Pagi yang sangat indah, dihiasi dengan suara kicauan burung yang terasa seperti alunan musik yang sangat merdu. Sinar matahari menyelinap masuk pada dinding dinding jendela kamar membangunkan jasad jasad yang dikehendakinya dan juga semangat yang membara dalam hati anak kecil yang berada di kamar tersebut.
Hari ini adalah awal dia memasuki Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Bina Bangsa, yang terletak tak begitu jauh dari rumahnya, SMP terfavorit dikotanya dan dia salah satu orang yang beruntung bisa bersekolah disana.
Ia teramat senang karna sekolah baru menandakan bahwa ia akan mendapatkan teman teman baru dan kisah baru, yang akan menjadi pengalaman dan cerita kenangan disuatu hari nanti pada anak cucunya.
"Pah Mah Andini berangkat dulu yah Pah Mah, Assalamualalaikum." Andini berpamitan pada kedua orangtuanya dan tak lupa ia mencium kedua tangan orang tuannya itu.
Yaa.. Dialah Andini Maheswari putri tunggal dari pasangan Agas Pradipta dan Adilla. Dia putri cantik, cerdas, sopan, penyayang, dan sabar dan memiliki ciri ciri berkulit kuning langsat, hidung mancung, bermata seperti orang korea dan perawakan kurus. Dia adalah putri kebanggan kedua orang tuanya.
Agas pradipta seorang pemilik dari perusahaan Bill Star yang bergerak dalam bidang Pangan, ia sukses diawal umur 35 tahunan, perusahaannya berada dimana mana bahkan terkenal diseluruh penjuru Indonesia.
Walaupun begitu Agas mengajarkan Andini untuk selalu rendah hati, mau menolong yang sedang bersusah, mengajarinya berhemat karna baginya masih ada hak orang lain yang ada dalam harta yang telah dititipkan Allah padanya, dan dia memberi dan mengajarkan Andini cinta yang tulus.
Meski Andini seorang anak tunggal dan dibesarkan dengan cinta yang teramat sangat tidak membuatnya menjadi anak manja seperti kebanyakan anak seusiannya akan tetapi ia sudah memiliki sifat dewasanya ketika ia berumur 12 tahun.
Brugh..
Andini sontak kaget melihat kearah sampingnya, ia mendapati seseorang gadis yang duduk di sebelahnya, duduk dibangkunya dengan tidak hati hati sehingga menghasilkan bunyi dari meja yang ada dihadapannya.
"Aww" pekik anak perempuan yang berkulit putih berwajah oriental dan rambutnya diikat dua sisi kiri dan kanan.
" Hai kau meja bodoh kenapa ada dihadapanku, mengapa tidak menyingkir, tanganku sakitkan karnamu." Anak perempuan itu memaki maki bedan mati yang ada dihadapannya sekarang.
"Haha haha.. kamu ada ada saja, marah marah pada benda mati" ucap anak lelaki yang baru saja tiba.
"Ah sudah kau jangan mentertawaiku" ucap anak perempuan itu pada anak laki laki.
"Oh ya kamu siapa ? bolehkah aku duduk disebelahmu ?" tanya sekaligus pintanya pada Andini.
"Aku Andini, kau boleh duduk disitu tapi perkenalkan dulu dirimu " ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Bella Farasya " ucapnya membalas uluran tangan Andini.
"Hai kau kenapa masih disitu " tanya Bella.
Orang yang dari tadi mentertawainya masih berada disampingnya mendengarkan percakapan dua insan.
"Kenalin aku Michell " ucap anak laki laki itu dengan mengulurkan tangan ke dua orang yang berada di hadapannya.
Teeeeeet teeeeeeet teeeeet
Bell yang menandakan masuknya sekolah pun berbunyi dengan sangat keras, membubarkan setiap kumpulan murid, menyuruhnya untuk diam dikelas masing masing dan duduk manis menunggu guru masuk pada tiap tiap kelasnya.
Anak baru adalah sebuah status yang disandang oleh Andini, Bella, Michell serta teman temannya. Dalam kelas barunya guru menyuruhnya untuk memperkenalkan diri, mereka berdiri dari tempat duduknya masing masing menyebutkan nama, alamat, serta hobby mereka.
Ada seorang laki laki yang menyita perhatian dari Andini yaitu Chandra. Perawakan tinggi kurus, berkulit putih, dia terlihat pendiam, tapi penyayang, dan terlihat cerdas. Andini mengaguminya sejak pertama ia melihat. Karna ia terlihat berbeda dari teman laki laki yng lainnya. Perbedaan yang sangat menonjol itu banyak dikagumi teman teman Andini berikut Andini namun ia terlihat cuek akan semua itu.
****
Dalam suatu hari pada jam istirahat Andini pernah tidak keluar kelas dan Chandra pun ada disana, bukan berarti Andini mencari perhatiannya namun ia sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya karna ia sedikit tidak menyukai PR. Tiba tiba Chandra menghampirinya ke tempat ia berada sekarang.
"Hai " sapanya dengan sebuah senyuman.
"Iya Chan dra " ucapnya dengan nada pura pura mengingat nama orang yang berada dihadapannya.
"Iya Andini ya, boleh aku tanya sesuatu sama kamu" ucap Chandra yang berada tepat disamping Andini.
Deg deg suara jantung Andini yang beritme cepat.
"Iya bo bolehh, apa ?" Gugup ketika ia menatap intens wajahnya.
"Kamu kenal Pak Agas ?"
"Iya itu Papahku, ada apa ?" tanya Andini penasaran.
"Ouhh enggak, aku keluar dulu yah. " Chandra pun pergi dengan mimik wajah yang tak bisa Andini artikan. Karna pada saat itu umurnya yang masih terbilang belia dan sifat meraka yang masih begitu polos tidak menyiratkan apapun.
Berawal dari itulah Andini mulai menyukai menulis dan bercerita pada diary-nya tentang Chandra.
Tapi ternyata hari itu adalah percakapannya terakhirnya, kini Chandra mulai tak menanggapi adanya Andini, ia selalu bersikap acuh, dingin, dan tak mau tahu. Entah apa yang membuatnya seperti itu hanya dia yang tahu akan jawaban dari pertanyaan yang terbesit di hati Andini.
Walaupun demikian ia selalu menepisnya pikiran buruknya terhadap sikap Chandra dan tidak berhenti mengaguminya, memperhatikannya, menjadikan ia sebagai tanda semangat belajarnya dan juga menganggapnya sebagai lawannya karna Chandra juga salah satu murid yang pintar. Dan benar saja Andini selalu mendapat peringkat pertama.
Walaupun begitu teman temannya tidak mengetahui bahwa Andini mengagumi Chandra sampai pada saat Andini memberanikan diri untuk bertanya pada temannya bernama Nelly yang juga tetangganya Chandra.
"Nelly aku mau tanya, Chandra gimana sih orangnya, keliatannya pendiem gitu. "
"Dia sebenernya anak penurut, baik, rajin lagi disini aja dia kaya gitu " ucapnya datar, namun ada sedikit rasa penasarannya.
"Kenapa, kamu suka dia " tanyanya kemudian dengan senyum yang mengodanya.
"Ahh engga, liatnya aja dia sering diem gak kaya yang lain."
"Mmm bohong kamu."
"Enggak aku jujur " Andini mengangkat tangan dan membentuk huruf v dengan kedua jarinya.
"Hehe iya iya, terserah deh. "
Karna penuturan dari Nellylah yang membuat rasa kagum Andini pada Chandra semakin menjadi jadi, pandangannya pun tidak pernah terlepas dari dirinya, ia sedang belajar, bermain sepak bola, sedang makan, Andini tau semua tentang yang dilakukan Chandra.
Tanpa mereka semua sadar Bella pun sama seperti Andini menyimpan perasaan pada seorang anak lelaki yang pertama mentertawakan ulahnya, ya Michell. Michell juga termasuk orang yang pintar tapi tak sepintar Chandra, tampan, dan juga sedikit nakal. Masih nakal dengan sebatas pergaulan anak SMP seperti sering bolos, tidur dikelas dia adalah rajanya namun ia berhati hangat nan baik. Karna itu Bella pun sering memperhatikan Michell, apa saja yang dilakukan Michell, Bella lah orang pertama yang akan mengetahuinya.
***
Satu hari dimana pada jam istirahat dan semua murid sudah pergi meninggalkan kelas seperti pergi ke kantin untuk makan, ngobrol atau hanya melihat lihat dan ada juga yang main futsal, main basket, atau kegiatan olahraga lainnya yang rata rata dilakukan oleh laki laki.
Tapi ada salah satu murid yang berdiam diri di kelasnya, duduk dibangku yang biasa ia duduki saat ia belajar, dialah Bella. Saat matanya mulai memperhatikan seluruh ruangan ada satu yang membuat rasa penasarannya meningkat ia melihat ke sebelahnya tepat di bawah meja Andini ada sebuah buku yang terlihat sedikit berbeda dari buku pelajaran biasa.
Ia pun dengan lancang dan tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Andini membuka buku tersebut, buku yang selalu menemani hari harinya, buku diarynya Andini.
Dengan rasa penasaran yang menggebu sesegera mungkin ia membaca nya..
bersambung
...Kita seperti domino...
...Aku jatuh padamu dan kamu jatuh ke orang lain _Anonim...
Dengan rasa penasaran yang menggebu sesegera mungkin ia membaca nya..
^^^Dear diary^^^
^^^Beginikah rasanya mengagumi seseorang, ah tidak bahkan rasa ini terlalu besar dari perasaan menganggumi mungkinkah aku menyukainya ?^^^
^^^Chandra^^^
^^^Rasaku padamu semakin besar, aku tidak suka melihatmu dekat dengan perempuan lain, meski ia teman temanku dan kau pun mendekatinya dengan alasan yang jelas yaitu belajar, tapi aku begitu tak menyukainya.^^^
^^^Ya Allah..^^^
^^^Apakah rasa ini salah ? Aku tau aku masih kecil dan tak seharusnya memendam rasa seperti ini tapi bagaimana aku bisa menghalau perasaan ini.^^^
^^^Mungkin tak apa kali yah.^^^
Bella membelalakan matanya ia begitu kaget dengan apa yang ia baca, kaget karna ia teman sebangkunya saja baru mengetahui bahwa temannya ini sudah mencintai seseorang, masih dengan rasa keingin tahuannya ia membuka lembaran lainnya lagi.
^^^Dear diary^^^
^^^Chandra ..^^^
^^^Sebenarnya aku ingin sekali memberitahumu bahwa aku menyukaimu. Tapi aku selalu mendengar orang bahwa wanita itu lebih baik menunggu daripada mencari atau mengungkapkan.^^^
^^^Sungguh ironis sekali dalam dunia ini aku menjadi perempuan, dan aku terbelenggu dengan kata kata itu. Menunggu!!.^^^
Ketika melihat salah satu temannya masuk Bella pun langsung gelagapan dan dengan cepatnya menutup buku diary milik Andini dan meletakannya di tempat semula. Tentu saja ia tak mau tertangkap basah atau mungkin lebih buruk akan terjadi perang dunia ke empat.
***
Hari hari berganti kini rasa cinta yang hadir dalam hati Andini semakin besar namun dia tetap berpegang teguh pada pendiriannya mencintai dalam diam, tanpa mau mengungkapkan perasaan yang ia pendam selama dua tahun terakhir di SMP nya ini.
Dan pada saat menginjak kelas tiga yaitu kelas terakhir dalam masa SMP, hari itu ia terburu buru masuk ke kelas lagi ia baru mengingat bahwa ada barang yang tertinggal didalam kelasnya dan tak sengaja ia mendengar perbincangan dua insan yang tak lain adalah Chandra dan Bella.
"Bell tunggu..." lirih Chandra.
"Ada apa " Bella menjawab dengan nada tidak suka.
"Aku menyukaimu Bell, ayolah jadilah temanku untuk melengkapi tahun terakhir kita di sekolah" ungkap Chandra kepada Bella dan ia mendudukan dirinya tepat disamping Bella.
"Tidak Chand, aku tidak menyukaimu, aku tidak mau berteman denganmu, jangan dekat dekat denganku " ucap Bella sambil menggeser tubuhnya ke sisi samping menjauhi Chandra.
"Kenapa Bell ...?
Brugh
Suara buku jatuh, ya siapa lagi kalau bukan bukunya Andini, ia begitu kaget dengan apa yang ia dengar sampai sampai tak menyadari buku yang dirinya pegang terjatuh tepat di bawahnya. Hatinya sakit bagai di tusuk oleh duri rasanya seperti semua duri yang ada pada pohon salak menancap di setiap relung hatinya, sakit rasanya mendengar orang yang kita sukai ternyata menyukai orang lain. Kemudian dengan tangkasnya ia langsung mengambil bukunya dan lari secepat mungkin dengan keadaan air mata yang sudah tak lagi bisa ia bendung. Jatuh mengalir deras di pipi mulusnya.
Mendengar suara buku jatuh dan suara langkah yang sedang berlari kedua murid itu langsung terlonjak kaget dan berdiri, Bella pun beranjak pergi ke arah pintu melihat siapa yang berada diluar.
"Siapa itu ....." lirihnya dengan masih memperhatikan siapa yang sedang berlari dikoridor sekolah.
" Andini...." Bella kaget bukan main setelah mengetahui siapa yang sedang berlari. Dia pun ingin menyusulnya namun ditahannya oleh Chandra.
"Kamu mau kemana ?" tanyanya dengan menahan tangan Bella.
"Lepas " teriaknya dan mencoba menarik tangannya yang sudah dipegang Chandra.
"Dengar kamu tau kenapa aku menolakmu pertama aku menyukai orang lain dan kedua Andini sangat menyukaimu dan aku gak akan menyakiti perasaan temen aku dia itu tulus suka sama kamu Chand, buka mata kamu" ucapnya dengan geram kemudian ia berlari meninggalkan Chandra sendirian dan menyusul Andini.
Namun saat tiba di pintu gerbang Bella tidak melihat Andini berada disana, seketika ia menengok kearah mobil yang sedang melaju kearah barat dia melihat Andini berada didalam mobil itu.
Setelah kejadian itu Andini terlihat diam, dan menghindari Bella bahkan Andini pun berpindah tempat duduknya yang semula disamping Bella kini ia berada disamping Nelly.
Dalam pikirannya Andini mengira bahwa Bella sudah menerima Chandra meski ia mendengar bahwa Bella menolaknya namun dia tak tau apa yang terjadi setelahnya ia pergi.
Jauh dalam benak Bella, ia ingin segera meluruskan kesalahpahaman ini, ia tak mau kehilangan sahabatnya sedari kelas satu bahkan sedari pertama masuk sekolah. Namun Andini selalu menghindarinya, dia tak ingin bertatap muka dengan Bella.
Namun ada saatnya Andini lengah tidak dapat menghidarinya, saat ia pergi ke rooftop (atap sekolah ) untuk menenangkan pikirannya dan sejenak mengingat memori-memori kenangan yang ia ukir selama berada di sekolah ini tanpa ia sadari Bella mengikutinya.
"Hai Andini " sapanya pada Andini yang sudah jelas tak akan di tanggapi.
"Ternyata kau ada disini, aku duduk ya "pintanya seraya mendudukan tubuhnya tepat disamping Andini.
"And... Andini." Ia melambaikan tangannya tepat di depan wajah Andini untuk mengetahui apakah ia bisa mendengar Bella.
Saat mata Andini melirik jengah, Bella langsung memulai percakapannya dan mengeluarkan apa yang selama ini sudah menjadi unek unek dalam hatinya.
"Dengar And kali ini saja ... " lirihnya.
"Aku tau kamu menyukai Chandra, aku juga tau kamu tak suka jika Chandra berdekatan dengan orang lain " mendengar itu sorot mata Andini menjadi tajam kaget dengan yang Bella katakan.
"Dari mana sebenarnya ia tahu " bisiknya dalam hati.
Melihat sorot mata Andini, ia tahu pikiran yang ada di benaknya Andini.
"Maaf aku lancang membuka dan membaca buku mu " ucapnya penuh kehati-hatian.
Sontak saja ia geram mendengar pengakuan dari Bella, ia hendak berdiri dan pergi dari tempatnya sekarang namun tangannya langsung ditahan oleh Bella.
"Tolong jangan pergi, dengarkan aku dulu. " Andini pun memberikan kesempatan padanya untuk menjelaskan ketidak lancangannya membuka diary miliknya.
"Aku minta maaf, aku tau yang aku lakukan itu salah aku sudah lancang membaca privasi yang telah kamu jaga. Dan asal kamu tau aku tidak berteman dekat atau berhubungan sekalipun dengan Chandra. Aku menyukai Michell aku ingin bersama Michell. "
Andini nampak diam mendengar pengakuan Bella kali ini.
"Lalu apa hubungannya denganku ? Aku sudah merelakannya aku sudah mengerti bahwa tidak selamanya yang aku suka harus aku miliki, Chandra menyukaimu sebaiknya kau juga."
Dalam hatinya berbisik ," Merelakannya, apakah aku bisa merelakannya, biarlah waktu yang menjawab."
"Tidak, aku tidak mau. Persahabatan diatas segala-galanya, buat kamu saja ." ucap Bella.
"Sungguh And aku tidak mau dia bukan tipeku, lihat " tambahnya lagi.
"Sudahlah Bell ..." lirih Andini.
"Tidak And aku tidak mau hubungan pertemanan kita rusak hanya karna dia, aku ingin terus berteman denganmu, please aku mohon jangan marah padaku. "
"Aku tidak marah padamu Bell aku hanya membutuhkan waktu."
"Benarkah, kumohon jangan lama-lama. " Tangan Bella sudah bergelayut manja pada Andini.
"Iya ..." ucap Andini dengan senyum manisnya.
Berawal dari rooftop itulah hubungan mereka berdua kembali menjadi baik lagi bahkan menjadi lebih baik dari awal mereka berteman.
Di bulan-bulan terakhir mereka berada di SMP Bina Bangsa, Andini masih dengan perasaan yang ia pendam pada Chandra dan Chandra dengan sikap tidak pekanya akan perasaan Andini. Meski begitu bagi Andini diamnya Chandra itu bukan suatu masalah besar, ia masih bisa melihat Chandra berada disekelilingnya dan mengisi hari harinya saja sudah menjadi sumber kebahagiaan bagi Andini. Dan ia berharap suatu saat nanti ia bisa menghancurkan tembok es yang menutupi hati Chandra. Agar hatinya terbuka dan menerima bahwa dirinyalah orang yang sangat tulus mencintainya.
Bukan lagi dengan benaknya Chandra, ia tak mau ambil pusing dengan perasaannya atau bahkan perasaan orang lain kepadanya, ia biarkan saja hatinya kosong, baginya setelah di tolak oleh Bella tidak ada lagi yang bisa mengisi hatinya.
Hari ini adalah hari perpisahan SMP Bina Bangsa semuanya tampil cantik dan tampan dengan balutan seragam perpisahan mereka.
Disalah satu ruangan ada dua orang yang sedang mengungkapkan perasaannya, dia adalah Bella dan Michell.
"Aku menyukai mu Michell " ucap Bella tanpa keraguan.
"Maaf, maaf Bell, aku menyukai Andini ..." lirihnya kemudian pergi begitu saja.
Bagai disambar petir di siang hari yang cerah, hatinya telah di kelilingi oleh awan hitam, remuk sudah perasaan Bella kala itu, tak bisa dibendung lagi kristal bening sudah menetes beberapakali langsung jatuh bukan lagi pada pipinya yang mulus.
" Andini Andini Andini.. " batinnya menjerit kesal, alasannya ditolak adalah karena Andini.
Tanpa Bella dan Michell tau bahwa ada dua pasang mata yang melihatnya diarah yang berlawanan, siapa lagi kalau bukan Andini dan Chandra yang sedari tadi mencari Bella dan kini mereka tau bahwa Bella dan Michell tak saling mencintai.
bersambung.
Setelah acara penglepasan siswa siswi kelas sembilan hari itu semuanya berpisah, entah kemana mereka melanjutkan SMA-nya. Benar benar berpecah belah namun meski begitu sebisa mungkin Andini mencari kabar tentang mereka bertiga, bertanya pada teman temannya yang lain juga sudah ia lakukan namun masih nihil Andini masih belum bisa menemukan mereka.
Di tahun terakhir masa SMA-nya, dia mengetahui keberadaan Chandra, ia tak sengaja melihat profil Chandra di sosial media miliknya. Andini merasa senang bukan main. Langsung saja ia memata matai sosial media milik Chandra, dan dia tidak menemukan hal hal aneh apalagi foto perempuan di berandanya.
"Chandra aku semakin kagum padamu" bisiknya dalam hati.
Dia terlihat bahagia sekali perasaanya dulu yang sempat sedikit ia redam kini tumbuh kembali, namun tetap Andini ya Andini ia tidak bisa begitu saja mengungkapkan perasaannya meski lewat pesan singkat sekalipun. Dan dia pernah mendengar dari salah satu teman SMA-nya bahwa,
Jika kamu mencintai seseorang maka rebutlah ia pintalah ia dalam sholat malam mu, sebutkan namanya agar bisa bersanding dengan namamu. Meski nanti kamu tidak mendapatkan ia dan raganya setidaknya kamu bisa mendapatkan yang sama persis dengan yang kamu inginkan.
Itulah kalimat yang selalu dia ingat dalam hatinya. Dari saat itu pula dia bertekad untuk selalu menyebut nama Chandra dalam sela sela doanya.
Sepuluh tahun sudah ia memendam rasa kepada Chandra, dan tujuh tahun terakhir ini nama Chandra selalu ia bawa dalam doanya. Berharap sang pencipta mengabulkan semua doa doanya.
Di tempat lain dimana itu adalah tempat Agas mencari nafkah untuk keluarganya meski kini ia hanya hidup berdua dengan anaknya karna sang istrinya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Agas kedatangan tamu yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sejak SD yaitu Hermawan.
"Boleh saya bertemu dengan Pak Agas Pradipta " ucap Hermawan pada resepsionis itu.
"Sebentar pak saya tanya dulu, maaf dengan bapak siapa ?" ucap resepsionis dengan sopan.
"Hermawan."
"Oh baik Pak " ucapnya tak lama kemudian,
"Silahkan Pak, Pak Agas sudah menunggu diruangannya. " Resepsionis mengantarkan Hermawan ke ruangan direkturnya.
Ceklek
Pintu ruangan Agas dibuka oleh Hermawan.
"Assalamualaikum" ucap Hermawan.
"Waaahh Hermawan, waalaikum salam, sudah lama sekali kita tidak bertemu. " Agas menyambutnya dan memepersilakannya untuk duduk di sofa.
"Ya sudah lebih dari dua puluh tahun, bagaimana kabarmu ?" tanyanya.
"Kabarku baik Alhamdulillah, kamu bagaimana ?" tanyanya balik.
"Alhamdulillah, baik juga. "
Setelah berbasa-basi akhirnya Hermawan mengatakan maksud tujuannya dia datang ke kantornya Agas.
"Gas.. Bolehkah aku meminta bantuan kepadamu ?" tanyanya ragu.
"Bantuan, bantuan apa jika aku bisa aku akan membantumu " ucap Agas.
"Begini Gas, perusahaanku diambang kehancuran, aku tidak tahu lagi kemana aku harus mencari bala bantuan, kau tau sendiri keluargaku bagaimana ? " lirihnya.
Agas tau keadaan Hermawan yang seperti apa karna ia adalah salah satu teman dekat Agas, dan Agas pun sudah membuktikan kebenarannya.
Dulu saat dua puluh satu tahun yang lalu Agas pun pernah dalam keadaan seperti dirinya, perusahaannya kurang stabil dan orang yang pertama kali membantunya itu adalah Hermawan, karna itu ia tanpa ragu dan tanpa basa basi mau membantunya.
"Apa yang kau butuhkan dari ku Wan, aku akan membantumu " tegasnya.
"Aku membutuhkan uang 750 juta Gas " ucap Hermawan tanpa ragu.
"Baiklah aku akan membantumu. " Segera ia mengeluarkan cek berisikan angka angka yang bisa dicairkan.
"Terimakasih Gas" ucapnya dengan sumringah dan sontak memegang tangan teman lamanya itu.
"Tapi bolehkah aku meminta syarat ?"
"Syarat " ucapnya menyernyitkan alis "Syarat apa ?" tanyanya penasaran.
"Jika anak laki laki mu masih lajang bisakan kau jodohkan ia dengan anak perempuan ku satu-satunya ?" pintanya.
"Jodohkan ? Kenapa kamu ingin menjodohkan anakmu dengan anakku, aku takut anakmu sudah mempunyai pacar kalau anak ku sih masih lajang Gas dia tidak pernah membawa wanita. "
"Sama Wan anakku juga tidak pacaran, aku hanya tidak ingin jika suatu saat nanti aku meninggal dan dia tinggal sendirian, kamu tau istriku sudah dua tahun yang lalu meninggal, dan sekarang aku mempunyai riwayat penyakit jantung " ucapnya memelas.
"Astagfirullah, dari kapan Gas dari kapan kau mengidap penyakit itu ?" tanyanya kaget.
"Sudah setahun yang lalu Wan, aku takut umurku tidak lama lagi dan anakku belum ada yang menjaga " ucapnya memelas.
"Jangan bicara seperti itu, tidak baik, umur tidak ada yang tahu. Baiklah Gas, Kau tenang saja jangan khawatir sebisa mungkin aku akan menjaganya dan aku akan menikahkan putraku dengan putrimu Gas." Hermawan meyakinkannya namun dalam lubuk hatinya ia harus mencari cara agar anaknya mau menerima perjodohan ini, mengingat sifat anaknya yang tidak suka dipaksa.
"Terimakasih Wan, Maaf aku sudah memaksamu "lirih Agas.
"Tidak Gas kamu tidak memaksaku bahkan aku senang kita bisa berbesanan" ucap Hermawan.
Lain hal nya ditempat lain ..
Chandra yang sudah bertahun-tahun mencari keberadaan Bella, baru kali ini ia bisa bertemu dengannya, dia sangat merindukan Bella, Bella adalah orang yang selalu mengisi kekosongan kekosongan dihatinya atau lebih tepatnya seorang primadona dihatinya.
Kini dia sedang terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit.
Flashback on.
Saat Chandra sedang berjalan ditaman buatan miliknya, ia melihat seseorang yang mirip dengan Bella sedang berjalan santai di taman, sesekali ia mengerakan tubuhnya kekiri dan kekanan layaknya sebuah pemanasan dalam berolah raga.
"Bella ..." lirihnya.
Lama sekali Chandra memandang Bella, namun setelah itu dia melihat Bella sempoyongan sambil memegang dadanya. Bruggh.. Bella jatuh pingsan. Sesegera mungkin ia lari menuju kearah Bella,
"Bell Bella ... Bella.. " sambil menepuk nepuk pipi putih milik Bella. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung membopong Bella keluar dari taman, memasukannya ke mobil dan melaju cepat menuju rumah sakit.
Didalam mobil nampak terlihat wajah Chandra yang begitu khawatir sesekali ia mengusap pucuk kepala Bella.
"Kamu sebenarnya kenapa Bell... " lirihnya.
Flashback off
"Ya Allah Bella, yah Bella yah " ucap mamah Bella yang melihat anaknya sudah terbaring dari tadi.
"Maaf Om dan Tante ini ... ?"
"Saya orang tuanya Bella nak, kamu pasti yang nelpon tadi ya." Terka Mamah Bella.
"Ahh benar, kenalkan saya Chandra temen SMP-nya Bella" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Om tante Maaf kalau boleh saya tau, sebenarnya Bella kenapa yah Om Tant ?" tanya nya dengan nada hati-hati.
"Bella, Bella sakit nak Chandra, jantung koroner hiks hiks " tangis mamah Bella pecah.
"Hah " lirihnya ..
"Tante yang sabar yah tan. Sejak kapan tan, Bella sakit ?" ucapnya sambil memegang tangan mamah Bella.
"Dari 3 tahun yang lalu, Om sudah mencari donor jantung kemana mana tapi kami belum menemukan yang cocok nak Chandra. " Kali ini ayah Bella yang berbicara.
"Sabar ya Om Tante saya yakin donor jantung untuk Bella bisa segera ditemukan, dan saya juga berjanji akan membantu Om dan Tante untuk mencarinya " ucap Chandra sebisa mungkin ia menghibur kedua orangtua Bella, dan baginya Bella bukan hanya sekedar teman tapi cinta pertamanya Chandra jadi ia harus memperjuangkannya.
Sudah lama ia menunggu dan akhirnya Bella membuka matanya, Chandra langsung meminta izin kepada kedua orang tua Bella untuk melihatnya terlebih dahulu..
"Bell... apa kabar ? ini aku Chandra .."
"Chan....dra kau...kah..i..tu.. ?" ucapnya lemah karna baru tersadar dari pingsan.
"Iya ini aku Bell.. Aku akan membantumu Bell. Aku akan membuatmu sehat kembali, kamu jangan menyerah yah kamu harus semangat. Untuk kali ini percayalah padaku " Chandra kembali memberi dukungan kepada Bella.
Mendengar kebaikannya membuat hati Bella terenyuh dan kembali mengingat masalalu dia pernah menolak laki laki sebaik Chandra ini.
"Teri...ma..ka..sih..Chan...dra" senyum dari wajah pucat Bella pun nyaris terbentuk sempurna mendengar itu semua.
bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!