri itu tidak lagi bertemu dengan pujaan hatinya. Malam terlewati begitu saja, tanpa sadar sosok pemuda tersebut telah redup sebulan lamanya. Putri itu merasa sedih dan hampir saja menyerah.
Akan tetapi, disaat musim semi pertama bertunas. Putri jelita itu kedatangan tamu yang begitu sangat mengejutkan hati.
Pemuda itu kembali menunjukan dirinya, bukan sebagai Tuan tanpa nama, melainkan sebagai seorang Pangeran yang berasal dari negeri yang begitu jauh.
Penantian Putri itu terbalaskan, doa serta harapannya terkabul. Bahwa kini, ia telah menemukan Pangeran yang mampu membawanya melihat dunia luar.
Pangeran itu datang untuk menjemput sang Putri agar bisa ia pinang sebagai permaisurinya. Sang Putri dengan sangat senang ia menerim lamaran dari Pangeran.
Dan merekapun membangun suri keluarga yang begitu bahagia di setiap hari yang terlewati.
Benar, mereka sangat bahagia hingga aku merasa iri. Semua cerita dongeng yang pernah diceritakan kepadaku ataupun yang ku baca, pasti memiliki akhir kisah yang bahagia.
Putri itu pasti akan menemukan pangeran pujaan hatinya, saling mengasihi dan menyayangi layaknya langit dan awan yang tak pernah hilang dari pandangan mata.
Tapi sepertinya, kisah itu tidak akan pernah terjadi kepada Putri seperti diriku. Meski aku telah menanti puluhan tahun, meski aku telah berdoa dan berharap selama ratusan tahun.
Kurasa tidak akan ada Pangeran yang sanggup membebaskan ku dari penjara yang menawanku di kerajaan ini. Hingga aku hampir saja menyerah pada dedikasi cinta yang sebenarnya.
Karena Mate yang begitu tulus kucintai tidak akan pernah melihat ataupun melirik burung canaria yang terjebak disebuah sangkar berlapis emas.
Seakan aku memang tidak akan pernah di cintai nya, walau hanya melihat seulas senyum darinya. Meski begitu, aku harap masih ada sekecil ruang di hati terdalamnya, untuk diriku ....
-- ✧'❁ 🍁 ❁'✧ --
*Darkness World
~ Taman Lucifer Kingdom.
"Uni! Uni Lucy ...."
Seorang gadis kecil bergaun putih berpaduan pink magenta, tengah berlari sembari membawa keranjang kecil berisi bunga yang baru saja gadis itu petik.
Langkahnya yang kecil membuatnya kian sangat menggemaskan bagi pelayang yang melihatnya. sang Lady Baby yang sedang berlari sambil memanggil seorang wanita cantik tengah menyulam dibawah pohon yang tak lagi berdaun.
"Uni, lihat semua bunga yang berhasil aku kumpulkan untuk Kakek." Senyum gadis itu merekah saat menunjukan sekeranjang bunga kepada wanita dihadapannya.
"Tentu saja Kakek akan menyukainya. Tapi, mungkin Kakek tidak akan suka jika kau keluar tanpa memakai mantel hangat milikmu, sayang."
"Kakek tidak suka?"
"Benar, bahkan Uni pun tidak menyukainya juga."
"Sofia, minta maaf Uni." Ucapnya dengan wajah yang murung.
"Yang Mulia, saya mohon maaf atas kelalaian saya dalam memperhatikan Tuan Putri." Ucap salah satu pelayan yang melayani Putri Sofia.
"Baiklah, lain kali jangan sampai terulang. Aku juga tidak mau kalian sampai dihukum Paduka Lord mengenai ini, sebaiknya lebih berhati-hati lagi."
"Baik Yang Mulia. Kami tidak akan mengulanginya lagi."
"Kalian boleh pergi, biar aku yang menemani Sofia bermain. "
"Kalau begitu, kami permisi Putri ...."
Kedua pelayan uang tadi menemani Sofia pamit undur diri. Lucy kembali melihat Keponakannya yang saat ini sedang terlihat cemberut.
"Sofia ...."
"Sofia hanya ingin membuat Kakek ceria lagi. pagi tadi Kakek tidak ikut sarapan bersama. Papa juga akhir-akhir ini sering sibuk, jadi Sofia pergi mengambil bunga di taman dan berniat menghibur Kakek."
"Baiklah, untuk kali ini tidak apa-apa. Tapi lain kali, Sofia harus memakainya ketika berada diluar Istana. Sekarang musim dingin sudah hampir tiba, Uni tidak mau Sofia sampai sakit."
"Siap Uni, Sofia akan memakainya ketika bermain di taman."
"Uh ..., kenapa kamu sangat menggemaskan sih. Uni jadi ingin mencubit pipimu. "
"Jangan Uni, nanti pipi Sofia sakit lagi. Sofia tidak mau tambah tembem. Papa bilang kalau Sofia makin tembem, Sofia akan terlihat gendut kayak ikan buntal. Hump--"
Sofia menggembungkan pipinya dengan bibir yang mengerucut. Membuat Lucy kian semakin tertawa melihat kelucuan Putri dari kedua Kakaknya.
"Baiklah-baiklah, Uni tidak akan melakukannya jadi hentikan, kau semakin lucu."
"Kalau begitu, apa Uni masih menyulam? Sofia Ingin Uni temani Sofia bertemu dengan Kakek. "
"Sebentar lagi Uni selesai, tunggu sebentar ya."
Sofia duduk disebelah Lucy sembari melihat dengan sangat fokus apa yang sedang dibuat Lucy.
"Uni, semua sulaman saputangan ini untuk siapa? Sofia sering lihat Uni membuatnya, tapi tidak pernah diberikan kepada siapapun. Bahkan Uni membuatnya sangat banyak?"
Lucy berhenti menyulam, ia tatap gadis kecil yang masih begitu polos untuk dijelaskan mengenai sulaman ini.
Benar, untuk siapa semua sapu tangan ini ia buat? Jika pada akhirnya mereka akan di injak dan dibuang tanpa dihargai.
Aku juga tidak yakin, mengapa aku membuatnya sebanyak ini ....
"Uni?"
"Anggap saja, Uni membuatnya untukmu."
"Sungguh? Semua ini untuk Sofia?"
"Tentu saja, jika kau mau, Uni bisa berikan semuanya."
"Terimakasih Uni, tapi tidak perlu, Sofia hanya suka melihat Uni yang sedang menyulam."
"Kenapa?"
"Karena Sofia bisa melihat, Uni Lucy tersenyum tulus saat membuatnya. Sofia suka sekali saat melihat Uni Lucy tersenyum hehe, sangat cantik ...."
"Terimakasih, sayang."
"Uni, kapan kita pergi menemui Kakek?"
"Baiklah, sekarang juga kita ketempat Kakek dan Nenek."
"Asik! Kita lomba lari sampai ketempat Kakek ya." Sofia berlari sambil membawa keranjang bunganya. Sedangkan Lucy menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Hati-hati, jangan lari nanti jatuh."
"Ahahaha ..., Uni ayo cepat kejar Sofia. Yang kalah harus membacakan dongeng ya."
Melihat Sofia yang berlari, membuat Lucy menatap langit untuk beberapa saat. Hari ini cuacanya semakin dingin, beberapa hutan mulai berwarna coklat kekuningan seraya menaburkan tanah dengan dedaunannya.
Mungkin kalian telah mengetahui siapa diriku, tapi biarkan aku memperkenalkan diriku sekali lagi, karena saat ini adalah kisahku!
Namaku, Lucy Daiana Lorddark's. Seorang Putri bangsa Demon yang begitu dibanggakan oleh seluruh kaum, termasuk keluargaku.
Aku memiliki Mate yang sangat kucintai, namun jika kalian tanya bagaimana dengan asmaranya? Maka aku tidak ingin memberitahukannya. Biarkan kalian sendiri yang menemukan jawabannya.
Aku ingin memiliki seseorang yang dapat menjadi tumpuanku bercerita, memiliki teman yang mampu menjadi saksi dari kisah hidupku yang mungkin tidak akan seharmonis kedua orangtuaku, ataupun seromantis kedua Kakak ku.
Karena, sakitnya hati yang kurasa seperti sudah menjadi bagian dari hidupku. Saat dia menjadi pedang bermata dua untuk menawan kebahagiaanku.
"Harlie ...."
.
.
.
*Castle Zaçheræ
~ Kediaman Fedrick & Lezzy.
Disebuah ruangan besar ber-interior sederhana namun klasik, di jamah oleh anggota keluarga kerajaan yang tengah bersantai bersama.
Lezzy berjalan menghampiri keluarga kecilnya sembari membawa teh yang selalu di minum Suami tercintanya. Lucy tengah asik berbincang dengan Kakak Iparnya yang tidak lain adalah Aletha, sang Ratu besar Darkness World.
Sedangkan Fedrick asik bermain bersama cucu perempuannya di luar balkon ruangan. Hari-hari damai kian terasa saat kehadiran Sofia yang selalu menghubungkan keharmonisan di keluarga Demon ini.
Tapi sepertinya tidak untuk Welliam yang masih sibuk karena tugasnya sebagai Lord. Bahkan sekedar untuk bermain bersama Putri kecilnya saja Itu sangatlah susah.
"Kak Aletha baik-baik saja?" Lucy terlihat khawatir saat melihat Aletha memijat pelan kepalanya.
"Kurasa tidak, jika Fivian setiap harinya selalu membawa undangan party tea kalangan bangsawan kepadaku."
"Apa kakak masih tidak terbiasa dengan jamuan bangsawan wanita?"
"Sangat tidak terbiasa. Lucy tidak bisakah kau yang menggantikan aku pergi? Aku benar-benar lelah dan sangat bosan dengan gosip mereka yang suka merendahkan sesama bangsawan. "
"Hal seperti itu memang sudah jadi kebiasaan kaum bangsawan, mereka selalu meninggikan diri dihadapan keluarga kekaisaran. memiliki tumpuan aman sebagai kepercayaan kita."
"Itu sebabnya aku selalu benci dengan perkumpulan seperti itu, bahkan di Imorrtal dulu aku lebih sering menyuruh bawahan ku untuk menggantikan kehadiranku."
"Imorrtal? "
"Ah, maksudku--kota tempatku tinggal di bumi."
"Oh, kakak jangan khawatir. Jika Kakak tidak suka lebih baik minta seseorang untuk menggantikan kehadiran kakak melalui surat resmi kerajaan. Ibu sering melakukannya dulu."
"Benarkah? Baguslah aku akan menyuruh Fivian mengirim su---ah, aku lupa saat ini dia sedang cuti hamil. Hem, tadi pagi aku memberinya hari libur hingga dia melahirkan, rasanya tidak baik membiarkannya bekerja disaat seperti ini."
"Benar, aku juga tidak menyangka mereka adalah pasangan mate dan 5 bulan yang lalu mereka sudah resmi menjadi pasangan suami-istri."
"Kau juga pasti akan segera menyusul, adik ku. " Lucy hanya dapat tersenyum ditengah Aletha membelai surai rambutnya.
"Ahahaha, Nenek! Coba lihat Kakek, bukankah Kakek sangat cantik." Tawa riang terdengar saat Sofia berlari masuk keruangan sembari menunjuk kearah Fedrick.
Lezzy tertawa kecil saat melihat rambut panjang suaminya sudah di kuncit dengan beberapa hiasan bunga yang tadi dibawa cucunya.
Lucy malah yang tertawa paling riang melihat ayahnya menjadi bahan eksperimen Sofia dalam bermain putri-putrian. Karena Fedrick lebih suka memanjangkan rambut, ia lebih sering jadi sasaran Sofia dari pada Briant dan Styvn yang pernah dijadikan juga seperti ini.
"Sofia, kau tidak boleh seperti itu. Cepat minta maaf." Aletha berdiri sembari menasehati Putrinya.
"Tapi, Sofia suka lihat Kakek seperti itu. "
"Tetap saja, itu tidak baik sayang."
"Biarlah Aletha, aku juga tidak keberatan. Selama dia senang aku pun senang."
"Maaf Ayahanda."
"Tidak apa, ini juga bisa jadi hukuman untuk Fedrick yang tidak menuruti keinginanku." Ucap Lezzy sembari menggendong Sofia.
"Lezzy, kenapa kau masih membahasnya? Kau tahu kan, aku lebih suka seperti ini."
"Tapi aku tidak suka dengan rambutmu, mending jika rapih ini sama saja berantakan seperti dulu. Bahkan kau hanya sekali memotong rambutmu."
"Walau sekali, kau juga sebenarnya tidak rela kan aku memotongnya. Jangan lupa, kau pernah cemburu karena aku terlalu tampan jika memotong rambutku."
"Fedrick."
"Ayah ..., Ibu ..., jangan lupa disini masih ada Sofia. "
Tok ..., tok....
"Salam Agung untuk keluarga kaisar. Baginda, saya datang mengantar undangan dari wilayah Neptuna mengenai hari besar King Harlie kepada keluarga kerajaan."
Ariel datang membawa undangan yang berada diatas nampan khusus, kemudian meletakkannya diatas meja.
"Tahun ini sepertinya mau tidak mau dia harus melakukannya. Apa aku harus merasa iba terhadapnya? " Sindir Fedrick melihat surat undangan dengan lebel bercap lambang kerajaan Neptuna.
"Melakukan apa Ayah? Apakah di Neptuna ada sebuah festival? "
"Bukan festival sayang, tapi sepertinya kerajaan Neptuna sedang mencarikan Permaisuri untuk menjadi pendamping King Harlie."
Lucy yang hendak meraih secangkir teh, terhenti ditempat. Ia terasa bisu saat mendengar ucapan sang ibu yang menjelaskan detail dari undangan pesta tersebut.
"Pendamping? Ta-tapi bukankah kita memiliki mate masing-masing. Mak..maksud Lucy, bukankah perjodohan tidak boleh dilakukan dengan paksaan? "
"Benar, tapi hal itu tida akan berpengaruh bagi keturunan kerajaan. Meski kita tahu dengan siapa pasangan hidup kita, namun kita tetap tidak bisa memprediksi kapan mate kita akan hadir sayang. Bagi bangsawan kelas atas kursi penguasa tidak boleh cacat, mau tidak mau mereka harus segera memiliki keturunan meski tidak dengan pasangan matenya. Dilihat dari kondisi, King Harlie sudah lama menjadi seorang Raja tapi tidak menunjukan bahwa ia akan seger bertemu dengan matenya."
"ADA! " Tiba-tiba saja Lucy meninggikan nada bicaranya, membuat semua yang ada di ruangan kaget.
"Mak-maksud Lucy, Yang Mulia King Harlie. Pasti memiliki matenya, maka dari itu harusnya ia tidak perlu dipaksa bagaimana jika dia tida mau. Bahkan Ayah memimpin selama puluhan abad, tapi masih tetap menunggu Ibu."
"Memangnya siapa yang berani mengatur pilihan hidup ayah? Lucy, sebenarnya ada apa denganmu?! "
Lucy benar-benar kalang kabut, ia enggan untuk mengatakan yang sebenarnya. Itu karena kedua orangtuanya belum mengetahui bahwa dia adalah mate dari King Harlie sendiri.
Apalagi Kakaknya begitu menentang keras hubungannya. Hal Ini juga tidak banyak yang mengetahui, hanya Aletha dan orang terpercaya Welliam. Sedangkan diposisi Harlie hanya Karlos, tapi Karlos sudah mati.
Harlie tidak mungkin memberitahukan mengenai hubungan mereka, karena dia saja enggan melihat Lucy. Tapi bukankah saat ini statusnya bisa dikatakan sebagai mempelai hidup Harlie, lalu kenapa ia harus mencari permaisuri?
Aletha paham kenapa Lucy begitu terlihat gelisah, karena ia tahu saat ini Lucy mencoba bersikap tegar di situasi seperti ini.
"Lu-lucy hanya merasa tidak adil bagi King Harlie sendiri. Dia pasti merasa sedih---"
"Tidak perlu kasihan, Ayah justru senang jika dia tersiksa. "
"Fedrick." Lezzy menegur Fedrick, agar membuat suaminya tidak membahas masa lalu dihadapan mereka.
"Kalau begitu, boleh Lucy yang pergi ke acara tersebut. Untuk mewakili keluarga kekaisaran, sebagai tamu terhormat, ayah? "
"Kenapa harus dirimu? "
"Lucy hanya berfikir, mungkin sudah waktunya aku bergaul dengan sosial bangsawan. Dan juga Ayah sedang kurang sehat, Kakak sedang sibuk, ibu dan Kak Aletha harus lebih berman bersama Sofia di masa pertumbuhannya.. "
Terlihat Fedrick berfikir, sebenarnya ia enggan membuat Putrinya meninggalkan wilayah terpantau nya. Tapi mungkin ini sudah waktunya dia membiarkan Putrinya mengenal dunia luar.
"Baiklah, Ayah---"
"Tidak setuju!"
Mereka semua menoleh kebelakang, melihat Welliam yang entah sejak kapan sudah berada di sana. Apalagi dengan ekspresi wajahnya yang begitu serius serta dingin.
"Aku tidak setuju jika harus Lucy yang pergi ke sana. Takkan kubiarkan kau menginjakkan diri di wilayah itu, tidak meski hanya setetes air laut pun yang kau sentuh!"
"Kak Welliam .... "
---*|| • 🍁 • ||*---
------------------
"Boleh Lucy yang pergi ke acara tersebut Ayah? Setidaknya aku ingin mewakili keluarga kekaisaran, sebagai tamu terhormat?"
"Kenapa harus dirimu?"
"Lucy hanya berfikir, mungkin sudah waktunya aku bergaul dengan sosial bangsawan. Dan juga Ayah sedang kurang sehat, Kakak sedang sibuk, Ibu dan Kak Aletha harus lebih bersama dengan Sofia apalagi di masa pertumbuhannya. "
Terlihat Fedrick tengah berfikir, sebenarnya ia enggan membuat Putrinya meninggalkan wilayah terpantau nya. Tapi mungkin ini sidah waktunya dia membiarkan Putrinya mengenal dunia luar.
"Baikalh, Ayah---"
"Tidak setuju!"
Mereka semua menoleh kebelakang, melihat Welliam yang entah sejak kapan sudah berada di sana. Apalagi dengan ekspresi wajanya yang begitu serius serta dingin.
"Aku tidak setuju jika harus Lucy yang pergi kesana."
"Kak Welliam .... "
Welliam berjalan menghampiri mereka sembari melepas kancing jass nya. Ia ambil surat undangan itu bersiap untuk membakarnya.
"Kakak jangan! "
"Lucy Takkan kubiarkan kau menginjakan dirimu di wilayah itu, tidak meski hanya setetes air laut pun yang kau sentuh!"
"Lucy tidak ada maksud apapun Kakak, aku hanya ingin mewakili keluarga kita saja. "
"Begitu kah? Kau pikir aku sudah lupa dengan semua alasanmu menyulam Lucy. Aku berbicara denganmu sebagai kakakmu! Maka dengarkan aku, kau masih belum cukup untuk mengenal dunia luar. Jadi tetaplah di Istina, akan ku-----"
"Sampai kapan? Sampai kapan Lucy harus berada di Istina?! Aku sudah bukan anak kecil lagi kak, aku tidak butuh pasukan Asassin mu untuk mengawasi ku. Aku bisa menjaga diriku baik-baik! "
Fedrick terlihat tidak mengerti dengan perbincangan kedua anaknya hingga mereka haus bertengkar. Apa ada sesuatu hal yang disembunyikan oleh anak-anaknya.
Lezzy sempat khawatir, tapi ia lebih khawatir jika Sofia melihat hal yang tak seharusnya di tonton oleh anak kecil. Sehingga Lezzy memilih membawa cucunya pergi dari sana dan menitipkan keadaan ini kepada Aletha jika sudah sangat parah.
"Bagiku kau masihlah lemah Lucy. Kau masih belum berani menanyakan hatimu kepadanya, membuktikan semua khayalan mu dan membawanya kedalam hidupmu. Jika semua itu bisa kau buktikan maka aku akan percaya jika kau kuat. Sekarang kembalilah ke kediaman mu."
"Kaka----"
"Aku bilang kembali Lucy!!"
"Kakak tidak pernah bisa mengerti diriku. "
Welliam mendekati Adiknya, seraya berbisik. "Aku adalah kakakmu, aku tahu mana yang terbaik untukmu. Sekarang pergilah, atau aku akan memberitahu Ayah yang sebenarnya! "
Lucy tidak mampu lagi berargumen, jika Welliam sudah mengancamnya melibatkan Fedrick dalam masalah ini.
"Aku kecewa dengan Kakak!"
"Lucy ..., LUCY!! "
Lucy pergi begitu saja tanpa mendengar panggilan Welliam yang terlihat marah. Ia tutup pintu dengan sangat kuat, membuat sebagian pelayan dan penjaga menatap heran dengan Putri Demon yang bersikap seperti tidak biasanya.
"Ayah lihat? Inilah jika Ayah terlalu memanjakan Lucy. Dia jadi tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk."
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa masalah ini sampai kalian perbesar?"
"Aku..aku hanya tidak suka jika Lucy pergi kesarang musuh. Ayah lupa jika King Harlie dulu pernah bekerja untuk Katastrofi? Kita tidak tahu apa yang akan dia lalukan untuk keluarga kita, bisa saja dia masih memiliki dendam dan melukai Lucy."
"Welliam, Ayah mengerti kau mengkhawatirkan Adikmu. Tapi jangan terlalu mengekangnya, Lucy tidak seperti keturunan Demon biasanya. Dia berbeda, jadi jangan terlalu keras berbicara dengan Lucy. Mungkin saja ia hanya ingin melihat wilayah Neptuna. Mungkin dulu Ayah juga terlalu keras dalam melindunginya, tapi sekarang dia sudah dewasa biarkan Adikmu melihat dunia yang sebenarnya."
"Tapi Ayah, masalahnya ini bukan tenta----"
"Sudahlah, kalian sudah dewasa jangan terlalu sering bertengkar. Ayah akan menemui Ibumu, jadi ingatlah nasehat Ayah."
Fedrick menghilang, pergi dengan sihir teleportasi menuju taman dimana Istri dan cucunya berada.
"Welli----"
"Jangan ikut campur Aletha. "
"Ha~kau terlalu posesif terhadap Lucy. Meski kita adalah keluarga terdekatnya kita tetap tidak mempunyai hak untuk mengatur hidupnya, Welliam. Apa kau ingin membuatnya terus-terusan bersedih?"
"Tidak ada seorang Kakak yang ingin melihat Adiknya tersiksa. Aletha, aku perduli dengan masa depannya. Tidak bisa kubayangkan jika Lucy terus-terusan disakiti oleh pria brengs*k itu! "
"Masa depan bisa berubah Welliam, Licy terlahir untuk menjadi bersinar. Dia tidak akan mudah hilang semangat jika berada dalam situasi tersakiti sekalipun. Begini saja, aku yang akan pergi bersama Lucy untuk acara itu."
"Aletha."
"Akan ku janjikan, Lucy baik-baik saja."
"Bagaimana jika dia sampai terluka? "
" ..... Akan ku pastikan, Harlie tidak akan bisa menemukan ataupun bertemu dengan Lucy lagi. Kita juga harus membiarkannya memilih hidupnya sendiri, mengertilah ...."
Welliam sempat ragu mengambil keputusan ini. Ia raih tangan Aletha sembari memberikan surat undangan itu kepada istrinya.
"Kau juga terlalu memanjakannya, Aletha." Welliam berjalan pergi meninggalkan Aletha.
"Jika sayang kenapa harus begitu rumit mengutarakannya, Welliam. " Aletha menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Tok Tok!
"Boleh aku masuk, Lucy?"
Lucy yang mendengar suara Aletha, buru-buru menghapus air matanya. Ia rapikan kembali dirinya di depan cermin kemudian membukakan pintu untuk Aletha.
"Masuklah kak."
Lucy mempersilahkan Aletha untuk duduk di sebuah kursi yang ada di kamarnya, ia tuangkan secangkir teh hangat untuk Aletha. Kemudian menghidupkan api pada Ondola, untuk menghangatkan ruangan dengan sihir.
"Lucy, Welliam tidak bermaksud mengatur hidupmu. Dia---"
"Lalu, mau sampai kapan aku harus terkurung disini? Bukannya Lucy benci berada di Kerajaan bersama kalian, hanya saja--aku juga ingin mengetahui dunia luar yang sebenarnya. Merasakan sendiri tantangan serta rintangan yang menungguku diluar dinding kerajaan. Apa aku harus menunggu 100 tahun lagi agar bisa dikatakan dewasa?"
"Licy aku tahu, kau sebenarnya hanya ingin pergi ke wilayah Neptuna tidak bermaksud pergi terlalu jauh."
" .................... "
"Lucy, bolehkah aku tahu alasanmu untuk tetap ingin pergi ke Neptuna? "
"Bukankah sudah jelas, bahwa aku ingin menannyakan kepadanya mengenai hal ini? "
"Tapi Lucy, apa kau yakin Harlie akan mendengarkan mu? Bahkan selama ini dia tidak perduli denganmu."
"Aku tahu, kak. Tapi, mau bagaimanapun dia adalah Mate ku. Seberusaha apapun aku mencoba mengabaikannya, perasaan tidak akan bisa berkhianat kak. "
"Tapi dia sering melukaimu."
"Kalau begitu giliran Lucy yang bertanya. Jika Kakak hanya punya 1 pilihan diantara 2 pilihan, mana yang akan kakak pilih?"
"Lucy ..... "
"Pilij bersama Kak Welliam tapi resikonya bahaya atau meninggalkan kak Welliam tapi kau tetap hidup?"
".............. " Aletha membisu, tapi jika itu adalah pilihan yang harus ia pilih. Maka ia akan memilih tetap bersama meski harus mati, setidaknya dia ingin tetap bersama orang yang ia cintai hingga akhir hayatnya.
"Apa yang Kak Aletha pikirkan adalah sama dengan yang kurasakan saat ini. Terkadang, kita pernah menjadi bodoh karena mencintai. Meluapkan perasaan di atas batas kata logis. Tapi justru itulah yang menakar pola pikir kita disaat kita bertumbuh dewasa."
"Kumohon bantu aku kak, Lucy janji ini yang terakhir kalinya aku menanyakan hubungan kami. Apakah aku layak memperjuangkannya? Sungguh Lucu sangat mencintai Harlie sama halnya Kakak mencintai Kak Welliam."
"Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kau harus ingat Lucy, kau masih dalam fase menemukan jati dirimu. Dimana kau, masih belum bertemu dengan Mate mu yang sebenarnya."
"Maksud Kakak?"
"Bukan apa-apa. Bersiaplah, acaranya nanti malam. Aku sudah membujuk Welliam untuk membiarkan kita berdua yang pergi ke acara itu."
"Terimakasij banyak kak ... "
"Sama-sama Lucy."
-- ✧'❁ 🍁 ❁'✧ --
*Wilayah Merrmaid
~Lautan Neptuna.
Malam melukis langit dengan kegelapan, dan acara pesta diselenggarakan diwaktu yang bertepatan dengan musim dingin. Pihak Kerajaan memutuskan untuk menunjukan Castle Neptuna kepermukaan laut.
Musim seperti ini, akan cukup berbahaya bagi kaum darat menyebrang ke dasar laut, itu dapat mengikis energi mana akibat air laut yang hampir membeku.
Di musim seperti ini juga, kaum Merrmaid lebih suka tinggal dipermukaan, dengan menyurutkan setengah dari arus air laut.
Sehingga Castle Neptuna terlihat sedang mengambang di atas permukaan, apalagi Kerajaan tersebut murni buatan dari crystal air laut sendiri. Sehingga terlihat lebih berkilau diwaktu malam.
Barisan kereta kuda yang berada dijalanan, harus menyingkir kesisi bahu jalan. Memberikan jalan kepada kereta kuda yang memiliki bendera Lucifer Kingdom, menandakan utusan dari kekaisaran telah tiba.
Saat seorang ajudan membukakan pintu, Aletha dan Lucy berjalan turun dari kereta kuda. Melangkah dengan sangat anggun menuju Istana Neptuna.
Lautan yang membeku menambah kesan dingin di awal musin dingin ini. Untungnya jubah hangat mereka mampu menghalau rasa dingin.
Sampailah mereka di pintu masuk hall dansa. Ini pertama kalinya setelah sekian abad Lucy tidak menginjakkan diri di kerajaan lautan, sehingga ia mulai merasa gugup berada ditempat ini lagi.
"Baginda Queen Althenia dan Yang Mulia Putri Lucy telah tiba!"
Teriakan Ajudan membuat seluruh tamu undangan segera menoleh ke pintu masuk yang bergerak terbuka. Ini adalah sejarah bagi kalangan bangsawan, yang melihat Putri Lucy bisa datang ke acara sebuah pesta malam.
Karena mereka semua tahu, betapa posesifnya Lord Fedrick serta Kakaknya. Aletha dan Lucy menuruni anak tangga, berjalan ketengah hall dansa.
Disaat itu, seluruh tamu undangan membungkuk hormat kepada keluarga kekaisaran. Lucy terlihat sedikit gelisah, pasalnya ini pertama kalinya setelah sekian lama dia hadir ke acara besar diluar Lucifer Kingdom, dan disini juga begitu banyak tamu undangan.
Disaat Aletha tengah menyapa dan berbincang ria bersama Kedua orangtua Harlie, Lucy justru melihat sana-sini mencari sosok yang menjadi tujuan pesta ini diselenggarakan.
"Yang Mulia Putri, sepertinya anda sedang mencari seseorang?" tanya Queen Karollin.
"Em, saya hanya sedang gelisah disini behitu ramai."
"kalau begitu, anda tidak perlu menbaur di pesta ini. Yang Mulia bisa mencari tempat yang menurut Putri nyaman, atau mau saya suruh pelayan mengantarkan anda." Sanjung King Grimod.
Lucy melihat Aletha yang sepertinya paham apa maksud Lucy, Aletha pun segera mengangguk.
"Biar saya sendiri, terimakasih atas kemurahan hati anda King. Kalau begitu saya mohon undur diri ...." Lucy memberi hormat dengan sangat lembut.
Keramaian di pesta ini begitu membuat Lucy sedikit susah menemukan keberadaannya. Apalagi, sejak tadi banyak mata memandang dirinya terutama bagi kaum laki-laki.
Setiap dia melangkah, selalu saja banyak tawaran Pria untuk menganjaknya berdansa, ataupun wanita yang ingin lebih akrab dengannya. Tapi Lucy masih belum bisa meladeni mereka.
Hingga suara melodi violin, menuntun Lucy kesebuah ruangan jauh dari aula hall dansa. Ia menelusuri lorong panjang dan sunyi, mendengarkan melodi familiar yang begitu sangat ia rindukan.
Karena melodi ini juga yang mempertemukannya dengan Harlie disebuah kamar diujung lorong, untuk pertama kalinya. Dan saat ini, ia pun melihat pemandangan yang sama.
Bahwa Harlie tengah memainkan Biolanya disebuah ruangan yang sama persis seperti dulu. Lucy tahu, meski ia selalu bertindak kejam pasti dia juga punya sisi lembut juga.
"Harlie ...."
Alunan melodi itu berhenti, saat pemainnya merasa namanya dipanggil. Perlahan ia menoleh kebelakang.
"Apa yang embuatmu datang kemari, Putri?"
Lucy cukup terkejut melihat kondisi Harlie yang kurang sehat. Apalagi wajahnya terlihat sedikit pucat, walau ia mungkin menutupi kelemahan fisiknya saat ini tapi Lucy paham apa yang terjadi kepada Harlie.
"Harlie kau baik-baik saja?"
"Jangan sentuh aku, pergi dari sini."
"Harlie, mau sampai kapan kita tidak harus seperti ini?"
"Sampai aku mati! Kenapa kau masih belum mengerti. Aku sangat membencimu Lucy, enyah lah dari hidupku! Hari ini aku tengah mencari mate ku."
"Harlie aku adalah mate mu!"
"Kau bukan mate ku, kenapa kau tidak mati saja diwaktu perang itu! Lihatlah, aku harus menggunakan tangan palsu karena pria aneh itu. Apa kau masih ingin aku menderita ha?!"
"Aku sungguh mencintaimu, Harlie. Aku tidak pernah ingin melukaimu ...."
" Kita tidak ditakdirkan untuk bersama, kenapa kau tidak mengerti juga. Baiklah, akan ku katakan dengan sangat jelas kepadamu bahkan dihadapan seluruh penghuni Darkness World."
Harlie menarik kasar Lucy, cengkraman Harlie begitu sangat kuat membuat Lucy merintih sakit.
Pintu aula pesta terbuka dengan sangat kasar membuat bunyi keras yang mampu menarik perhatian tamu undangan.
"Harlie apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"
Harlie tidak perduli, dia kian menarik Lucy ketengah Hall dansa yang begitu ramai. Saat mereka sudah ditengah pusat perhatian, Harlie mendorong Lucy hingga ia hampir saja terjatuh.
Para tamu bangsawam saling berbisik heran dengan perlakuan Harlie kepada Lucy. Ini membuat Lucy tidak nyaman, saat semua mata tertuju kepadanya.
"Jika semua yang kukatakan tidak bisa menghentikan mu, mungkin dengan ini kau bisa berhenti mungusik ku. Mari kita akhiri semua ini Lucy! "
Lucy merasakan firasat yang kurang baik, jangan bilang Harlie mau melakukannya dihadapan semua orang. Sungguh? Sebenci itukah ia hingga harus mengatakannya.
Tidak! Lucy tidak mau! Tolong jangan katakan hal yang membuat Lucy lebih takut.
" Semua tamu undangan yang hadir dimalam ini, dengarkan aku dan jadilah saksi. Aku, King bagi seluruh kaum Merrmaid, Harlie Monachole Neptun!!"
Kumohon jangan katakan itu Harlie, aku tidak mau seperti ini ....
"Menolak dengan sangat tegas, Yang Mulia Putri Lucy Daiana Lorddark's, sebagai Mateku--belahan jiwa yang telah ditakdirkan Dewa untuk ku!!"
Ada yang hadir meninggalkan kesan terdalam hingga meluluhkan atma yang seteguh tombak, namun harus pergi tanpa penjelasan.
Ada yang mengajarkan mengenai hidup saling mengasihi, tapi melenyapkan perasaan kasih sayangnya.
Jika sebuah hubungan harus saling menyakiti, lalu kenapa harus ada yang saling jatuh cinta? Berucap dusta pada perasaan yang mungkin hanyalah sebuah permainan.
Jika sebuah keberadaan harus terasa hampa, kenapa aku masih harus bertahan? Jika sebuah pengakuan hanyalah kalimat palsu, lantas apa arti perasaanku yang terasa nyata untukmu?
Matamu yang selalu menyulut tidak suka terhadapku, membuatku kalut hingga terlihat bodoh pada harapan yang selalu tidak searah pada harapanmu.
Lantas, untuk apa kita ditakdirkan menjadi pasangan Mate jika kau menolakku?
Untuk apa aku mencintai, jika kau selalu membenciku?
Siapa saja! Adakah yang mampu menolongku dari penghinaan ini? Ini sungguh menyakitkan, dia yang kucintai selama beratus tahun lamanya.
Akhirnya mengatakan dengan sangat keras di hadapanku, bahwa Harlie Mate ku. memutuskan rantai takdir dari ikatan soulmate bagi kaum malam seperti kami.
Aku hanya ingin satu tidak lebih dan serakah. Aku hanya ingin dicintai oleh mate ku sendiri, apakah itu salah Dewa ....
"Jadi pergilah! Tidak, aku ingin kau menghilang dari hidupku, Lucy! "
Pada akhirnya, Putri itu tetap tidak bisa menemukan Pangeran yang mampu membawanya pergi dari menara Kerajaan. Menunjukan sebuah musim semi yang ia harapkan di setiap malamnya.
Haruskah aku pergi, baru kau akan mencintaiku Harlie .....
---*|| • 🍁 • ||*---
Pesan manis untukmu!
Uwah, kita berjumpa lagi teman temanku tercinta. Terimakasih banyak sudah menanti Season ke-3 ini, maaf harus di undur Up nya ke tanggal 5
Author harap kalian dapat menikmati dan terus menanti kelanjutan kisahnya. Oya cerita Lucy ini akan menjadi season terakhir, dan masih menyimpan sejuta kejutan lainnya.
jadi tunggu apalagi buruan simpan di Favorit, Like serta tinggalkan jejak agar author makin semangat 😘😘😘😘
----------------------
Jadwal Update ' Seminggu sekali dengan hari yang tak menentu '
----------------------
mohon pengertiannya, karena author masih harus Up 2 Novel berbeda. Love u all❤
....
" Semua tamu undangan yang hadir di malam ini, dengarkan aku dan jadilah saksi. Aku, King bagi seluruh kaum Merrmaid, Harlie Monachole Neptun!!"
"Menolak dengan sangat tegas, Yang Mulia Putri Lucy Daiana Lorddark's, sebagai Mateku--belahan jiwa yang telah ditakdirkan Dewa untuk ku!!"
Semua tamu undangan terkejut dan mulai membicarakan peristiwa besar ini. Semua mata tertuju kepada Lucy yang tersudutkan sebagai tersangka.
Lucy benar-benar gugup dan gelisah, ini terlalu menakutinya saat semua orang asik membicarakannya dengan raut wajah menyindir. Ia tidak suka saat mereka menatap seolah menyalahkannya.
"Jadi kabar tentang Tuan Putri yang mengirimi sapu tangan itu bukan gosip biasa."
"Tidak ku sangka Putri seorang Kaisar di tolak oleh Mate nya. Bukankah ini sangat memalukan dan akan menjadi aib bagi keluarga kerajaan?"
"Mungkin saja, itu karena Putri Lucy adalah Putri yang kejam. Dia kan keturunan Demon, pasti dia lebih kejam dati Lord Welliam."
"Mungkin ini alasan Baginda Lord Besar melarang Putrinya keluar Istana. Sungguh memalukan sekali."
"Atau bisa saja karen adia terlalu di manja jadinya tidak berguna."
Semua orang terus berbisik dan membicarakan Lucy, tanpa tahu keadaan yang sebenarnya. Mereka menilai sebelah mata sosok Lucy sebagai seorang Putri.
Tapi di Darkness World pasangan yang ditolak Mate nya berarti memiliki kecacatan ( tidak sempurna ) dalam hubungan, sehingga hal itu sering menjadi aib buruk bagi keluarga dan pasangan itu.
Lucy menatap sang pujaan hati yang masih menyulut tidak suka kepadanya, tidak kah perlakuan Harlie terlalu berlebihan?
"Kau tidak di inginkan olehnya."
Seketika semua menjadi gelap bagi Lucy, ia seperti berada di alam sadarnya yang begitu menekan batinnya.
"Dia tidak pernah ada untukmu."
"Dia bukanlah pangeran yang kau cari selama ini."
"Tidak, Harlie adalah Mateku."
"Tapi dia menolak mu. Dia tidak pernah menganggapmu sebagai belahan jiwanya...."
"Diam! Jangan hasut aku dengan opini kebohonganmu."
"Sudah waktunya kau sadar Lucy, siapa dirimu yang sebenarnya."
"Pergi, jangan ganggu aku!"
"Harlie, bukanlah matahari untukmu Lucy ...."
"Hentikan, aku sungguh tulus mencintainya."
Lucy menutup telinganya dari suara misterius yang menggema dipikirannya. Lucy tidak mau seperti ini, dia hanya ingin cinta yang tulus salahkah wanita sepertinya ingin di cintai juga?
Salahkah jika Lucy menginginkan seorang kekasih? Kenapa hanya dia yang tidak pernah bisa bahagia? Apa, kenapa, bagaimana caranya dia merubah kesakitan ini dengan senyuman rasa syukur.
Lucy kembali melihat suasana hall dansa menegangkan di dalam pesta. Dia mencengkram tangan Harlie dengan air mata permohonan bahwa semua ini hanya kebohongan.
"Tidak, Harlie katakan kepada mereka jika kau mencintaiku. Kumohon semua yang kau katakan itu tidak benar ...."
"Jangan sentuh aku!" Harlie menepis tangan Lucy, membuat ia diam dalam nestapa kekecewaan.
"Aku yakin kau tidak tuli, Lucy. Semua yang kukatakan bukanlah kebohongan, jadi pergilah! Tidak, aku ingin kau mati dan menghilang dari hidupku, Lucy! "
Lucy tidak dapat berkata apapun, ia merasa begitu sesak dan sangat tersakiti. Semua orang masih membicarakan dirinya dengan perasaan menyindir.
"Lari Lucy, pergilah. Lupakan dirinya, kau hanya akan terluka ..."
Tidak ....
"Dia tidak mencintaimu, lari Lucy!"
Tidak ini tidak benar.
"Pergi, cepat pergilah Lucy. Kau hanya akan menderita bersamanya!"
Hentikan! Kumohon hentikan.
Lucy menutup telinganya dengan perasaan ketakutan serta gelisah. Semua tatapan tajam semua orang dan pengakuan kebencian Harlie membuatnya jadi gugup.
Perlahan, Lucy berjalan mundur dengan perasaan yang begitu menggores hati.
"Pergi dari sini, karena Harlie bukanlah Mate untuk mu !!!"
"TIDAK !!!"
Lucy tida tahan dengan semua ini, sehingga Lucy berlari keluar
Meninggalkan tempat itu----membawa semua perasaan kekecewaannya dan semua rasa sakit yang terasa ingin membunuhnya.
Aletha yang melihat semua perlakuan tidak adil kepada Lucy mulai naik pitam, apalagi banyak rakyatnya yang memandang rendah dan menyalahkan Lucy.
Jika saja mereka tahu siapa yang salah, apa mereka masih berani bersilat lidah? Keadaan kian semakin rusuh, apalagi yang menjadi pusatnya adalah Putri kaisar yang selalu menjadi pujian di setiap pertumbuhannya.
"Tidak ku sangka, Tuan Putri yang secantik bintang pelita. Harus ditolak oleh Matenya sendiri, pasti dia hanyalah Putri manja sehingga menjadi ke cacatan dalam hubungannya. Sungguh mema-----"
Wanita yang berbicara tadi langsung diam saat sebuah pedang menyandra lehernya. Mereka lupa bahwa disana masih ada sang Ratu besar.
Aletha yang benci Adiknya di hina, membuatnya ingin sekali memotong lidah mereka yang berani berucap sombong.
"Beraninya kau menghina anggota keluarga kerajaan. Siapa kau?" Semua tamu undangan gemetaran saat merasakan aura kekuasaan Aletha---memenuhi ruang pesta dansa.
"Yang Mulia, mohon ampuni Putriku. Saya Jardion Scotlik, bangsawan Baron dari bangsa Witch. Saya mohon ampuni atas perlakuan buruk putri hamba, Yang Mulia."
"Ajari baik-baik Putrimu, dan juga jangan tunjukan dirimu dihadapan keluarga kerajaan!"
"Baik...baik Yang Mulia."
Aletha berjalan kearah Harlie, dia benar-benar marah saat semua perhatian Lucy terbayar dengan perasaan malu. Membuatnya ingin sekali memberi pelajaran pada pria bodoh yang menolak seorang Lucy.
P L A K !!
"Tidak seharusnya kau permalukan Lucy seperti ini Harlie. Mungkin mereka tidak tahu, tapi aku tahu semuanya."
"Lantas, apa yang ingin kau lakukan? Membunuhku? Atau menunjuk rasa ego mu yang tinggi seperti Tahlia? Kalian para Dewa selalu bertingkah sesukanya, bahkan Tuan ku tidak pernah mendapatkan keadilan di dunianya."
"Katastrofi terlahir dari harapan membunuh, dia bagian dari sihir hitam yang membawa malapetaka."
"Tapi bukan berarti, Tuan ku harus diasingkan!"
"Rupanya, kau jadikan Lucy sebagai pelampiasan amarahmu kepada kami."
"Ya, aku akan membuatnya menderita---membayar semua yang kalian lakukan pada Tuanku."
"Kau sungguh sudah dibuta kan oleh Katastrofi, bahkan di detik terakhirnya---dia tidak mengingatmu sebagai orang setianya."
"Jaga kata-katamu! Tuan ku sélalu menghargai yang kulakukan untuknya."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak ikut mati bersamanya?"
"Aku tidak akan mati sebelum menghancurkan kalian!"
"Lakukan sesukamu, tapi ....," Aletha mendekatkan diri kepada Harlie. "Kau melupakan sesuatu hal besar dari sosok Lucy yang sebenarnya. Ingatlah, malam ini kau yang menolak takdir langit itu. Maka, jangan pernah menuntut apapun untuk memintanya kembali kepadamu!"
Harlie terlihat seperti tidak mengerti apa yang dikatakan Aletha. Sedangkan Aletha menarik diri, menatap dingin seorang Harlie.
"Karena Lucy, adalah pengecualian untuk memilih siapa yang layak untuk ia sebut Mate."
"Aku tidak perduli."
Mendengar ketegasan Harlie membuat Aletha berjalan pergi muak dengan keadaan disini. Melihat itu Queen Karolin menciba menahan Aletha agar bisa meluruskan permasalahan yang terjadi.
"Yang Mulia, mohon anda tidak pergi meninggalkan acara. Saya memohon kemurahan hati anda Yang Mulia, bukankah mereka adalah pasangan Mate yang telah di takdir kan To fos tou fengariou dan Tou iliako fos?"
"Tapi sepertinya, Putramu tidak menginginkan kehendaknya. Maka kami sebagai keluarga Kaisar memutuskan untuk memisahkan mereka! Dan untuk King Harlie, hingga Lord memutuskan sesuatu jangan pernah mendatangi kediaman Lorddark's."
"Yang Mulia Queen Althenia ..., kami sungguh tidak tahu mengenai ini. Mungkin saja mere----"
"Keputusan sudah bulat, atas perlakuan King Harlie, pihak Kaisar tidak bisa merestuinya. Dan untuk semua kaum Darkness World, siapapun yang menghina dan menyebarluaskan kejadian ini---mereka akan dianggap pemberontak!" Kemudian Aletha pergi begitu saja mengabaikan panggilan Queen Karolin.
Sedangkan semua tamu undangan hanya mampu diam menutup mata dan mulut dari pada harus berurusan dengan pihak kerajaan.
"Harlie kau mengacaukan pestanya, kenapa tidak bilang kepada Ibunda kalau kau adalah mate Tuan Putri?"
"Aku tidak mencintainya!"
"Putraku, kau tidak tahu bala apa yang sedang kau tanam hari ini. harusnya kau bersyukur, karena kau bisa hidup setelah pengampunan Queen Alicia. Jangan pernah berhubungan dengan Carlitos atau Dewa Malapetaka itu!"
"Terserah Ibu." Harlie meninggalkan hall dansa. Sedangkan Queen Karolin merasa pusing dengan tingkah Putra satu-satunya ini.
---.•° 🍁 °•.---
Lucy melakukan teleportasi menuju pintu utama Lucifer Kingdom. Dengan perasaan yang bercampur aduk dia tuah-ruah kan segala kesedihan dan penderitaannya.
Berlari menelusuri lorong istana menuju kediamannya, Aletha berlari mengejar Lucy yang masih mengabaikannya. Saat Lucy membuka paksa pintu ruang keluarga.
Perhatian Welliam dan kedua orangtuanya tertuju pada tingkah Lucy yang tidak seperti biasanya. Apalagi Lezzy melihat Putrinya tengah menangis, sedangkan Aletha masih terus berteriak memanggil Lucy.
"Aletha ada apa?" Welliam menahan Aletha, memintanya untuk menjelaskan semua yang terjadi.
Aletha terlihat kebingungan untuk menjelaskannya bagaimana, karena ia yakin kedua pria Demon ini akan segera membekukan lautan Neptuna jika tahu yang sebenarnya.
"Aletha?"
Aletha mengambil nafas panjang sebelum akhirnya menjelaskan semuanya. " Ini mengenai pasangan mate---Lucy ...."
.
.
.
*Castle Estylle
~Kediaman Lucy.
Lucy menutup kasar pintu kamarnya membuat semua pelayan yang ada di dekat lorong kediamannya terheran-heran. Habisnya, sejak pagi sikap Tuan Putri mereka sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Dibalik pintu kamar, Lucy masih setia berdiri---bersandar pada pintu mencoba menangis sejadi-jadinya, mempertanyakan kenapa dan ada apa dengan nasibnya yang selalu saja menyedihkan.
Lucy sudah tidak tahan lagi harus bagaimana, semua cara sudah ia lakukan untuk bertahan dan berharap bahwa semua akan baik-baik saja jika dia masih mencintainya.
Tahukah? Setiap malam dia berdoa, mengukir harapan terdalamnya bahwa dia juga berhak di cintai seseorang. Salahkah dia jika dia iri dengan kedua orangtuanya dan kakaknya?
Salahkah dia jika dia terus bersikap bodoh agar diperhatikan? Sedangkan di dunia kegelapan ini setiap mahluk hanya dapat memiliki 1 pasangan Mate. Lalu bagaimana dengannya yang di tolak dengan sangat memalukan!
Pada siapa dia akan berbagi kasih sayang ini? Pada siapa dia akan bahagia? Pada siapa dia akan mengukir keluarga impiannya? Harus ke pada siapa?!
Dewa dan takdir pun tidak berpihak kepadanya, mengutusnya berkali-kali untuk disakiti. Tapi sungguh Lucy hanya sebagian angin yang tak kasat mata untuk di dilihat, ia hanya sebagian air yang tak dapat di genggam, dan dia hanya sebatas api yang tak dapat di sentuh.
"Kau terlahir untuk melewati penderitaan ini Lucy. Kau tidak berhak menolak pada takdirmu, kau harus sadar rasa sakitmu adalah awal dari kebangkitan mu."
"Diam! Siapa kau hingga berani mengusik ku?"
Suara wanita itu kembali terdengar lagi, seakan sosok tak kasat mata itu terus menghantui Lucy. Suara yang tidak pernah ia dengar sebelumnya selama ia hidup.
Lucy berjalan mencari sosok yang berbicara itu, tapi di kamar gelap tanpa cahaya lampu ini hanya dia seorang tidak ada siapa-siapa lagi.
"Kau terlahir untuk menjadi Ratu dihati para Raja. Harlie hanyalah pilihan kecil dari pasanganmu yang sebenarnya Lucy."
Lucy diam terbungkam, saat bayangannya di cermin dapat berbicara dan bergerak layaknya sosok lain dari diri Lucy. Matanya yang begitu merah menatap dengan tatapan tajam.
"Kau dan dia, tidak akan pernah bisa bersama."
"Tidak, Harlie..Harlie adalah Ma---"
"Mate? Berapa kali lagi harus dikatakan, bahwa dia bukanlah Matemu. Harlie hanyalah cinta pertama yang tidak akan pernah bisa kau miliki, karena dirimu bukanlah Putri biasa. Kau tidak akan pernah bersanding dengan seorang kaum rendah sepertinya."
"Diam!!"
"Lupakan dia, karena para Dewa pun tidak akan merestui itu, Vaselli-----"
"Hentikan! Kumohon hentikan semua ini, kenapa? Kenapa Dewa pun tidak bisa bersikap adil untukku, KENAPA?!!"
PRANG!!
Lucy menghancurkan cermin besar dihadapannya. Berharap sosok itu segera menghilang, semua barang diatas meja riasnya harus terhempas jauh saat Lucy melampiaskan semua amarahnya.
"Aaa--hiks!! Aku benci dengan semua ini."
Lucy begitu lelah dan sangat muak dengan semua permainan menyakitkan ini, kenapa hanya dia yang tidak bisa menjadi seorang Putri di sebuah dongeng yang selalu berkisah bahagia?
Seakan dia seekor burung yang patah sayap di sangkar megah. Berusaha menggapai langit namun angkasa menolaknya, mencoba bersandar pada alam tapi daratan mengasingkannya, dan seakan ingin berbagi kisah pada lautan tapi air mengabaikannya.
Ia adalah hal yang sangat butuh jawaban, terkadang Lucy tertawa menyedihkan saat semua sikap Harlie adalah sebuah dendam yang harus merenggut kebahagiaanya.
Lantas, apakah ia adalah karma dari orangtuanya dulu?
"Semuanya bohong! Aku tidak ingin lagi jatuh cinta, aku tidak mau merasakan kepedihan ini lagi, hiks."
Lucy menghancurkan susunan buku perpustakaan mininya, yang berisikan koleksi cerita dongeng semasa kecilnya.
Selama ini ia bisa bertahan karena semua harapannya terkuat dari buku yang selalu menjadi teman malam untuknya. Meski ia pun tahu, bahwa sebenarnya ia tidak punya kesempatan untuk memilikinya.
Tapi sungguh, adakah kalian yang tidak punya harapan---bahwa cinta pertama kalian bisa merasakan dan membalas perasaan tulus yang selalu terbungkam di dalam hati.
Namun kini, semua harapan itu telah hilang, kepercayaannya mulai mengkabur saat kata penolakan itu masih terus merajam hatinya dengan begitu tersiksa.
"Aku benci dengan diriku sendiri, hiks ...., aku benci harus menjadi seorang Putri yang tertawan, hiks."
Lucy memilih untuk membakar semua buku-buku yang ada disini, sebuah kisah dongeng yang selalu bunya katakan bahwa setiap Putri akan memiliki kisah bahagianya sendiri, tapi Lucy sudah cukup bersabar dengan semua kisah fiksi itu.
Bahwa dirinya tidak akan pernah bahagia. Lucy mencengkram kuat kerah gaunnya seakan meminta hatinya yang terus berdenyut perih segera berhenti.
Ia masih menangis sakit ditengah kobaran api yang mengelilinginya---yang ikut terbakar seperti buku yang terkikis menjadi abu, membawa kesadarannya yang kian mulai hilang.
"Lucy !!" Lezzy berteriak histeris saat melihat bilik kamar Putrinya telah direnggut kobaran api---sungguh ia tidak menyangka betapa menderitanya Putri kecilnya.
Fedrick membawa Lucy keluar kamar sedangkan Welliam memadamkan api yang ada di kamar Adiknya, mereka tidak menyangka Lucy yang selau terlihat ceria begitu sangat depresi dengan kenyataan ini.
Dan Welliam berjanji akan membuat Harlie menyesali perbuatannya kepada Adik tersayangnya.
Lezzy mendekap Putrinya, ia kecup sayang dan begitu terlihat prihatin. Aletha telah menceritakan semua yang terjadi kepada Lucy, dan sungguh ia tak menyangka Putrinya telah lama menanggung semua beban itu.
"Maafkan Ibu Lucy, harusnya Ibu mengatakan yang sebenarnya kepadamu seiring kau beranjak dewasa ...."
----°°• 🍁 •°°----
Yo Author, minta maaf jika kalian kecewa dengan Update nya. tapi disini Author ada 2 cerita yang harus di Up sehingga membutuhkan waktu untuk membuat kedua cerita tersebut.
Author harap kalian mengerti, terimakasih banyak sudah menanti. Akan di usahakan Up 2-3chapter ❤❤❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!