NovelToon NovelToon

Mengubah Takdir Part II

Episode 1 : Prolog

Tubuhku terasa sangat berat dan kepalaku terasa sangat sakit setelah memberikan seluruh darah dan kekuatanku kepada Sony, yang aku bingungkan apakah sekarang aku benar - benar sudah mati dan berada di surga? AKu tidak ingat apa yang sudah terjadi pada setelah itu. Tapi kenapa aku berada di sebuah tempat yang berwarna hitam pekat dan aku hanya melihat seorang perempuan yang memiliki wajah sepertiku berdiri di depanku dengan tersenyum kepadaku

"Kamu siapa?" tanyaku bingung

"Aku itu kamu dan kamu itu aku, sekarang aku telah ke surga jadi aku telah memberikanmu tubuhku yang lemah itu. Jaga tubuhku baik - baik ya" gumam anak perempuan itu menghilang di depanku

"Tunggu? Apa maksudmu?" teriakku bingung

"Nak... Nak kamu sudah sadar??" teriak seorang wanita yang membuatku terkejut, aku membuka mataku dan aku berada di sebuah rumah sakit dan ada dua orang wanita yang berdiri di kiri dan kananku

"I... Ini dimana?" tanyaku penasaran

"Ini di rumah sakit, komplikasi jantungmu kambuh jadi kamu dirawat disini" gumam wanita berpakaian putih tersenyum kepadaku

"Komplikasi jantung?" Aku sangat bingung apa yang terjadi "Apa aku bertukar posisi dengan anak perempuan yang aku temui tadi? Apa dia sudah meninggal karena penyakit komplikasi jantungnya?" gumamku dalam hati

"Iya benar, tidak aku sangka penyakit bawaanmu itu bisa sembuh dengan cepat padahal penyakit itu susah sembuhnya" jelas wanita berbaju putih itu

"Oh nak aku sangat bersyukur kamu kembali sehat seperti ini" gumam wanita paruh baya itu memelukku

"Kamu siapa?" tanyaku terkejut

"Kamu tidak ingat aku siapa?" tanya wanita itu terkejut dan aku menggelengkan kepalaku

"Aku ibumu nak, masa kamu lupa denganku?"

"Ibuku?" gumamku bingung

"Iya aku ibumu, mmm dokter kenapa anakku bisa lupa?" tanya wanita itu khawatir

"Mungkin karena dia sudah koma selama hampir setahun jadi otaknya menjadi lupa dengan apapun, tapi saya yakin dia baik - baik saja" ucap wanita berbaju putih meyakinkannya

"Oh mungkin saja, tidak apalah yang penting kamu sehat Sali anakku"

"Sali?"

"Ya namamu Sali Lan" gumam wanita itu tersenyum

"Sali Lan?" gumamku sedikit kaget, kenapa nama yang diberikan hampir sama dengan namaku dan marganya sama - sama marga Lan?

"Dokter apa anakku bisa keluar rumah sakit?"

"Bisa, kemungkinan besok karena hari ini rekam medisnya keluar"

"Oh begitu ya..." desah wanita itu mengelus lembut rambutku

"Baiklah saya permisi" gumam wanita berbaju putih itu meninggalkan ruanganku

Aku tidak percaya kalau wanita paruh baya yang ada di depanku adalah ibu dari pemilik tubuh ini, dan juga kenapa nama serta wajahku dengan pemilik tubuh ini sama. Apa yang terjadi sebenarnya?. Kepalaku sangat kacau sekarang, aku masih bingung kenapa semuanya terlihat seperti kebetulan tapi ini sangat - sangat nyata

"Nak kamu kenapa?" gumam ibu mengkhawatirkanku

"Mmm ti.. Tidak ada apa - apa ibu, cuma kepalaku sedikit sakit" gumamku memegang kepalaku dengan tanganku

"Nak kamu makan dulu ya habis itu istirahat" gumam ibu membawakan makanan untukku

"Iya ibu" ucapku tersenyum dan ibu menyuapiku dengan penuh kasih sayang

"Mmm ibu kemana ayah?"

"Kenapa kamu tiba - tiba bertanya ini?"

"Ya aku ingin tahu saja ibu, apalagi saat aku sadar aku hanya melihat ibu saja"

"Hmmm ayahmu tidak ada disini"

"Kemana ayah?"

"Ayahmu sedang sibuk pekerjaan nak"

"Pekerjaan? Emang ayah kerja apa?"

"Ayahmu itu bos perusahaan"

"Oh ya jadi jarang pulang dong?"

"Iya anakku sayang, jadi kamu jangan sedih ya"

"Tidak, aku tidak bersedih ibu"

"Hmmm syukurlah kamu sekarang berubah, dulu kalau kamu kenginget ayahmu kamu selalu menangis"

"Menangis?"

"Iya karena ayahmu jarang pulang ke rumah" gumam ibu meletakkan piring kotor itu dan mengambil tas yang ada di atas meja

"Oh begitu ya" desahku pelan

"Nak ibu bekerja dulu ya, kamu harus istirahat biar kamu cepat sembuh" gumam ibu mencium keningku dan pergi meninggalkanku sendirian di kamar

Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ke sebuah kaca yang ada di depanku dan menatap wajahku yang sekarang

"Padahal kan aku sudah memberikan seluruh darah dan kekuatanku kepada Sony tapi kenapa wajah ini sangan dengan wajahku yang dulu bahkan mataku tetap berwarna merah?" gumamku bingung

"Apa jangan - jangan kekuatanku masih ada di tubuh ini?" gumamku memfokuskan pengliatanku ke gorden kamar perawatan dan membaca mantra yang masih aku ingat

Aku berusaha fokus ke gorden jendela itu dan tidak aku duga ternyata gorgen itu bisa membuka sendiri

"Ternyata bisa? Kenapa aku masih punya kekuatan ini?" gumamku bingung

"Kalau kekuatanku masih ada apa aku bisa berteleportasi lagi?" gumamku mencoba memikirkan suatu tempat dan melangkahkan kakiku. Aku membuka mataku dan terkejut ternyata aku masih berada di ruang perawatanku

"Tidak bisa ya?" desahku terduduk di sofa

"Sepertinya aku hanya memiliki kekuatan kecil seperti ini dan aku benar - benar menjadi manusia biasa" desahku pelan

"Sony... Steven apa aku berhasil melakukannya? Semoga kalian baik - baik saja" gumamku menatap keluar jendela yang menyajikan pemandangan indah dan dihiasi sinar matahari pagi yang menyilaukan mata

Kalau tubuhku sudah menjadi tubuh manusia sesungguhnya aku sudah tidak bisa melkaukan papun yang pernah aku lakukan di masa lampau, tapi mungkin ini takdirku sekarang yang bukan menjadi darah tiga campuran yang diperebutkan oleh seluruh raja - raja alam lain

Episode 2 : Tamparan Ibu

Seharian penuh aku sendirian di kamar perawatan dan sesekali dokter dan suster datang untuk memeriksa keadaanku, bahkan sampai pagi hari ibu pemilik tubuh ini belum kembali sama sekali. Aku sendiri merasa kasihan dengan hidup Sali yang sendirian seperti kehidupanku dulu cuma aku dikelilingi orang - orang yang sayang kepadaku tapi rasa sayang itu aku sia - siakan begitu saja

Aku terduduk di sofa sambil melihat lalu lintas kota yang padat ditemani suasana sepi yang aku rasakan, aku sangat rindu orang - orang yang ada di sekitarku dulu dan aku juga rindu dengan Steven dan sangat rindu dengan Sony.

"Bagaimana kabar kalian berdua Steven dan Sony?" gumamku pelan

"Tapi kenapa hatiku terasa sangat sakit ya?" gumamku pelan

Toookkk ... Ttookkkk

Tiba - tiba pintu kamar perawatanku terketuk keras dan masuklah seorang laki - laki tampan yang wajahnya mirip dengan Xiao Min masuk ke dalam kamar perawatanku yang membuatku sedikit terkejut

"Xiao Min?" gumamku menatap wajah tampan itu

"Xiao Min? Xiao Min itu adik saya nona, kenapa nona tahu adik saya padahal nona tidak pernah bertemu adik saya" gumam laki - laki itu terkejut

"Mmm aku tadi memakai name tag tulisannya Xiao Min di luar tadi wajahnya mirip denganmu" gumamku berbohong

"Mungkin yang nona lihat adik saya, adik saya berkuliah di sekitar sini nona"

"Oh ya? Dia berkuliah dimana?"

"Kwanchi University"

"Kwanchi University ya?" desahku pelan, aku teringat kampusku dulu

"Ada apa nona terlihat sedih?"

"Ti.. Tidak ada, ngomong - ngomong siapa kamu?"

"Saya Wan Min, saya sopir pribadi Nyonya Lan"

"Sopir pribadi? Bukannya keluarga Min itu keluarga parlemen ya?" gumamku bingung

"Nona kok bisa tahu?"

"Ya aku membaca berita tadi" gumamku berbohong lagi

"Ya itu dulu nona, sekarang ayah sudah turun jabatan jadi ya kami semua harus memulai dari nol" gumam Wan Min menatapku dengan sedih

"Oh begitu ya? Mmm ngomong - ngomong kamu kenapa datang kesini?"

"Oh ya hampir lupa, nona hari ini diperbolehkan pulang oleh dokter jadi nona pulang hari ini"

"Ibu kemana?"

"Nyonya sedang sibuk beberapa hari, oh ya nyonya juga berpesan kalau nona besok mulai berkuliah"

"Kuliah? Kenapa ibu tidak memberitahukanku langsung?"

"Kan Nyonya sering menitipkan pesan nona, apalagi Nyonya orang yang sangat sibuk"

"Beritahu ibu kalau dia tidak ngomong langsung kepadaku aku tidak mau kuliah" gumamku kesal "Apa apaan ini coba masa ibu tidak perhatian banget sama anaknya, sama kayak ayahku dulu mempentingkan pekerjaan dari pada kebahagiaan anaknya" gumamku dalam hati dengan kesal

"Baik nona, nanti saya akan memberitahukan Nyonya. Mari nona kita pulang"

"Baguslah" desahku turun dari sofa dan mengikuti Wan Min keluar kamar

"Barang - barangku bagaimana?"

"Tenang saja nanti ada orang yang mengambilnya"

"Oh begitu ya" desahku mengikuti langkah kaki Wan Min keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam sebuah mobil mewah

"Silahkan nona" ucap Wan Min membukakan pintu untukku

"Terimakasih" gumamku dan mobil melaju meninggalkan rumah sakit

Selama perjalanan aku melihat daerah yang tidak asing bagiku, daerah yang sering aku lalui di masa laluku. Bahkan saat mobil melewati kampusku aku jadi teringat tentang Nana, Steven, Leo, Sony, Xiao Min, dan teman - temanku lainnya

"Ada apa nona?" gumam Wan Min menatapku dari spion mobil

"Tidak ada" desahku pelan

"Nona ingin kuliah disitu?"

"Tidak perlu, biarkan masa lalu terkubur dalam - dalam" desahku pelan

"Maksudnya nona?"

"Tidak ada, itu tidak penting" gumamku pelan

Emang aku kangen dengan mereka semua tapi aku tidak mungkin bisa merasakan hal yang sama seperti masa laluku itu, apapun usahaku menunjukkan kalau aku Sani akan sia - sial dan pasti mereka akan menganggap Sani itu sudah tidak ada di dunia ini

"Nona kita sampai" ucap Wan Min membuyarkan lamunanku

Aku menatap keluar jendela dan aku melihat sebuah apartemen mewah berdiri megah di depanku, aku sangat terkejut pemilik tubuh ini sangatlah kaya

"Ini apartemen?"

"Iya nona, apartemen milik nyonya. Mari silahkan masuk nona" gumam Wan Min membukakan pintu mobil dan berjalan mendahuluiku masuk ke dalam apartemen

Wan Min menekan tombol lift dan pintu lift pun terbuka, aku mengikuti Wan Min masuk ke dalam lift itu. Selama di dalam lift Wan Min tidak berkata apapun dan hanya terdiam sampai pintu lift terbuka kembali

"Nona ini kamar anda, silahkan" gumam Wan Min membuka pintu sebuah kamar yang ada di lantai paling atas dari apartemen ini

"Terimakasih" gumamku masuk ke dalam ruangan itu dan mengunci pintu itu

Di dalam ruangan aku melihat kamar yang sangat mewah dan terdapat tempat tidur, lemari pakaian, bahkan barang - barang ruangan yang menghiasi kamar ini. Aku membuka gorden jendela dan melihat pemandangan kota yang sangat menakjubkan

"Waaahhh gila ini keren banget" gumamku terkejut

"Hidupnya pemilik tubuh ini sangat mewah, sangat berbeda dengan hidupku dulu" gumamku tidak percaya

"Aku harus menikmatinya, apalagi diriku sekarang hanya manusia biasa. Kesempatan bagus? Kenapa tidak dinikmati saja!!" gumamku senang

Aku menuju ke dapur mengambil beberapa makanan dan menyalakan televisiku, aku ingin melihat berita terupdate saat ini apalagi aku sudah lama tidak menonton berita

"Berita selanjutnya,Kwanchi Univercity akan membuka pendaftaran kembali di tahun ini dengan syarat yang telah di tentukan, berikut penjelasan Steven Huan selaku kepala kampus Kwanchi University..." ucap pembawa acara tersenyum

"Hai, saya Steven Huan mengajak kalian untuk bisa bergabung bersama kami di Kwanchi University, kami tunggu kedatangan anda" ucap Steven tersenyum

"Steven tetap menjadi kepala kampus ya?" gumamku terkejut

"Aaauuu sangat tampan bukan, jadi daftarkan diri anda sekarang" ucap pembawa acara tersipu malu

"Adduuuh ini berita atau iklan sih" gerutuku kesal dan mengganti siaran televisi ke anime

"Hmmm nonton ini aja deh" gumamku membuka camilanku sambil menonton anime di televisiku

Aku menonton televisi seharian penuh dan ditemani camilan yang aku sukai, tanpa aku sadari aku menonton televisi sampai sore hari, tiba - tiba aku terkejut dengan suara pintu kamar terbuka padahal pintunya aku kunci sebelumnya

Cekrek

suara pintu kamar terbuka dan aku melihat ibu pulang dengan wajah marah menatapku dengan tatapan capek

"Nak kamu malah nonton televisi terus, kenapa kamu tidak belajar? besok waktunya sekolah tau!!" protes ibu mematikan televisiku dan mengambil seluruh sisa camilanku

"Ibu kenapa sih pulang - pulang marah - marah"

"Ya bagaimana tidak marah kalau kamu seperti ini!!"

"Ya aku sendirian di kamar tidak ada siapapun, kenapa aku menonton televisi malah dimarah!!"

"Ya bagaimana ibu tidak marah kalau kamu tidak belajar malah bermain - main seperti ini, besok kamu mulai kuliah"

"Kuliah? Buat apa aku kuliah"

"Buat apa? Kamu kuliah juga untuk masa depanmu juga, kamu harus kuliah"

"Emang aku kuliah dimana?"

"Kamu akan kuliah di Kwanchi Universitu"

"Apa? Kenapa harus disitu? Aku tidak mau!!" protesku, tapi tidak aku sangka wanita itu menamparku dengan kuat

Plaaaakkk

"Sifat beranimu kepada ibumu masih tetap sama saja ya, mending kamu mati saja dari pada menyusahkanku terus!!" teriak ibu dengan nada tinggi dan itu mengingatkanku dengan nada tinggi Sony di suatu tempat, aku ingat nada tinggi ini tapi aku tidak ingat di mana tempatnya

"Ya aku sangat marah tahu, sangat amat marah... Sudah aku bilang jangan kamu beri darahmu kepadaku tapi kamu malah keras kepala memberiku darahmu dan bahkan kamu memberikan darahmu ke raja kegelapan sialan itu!!!" teriakan Sony yang masih ingat di pikiranku membuat pikiranku terasa kacau

"Itu hukumanmu"

"Hukumanmu"

"Hukumanmu" Ucapan Sony yang masih terus terngiang - ngiang di kepalaku,

"Hukumanku? Apa hukumanku? Apa inkarnasi ini adalah hukumanku? Kenapa kau bisa mendapatkan hukuman? Aku salah apa? Apa yang terjadi sebenarnya?" teriakku seperti orang gila yang kehilangan arah tapi tamparan terus menerus menampar pipiku ini

Plaaak

Pllaaakkk

Plllaaaakkk

"Kenapa aku punya anak sepertimu? Kenapa coba? Kenapa?" teriak ibu menamparku terus menerus sampai pipiku terasa sangat panas tapi aku hanya diam saja, aku diam bukan berarti aku mengalah tapi aku diam karena pikiranku sangat amat kacau

"Seharusnya aku membunuhmu saat kamu tidak sadar tahu, lebih baik kamu mati saja!!! Kamu sama seperti ayahmu tidak berguna!!!" teriak ibu kesal

"Haaah membuang - buang waktuku saja, pokok aku tidak mau tahu kamu besok mulai berkuliah!!" teriak ibu membanting pintu kamarku

Hatiku terasa sangat sakit, aku tidak pernah mendapatkan tamparan yang keras seperti ini di kehidupanku yang lalu, apa ini memang kelakuan Sony dan Steven? Kalau memang mereka berdua, kenapa Sony dan Steven tega melakukan ini kepadaku? Apa yang aku lakukan dulu terasa salah dimata mereka berdua?

"Sony!!!... Steven!!!" Kalau ini adalah hukuman untukku setelah apa yang aku berikan kepada kalian di masa lalu, kalian sangat amat kejam kepadaku!!" teriakku kencang

"Tega - teganya kalian menyiksa batinku seperti ini kenapa tidak kalian buang saja aku ke neraka!!! Kenapa kalian menyiksaku seperti ini!! Kenapa!!!" teriakku kesal

"Seumur hidupku aku benci kalian!!! Tau tidak aku membenci kalian!!! Aku tidak akan sudi menjadi permaisuri kalian berdua sampai kapanpun" teriakku kesal

Gleeegaaarrrr

Tidak aku sangka teriakkanku menciptakan guntur yang sangat kencang dan hujan lebat turun membasahi tanah di muka bumi ini, yang aku ingat kalau aku kesal hujan petir akan berbunyi kencang pertanda Steven sedang marah namun aku masih tidak tahu artinya kenapa petir berbunyi bersamaan dengan hujan yang deras seperti ini

Yang aku tahu sekarang ... Kenapa aku mendapatkan takdir seperti ini? Bagaimana carakku untuk mengubah takdirku? Bagaimana nasibku yang akan datang? Aku tidak tahu, aku bingung, aku linglung, aku tidak siap bertemu dua orang raja itu lagi

Episode 3 : Meluapkan Emosi

Semalaman aku tidak bisa tidur karena pikiran yang sangat amat kacau, tapi namanya manusia biasa apapun yang terjadi pasti akan membutuhkan tidur yang cukup. Tapi tidurku yang nyenyak dengan mimpi indahku sirna saat seseorang menyiramkan air dingin di atah wajahku yang membuatku terkejut setengah mati

"Bangun bocah pemalas!!" teriak ibu menyiramkan seember air yang ada di tangannya

"Ibu?" gumamku terkejut

"Kenapa ibu menyiramku dengan air dingin, aku kedinginan tahu!!" protesku

Pllaaaakkk

Tamparan kembali mendarat di pipiku, aku sangat terkejut punya ibu yang tempramental seperti ini. Kenapa aku tidak punya ibu seperti ibuku yang dulu?

"Bocah sialan waktumu untuk kuliah bukan enak - enak tidur disitu!!" protes ibu menarik rambutku dan mendorong tubuhku ke dalam kamar mandi

"Aku tidak mau tahu lima menit kamu berangkat kuliah!!!" teriak ibu menutup pintu kamar mandi dengan keras

Aku menghidupkan keran air dan menangis sekencang - kencangnya, aku menatap langit yang sangat cerah di luar apartemen sedangkan hidupku merasa berada di penjara nyata kehidupan yang menyebalkan

"Apa kalian puas sekarang membuatku menderita!!!" teriakku kesal

"Sungguh kejam kalian Steven ... Sony, aku akan membalas kalian kalau kekuatanku kembali" gerutuku kesal

Aku segera mandi dan berisap - siap untuk pergi kuliah pertama yang menyebalkan itu, aku sebenarnya suka saja kuliah tapi kenapa harus di universitasku yang dahulu? Sungguh menyebalkan.

"Nona sudah siap?" tanya Wan Min di depan pintu

"Sudah" gumamku dingin, aku harus berperilaku layaknya tidak ada apapun yang menimpaku semalam dan juga hari ini

Wan Min fokus mengendarai mobilnya dengan serius sedangkan aku sangat amat malas untuk pergi sebenarnya, tapi kenapa juga aku khawatir aku kan murid baru pasti tidak akan bertemu dengan mereka

"Mmm benar juga aku kan murid baru hehehe" tawaku pelan

Setelah beberapa menit berkendara akhirnya kami sampai di kampusku yang dahulu, Bangunan yang masih tetap sama bahkan bangunan asrama mahasiswa kelas malam juga masih ada. Wan Min turun dari mobil dan memberikanku sebuah kertas

"Nona ini tulisan kelas anda dan kamar anda... Anda bisa masuk ke dalam kelas sekarang... Oh ya nanti nona tidak perlu pulang karena nona akan hidup di asrama"

"Asrama? Emang ibu ngebolehin?"

"Boleh, malah dia meminta agar nona tinggal di asrama mulai sekarang. Nanti barang - barang nona akan dimasukkan ke kamar anda, sekolah - yang semangat nona. Saya pamit dulu" gumam Wan Min masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkanku

"Di asrama? Mmm akhirnya bisa terbebas dari nenek sihir yang menyebalkan itu" gumamku senang, aku membuka kertas itu dan terkejut kalau aku berada di kelasku yang dulu

"Apa? Kelas A?" teriakku kaget

"Ya Tuhan siksaan untukku lagi" gumamku patah semangat tapi mau tidak mau aku harus masuk ke dalam kelas

Di loby gedung kelas aku bertemu dengan wali kelasku yang dulu dia tersenyum kepadaku dengan ramah

"Kamu Sali Lan ya?" gumam wali kelasku tersenyum

"Eee.. Mmm iya pak"

"Baiklah mari masuk ke kelas" gumam wali kelasku berjalan mendahuluiku

"Mmmm kita tidka ke kepala kampus dulu ya pak?"

"Tidak perlu, nanti kalau kepala kampus memanggilmu kamu tinggal menemuinya sendiri"

"Mmm baiklah" desahku kesal "Kenapa harus aku sendiri sih? Kamu tidak perlu memanggilku Steven!!" gerutuku kesal

Tidak membutuhkan lama kami berjalan, akhirnya kami sampai di depan kelas dan aku ngikuti wali kelasku masuk ke dalam ruang kelas. Di ruang kelas aku melihat kursiku yang dulu kosong belum ada yang menempati sama sekali

"Selamat pagi anak - anak" sapa wali kelasku dengan ramah

"Pagi juga pak"

"Baiklah hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu"

"Mmmm a... Aku Sali Lan, salam kenal semua. Mohon bantuannya ya" gumamku tersenyum tapi tidak aku sangka respon teman - temanku menatapku dengan sinis

"Hei dia bukannya anak haram itu ya?" bisik salah satu temanku

"Ya benar, anak haram yang kaya karena ibunya menjual diri di laki - laki kaya di seluruh negara"

"Ohh ya aku pernah dengar itu, iisshhh siapa ya ayah dia?"

"Aku juga tidak tahu, sungguh menjijikkan" bisik teman - temanku yang membuatku sedikit sedih

"Anak haram? Jadi pemilik tubuh ini adalah anak haram? Udah punya penyakit komplikasi jantung bahkan anak haram lagi, haduh kenapa juga aku inkarnasi di tubuh yang menyedihkan seperti ini" gumamku dalam hati

"Hei kalian semua diam, dia masih murid baru jangan menghakiminya seperti itu!!" protes wali kelasku

"Dia tidak pantas di kelas ini pak!! " teriak salah satu temanku laki - laki

"Ya benar"

"Ya pindahkan saja ke kelas lain"

"Ya benar"

"Hei tenang kalian semua!!" teriak Xiao Min beranjak dari tempat duduknya

"Dia murid baru jadi hormatilah sedikit" gumam Xiao Min dengan nada sedikit meninggi

"Hei ketua kelas kenapa kamu membelanya?"

"Aku tidak membelanya, untuk saat ini hormatilah dia sebagai murid baru. Selanjutnya lakukan sesuka kalian" gumam Xiao Min dingin dan kembali duduk di tempat duduknya

"Nah itu baru ketua kelas kita"

"Nah aku setuju, aku ingin menginjak - injak harga dirinya"

"Ya aku juga"

"Harap tenang kalian... Nah Sali jangan di masukan ke dalam hati ya, kamu bisa duduk di kursi kosong itu" gumam wali kelasku menunjuk kursiku yang dulu

"Te... Terimakasih pak" gumamku pelan dan aku duduk di tempatku yang dahulu

"Baiklah kita mulai pelajaran hari ini" gumam wali kelasku dan pelajaran dimulai dengan suasana tenang walaupun mata - mata sinis dan dingin menatapku tanpa henti sampai pelajaran berakhir

Setelah wali kelasku pergi dari kelas ada seseorang yang menarik rambutku dengan kuat dari belakang dan aku melihat Nana yang menarik rambutku

"Heei bocah sialan pergi kamu dari kursi itu!!"

"Kenapa juga ini tempat dudukku" protesku menahan sakit

"Kamu tidak pantas duduk di kursi sahabatku"

"Sahabatmu?"

"Ya, kursi ini kursi milik Sani Lan walaupun muka kalian sama dan nama hampir sama kalian berdua tetap berbeda"

"Sahabat?" gumamku sedikit terkejut saat Nana menganggapku sahabat

"Nana? Kamu menganggapku sahabatmu ternyata" gumamku sedikit senang tapi Nana malah menarik rambutku kuat

"Haah? Sahabatmu? Aku tidak puya sahabat dari anak haram sepertimu!!" teriak Nana kesal

"Aku Sani Lan na, apa kamu ingat?"

"Hahaha hei semua dia mengaku Sani Lan" teriak Nana dan semua teman - temanku tertawa

"Sani itu berbeda denganmu kamu kotor dan menjijikkan tahu"

"Aku benar - benar Sani Lan, aku saat ini berinkarnasi di tubuh Sali Lan" gumamku menjelaskan kepada Nana tapi malah Nana menarik rambutku dengan sangat kuat

"Heeh anak haram kamu tidak usah mengaku - ngaku kalau kamu sahabatku tahu"

"Apa sih kalian berisik??" protes Sony yang duduk di kursinya dulu

"Sony?" gumamku terkejut

"Nih dia mengaku - ngaku kalau dia Sani Lan, bukannya itu lucu!!" teriak Nana kesal

"Lepaskan tangamu itu!!" gumam Sony menatap Nana dengan serius dan Nana melepaskan rambutku, Sony beranjak dari tempat duduk dan menatapku dengan sangat dingin

"Terimakasih Sony" gumamku tersenyum tapi tanpa aku duga Sony menampar wajahku dengan kuat

Pllaaaaaakkk

"Kenapa kamu menamparku Sony?" gumamku terkejut

"Sony? Berani - beraninya kamu sok akrab denganku"

"Kamu lupa denganku?" tanyaku pelan tapi Sony menamparku sekali lagi

Plaaaakkk

"Heeeh aku tidak pernah ingat tentangmu apapun itu dan perlu kamu ingat.." gumam Sony menarik pakaianku dengan kuat

"Sampai kapanpun kamu bukanlah Sani Lan yang dulu, kamu hanya sampah" ucap Sony dingin dan mendorongku dengan kuat sampai aku terjatuh ke lantai

"Kamu yang memberiku hukuman seperti ini dan kamu yang menyiksaku seperti ini" gumamku pelan

"Ya memang aku dulu salah telah melanggar janjiku kepadamu, tapi aku apa yang aku lakukan untuk kebaikanmu" gumamku pelan dan berusaha untuk berdiri

"Haaah kebaikanku? Itu tidak ada baiknya sama sekali, kamu hanyalah sampah"

"Oh begitukah" protesku mendorong Sony tapi Sony tidak terjatuh sama sekali

"Hei anak haram berani - beraninya kamu mendorong Sony!!" teriak Nana kesal

"Dia kamu... Ini bukan urusanmu, urusanku dengan dia!!" teriakku kesal

"Hei Sony asal kamu tahu aku memang melakukan itu karena aku mencintaimu aku ingin menjagamu agar kamu bisa mengalahkan raja kegelapan" gumamku menatap Sony dengan serius

"Tapi apa yang aku lakukan di masa lalu itu, kamu malah menyiksaku dengan memberikan hukuman yang menyebalkan seperti ini"

"Apa kamu puas? Apa kamu sudah puas menyiksaku seperti ini? Apa kamu puaaasss!!!!" teriakku kesal, aku sangat kesal dengan Sony dan juga Steven sangat amat kesal tapi Sony hanya diam

"Kenapa tidak membuangku ke neraka saja dari pada aku harus berinkarnasi di tubuh yang dipenuhi derita ini" gumamku menarik pakaian Sony dengan kuat

"Asal kamu tahu Sony, apapun akhir dari drama yang menyebalkan ini aku tidak akan bersedia dan tidak akan pernah bersedia menjadi permaisurimu ataupun menjadi permaisurimu Steven sialan" gumamku melirik Steven yang sedang berdiri di depan kelas dengan tatapan dingin

"Seumur hidupku kedua ini aku akan membenci kalian berdua!!!" teriakku mendorong Sony kesal dan berlari meninggalkan kelas

Aku tidak tahu kenapa aku bisa langsung mengatakan semua yang ada di pikiranku langsung ke arah Sony bahkan Steven secara kebetulan berada di depan kelas dan menatapku dengan dingin, padahal yang aku inginkan pengakuan dari teman - temanku kalau aku itu Sani Lan bukan Sali Lan. Tapi aku juga tidak terlalu peduli yang penting pikiranku yang menyebabkan aku semalaman tidak bisa tidur akhirnya bisa terluapkan semua untuk hari ini

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!