NovelToon NovelToon

Cinta Di Ujung Perceraian

Episode 1 Tidak Nyaman.

Gadis cantik dengan rambut lurus sebahu yang duduk di depan cermin. Wajahnya tampak lesu dengan tatapan mata yang sangat sayu. Wanita muda itu seperti memiliki pikiran tersendiri, entahlah apa yang membuat raut wajah Itu tampak tidak semangat.

Krekkk.

Pintu kamar yang dibuka begitu cepat membuat gadis berusia 21 tahun itu langsung memutarkan tubuhnya.

Seorang wanita berambut pendek dengan wajah sedikit culas yang membawakan gaun.

"Pakai dan jangan lupa poles sedikit wajah kamu dengan make up. Jangan terlalu polos seperti bangun tidur," ucap wanita itu dengan singkat yang meletakkan gaun itu di atas ranjang.

"Mau kemana?" tanyanya bingung dengan dahi mengkerut.

"Ada acara makan malam dengan keluarga tuan Ronald," jawab wanita.

"Apa Vanisa harus ikut?" tanyanya.

"Pertanyaan seperti apa itu. Kamu mau mengurung diri terus di dalam kamar. Agara tidak ada orang-orang yang tahu jika aku memiliki seorang putri hah! Kamu ingin terus seperti patung dan tidak berkembang," wanita berusia sekitar 50 tahunan itu tampak tersinggung.

Pertanyaan singkat langsung dijawab dengan ocehan yang membuat dia kesal.

Vanisa terdiam dengan tertunduk yang memang tidak ada gunanya berdebat dengan wanita yang tak lain adalah ibunya.

"Jangan protes cepat ganti pakaian dan langsung turun! jangan membuat orang menunggu lama!" tegas wanita yang bernama Sarah itu. Vanisa menganggukkan kepala yang terus menurut.

Tidak ada yang dikatakan Sarah lagi dan langsung pergi dari kamar tersebut. Vanisa yang melihat pakaian itu. Gaun merah yang sangat cantik dengan lengan 1 jari. Vanisa berdiri dari tempat duduknya mengambil pakaian tersebut. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan ibunya itu.

****

Ternyata kedatangan Vanisa yang benar-benar ditunggu. Di ruang tamu sudah terlihat Sarah yang memang sejak tadi sudah bersiap dengan menggunakan dress berwarna hitam dengan dandanan yang pasti sangat berlebihan sekali dan pria di sampingnya yang juga berstelan jas sangat rapi.

Tampak juga seorang wanita yang masih duduk yang sejak tadi menscroll ponselnya yang memakai dress berwarna putih dengan rambut panjang yang dibiarkan digerai di bagian bawahnya diberi gelombang. Gadis itu sejak tadi tampak santai melihat ponselnya dengan kakinya yang bersilang.

"Kamu lama sekali," protes Sarah.

"Maaf," ucap Vanisa dengan menunduk yang sejak tadi jari-jarinya saling memencet.

"Sudahlah! sebaiknya sekarang kita berangkat. Keluarga tuan Ronald sudah menunggu," sahut pria yang berusia 60 tahunan itu.

Sarah langsung menggandeng lengan pria itu yang tak lain adalah suaminya.

"Ayo Angela!" tegur Daniel.

Wanita bernama Angela itu mengangkat kepalanya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung berdiri yang memasukkan ponselnya ke dalam tas. Wajahnya tampak datar dan terlihat ketus yang tidak banyak bicara dan langsung berjalan menuju pasangan suami istri itu. Vanisa yang juga tidak ingin ditegur lagi yang menyusul orang-orang yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Vanisa tampak tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan apapun yang ada di luar. Tetapi dia tinggal di lingkungan keluarga pembisnis yang pasti sedikit-sedikit akan ada acara di luar rumah dan biasanya anak-anak pasti akan diajak agar dapat bersosialisasi dengan baik.

Walau berusaha untuk menolak, tapi tetap saja Sarah sang ibu akan terus memaksanya dan Vanisa adalah wanita yang sangat penurut.

***

Pertemuan yang sangat tidak di inginkan Vanisa yang ternyata diadakan di salah satu Restaurant mewah di pusat kota. Ada 2 keluarga yang menyatu dalam meja yang dipenuhi dengan berbagai jenis makanan.

Pertemuan keluarga Vanisa dengan keluarga Ronald yang terlihat sepasang suami istri dan juga bersama dua putra mereka. Arvin Ananta Bagaskara dan juga Mohan Bagaskara. Kedua pria itu sama-sama memakai style jas berwarna hitam. Tampak terlihat begitu tampan dan sangat rapi.

Kedua putra dari kolong merak itu memang memiliki wajah yang berkarismatik, tubuh proporsional dengan kulit putih dan hanya saja memiliki wajah yang tampak dingin.

"Sebentar lagi makan malam seperti ini akan sering kita adakan bersama. Kita akan menjadi keluarga inti," sahut Ronald.

"Benar sekali tuan Ronald. Pernikahan Angela dan Arvin bener-bener sangat ditunggu-tunggu untuk semakin meningkat bisnis yang tidak akan putus di antara keluarga kita dan pernikahan ini juga akan membuat para pengusaha serangan jantung," sahut Daniel mengundang tawa kecil.

"Iya. Benar sekali. Hanya tinggal menghitung beberapa hari lagi putra-putri kita akan menikah," sahut Ronald.

Hanya orang tua yang berbicara, sementara anak-anak muda itu hanya diam saja yang sepertinya menyerahkan segala sesuatu kepada orang tua mereka. Mereka juga bukan tipe ikut-ikutan dan mungkin semua anak-anak itu adalah anak-anak yang penurut.

"Vanisa bagaimana dengan kamu? Apa kamu juga akan menyusul Kakak kamu untuk menikah?" tanya Lara secara tiba-tiba yang mengalihkan pembicaraan itu.

Vanisa yang sejak tadi makan mengangkat kepala, wajahnya tampak bingung harus menjawab apa dan biasanya tidak banyak orang mengajaknya bicara. Ini juga bukan pertama kali pertemuan dengan keluarga itu dan Vanisa terbiasa diam karena memang tidak pernah ditanya.

"Dia akan menikah secepatnya," sahut Sarah yang menjawab pertanyaan itu.

"Usianya baru saja 21 tahun, iya masih sangat muda sekali, tetapi sangat banyak pengusaha yang sudah melamarnya kepadamu. Hanya saja dia harus menunggu Angela menyelesaikan pernikahannya dan setelah itu Vanisa akan menyusul," lanjut Sarah yang tampak membanggakan Vanisa.

"Benarkah! Lalu siapa yang akan menikah dengan nya?" tanya Lara.

"Anak dari pengusaha tambang di Kalimantan," Jawab Sarah dengan tersenyum yang seperti ada kesombongan dari wajahnya.

Lara mengerutkan dahi yang mencoba untuk melihat kebenarannya dan sementara Vanisa hanya tetap diam saja. Tetapi terlihat Arvin yang ketika mendengarkan nama calon suami dari Vanisa membuatnya menggerakkan mata dan melihat ke arah Vanisa yang kebetulan duduk di depannya.

Tetapi Vanisa tidak melihat Arvin dan pandangan Arvin juga langsung dialihkan ke arah lain.

"Wauuuu...Ini berita baik," sahut Ronald dengan tertawa kecil yang disambut juga oleh Daniel.

"Kita berdoa saja supaya anak-anak kita menjalankan pernikahan dan rumah tangga mereka dengan baik. Kita sudah banyak pengalaman dan mereka anak-anak muda ini yang akan menjalankannya," sahut Daniel.

"Setuju," sahut Ronald.

Meja makan itu penuh tawa para orang-orang pembisnis dan sementara anak-anak Mereka tampak diam yang sepertinya memang sama-sama tidak menyukai suasana itu.

Bahkan Angela yang katanya akan menikah tampak menghela nafas yang sejak tadi memainkan sendok yang tidak selera untuk melanjutkan makannya. Vanisa menyadari perubahan dari sikap sang kakak membuat Vanisa menoleh. Tetapi tidak berani untuk menegur.

"Apa Mama benar-benar akan menjodohkan ku dengan pengusaha yang baru saja dia katakan?" batinnya yang memang belum ada pembicaraan diantara mereka.

Dia sendiri juga kaget yang tiba-tiba saja Sarah membahas masalah pernikahan tentang dirinya. Padahal pertemuan itu selain membicarakan masalah bisnis juga membicarakan masalah pernikahan sang Kakak.

"Kamu makan dengan baik jangan melamun yang membuat orang-orang bertanya-tanya!" tegur Sarah dengan pelan yang menyadari putrinya bengong seperti orang tidak tahu harus apa.

Vanisa menganggukkan kepala yang berusaha untuk bersikap sebaik mungkin, dia harus menjaga nama orang tuanya walau hatinya bertanya-tanya dengan penuh kebingungan dan kurang nyaman berada dalam situasi itu.

Bersambung.....

Episode 2 Kontrak Pernikahan.

Sinar matahari yang begitu cerah pagi ini yang padahal tadi malam baru saja hujan deras. Cahaya matahari masuk dari sela-sela jendela yang sama sekali tidak membangunkan Vanisa yang tertidur lelap dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya dan hanya memisahkan wajah cantiknya saja.

Cahaya matahari membuat hangat pada wajahnya tidak mengganggu tidurnya sama sekali, mungkinkah Vanisa begitu lelah yang membantu orang-orang yang tadi malam lembur menyiapkan hari pernikahan untuk Kakaknya.

Gadis cantik yang pendiam itu memang memiliki hobi yang suka mempercantik ruangan. Telaten dalam menyusun dekor bunga yang indah-indah baik di dalam vas pun diletakkan di mana saja yang menjadikan ciri khas dan membuat keindahan tersendiri.

"Vanisa bangunlah!" suara itu begitu keras sebelumnya ditambah dengan suara hentakan pintu kamar yang terbuka yang hampir saja membuat pintu kamar itu lepas.

"Vanisa jangan terus menjadi batu seperti ini. Bangun cepat!" teriak Sarah yang akhirnya mengejutkan Vanisa sampai membuat Vanisa kaget.

"Mah..." lirihnya dengan suara khas bangun tidur yang memijat kepalanya yang pasti sakit gara-gara dikejutkan secara tiba-tiba.

"Ada apa. Mah?"

"Apa tidak bisa memanggil Vanisa pelan-pelan?"

"Apa Vanisa terlambat ke acara pernikahan Kak Angela?" tanya Vanisa yang mencoba untuk duduk dengan menurunkan selimutnya.

Sarah yang langsung mendekati Vanisa dengan memegang kedua bahu Vanisa.

"Ini saatnya. Akhirnya yang ditunggu-tunggu juga terjadi. Vanisa kamu akan menjadi menantu orang terkaya!" ucap Sarah dengan begitu semangat dan bahkan mengeluarkan senyum lebar.

Vanisa yang bener-bener sangat bingung, "maksud Mama apa?" tanyanya.

Dalam pikirannya mengingat dua minggu yang lalu pertemuan dengan keluarga Ronald dan di sana Sarah membahas tentang dirinya yang akan dinikahkan dengan seorang pria pengusaha Tambang, saat pulang dari cara makan malam itu juga tidak ada pembahasan antara mereka berdua dan wajar saja jika sekarang reaksinya seperti itu yang takut jika dia benar-benar akan dinikahkan.

"Ini yang Mama tunggu-tunggu selama ini. Akhirnya tidak akan ada lagi yang merendahkan kita dan termasuk wanita itu. Tidak akan ada yang memandang kita sebelah mata. Kamu menjadi menantu orang kaya. Kamu akan menjadi Nyonya Bagaskara pemilik Negara ini!" tegas Sarah dengan sangat cepat.

Ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha.

Seketika kamar yang tampak rapi itu dipenuhi dengan suara tawa dari Sarah. Vanisa masih sangat bingung dengan apa yang dimaksud oleh ibunya itu yang tiba-tiba saja terlihat begitu bahagia sekali.

"Vanisa benar-benar tidak paham apa yang mama katakan?" tanyanya.

"Kenapa kamu begitu bodoh sekali yang ikut-ikutan bodoh seperti Angela yang tiba-tiba kabur di hari pernikahannya," ucap Sarah.

"Apah kak Angela kabur!" pekik Vanisa.

"Sudah kamu jangan banyak berpikir atau bertanya ini itu. Sekarang kamu cepat siap-siap dan pakai gaun pengantin yang ada di kamar Angela. Kamu akan menggantikan Angela di hari pernikahannya. Kamu akan menikah dengan Arvin Ananta Bagaskara. Kamu yang akan menjadi menantu dari keturunan Bagaskara!" tegas Sarah yang benar-benar sangat mengejutkan Vanisa yang seolah ingin membuat jantungnya melompat dari tempatnya.

Matanya yang yang kecil sampai membelalak sehingga bola mata itu hampir jatuh. Dia sangat tidak percaya dengan pernyataan ibunya yang tiba-tiba saja membuat keputusan untuk mengubah calon pengantin Kakaknya dan tanpa ada persetujuan darinya.

Vanisa bahkan masih kaget jika sang kakak kabur di hari pernikahannya yang dia tidak tahu apa alasannya. Vanisa tidak menginginkan semua itu dengan cepat dia langsung turun dari ranjangnya yang bahkan sampai menabrak bahu Sarah.

"Mama tahu kamu juga begitu sangat bahagia dan semangat sekali, cepatlah berganti pakaian!" teriak Sarah yang masih saja sibuk dengan tawanya.

Vanisa yang berlari menuju kamar Angela dan benar-benar melihat kamar itu kosong dan hanya terlihat gaun pengantin yang berada di patung. Suara nafas Vanisa sudah tidak beraturan yang terus melihat di sekitar kamar tersebut mencari-cari Angela.

"Kak Angela!"

"Kak!"

Vanisa berteriak dengan kepanikan yang pasti tidak menginginkan pernikahan itu. Bagaimana mungkin dalam sekejap dia akan menikah dengan laki-laki yang seharusnya dinikahi kakaknya. Sangat tidak masuk akal.

***

Vanisa gadis yang penurut sejak kecil yang tidak pernah membantah apapun yang dikatakan ibunya sama seperti hari ini tidak bisa protes yang membuat Vanisa yang pada akhirnya menggunakan gaun pengantin itu.

Dia yang terdiam terpaku duduk di kursi pelaminan yang dikelilingi dengan berbagai bunga yang mana semua itu adalah hasil dekornya. Tidak disangka bahwa dia yang akan duduk di sana.

Gaun pengantin yang juga dia yang telah menemani Angela untuk melakukan fitting dan ternyata gaun warna putih yang memiliki volume di bagian bawahnya dengan lengan yang berada di bahu ternyata sekarang dia yang telah mengenakannya.

Vanisa benar-benar sangat cantik dengan tatanan rambut yang disanggul dan diberikan Selayar berwarna putih. 2 jam yang lalu dia baru saja sudah resmi menjadi istri Arvin. Pernikahan secara singkat yang terjadi dan dihadiri keluarga besar.

"Kenapa semua bisa seperti ini. Kenapa aku yang menjadi pengantinnya?" tanyanya dengan penuh kebingungan masih merasa bahwa dia sekarang masih tertidur dan berada di alam mimpi.

Tetapi nyatanya sebentar lagi dia akan dibawa ke hotel untuk melakukan resepsi yang sudah direncanakan dua keluarga besar itu sebelumnya. Tidak ada yang berubah dalam pernikahan itu dan hanya calon pengantin wanitanya saja yang berubah.

Krrekkk.

Pintu ruangan itu terbuka yang memperlihatkan seorang pelayan berjalan semakin mendekati Vanisa.

"Nona pasti sangat lelah sekali. Nona sebaiknya beristirahat di kamar," ucap pelayan itu.

"Kamar! Bukankah aku harus ke gedung pernikahan untuk melakukan resepsi?" tanya Vanisa.

"Tidak ada resepsi," bukan pelayan yang menjawab, tetapi muncul suara yang sangat dingin dari balik pintu.

Kepala Vanisa yang langsung melihat ke arah pintu tersebut dan memperlihatkan pria tampan yang berapa jam yang lalu duduk di sampingnya yang mengucapkan ijab kabul dengan sangat lantang tanpa ada rasa gugup sama sekali.

Pria dengan tinggi 180 cm itu berjalan dengan langkah kaki yang begitu lebar, struktur tubuh yang sangat tegap dan memperlihatkan dia ada laki-laki yang berwibawa, dengan aura wajah yang sangat dingin yang begitu berkarismatik yang pasti tidak ada wanita yang akan menolaknya.

Ketika Arvin sudah berdiri di depan Vanisa yang membuat pelayan menundukkan kepala dan langsung pergi dari ruangan tersebut.

"Bagaimana mungkin resepsi pernikahan akan diadakan. Jika calon pengantinnya saja sudah diganti. Orang-orang sangat mengetahui Putri pertama dari tuan Daniel dan juga calon istri dari Arvin Ananta Bagaskara siapa di undangan dan siapa yang tiba-tiba muncul di resepsi. Jadi pada kesimpulannya tidak akan ada resepsi," tegas Arvin.

"Baguslah!" batin Vanisa yang ternyata setuju.

Arvin melihat penampilan Vanisa dari bawah sampai atas dengan dahi Arvin yang mengkerut.

"Apa kau pantas?" tanyanya.

"Hah!" sahut Vanisa kebingungan dengan dahi mengkerut.

"Apa yang kau pakai bukanlah milikmu. Kau hanyalah seorang pengganti dan kau pikir pantas memakai semua ini. Jadi lepas semua yang kau pakai, adalah milik calon istriku!" tegas Arvin.

Vanisa menelan salivanya. Dia seakan terpojok dengan kata-kata Arvin yang seolah bahwa dia sengaja mengambil semua yang telah dimiliki calon istri Arvin. Padahal dia saja dipaksakan untuk melakukan tindakan bodoh seperti ini.

Bersambung......

...Jangan lupa untuk subscribe, like, koment dan vote yang banyak, terus dukung karyaku ya dan jangan bosan-bosan memberikan komentar. Terima kasih....

Episode 3 Di Jalankan Selama 3 Tahun.

"Kau masih tetap diam?" tanya Arvin dengan dingin.

"Ada apa?"

"Kau tidak mendengar apa yang aku katakan hah! apa yang kau pakai bukan milikmu. Kau tidak pantas memakainya!" tegas Arvin yang membuat Vanisa hanya menatap Arvin tanpa bisa mengatakan apa-apa.

"Kau tidak ingin melepasnya?" tanya Arvin yang masih saja menuntut.

"Apa aku harus melepasnya semua di depanmu?" tanya Vanisa menimpali.

"Memang benar kau tidak mungkin melepasnya. Baiklah! Langsung saja!" Arvin yang tiba-tiba memberikan sebuah dokumen kepada Vanisa.

Vanisa kebingungan yang tidak mengerti apa maksud dokumen tersebut.

"Itu adalah kontrak pernikahan di antara kita. Kita bukan pasangan yang akan menikah. Tetapi kita adalah pasangan yang dipaksakan untuk menikah. Karena untuk menjaga nama baik dari dua keluarga. Jadi tanda tangan!" tegas Arvin yang to the point.

Vanisa membuka kontrak itu yang ingin membacanya.

"Jangan membuang-buang waktu untuk membacanya," cegah Arvin membuat Vanisa kembali melihat ke arah Arvin.

"Kau tidak perlu takut jika di dalam kontrak itu ada hal-hal yang menyeleweng. Ini hanya pernikahan sementara dan kau hanya sebagai pengganti. Tidak akan ada yang terjadi seperti suami istri pada umumnya. Jangan berharap apapun. Semua akan tetap sama seperti tidak terjadi apapun di antara kita," jelas Arvin secara singkat.

"Hanya ada satu yang kau ingat. Dalam pernikahan ini akulah yang dirugikan dan aku yang akan menentukan sampai kapan semua ini berakhir. Kau tidak diizinkan untuk protes dan tidak diizinkan untuk meminta berpisah. Karena kembali lagi semua keputusan ada di tanganku!"

"Jadi tanda tangan!" tegas Arvin yang tidak memberikan kesempatan untuk Vanisa protes.

Vanisa belum menuruti keinginan artinya yang membuat Arvin menatapnya semakin serius.

Wajah Vanisa tampak kesal dan banyak sekali yang ingin dia ucapkan, tapi semua itu tampak tertahan dan membuat Vanisa tidak punya pilihan lain selain mendatangani surat kontrak tersebut.

Vanisa yang tidak bicara apapun lagi langsung memberikan kepada Arvin dokumen itu.

"Bagus. Aku ingatkan sekali lagi kepadamu untuk tidak mengharapkan apapun dalam pernikahan ini. Kau hanya sebagai pengganti dan ketika wanita sesungguhnya kembali maka status dan semua yang kumiliki akan kembali kepadanya!" tegas Arvin sekali lagi dan langsung pergi dari hadapan Vanisa.

"Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini. Aku juga tidak mengharapkan apapun. Kenapa Kakak harus pergi di hari pernikahan Kakak dan aku harus menanggung semua ini," batin Vanisa yang terlihat begitu lesu yang sekarang takdirnya telah dimulai dalam pernikahan yang menjadi pengganti dari Kakaknya.

****

Tidak ada resepsi seperti yang dikatakan Arvin. Vanisa langsung di bawa Apartemen Arvin. Arvin masuk terlebih dahulu setelah pintu dibuka. Vanisa dengan mendorong kopernya hanya mengikut saja di belakang dan sejak tadi tidak ada saling tegur di antara mereka.

Vanisa gadis pendiam dan lebih parah lagi Arvin adalah laki-laki yang tidak banyak bicara. Jadi keduanya benar-benar membisu. Vanisa hanya melihat laki-laki yang baru saja dia nikahi tadi sekarang menuju dapur dan terlihat mengambil air putih.

Vanisa benar-benar seperti orang lindung yang tidak tahu harus melakukan apa hanya melihat ke kiri dan ke kanan, melihat isi rumah mewah itu dengan barang-barang yang pasti sangat mahal.

"Kau tidur di sana!" ucap Arvin secara tiba-tiba membuat vanisa terkejut. Arvin menunjuk salah satu kamar.

"Tidak ada pelayan yang tinggal di rumah ini. Hanya ada satu klien yang membersihkan rumah datang pagi dan setelah pekerjaannya selesai maka dia akan pulang. Hanya bersihkan rumah dan bukan memasak. Aku tidak suka orang asing tinggal di dalam rumahku. Jadi jika kau lapar bisa memesan makanan atau kau membuat sendiri," ucap Arvin.

"Lalu apa dia selama ini selalu makan dengan makanan yang dibeli?" batin Vanisa

Arvin yang tidak mengatakan apa-apa lagi langsung berlalu dan bahkan melewati Vanisa begitu saja yang hanya terasa udara pria itu.

Huhhhhhhhh

Vanisa menghela nafas perlahan ke depan yang sepertinya dia akan memulai hidup baru bersama dengan laki-laki yang harusnya menjadi suami Kakaknya. Belum 24 jam menikah Vanisa sudah dihadapkan dengan hal-hal seperti itu dan dia juga tidak tahu akan bertahan berapa lama.

***********

3 tahun kemudian.

"Kalau begitu kita lebih baik berpisah saja. Tidak ada gunanya pernikahan ini! Aku capek selama 6 tahun tidak pernah dianggap sebagai istri!" tegas tokoh wanita dalam drama televisi yang menangis sesunggukan di depan seorang pria.

Pertengkaran pasangan suami istri dalam film tersebut membuat Vanisa yang tampak serius menontonnya. Dengan posisi duduk miring dengan kakinya yang diluruskan. Vanisa tampak serius menonton drama tersebut dan bahkan sampai matanya berkaca-kaca.

"6 tahun. Lalu apa kau harus menunggu 3 tahun lagi. Agar bisa berbicara lancang seperti itu kepadanya!" gumam Vanisa.

Dia mengibaratkan pada pernikahannya yang sudah berjalan 3 tahun tanpa ada apa-apa di antara dia dan suaminya. Angela tidak kunjung kelihatan setelah hari pernikahan yang kabur dan sampai detik ini tidak pernah memperlihatkan wajahnya dan juga berkomunikasi dengan keluarganya sendiri dan termasuk Vanisa.

Vanisa dan Arvin tinggal di apartemen mewah selama 3 tahun dan selama 3 tahun itu juga mereka adalah pasangan suami istri yang asing. Tidak ada pernikahan seperti pasangan suami istri pada umumnya dan anehnya hubungan pernikahan mereka masih tetap utuh sampai saat ini.

Pintu terbuka.

Vanisa dikejutkan dengan suara otomatis saat pintu Apartemen itu terbuka. Vanisa dengan buru-buru mematikan televisi yang ternyata tamu yang datang adalah Sarah yang membawa paper bag berwarna coklat.

"Kenapa tidak mengetuk pintu?" tanya Vanisa.

"Kenapa harus mengetuk pintu seperti tamu asing saja. Aku mengetahui kata sandinya dan langsung saja pencet. Lagi pula aku ibumu apa harus masuk secara formal seperti itu," sahut Sarah dengan santai.

"Mama tidak mengabari terlebih dahulu jika datang dan bagaimana jika aku tidak di rumah dan malah Arvin yang akan ada di rumah. Bukankah dia akan marah jika tiba-tiba saja Mama masuk ke dalam rumah ini," ucap Vanisa yang menegur secara halus agar tidak membuat ibunya itu tersinggung.

"Mertua masuk ke rumah sendiri saja harus marah. Apa-apaan itu," sahut Sarah menggeleng.

"Kamu siap-siaplah. Kita akan ke Dokter hari ini," ucap Sarah.

"Untuk apa?" tanya Vanisa.

"Kamu harus periksa ke Dokter. Ini sudah 3 tahun Vanisa dan kamu belum mengandung juga. Kamu harus dipastikan sehat dan jangan sampai besanku yang mulutnya sangat culas itu mengatakan kamu mandul!" tegas Sarah.

"Aku tidak mungkin periksa ke Dokter. Mama akan tahu jika aku," batin Vanisa.

"Jangan hanya bengong. Ayo cepat siap-siap!" tegas Sarah.

"Aku tidak bisa ikut ke Dokter!" tolak Vanisa.

"Kamu bilang apa?" tanya Sarah.

"Aku sudah memeriksakan diri dan aku baik-baik saja. Tidak ada masalah sama sekali denganku," jawab Vanisa.

"Kapan kamu melakukannya?" tanya Sarah yang tampak tidak yakin.

"Sebentar!" Vanisa yang langsung buru-buru ke kamarnya dan tidak lama dia kembali lagi membawa secarik kertas yang langsung memberikan kepada Sarah.

Sarah serius membaca kertas tersebut yang ternyata dari rumah sakit dan benar itu adalah pemeriksaan kesehatan Vanisa yang mana Vanisa benar-benar tidak ada permasalahan sama sekali dengan dirinya, baik rahimnya yang baik-baik saja.

Bersambung.....

...Saya minta doanya buat para pembaca agar permasalahan saya yang sangat berat ini dapat di selesaikan. Doakan saya agar bisa menghadapi kesulitan ini. Mohon doanya para readers....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!