★★★
"Siapa yang bernama Nela di sini?" seru seorang perempuan yang berada di luar pintu toko bunga.
Semua karyawan di sana seketika menghentikan kegiatannya sembari menoleh kearah sumber suara tersebut.
"Mana perempuan yang bernama Nela itu!" serunya lagi dengan nada meninggi.
Sementara Nela yang mendengar suara menyebut nama nya dengan samar, mencoba keluar untuk memastikan siapa wanita yang sedang mencari nya di sana.
"Ada apa mencari ku, dan kamu siapa?" sahut Nela mendekat sambil mengernyitkan dahi menatap wajah wanita itu.
"Dasar perempuan murahan!" Amarah yang benar-benar membara sehingga tidak dapat menahan emosi saat melihat Nela, perempuan itu tiba-tiba saja menampar pipi Nela dengan keras.
Plakkk...
"Aw!"
Nela meringis sambil mengusap pipinya yang terasa panas dan sakit.
"Apa kamu sudah gila menampar ku begitu saja, sebenarnya apa yang kamu inginkan disini,?" ucap Nela yang masih terlihat bingung bahkan sedikit pun tidak menyangka jika perempuan itu akan berbuat kasar padanya.
"Oh kamu masih sok tidak tau, dasar pelakor!" Bukan nya berhenti, perempuan itu malah mendekat kearah Nela dan menjambak rambut nya dengan kasar.
"Ah lepas, lepaskan aku!" ucap Nela memohon. Tangan nya mencoba melerai genggaman perempuan itu, namun ia tidak bisa menahan saat rambutnya semakin ditarik kebelakang.
" Kamu harus menerima balasan atas apa yang telah kamu perbuat," Perempuan itu semakin meraung bagaikan singa kelaparan. Sementara Nela terus meringis kesakitan dan memohon agar perempuan itu segera menghentikannya.
"Najwa hentikan!!!!" Teriak seorang pria dari kejauhan, berjalan tergesa-gesa menghampiri keduanya.
"Tidak Des, aku tidak akan menghentikan sebelum dia mati ditangan ku. Perempuan murahan ini telah menghancurkan hubungan kita," sahut Najwa yang semakin mengeratkan genggaman nya di rambut Nela.
"Apa kamu sudah gila, lepaskan dia," Desman melerai kedua nya sehingga aksi gila Najwa terhenti.
"Des, jangan hentikan aku," Najwa kembali memberontak sehingga tubuhnya terlepas ditangan Desman.
"Hufftt!" Desman membuang nafas kasar sembari menatap tajam kearah Najwa. Rasa malu tengah menghampiri saat menyadari orang disekitar tengah memperhatikan mereka.
"Kamu sudah tidak tau malu! Lihat disekitar mu, mata semua tertuju pada mu," Desman mencoba menyadarkan Najwa agar menghentikan kekacauan yang tengah ia perbuat.
"Mila, sebaik nya bawa Najwa pergi dari sini," titah Desman menatap kearah Mila, teman Najwa yang sengaja datang untuk menemani.
Tetapi perempuan itu benar-benar tidak berfungsi disana, bukan nya menghentikan Najwa. Mila malah asyik menonton seakan kedua perempuan didepan nya bagaikan ayam yang tengah bertarung.
"Mila, kamu mendengar ku kan!" bentak Desman yang sudah geram terhadap wanita itu.
"Oh, i-iyah Des. Naj, ayo kita pergi," sahut nya buru-buru meraih lengan Najwa dan menarik nya untuk segera pergi dari sana.
"Tunggu!" tolak Najwa menepis tangan Mila.
Kembali melangkah kearah Nela, namun Desman sigap menahan tubuhnya.
"Kamu mau ngapain lagi," cegah Desman agar Najwa tidak lagi menyentuh dan menyakiti Nela.
"Akan ku peringatkan kamu sekali lagi, dendam ku masih belum selesai. Aku akan membalas mu lebih dari ini!" tatapan Najwa penuh kebencian kepada Nela, dan menyumpahi untuk menyakiti Nela sampai hati nya terpuaskan.
Di sana Nela hanya diam tanpa menanggapi sepatah kata, hatinya memang sakit dan merasa malu sebab dirinya dikatakan pelakor.
Padahal sejauh ini Nela tidak tau Desman menganggap nya apa dan siapa, mereka memang berhubungan namun satu tahun bersama tidak sekali pun Desman mengatakan cinta padanya.
Menurut Nela mereka hanya sebatas teman yang saling melengkapi kesepian masing-masing.
"Sudah lah, tolong hentikan! Lebih baik kamu pergi," Desman terus mengusir Najwa, karena menurut nya--- jika Najwa pergi suasana akan membaik.
Najwa membuang nafas kasar sembari menghentakkan kaki lalu berbalik arah.
"Ayo kita pergi," menarik tangan Mila lalu segera pergi dari sana.
Hening sejenak. Sementara Nela baru bernafas lega, karena akhirnya Najwa pergi dari sana.
"Nel pulang yuk," ajak Vina tersenyum kearah Nela. Gadis ini terlihat biasa saja, bahkan keributan yang barusan terjadi ia tak tahu.
"Ehm, biarkan aku mengambil tas ku sebentar," sahut Nela hendak melangkah.
"Ah tas mu sudah ku bawa, nah," ucap Vina segera menyerahkan tas itu. Lalu Nela menerima nya.
"Oh makasih Vin, ya sudah yuk," Nela cukup mengabaikan Desman, tidak peduli dengan dia yang masih ada di sana. Hari ini Nela cukup lelah atas perbuatan tunangan Desman yang tidak jelas itu.
"Nela tunggu," Cegah Desman berlari kecil saat Nela dan Vina bersiap untuk pulang.
"Aku antar kamu pulang," ucapnya menawarkan diri untuk mengantar Nela.
"Tidak perlu, aku pulang bareng Vina saja," jawab Nela menolak dengan wajah datar.
Desman tidak berhenti sampai disitu, ia menggeleng bahkan meraih pergelangan Nela supaya nurut terhadapnya.
"Tidak, aku harus mengantar mu. Aku ingin bicara dengan mu sebentar," titahnya bersikeras.
"Aku tidak mau!" Nela yang masih keras kepala tetap saja menolak ajakan pria itu.
"Vina kamu duluan saja, aku akan mengantar Nela nanti," tidak peduli dengan penolakan, Desman malah menyuruh Vina untuk pergi duluan.
Vina mengangguk lalu beranjak pergi. " Na, aku duluan yah,"
"Tunggu Vin," cegah Nela berlari kearah Vina.
"Nel, berhenti!" Desman terus menahan dengan gercep menarik tangan Nela saat hendak mendahuluinya.
Vina tersenyum dengan tingkah kedua orang ini, bahkan sudah terbiasa melihat mereka yang selalu berdebat sebelum akhirnya berbaikan kembali.
"Tak apa Nel ikut lah bersama Desman, aku pulang sendiri," ucapnya melambaikan tangan kearah sahabat nya lalu mengambil kendaraan beroda duanya.
"Hufft, kamu benar-benar tega Vin!" gumam Nela terlihat lesu, dan merasa seperti tidak ada satu orang pun mengerti dengan keadaannya.
"Tuh kan Vina pergi, itu tandanya aku yang akan mengantar mu pulang," senyum semangat terlihat jelas mengambang di bibir pria itu. Sementara Nela hanya menatap diam kearah nya.
"Yuk," ajak Desman, perlahan menggenggam pergelangan Nela berniat membawa nya masuk kedalam mobil.
"Hentikan Des aku tidak mau ikut dengan mu, dan tidak ingin membicarakan hal apa pun!" tolak Nela menepis cekelan Desman, lalu melangkah untuk pergi.
Nela berpikir, alangkah baik nya jika menghindar agar Desman tidak lagi mengganggu nya.
Cukup hari ini, Nela sangat terpukul atas perbuatan Najwa bahkan semata-mata menganggap diri nya perebut lelaki orang.
Malu--- ya Nela cukup malu bahkan tidak punya muka lagi menatap orang di sekeliling.
"Argh dasar keras kepala," pekik Desman mulai ada rasa kesal dan sedikit emosi karena Nela seakan terus menguji kesabaran nya.
★★★
Lanjut lagi yah beb ku, jangan lupa tetap stay.,.!!¡!!¡
😘😘😘😘😘
★★★
Desman tidak punya pilihan lain, ide nya cukup cemerlang. Dari pada pusing lebih baik ia mengambil mobil untuk mengejar wanita nakal itu.
"Nel ayo masuk," titah nya saat Nela berjalan berpapasan dengan mobil nya.
"Sudah ku bilang aku tidak mau, untuk apa kamu mengikuti ku terus," jawab Nela dengan ketus, dan terus berjalan mengabaikan Desman.
"Benar-benar kamu membuat ku marah Nela!" gertak Desman, keluar dan membanting pintu mobil lalu berlari mengejar Nela yang sudah mulai jauh mendahului nya.
Nela yang tidak menyadari keberadaan Desman dari belakang tiba-tiba saja merasa di kejutkan saat tubuh nya terangkat dan dibawa lari masuk ke dalam mobil.
"Ahhh lepaskan aku!" Nela berteriak sambil memberontak memukuli bahu Desman dengan sekuat tenaga.
"Turunkan aku atau aku pecahkan kaca mobil mu," bentaknya menatap Desman penuh dengan amarah saat tubuhnya berhasil terseret kedalam mobil.
"Bodoh amat! ," Desman merasa menang sekarang, tidak peduli lagi seberapa besar amarah Nela padanya. Ia tersenyum lalu melajukan mobilnya.
"Desman!!!! Berhenti sekarang---!!" berteriak sekencang mungkin sambil menarik kuat handel pintu mobil.
"Nela, tenang," sahutnya yang hanya melirik kearah Nela namun tetap fokus untuk menyetir.
"Aku tidak mau, turunkan aku sekarang!" teriak Nela semakin histeris di dalam mobil.
Desman tak lagi menyahut, hanya sesekali mengulurkan tangan kearah Nela namun dengan kasar Nela menepis.
"Nel kok kamu tidak seperti biasa nya," tanya Desman merasa heran.
"Yah aku memang sudah tidak seperti biasa lagi pada mu," sahut Nela yang kemudian menatap tajam kearah Desman.
"Kamu tahu kenapa?" tanya Nela---namun Desman menggeleng.
"Tidak, aku sama sekali tidak tahu," jawab nya pada akhirnya tanpa merasa bersalah.
"Berarti kamu memang sudah tidak waras sekarang," sahut Nela masih berapi-api. Ia membuang pandangannya kearah jendela sambil menyandarkan punggungnya di kursi jok kemudi.
Desman kembali menoleh kearah kirinya lalu mendapati Nela sudah mulai sedikit tenang.
"Aku tidak habis pikir setelah kejadian yang membuat ku sangat malu dengan perilaku tunangan mu, kamu malah terlihat biasa saja," Nela memang lagi sedih dan kacau, seharusnya Desman mengerti keadaannya bukan malah semakin membuatnya emosi seperti ini.
"Ah tentang tadi sore sudah lupakan saja, dia hanya tunangan masih belum resmi menjadi istri ku," jawaban Desman yang membuat Nela kikuk, pria ini memang benar gila.
Kejadian tadi sore Desman hanya terlihat bodoh amat untuk menanggapi nya.
Nela menelan saliva nya dengan kasar sembari menatap heran kearah Desman.
"Aku ingin hentikan semua ini Des. Aku tidak mau jadi korban dalam emosi tunangan mu," ucap Nela memohon. Setelah satu tahun mengenal pria ini hari-harinya memang penuh dengan kebahagiaan, Desman selalu memberi perhatian padanya namun dibalik itu Nela hanya di jadikan sebatas pemuas nafsu tanpa mengatakan cinta atau perasaan lebih pada hubungan yang telah mereka jalin.
Mendengar permohonan Nela, Desman tersenyum kecut
"Aku tidak bisa Nel, sudah lah kamu jangan takut dengan ancaman tidak karuan dari Najwa. Percaya lah selagi ada aku, ku pastikan kamu tetap aman," entah bagaimana perasaan Desman kepada perempuan itu, untuk mengungkapkan nya saja ia bingung.
Tidak ingin terikat dengan cinta namun ia sendiri tidak bisa menghentikan keinginannya terhadap Nela.
"Jika kamu seperti ini berarti sama halnya kamu juga bertujuan untuk menyakiti ku,"ucap Nela dengan lirih, dan tanpa penolakan setetes air mata yang paling berharga bagi nya terjatuh begitu saja.
"Bukan seperti itu Nel," sahut Desman mulai tidak enak.
"Aku cuman ingin kita bersenang-senang saja sebelum kita terikat dalam pernikahan, sudah cuman itu saja," Ucap Desman yang masih merasa bodoh amat dan menganggap jika Nela melakukan hal yang sama dengannya.
Setelah tersadar dari lamunan, Nela baru menyadari jika arah rumah nya telah dilalui oleh Desman.
"Des kamu mau bawa aku kemana? Stop Des, putar balik kearah rumah ku!" desaknya menarik lengan Desman dengan brutal.
"Kita ketempat biasa dulu," sahutnya tetap tidak mau menuruti keinginan Nela.
"Tidak, pokoknya aku tidak mau!!!" dan tentu saja, Nela kembali dengan sikapnya yang tadi. Menarik dan memukuli Desman serta berteriak-teriak meminta untuk diantar pulang.
"Terlambat Nel, kita sudah sampai ayo turun," Desman turun dari mobil sembari membukakan pintu untuk Nela.
"Aku tidak mau!" Nela masih enggan turun, wajah nya begitu cemberut sambil melipat kedua tangan nya di dada.
"Apa kamu mau aku gendong sampai kedalam?" tanya Desman menampakkan senyumnya.
"Tidak perlu," jawabnya lalu turun dengan terpaksa.
Melihatnya sedikit menurut, Desman mengangguk lalu berjalan kearah apartemen nya.
"Kamu pikir aku semudah itu nurut pada mu," gumam Nela yang berencana kabur.
Sementara Desman, tampak menyadari saat Nela berlari.
"Nela kamu mau kemana!" teriaknya ikut berlari mengejar Nela.
Langkah kaki yang begitu besar sangat mudah mengalahkan langkah kecil Nela sehingga ia dengan cepat menahan Nela kembali.
" Aku tidak mau ikut denganmu Des, lepaskan aku," dan lagi-lagi rencananya gagal, pria itu selalu berhasil tanpa memberi ruang untuk Nela terbebas dari kungkungan nya.
"Hufft, aku tidak habis pikir, segigih ini rencana mu untuk kabur dariku," Desman terlihat sesak, namun ia tetap berhasil.
Akhirnya Nela kembali ia genggam walau pun secara paksa.
***
Beberapa menit kemudian, kini keduanya telah sampai di dalam apartemen milik Desman yang secara diam-diam Desman membeli nya tanpa sepengetahuan Najwa tunangan nya.
"aw Desman sakit!!!!!" jeritan serta teriakan terdengar sangat menggema di ruang apartemen itu saat Desman membanting nya dengan kasar di atas sofa.
"Hihi, habis kamu berat banget," sahut nya malah tertawa cekikikan.
"Hufft!" Desman membuang nafas lega sambil meregangkan otot tangan dan leher nya.
Sementara Nela menatap nya penuh dengan kebencian.
"Kamu mau membicarakan hal apa, ayo ucapkan!" ucap Nela langsung pada intinya, dan tidak ingin berlama-lama lagi disana.
"Nanti saja, rilex dulu sebentar," sahut Desman yang hanya mengabaikan kekesalan dan emosi Nela padanya.
"Cih dasar pria aneh," Selain mengomel tidak ada lagi yang bisa dilakukan Nela, ia pasrah dan menunggu apa yang akan terjadi selanjut nya.
"Hem," mendengar omelan demi omelan, Desman cukup dibuat berisik namun tak mengapa yang terpenting sekarang ia sudah berhasil membawa Nela kesana.
"Nah minum dulu," ucap Desman menawarkan sebotol air mineral yang baru saja ia ambil dari dalam lemari pendingin.
"Tidak butuh," sahut malah Nela menolak nya.
"Lalu apa yang kamu butuh, kehangatan kah?" tanya Desman memancing.
"Cih ogah!" sahut Nela kesal sembari melempari Desman bantal sofa.
★★★
BERSAMBUNG...
★★★
Desman tersenyum miring lalu ikut terduduk di sofa yang sama dengan Nela.
"Jangan munafik Nel, bukankah sesuatu itu kamu sangat menyukainya?" bisik Desman terus menggoda.
"Cih apaan sih!" kata-kata itu sukses membuat Nela merinding, seketika semua adegan yang selama ini Desman lakukan kembali terngiang-ngiang di pikirannya.
"Hei kok malah bengong," ucap Desman terus memancing, ia tahu saat ini Nela bahkan tidak bisa menolak dan akan luluh dengan nya.
"Jangan Des, aku tidak ingin lagi. Mulai hari ini, kita akhiri semuanya," katanya untuk berusaha menolak.
"Ayo lah Nel, berhenti meminta ku untuk tidak melakukannya. Aku menginginkan mu Nela, kamu harus mengerti," bujuk pria buaya itu, tubuhnya semakin menempel dengan Nela seraya bergelayut manja membelai-belai seluruh wajah Nela.
"Kamu punya tunangan, kenapa bukan padanya saja kamu melakukannya," Nela semakin berusaha menghindar namun karena belaian-belaian Desman, tubuhnya seketika membeku.
"Setiap orang rasanya pasti berbeda," disini Desman sudah tidak bisa menahan hasratnya, ia menginginkan tubuh mulus nan seksi itu dan berharap Nela mengizinkan padanya.
Tanpa memberi kesempatan pada Nela untuk menghindar, Desman perlahan mengecup leher Nela dengan tangan yang terus mengelus lembut bahu sang wanitanya.
"Des, hentikan" Nela mencoba menepis saat jari-jari Desman terus membelai bahu nya, rasa nya geli namun entah mengapa Nela juga menikmati nya.
"Nel, ayo lah jangan menolak ku," bujuk Desman, ia menatap dalam mata Nela lalu mengecup bibir nya sekilas.
"Tidak boleh, yah tetap tidak boleh," Nela beranjak dari duduknya lalu menangkup kedua pipi Desman yang sudah terasa panas dan memerah, mungkin karena na*su nya yang sudah membara.
"Des coba dengar aku sedikit saja," ucap Nela menatap sendu wajah pria itu.
"Aku bukan tidak mau, sebagai wanita dewasa pasti juga menginginkan kepuasan dari seorang pria bahkan aku tidak munafik tentang hal itu. Tapi di antara hubungan kita ada tunangan mu, dan aku juga wanita Des tentu merasakan sakit jika kekasih ku bermain api dengan wanita lain. Begitu juga dengan Najwa ia merasakan hal itu, kali ini pokok nya aku tidak memperbolehkan mu melakukan nya lagi pada ku," tegas Nela sangat bijak untuk memberi pengertian kepada Desman, mungkin hubungan terlarang antara dia dan Desman akan ia akhiri. Dan juga akan mencoba untuk menjauhi Desman.
"Tidak," Desman menggeleng lalu perlahan melepaskan kedua tangan Nela di pipi nya.
"Aku sudah tidak bisa lagi menghentikan nya dengan mu Nel, kau tau aku sudah tergila-gila pada tubuh mu," bujuk Desman terus merayu, entah mengapa jika sudah di dekat Nela rasanya ingin segera menelanjangi nya dan menghantam nya.
Nela menurut nya seperti makanan yang sudah menjadi favorit nya jika tidak ia makan maka rasa ngidam nya tidak bisa tersalurkan pada apa pun.
"Sudah lah, jangan membujuk ku," Nela sudah tidak ingin tergoda lagi, ia meraih tas nya dan bersiap ingin pergi dari sana.
"Nela, kau mau kemana?" tanya Desman menarik tangan nya.
"Aku sangat lapar, bisa kah kau menemaniku makan ?" jawab Nela lalu beranjak pergi keluar dari apartemen milik Desman.
"Hufft, baik lah kali ini aku akan menunda nya," Desman berdiri dari duduk nya, ia mendengus kesal padahal gairah nya sudah di unjuk tanduk bahkan junior nya terus memberontak karena sampai detik ini belum bisa tertuntaskan.
***
Desman membawa mereka ke kafe terdekat dari apartemen milik nya, dan di sana Nela segera memesan makanan nya karena perut nya sudah sangat lapar.
Setelah penolakan itu terjadi Desman cukup diam dan sudah tidak banyak bicara seperti biasa, dan hal itu Nela mengetahui nya.
"Kamu tidak ingin memesan makanan mu?" tanya Nela membuka obrolan, sikap dingin Desman tiba-tiba muncul dan membuat hati Nela seperti tidak tega padanya.
"Tidak, aku tidak lapar" jawab nya cuek, bahkan pandangan tidak teralihkan dari ponsel saat Nela berbicara pada nya.
"Aku minta maaf Des," ucap Nela tiba-tiba sehingga membuat perhatian Desman teralihkan seketika.
"Karena ku, kau pasti sangat kecewa, maaf yah tapi aku benar-benar ingin mengakhiri semua ini," lanjut Nela yang merasa sangat bersalah, tapi jalan yang ia pilih menurut nya tidak salah. Ia harus menjauhkan Desman agar Najwa tidak menyakiti nya lagi.
"Cih, mengakhiri kamu bilang? Sorry Nel aku tidak bisa, jangan pernah menghentikan ku soal itu," Desman yang sangat menikmati tubuh Nela tentu saja tidak semudah membalikan telapak tangan untuk ia berpaling, sebelum ada pernikahan antara dia dan Najwa selama itu juga berbuat dosa dengan Nela tidak akan ia hentikan.
"Klo begitu ayo nikahi saja aku," ajak Nela mencoba mendengar seperti apa tanggapan Desman tentang dia yang ingin di nikahi.
"Kamu gila, sudahlah berhenti membahas ini. Aku sudah tidak mood, lebih kita pulang saja," dan ternyata Desman tidak bisa memberi jawaban tentang hal itu kepada Nela, ia malah mengalihkan segala pembicaraan dan ingin menghentikan membahas nya.
Mendengar jawaban Desman, Nela tersenyum getir. Tidak menyangka jika dirinya bukan lah tujuan utama Desman. Selama ini kurang lebih dirinya hanya sebatas pelepas hasrat nya saja. Nela baru merasakan penyesalan dengan diri nya yang terlalu bodoh selama ini, kenapa na*su benar-benar menyelimuti akal sehat nya sehingga tidak berpikir jernih saat menyerahkan tubuh nya begitu saja dengan pria brengsek seperti Desman.
"Aku akan mengantar mu pulang, ayo!" kata Desman dan menaiki mobil dengan Nela yang menyusul nya juga.
Sepanjang perjalanan mereka sama-sama diam dan tenggelam dengan pikirannya masing-masing, Nela tidak henti-henti menyayangkan jalan kehidupan nya bersama dengan Desman.
Sejuta penyesalan pun bermunculan di dalam hati nya, berbeda dengan Desman ia tidak memikirkan lagi hal apa pun. Pikiran nya malah fokus hanya pada hasratnya yang belum tersalurkan.
***
Tidak terasa waktu begitu singkat sehingga mobil yang membawa mereka tengah terhenti di depan rumah Nela.
"Makasih Des, aku mau masuk dulu," ucap Nela menatap wajah Desman sebelum ia benar-benar meninggalkan pria itu.
Desman menoleh lalu tanpa Nela sadari ia menarik Nela dalam dekapan nya. Di sana ia mencium bibir Nela dan memeluknya begitu erat.
"Besok-besok jangan menolak ku seperti ini, aku tersakiti Nel," bisik nya, dan kembali melepaskan pelukan nya.
"Ih pikirkan mesum Mulu, tobat woy tobat!" Nela mencebik sambil menoyor kepala Desman dengan gemes.
"Aku mau masuk, bye!" tanpa aba-aba pun Nela turun dari mobil Desman dan segera masuk kedalam rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!