"Kinara bangun Nak..." panggil ibunya bernama Rastanti.
"Iya Bu. Apa ini sudah magrib?" Tanya Kinara sambil mengucek matanya.
"Belum Nak. Bangun dan cuci wajahmu. Ibu dan Ayah menunggu kamu di ruang tamu. Ada hal penting yang hrus kami bicarakan denganmu." ujar Bu Rastanti membuat Kinara sedikit bingung.
Namun akhirnya dia bangkit dari tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandi. Hari ini weekend jadi dia libur bekerja dan lebih senang menghabiskan waktu untuk tidur. Karena pekerjaannya yang menguras banyak tenanga. Sehingga Kinara lebih memilih untuk istirahat. Kinara berjalan menuju ruang tamu dimana Ayah dan Ibunya sudah menunggu. Tapi dia tidak menemukan keberadaan Kakak perempuannya bernama Adisty yang nanti malam akan di lamar oleh seorang Duda.
"Kemana kak Adisty? Apa dia di kamarnya sedang bersiap?" batin Kinara.
"Duduklah Nak." ujar Ayah Fauzi. Kinara menurut dan duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.
"Nak... Ayah minta tolong kepadamu untuk menggantikan Kakakmu untuk menikah dengan calon suaminya." ujar Ayah Fauzi membuat Kinara yang masih ngelag karena baru bangun tidur masih mencerna ucapan Ayahnya.
"Sebentar Ayah. Nara masih belum mengerti? Bisa minta tolong di ulangi lagi Ayah?" ujar Kinara setelah meminum air putih yang ada di depannya.
"Nak, kakakmu kabur dan pergi ke luar kota. Dia lebih memilih pekerjaannya di banding dengan perjodohan ini yang sebelumnya sudah dia setujui. Ayah tidak bisa membatalkannya. Karena apa jadinya kami di depan keluarga mereka. Karena Adisty sebelumnya sudah menyetujui perjodohan ini. sehingga malam ini mereka akan datang untuk melamar. Ayah tidak ada pilihan lain Nak. Ayah minta tolong kamu menggantikan Kakakmu menikah ya Nak." ujar Ayah Fauzi.
Kinara masih terdiam. Sedangkan ibunya sudah menangis sedari tadi. Kinara masih tidak percaya. Kenapa harus kakaknya pergi begitu saja tanpa memberitahu semua orang. Padahal tadi pagi Adisty masih ada dan sarapan bersama dengan mereka. Tidak ada obrolan apapun dari Adisty tentang dia yang lebih memilih pekerjaannya itu.
"Kapan kakak pergi Ayah?" Tanya Kinara
Pada akhirnya bersuara setelah memejamkan mata dan menghirup udara segar. Untuk kembali mendengar kenyataan yang baginya bagai mimpi di siang bolong. Apa mungkin karena dia baru bangun dan ini adalah mimpi? Bahkan Kinara sampai mencubit pipinya untuk memastikan. Dan ternyata sakit. Berarti ini bukan mimpi.
"Sepertinya setelah sarapan. Karena Ibu dan Bapak pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan untuk hidangan nanti. Sedangkan kamu kan masuk kedalam kamar dan kembali tertidur selalu dengan earphones di telingamu. Ayah yakin kakakmu memanfaatkan hal itu." ujar Ayah Fauzi. membuat Kinara semakin pusing.
"Apa nomornya juga tidak bisa di hubungi, Ayah?" tanya Kinara.
Ayah Fauzi mengangguk dan dia memberikan surat yang di tinggalkan Adisty kepada Kinara. Kinara mengambil dan membacanya. Tangan Kinara terkepal meremas kertas yang dia pegang.
"Kak Adisty keterlaluan. Aku yakin dia sudah merencanakan semuanya Ayah." ujar Kinara kesal.
"Nak, Ayah dan Ibu minta tolong kamu untuk menggantikan Kakakmu ya." pinta Ayah Fauzi.
"Lalu bagaimana jika mereka menolak karena calon pengantin perempuannya di ganti Ayah?" Tanya Kinara. Ayah Fauzi terdiam.
"Tapi kamu bersedia kan Nak menggantikan Kakakmu?" tanya Ayah Fauzi. Kinara melirik ibunya yang sedang menangis dari tadinya rasanya tidak tega melihat ibunya menangis seperti itu.
"Baiklah Ayah. Nara akan menggantikan Kak Adisty. Demi harga diri keluarga kita." Jawab Kinara walau dengan berat hati.
"Terimakasih Nak." ibu Rastanti memeluk Kinara.
"Bersiaplah Nak, semoga mereka menerima jika calon wanitanya di ganti. kita tidak punya pilihan lain. Yang penting kita sudah mengusahakan yang terbaik. Jika mereka menolak Abizar berarti bukan jodoh kamu." ujar Ibu Rastanti kepada anaknya.
"Kakak pasti kabur karena mendengar jika pria yang akan dia jodohkan selain Duda juga pria itu bisu. Padahal jika tidak mau kenapa menerimanya coba. Bikin repot semua orang." Kinara masih kes kepada kakaknya itu, yang pergi begitu saja.
"Kami juga tidak tau jika memang seperti itu alasannya. Padahal dari awal sudah di jelaskan kondisi dari Abizar yang sebenarnya. Jika kakakmu menolak dari awal juga mereka tak masalah. Tapi Adisty sudah menerimanya dan tidak mungkin saat waktunya untuk lamaran kita membatalkannya secara mendadak." jelas Ayah Fauzi.
"Makanya aku bilang Kak Adisty itu bikin repot semua orang. Nyebelin. Punya kakak satu aja udah bikin repot." ujar Kinara misuh-misuh.
"Semoga saja pria itu saat melihatku dan bukan Kak Adisty dia yang membatalkan perjodohan ini. Kan jadinya bukan salah dari kami. Melainkan dia yang menolak. Aku dan Kak Adisty sebenarnya memang cantikan Kak Adisty sih. Aku sebagai anak bungsu cuma dapet sisaan doang sepertinya." batin Kinara sambil melamun.
"Nak, bersiaplah. Gunakan baju ini. Sepertinya ukuran bajumu dan juga kakakmu tidak terlalu berbeda." Bu Rastanti memberikan baju kepada Kinara. Membuat lamunan Kinara kembali.
"Iya Bu, Nara mandi dulu. Jam barapa mereka datang?" Tanya Kinara sambil mengambil baju kebaya dari ibunya.
"Jam tujuh malam mereka akan datang Nak." ujar Bu Rastanti.
"Baiklah Bu, Nara bisa bersantai dulu. masih banyak waktu." jawab Kinara sambil berjalan ke meja makan dan mencomot beberapa kudapan yang sudah di beli oleh ibunya.
Kinara Putri Abdullah seorang gadis tomboy yang berusia 23tahun. Dia baru saja lulus kuliah tapi sudah bekerja di Perusahaan Haidar Prakasa Company. Dia bekerja di bagian lapangan. Dia memilih di bagian kontruksi lapangan karena merasa bosan jika harus bekerja di bagian kantor. Kinara putri bungsu dari pasangan Fauzi Abdullah dan Rastanti Firdaus.
Sedangkan kakaknya bernama Adisty Putri Abdullah berusia 28tahun. dia bekerja sebagai Fashion interior. Dan lebih memilih kabur untuk mengambil pekerjaan di luar kota. Karena mendengar jika calon suami yang akan di jodohkan dengannya seorang Duda yang bisu. sehingga Kinara harus menggantikan posisi kakaknya. Karena Adisty sudah terlanjur menerima perjodohan ini dari awal. Dan Adisty awalnya tidak tahu jika yang akan di nikahkan dengannya adalah seorang duda bisu.
Dia tahu setelah bertanya kepada ibu dan ayahnya. Dan mereka mengatakan seperti yang di katakan oleh kedua orang tua Abizar. Jika anaknya itu seorang duda yang juga bisu. Sejak saat itulah Adisty merencakan semuanya. Dan dia pergi tepat di hari dimana mereka akan bertemu untuk pertama kalinya dan sekaligus melaksanakan acara lamaran yang di lanjutkan dengan acara pernikahan seminggu setelahnya. Kedua keluarga sudah sepakat saat pertemuan pertama. Dan saat itu Adisty hadir dan setuju dengan hasil pertemuan itu. Namun saat itu Abizar tidak hadir sehingga mereka juga tidak bertemu.
Waktu berlalu begitu cepat bagi Kinara. Tiba Waktunya dia untuk bertemu dengan keluarga calon suami yang akan menikah dengannya, menggantikan kakaknya,Adisty. yang sudah lebih dulu kabur karena tidak ingin melanjutkan perjodohan ini.
"Nak, Apa kamu sudah siap Nak? Sebentar lagi keluarga dari Abidzar akan datang Mereka bilang sudah ada di jalan." Ibu Rastanti mengetuk pintu kamar Kinara.
"Iya Bu. Nara sebentar lagi siap." jawab Kinara dari dalam kamarnya.
Bu Rastanti merasa lega dan dia kembali ke dapur menyiapkan beberapa menu untuk kudapan mereka. Tidak ada keluarga dari mereka yang datang. Tidak lama pintu rumah mereka di ketuk. Pak Fauzi membuka pintu rumah. Disana sudah ada Ibu Clara dan Pak Bastian juga seorang pria bertubuh tinggi, berkumis juga kacamata tebal dengan rambut belah tengah juga celana yang berada di atas pinggangnya. Pak Fauzi sedikit tertegun.
"Apa dia adalah Abidzar? " batin Pak Fauzi yang masih berdiri menyambut mereka.
"Silahkan masuk Pak Bastian, Bu Clara dan... Maaf siapa?" sapa Pak Fauzi.
"Saya Abidzar Pak." ujarnya mengulurkan tangan dan Pak Fauzi membalas ukuran tangan sambil tersenyum ramah. Dengan raut wajah bingung. Karena setau dirinya jika Abidzar seorang yang bisu.
"Oh Nak Abidzar. Maafkan, karena ini pertama kalinya saya bertemu denganmu. Mari silahkan masuk." Ajak Pak Fauzi kemudian Bu Rastanti datang sambil membawa minuman.
"Apa kabar Bu Clara." sapa Bu Rastanti. mereka berpelukan sambil tersenyum.
"Apa ini Nak Abidzar?" Tanya Bu Rastanti kepada Abidzar yang duduk di antara kedua orang tuanya.
"Betul Bu. Saya Abidzar." jawab pria berkumis itu sambil mencium punggung tangan Bu Rastanti. Bu Rastanti mengusap punggung Abidzar sambil tersenyum.
"Maaf Bu Clara. Bukannya Ibu bilang Nak Abidzar itu maaf, bisu?" Tanya Bu Rastanti heran begitupun Pak Fauzi yang sebenarnya juga ingin bertanya hal yang sama. Bu Clara dan Pak Bastian tersenyum.
"Bisu maksud kami adalah karena Abidzar memang jarang bicara Bu Rastanti." ujar Bu Clara membuat Bu Rastanti dan Pak Fauzi saling pandang dan tersenyum.
"Oia, mana Adisty Bu?" Tanya Bu Clara.
"Begini Pak Bastian, Bu Clara dan Nak Abidzar. Kami mohon maaf sebelumnya. Adisty, dia tadi pagi pergi karena dia memilih untuk mengambil pekerjaan di luar kota." ujar Pak Fauzi membuat raut kecewa di wajah Bu Clara dan Pak Bastian berbeda dengan Abidzar yang malah tersenyum lebar mendengar jika wanita yang akan dijodohkan dengannya kabur. Dia yakin jika wanita itu enggan menikah dengannya karena dia mendengar jika Abidzar seorang duda bisu.
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tapi jika anda semua tidak keberatan, Saya masih punya anak gadis bungsu saya, adik dari Adisty. Kinara sudah setuju untuk menggantikan kakaknya." ujar Pak Fauzi sedikit menunduk saat berbicara. Dia merasa tak enak hati kepada keluarga calon besannya itu. Karena mengganti calon yang akan di nikahkan dengan Abidzar.
"Apa Kinara sudah tau keadaan Abidzar Pak? Dan apa dia juga setuju? " tanya Bu Clara. Pak Fauzi mengangguk.
"Kinara sudah tau tadi Bu. Saat kami tau siang hari jika Adistya sudah tidak ada di rumah. Alhamdulillah Kirana sudah iklas dan menerima perjodohan ini." jawab Pak Fauzi membuat Bu Clara tersenyum. Sedangkan Abidzar kembali menekuk wajahnya.
"Apa boleh di panggil kemari Kirananya Pak?"Pinta Pak Bastian.
Menurut mereka tak masalah jika Adisty di gantikan dengan adiknya. Gaya saja rasa kecewa mereka kepada Adisty cukup besar. Padahal kesan pertama mereka saat bertemu dengan Adisty sudah sangat baik. Karena selain cantik, Adisty juga adalah seorang wanita yang sopan. Tapi setelah kejadian ini mereka cukup kecewa dan menjadi tau sifat asli dari Adisty yang tidak sesuai dengan apa yang dia perlihatkan saat di depan mereka.
"Bu, coba tolong panggil Kinara." ujar Pak Fauzi.
"Baik Pak." Bu Rastanti bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu kamar Kinara.
"Nak, apa bisa keluar sekarang?" abu Rastanti mengetuk pintu kamar Kinara.
"Iya Bu." jawab Kinara.
Sedangkan setelah mendengar anaknya menjawab Bu Rastanti berjalan ke dapur sambil membawa kudapan untuk tamu mereka. Kinara keluar dari kamarnya dan berjalan mendekat ke arah ruang tamu dengan santai.
"Selamat malam Tante, Om... " sapa Kinara menggunakan pakaian santai yang biasa dia gunakan. Kinara tidak menggukan kebaya yang di berikan oleh Ibunya. Membuat Ibu dan Ayahnya kaget bukan main melihat penampilan Kinara. Sedangkan Bu Clara dan Pak Bastian saling melempar senyum. Abidzar menatap kesal kepada Kirana yang terlihat seperti wanita tengil.
"Malam... Apa kamu bernama Kinara?" Tanya Bu Clara setelah Kinara mencium tangan ketiganya. Dia tidak tau jika Abidzar adalah calon suaminya. Dan Abidzar juga sempat kebingungan saat Kinara mencium punggung tangannya.
"Iya Tante. Mohon maaf saya tidak menggunakan kebaya yang Tante kirimkan untuk Mbak Adisty. karena itu bukan milik saya Tante. Dan mohon maaf saya lebih nyaman berpakaian seperti ini. Apa adanya." jujur Kinara, setelah melihat Ibunya melotot tak percaya jika Kinara keluar dengan menggunakan baju santai casualnya. Padahal dari sore dia bilang sedang bersiap.
"Tidak masalah Nak. Pakaian yang bagus Dan cantik belum tentu mencerminkan pribadi orang yang memakainya. Tante lebih suka dengan orang yang apa adanya." Jawab Bu Clara. Kinara hanya mengangguk sambil menggaruk tengkuknya.
"Apa kamu setuju dengan perjodohan ini? Nantinya kamu akan menikah dengan anak sulung Tante ini." ujar Bu Clara sambil menepuk bahu Abidzar.
Membuat Clara menatap ke arah pria yang duduk di sebelah Bu Clara yang tadi dia kira adalah saudara dari calon suaminya itu. Kinara sempat memicingkan matanya melihat ke arah pria berpenampilan culun di depannya yang juga sedang menatap ke arahnya.
"Setuju saja Tante. Tidak masalah untuk Nara, yang penting harga diri keluarga kami bisa terselamatkan karena kelakuan Mbak Adisty yang tak bertanggung-jawab. Tapi tante apa tidak masalah memiliki menantu seperti saya ini? Karena saya bukan Mbak Adisty. Saya tidak sama dengan dia. Dan Saya tidak bisa bersikap lemah lembut dan manis seperti Mbak Adisty." jawab Kinara malah balik bertanya kepada Bu Clara. Bu Clara dan suaminya saling pandang dan tersenyum.
Abidzar Christopher Prakasa adalah anak dari seorang pengusaha Bastian Prakasa dan Clara Christopher. Berusia 35tahun, seorang duda tanpa anak. Pernikahan pertama gagal lima tahun lalu dalam usia pernikahan satu tahun, Abidzar bercerai dengan mantan istrinya bernama Gladis. Perceraian mereka karena Gladis pergi dari Abidzar karena dia lebih memilih karirnya. Bahkan dia pergi tanpa berpamitan kepada Abidzar. Gladis pergi hanya dengan meninggalkan surat perceraian mereka yang tak Abidzar kira jika surat yang di minta Gladis tandatangani adalah surat perceraian. Dan sejak saat itu Abidzar menutup diri dan sikapnya berubah menjadi dingin kepada siapapun.
"Kenapa Tante harus tidak setuju Abi menikah denganmu Nak? Toh yang di luarnya tampak indah belum tentu dalamnya cantik kan? Jadi kamu terima pernikahan kamu dengan anak tante Abi kan? tanya Bu Clara kepada Kinara.
"Nara terima Tante. Karena Nara sudah berjanji kepada kedua orang tua Nara. Maaf Tante, kalau boleh tanya, bagaimana cara Nara berkomunikasi dengan Om Abidzar?" tanya kinara membuat Abidzar di sebelah ibunya mendengus kesal. Sedangkan Bu Clara dan Pak Bastian terkekeh mendengar pertanyaan dan juga panggilan Kinara untuk Abidzar. Karena memang penampilan Abidzar malah membuatnya semakin terlihat tua.
"Kamu bisa bicara langsung sama Abi." jawab Bu Clara. Kinara sedikit mengerutkan keningnya.
"Bukannya Om culun ini bisu ya? Bagaimana cara dia menjawab nanti? Apa dia pakai kertas?" batin Kinara.
"Maaf Om Abidzar sebelumnya. Apa anda tidak keberatan jika calonnya diganti oleh saya? Karena anda tau sendiri jika Kakak saya." tanya Kinara. Abidzar menggeleng. Kinara menarik nafasnya panjang.
"Apa Om ada niatan kembali lagi dengan mantan istri Om di saat kita sudah menikah nanti?" tanya Kinara membuat semua orang tertegun dengan pertanyaan Kinara. Begitupun dengan Abidzar.
"Maksudmu?" tanya Abidzar dingin membuat Kinara terkaget mendengar suara Abidzar.
"Om, tidak bisu?" tanya Kinara kaget.
"Kalian bicaralah berdua di luar agar lebih dekat lagi. Kami juga para orang tua akan bicara untuk menentukan tanggal dan pernikahan kalian." ujar Bu Clara.
"Tante boleh tidak kalau acaranya ijab kabul saja. tidak usah ada pesta. Bukan Nara malu menikah dengan Om Abidzar. Tapi Kinara takut jika nantinya akan menjadi janda lebih cepat. Kalau ijab kabul saja kan gak akan malu banget nanti orang tua Nara. Karena mereka kan nanti juga akan jadi bahan gunjingan selain Nara." ujar Kinara membuat semua orang saling pandang dengan ucapan gadis itu.
"Ayo Om. Kinara memang harus bicara banyak dulu sebelum menikah." ajak Kinara kepada Abidzar yang masih mencerna ucapan dari Kinara barusan.
"Gadis ini sudah mempersiapkan hal terburuk untuk dirinya. Aku kira anak kecil ini akan histeris dan merengek untuk di batalkan saat melihat penampilanku seperti ini. Tapi ternyata gadis ini pantang menyerah." batin Abidzar sebelum Ibunya membuyarkan lamunannya saat bahunya di tepuk.
"Abi, keluarlah. Bicara dengan Kinara agar kalian lebih dekat. Kinara sudah menunggu diluar." ujar Bu Clara.
Abidzar mengangguk dan berjalan keluar setelah berpamitan juga kepada kedua orang tua Kinara. Kinara sudah menunggu di kursi depan rumah mereka.
"Duduklah Om." ujar Kinara saat melihat Abidzar datang. Abidzar mengangguk dan duduk di kursi sebelah Kinara yang terhalang oleh meja kecil di antara mereka.
"Jawab yang tadi Om." ujar Kinara membuka pembicaraan karena Abidzar hanya diam dan menatap ke arah depan. Abidzar menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar.
"Apa kau sudah mempersiapkan diri?" tanya Abidzar melirik ke arah Kinara. Kinara mengangguk.
"Saat aku mengatakan setuju. Artinya aku sudah harus siap dengan segala resikonya. Pernikahan ini walau tanpa cinta bisa bahagia jika kita bisa sama-sama menurunkan ego dan belajar membuka diri. Karena mungkin saja kita berjodoh. Tapi jika anda masih mengharapkan mantan istri anda yang kabur itu kembali. Katakan dengan jujur, agar saya bisa mempersiapkan diri dan pergi di saat dia kembali. Dan bersiap menjadi seorang janda muda." jelas Kinara sambil terkekeh. Sedangkan Abidzar mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh Kinara.
"Baiklah. Karena kamu yang meminta. Dan tidak ada yang kita tutupi dari awal. Aku masih sangat mencintai mantan istriku. Dan Aku memang menunggu dia kembali kepadaku. Jadi sepertinya adalah opsi kedua yang aku pilih. Karena aku tidak mungkin akan bisa memberikan cintaku padamu, walau nantinya kita menikah. Apa kamu faham?"kali ini Abidzar yang mengungkapkan perasaannya. Kinara mengangguk.
"Baiklah. Dan satu lagi, saya sudah bekerja Om. Dan saya minta izin anda jangan melarang saya bekerja. Karena nantinya jika di rumah seharian tak melakukan apapun saya bisa stress." Kinara mengungkapkan keinginannya.
"Baik. Lakukan apapun maumu. Aku tak akan pernah melarang dan membatasimu untuk melakukan aktivitas apapun." Jawab Abidzar.
"Baiklah. Terimakasih sebelumnya." ujar Kinara.
"Apa kau tak masalah menikah dengan pria tua sepertiku?" tanya Abidzar.
"Kenapa harus masalah. Toh mau kamu jelek ataupun ganteng banget juga percuma. Pernikahan kita juga hanya sementara sampai mantan istrimu kembali kan? Aku cuma dapet gelar janda pada akhirnya." kekeh Kinara yang sebenarnya hatinya merasa sakit dan merasa miris dengan nasibnya. Sehingga dia menyembunyikannya rasa sakit dan kecewanya dengan senyumannya.
"Apa yang akan kau minta dariku nanti?" tanya Abidzar.
"Nantilah aku akan fikirkan dulu kalau untuk masalah itu Om. Yang penting aku sudah tau kedapannya masa depan pernikahanku akan seperti apa nantinya." jawab Kinara.
"Ayo masuk Om. Sepertinya tidak ada yang kita bahas lagi."ajak Kinara.
Abidzar mengangguk dan mengikuti Kinara untuk masuk kedalam rumah Kinara. Dimana kedua orang tua mereka juga kebetulan beranjak dari duduk untuk makan malam.
"Kebetulan kalian masuk. Ayo kita makan malam sekalian." ajak Pak Fauzi.
Tanpa banyak bicara mereka mengikuti kedua orang tuanya ke meja makan. Mereka makan sambil sesekali bercerita. Tentunya yang lebih banyak mengobrol adalah kedua orang tua mereka. Sementara Kinara dan Abidzar makan dengan diam. Sesekali Abidzar melirik ke arah Kinara yang sedang makan di depannya. Gadis itu terlihat santai sekali. Seolah tak masalah dengan masa depannya yang sudah jelas.
"Aku yakin kau pura-pura tegar dan kuat. Setelah ini aku yakin kamu akan menangis dan meminta kedua orang tuamu membatalkan pernikahan kita yang tinggal menghitung hari." Batin Abidzar sambil tersenyum miring malihat ke arah Kinara. Bukan tidak tau jika Abidzar menatap remeh ke arahnya. Tapi Kinara sudah tak peduli dan bodo amat dengan semuanya. Dia hanya tinggal menjalani kehidupan barunya yang entah hanya berapa bulan dengan Abidzar.
"Nak, kamu mau minta mahar apa?" tanya Bu Clara setelah mereka selesai makan malam. Dan kedua keluarga sepakat pernikahan akan di adakan hari sabtu pagi. Artinya tinggal lima hari lagi Kinara dan Abidzar akan menjadi pasangan suami istri.
"Apapun maharnya Kinara terima. Yang penting orang yang memberikannya ikhlas dan tidak memberatkan." jawab Kinara membuat Bu Clara tersenyum begitupun dengan Pak Bastian.
"Baiklah. Terimakasih Nak. Nanti Mama akan mengirim orang untuk mengukur kebaya pernikahan untuk kamu." ujar Bu Clara.
"Terimakasih Tante. Kalau bisa malam ya sepulang kerja. Karena saya juga masih kerja, Tante." jawab Kinara. Bu Clara tersenyum dan menyetujui permintaan Kinara. Setelahnya karena tidak ada pembicaraan lagi. Keluarga Pak Bastian akhirnya pamit pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!