NovelToon NovelToon

Bos Galak I Love You

Ditinggalkan Ayah

"Mas! Jangan pergi!" ucap Yulia berjongok dibawah kaki Menir.

"Lepaskan aku!" Menir membereskan barang-barang miliknya.

"Kumohon jangan pergi! Kamu tega meninggalkan aku dan putri kita," ucap Yulia menangis sesegukan.

"Aku tidak mau hidup susah, aku ingin menikah dengan janda kaya," ucap Menir dengan nada tinggi tanpa menghiraukan perasaan istrinya.

Dilah mengintip dari kamar, mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya.

"Mas! Kamu tega sama kami," Yulia terisak tangis.

"Ah! Minggir," Menir menendang Yulia hingga terjatuh.

Setelah barang-barang Menir sudah dimasukkan ke dalam tas ia langsung acang-acang untuk pergi.

"Ayah! Ayah! Ayah mau kemana?" Dilah menarik-narik tangan Menir agar ia tidak pergi dari rumah.

Menir menatap tajam pada Dilah, "Lepaskan Ayah!" Menir mendorong hingga Dilah terjatuh ke lantai.

"Ayah!"

Yulia menarik tangan Dilah agar tidak menghalangi jalan Menir.

"Sudah Nak, ayah sudah tidak menginginkan kita," ucap Yulia sambil memeluk Dilah. Kedua wanita tersebut menangis sambil memeluk satu sama lain. Dilah menggepal tinju, inilah awal kebenciannya pada semua laki-laki.

10 Tahun Kemudian

Dilah tamat dari sekolah menegah atas. Ia berlari untuk menemui ibunya, ia ingin memberikan berita baik tentang kelulusannya dan beasiswa kuliah di universitas ternama di Indonesia.

"Ibu! Ibu!" Dilah memicingkan matanya, mencari dimana ibunya. Ia sudah tidak sabar untuk memberitahu kabar baik ini.

Dilah terbelalak melihat ibunya yang sudah tidak bernyawa. Memang belakangan ini ibunya sakit parah.

"Ibu! Bangun, Bu!" ucap Dilah sambil menggoyangkan tubuh ibunya. Berharap ibunya bangun kembali.

"Ibu, Dilah lulus, Bu," ucap Dilah menitikan air mata tapi ibunya tidak bangun juga.

"Ibu! Dilah dapat beasiswa," ucap Dilah memeluk ibunya namun tetap saja Yulia tidak meresponsnya.

"Tolong! Tolong! Tolong!" Dilah berteriak meminta pertolongan. Para tetangga langsung menuju rumah kontrakan yang di tempati Dilah dan Yulia.

"Ibu kamu sudah meninggal," ucap ibu tetangga sebelah rumah Dilah.

Air mata Dilah tumpah membanjiri pipinya.

"Seandainya aku punya uang pasti ibuku tidak seperti ini," gumam Dilah sambil memeluk ibunya.

"Dilah, ibumu pernah berpesan pada ibu waktu ibu lagi berbicara padanya. Ia ingin sekali kamu jadi sukses dan kaya raya. Ia ingin kamu membuktikan pada semua laki-laki bahwa perempuan juga bisa lebih hebat dari laki-laki," ucap ibu tetangga sebelah rumah mengatakan pesan ibunya semasa hidup.

"Iya Bu, aku akan sukses dan ikuti pesan ibuku." Dilah bersemangat, ia semakin membenci laki-laki.

2 Bulan Kemudian

Dilah kuliah di universitas ternama dan elit. Ia cukup pintar dan cantik, banyak para pria yang meliriknya akan tetapi ia tak menghiraukan itu. Berulang kali ia mendapatkan pernyataan cinta dari beberapa pria yang menaruh hati padanya, akan tetapi ia menolaknya dengan pedas. Sejak saat itu, tidak ada yang berani menyatakan cinta padanya. Jika ada yang cinta dengan Dilah biasanya mereka hanya memendam cinta itu dan menunggu hingga layu di dalam hati.

Dilah pulang dari kampus, ia melihat orang yang membuatnya menjadi benci pada semua laki-laki ternyata tersenyum bahagia dengan wanita dan dua anak mereka. Dilah semakin dendam. Seharusnya ia dan ibunya yang diposisi seperti itu. Tapi yang ia lihat orang lain yang bahagia bersama ayahnya.

"Aku jijik melihatmu Menir, semua laki-laki memang begitu, tidak setia, jahat, dan tidak tahu diri. Aku akan membuktikan padamu Menir aku bisa lebih kaya dari istrimu yang kau cintai itu dibandingkan ibuku."

Sukses

Dilah membangun usahanya sendiri. Kini usahanya menjadi maju. Ia menjadi pengusaha muda wanita yang sukses. Bahkan ia bersaing dengan pemuda-pemuda yang sukses lainnya. Banyak juga para pengusaha muda yang berniat untuk meminangnya menjadi istri tapi Dilah menolak. Kebenciannya terhadap pria belum berakhir malah semakin bertambah saja setiap harinya.

"Fina, entah mengapa aku ingin punya anak," ucap Dilah sambil menoleh kearah Fina yang sedang menyetir.

Fina adalah sahabatnya waktu kuliah dulu. Fina adalah wanita cantik dan cukup dipercaya oleh Dilah dalam membantunya untuk mengurus perusahaan.

"Punya anak?" Fina melotot tajam kearah kaca depan mobil.

"Apakah kau sudah mulai mencintai seorang pria?" Fina menahan tawa, selama ini ia tahu benar Dilah membenci semua laki-laki.

"Aku benci dengan semua pria, tapi kali ini aku ingin punya anak, bagaimana ya caranya punya anak tanpa menikah?" tanya Dilah sambil menopang dagu.

"Hmm..." Fina berpikir sambil menyetir.

"Bagaimana kalau kau mengadopsi anak dari panti asuhan, aku akan menghantarkanmu kesana," ucap Fina memberi solusi.

"Ah! Tidak... Tidak.. Tidak... Aku ingin anak yang lahir dari rahimku sendiri. Seperti ibuku yang melahirkanku." ucap Dilah menolak solusi Fina.

"Bagaimana kalau kita menyewa seorang pria. Kau tinggal melakukannya dengan pria itu. Lalu bayar dia dan kau punya anak," Fina memberi solusinya kembali.

"Fina, aku tidak mau punya anak yang tidak sah. Aku ingin punya anak yang sah. Seperti ibuku yang punya anak yang sah yaitu aku," ucap Dilah menolak kembali membuat Fina menggeram kesal.

"Ah! Dilah kau banyak menolak. Ya sudah ini saranku yang terakhir jika kau menolaknya aku tidak mau memberi saran lagi."

"Kau sewa seorang pria, suruh dia menikahimu setelah kau punya anak, buang dia."

Dilah terdiam, ia berpikir solusi Fina ada benarnya juga. Cuma itu satu-satunya cara agar punya anak yang sesuai keinginannya.

"Baik, tapi siapa dia?"

Fina hanya diam ia fokus menyetir saja.

"Huh! Seandainya saja tanpa seorang laki-laki aku bisa punya anak, mungkin aku tak akan melakukan ini." Dilah mengeluh tapi entah mengapa ia ingin sekali punya anak.

"Jangan bilang kau ingin punya anak perempuan." Fina sudah menduga keinginan sahabatnya itu.

"Kau benar Fina, aku ingin anak perempuan yang lucu seperti diriku," ucap Dilah dengan nada imutnya.

Fina memutar bola matanya. "Bagaimana jika seorang anak laki-laki yang lahir?" tanya Fina antusias.

"Aku langsung membuangnya, aku tidak ingin anak laki-laki! Aku benci laki-laki. Jangan sampai aku melahirkan anak laki-laki," ucap Dilah bersikukuh ingin punya anak perempuan.

Sesampainya di perusahan, Dilah melihat asing pada pria yang menyapu diruangannya.

"Kau! Siapa yang memperbolehkan laki-laki bekerja di perusahanku?" Dilah bertanya dengan nada tinggi.

Dengan cepat Gina datang keruangan bosnya.

"Maaf Nona, saya terpaksa menerimanya," ucap Gina menunduk.

"Kenapa!" Dilah melotot kearah Gina.

"Kebetulan clening servis yang lama telah pulang kampung dan aku merasa kasihan dengan pemuda ini, Nona. Dia memerlukan uang yang banyak untuk kebutuhan ibunya yang sedang sakit." ucap Gina menceritakan kebenarannya. Pemuda tersebut hanya menunduk.

Dilah tersentak mengingat kejadian waktu dulu. Ketika ia tidak punya uang untuk membawa ibunya berobat dan akhirnya ibunya pulang menghadap sang pencipta.

"Baiklah, cuma dia saja laki-laki yang boleh bekerja di perusahaanku." Dilah menegasi pada Gina agar tidak menerima karyawan pria lagi.

Seminggu Kemudian

"Aku kasihan ya sama Ali, karyawan baru di tempat kita bekerja," gosip Gina pada rekan-rekan kerjanya.

"Iya aku juga," Lusi menimpali.

"Kalian tahu tidak, Ali selalu dibentak-bentak. Padahal kan dia bekerja dengan baik. Ada saja salahnya dimata Bos Dilah," ucap Gina yang merasa kasihan pada Ali.

"Iya, padahal Ali anaknya baik, penurut, sopan, dan santun tapi entah mengapa Nona Dilah membencinya," Dini ikut bergosip.

"Ehem," Dilah berdehem, seketika para karyawannya langsung mengerjakan pekerjaannya masing-masing.

"Dimana manusia bernama Ali itu? Mengapa dia belum membersihkan ruanganku?" ucap Dilah mengeram kesal.

Gina langsung datang menghadap Dilah. Ia memastikan kembali ruangan bosnya itu. Ia tidak mungkin salah lihat, dengan jelas ia melihat Ali membersihkan ruangan bosnya.

"Nona, ini ruangan sudah bersih," ucap Gina menahan geram pada bosnya.

"Aku ingin yang lebih bersih lagi!" ucap Dilah membentak.

Gina menciut, ia menundukkan pandangan.

"Panggil Ali sekarang!" teriak Dilah memenuhi ruangan.

"Ba.. Ba.. Baik Nona," ucap Gina gugup.

Gina memanggil Ali yang sedang membersihkan ruangan manager.

"Ali, Bos Dilah memanggil," ucap Gina berdiri di depan Ali yang sedang menyapu lantai.

"Bos memanggil?" Ali berbinar, sebenarnya ia menaruh hati pada Dilah. Walaupun Dilah selalu memarahinya, membentaknya, dan melihatnya tidak suka. Ia tetap mencintai bosnya itu.

"Iya cepatlah! Sebelum kau di makan olehnya," ancam Gina agar Ali mempercepat gerakannya.

Gina dan Ali berjalan menuju ruangan Dilah. Ketika Dilah melihat Ali. Selalu saja hatinya menjadi panas, rasa benci kepada laki-laki telah tertanam dalam dihatinya. Akan tetapi Ali tersenyum manis melihat Dilah.

"Ada apa Nona?" tanya Ali sambil menunduk. Jika ia terus menatap Dilah, rasanya sangat berdebar. Ia takut salah tingkah kepada Dilah.

"Mengapa ruanganku kotor seperti ini? Mengapa teh belum disedikan? Mengapa ada sedikit debu ini? Mengapa buku dan semuanya tidak seperti semalam?" Dilah memberikan deretan pertanyaan yang membuat Ali bingung. pasalnya, teh sudah ada dimeja, ruangan sudah bersih, bahkan posisi buku dan berkas telah rapi sesuai susunan semalam. Hanya satu kesalahan Ali, ada debu itupun sedikit, jika kita tak memperhatikannya mungkin tidak melihat debu itu.

Gina memutar bola matanya, ia tidak habis pikir. Ada saja alasan Dilah untuk memarahi dan membentak Ali. Ali malah menganggap kemarahan Dilah adalah sebuah keberuntungan, alasannya ia bisa berlama-lama bersama Dilah.

"Aku mau kau membereskan semuanya, teh yang dimeja itu di ganti dan debu ini dibersihkan! Aku mau semuanya benar-benar bersih!" Dilah memerintah sesuka hatinya. Iya, iya, kita semua sudah tahu kalau dia bosnya.😒

Ali kembali membersihkan ruang kerja Dilah.

Apa ini caramu Nona, agar bisa berlama-lama bersamaku, Ali membatin sambil curi-curi pandang pada Dilah yang sedang bekerja.

Hari ini kebetulan Fina ingin membahas masalah anak yang diinginkan Dilah. Ia datang keruangan Dilah tanpa mengetuk pintu. Ia kaget melihat ada seorang laki-laki diruangan sahabatnya itu.

"Eh! Fina itu kau?" Dilah mengalihkan pandangan dari komputer kearah sahabatnya.

"Ali, kau boleh keluar!" perintah Dilah dengan nada dingin.

"Permisi Nona," Ali tersenyum pada Dilah dan Fina. Fina membalas senyum Ali tetapi tidak dengan Dilah, ia enggan untuk membalas senyum itu.

"Wah... Dilah, lebih baik dia saja yang kau sewa untuk jadi suamimu," ucap Fina yang merasa Ali cocok bersama sahabatnya.

"Aku malas kalau dia yang kusewa."

"Tapi Dilah, pria itu terlihat polos dan baik, kau akan beruntung jika kau menikah dengannya. Lagi pula itu untuk sementara. Setelah kau punya anak, buang saja dia."

"Aku belum siap," ucap Dilah ketus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!