Jezica sedang menyaksikan sinetron yang ditayangkan stasiun TV lokal, sebuah drama yang mengharu-biru, yang mengaduk-ngaduk perasaan pemirsanya. Sinetron itu menceritakan kisah seorang suami istri miskin yang berjuang bekerja keras mengais rezeki menjadi pemulung di tengah perkotaan yang hingar-bingar dan penuh tipu daya.
Suami itu dililit hutang, karena uangnya habis untuk biaya hidup dan biaya berobat suaminya yang sakit paru-paru akibat waktu muda terlalu kuat merokoknya. Mereka harus membayar hutang mereka pada pinjol setiap minggunya.
Suaminya sakit paru-paru yang menyesakkan dada, tiap hari batuk berdarah yang dikeluarkan dari mulutnya. Sambil memegangi dadanya yang sesak, dia berusaha untuk tetap kuat menghirup oksigen. Si istri bersedih. Si istri menangis setiap malam menangisi nasib suaminya yang malang.
Pelakon 1 (suami) : "Istriku..uhukkk...uhukkk...tinggalkan saja aku, aku
tidak mau kamu menderita karena hidup bersamaku, uhuk...uhuk.."
Pelakon 2 (istri) :
"Tidak suami..aku akan selalu setia padamu, aku mencintaimu!" (sambil memegangi tangan suaminya yang batuk tiada henti)
Pelakon 1 (suami) :
"Seandainya dulu kamu tak menikah denganku mungkin kau tidak akan menderita....uhuk uhuk uhuk...seperti ini istriku... Uhuk...uhuk..."
Pelakon 2 (istri) :
"Suami, jangan berkata begitu, walau bagaimanapun keadaannya, aku akan tetap setia. Aku akan merawatmu sampai sembuh."
Kedua pasangan itu berpelukan, suaminya tak hentinya batuk, si istri menangis berlinang air mata.
Iklan pasta gigi masuk bersamaan dengan iklan lainnya..
"Aaahh, perannya itu saja, jadi orang tertindas mulu, heran gue, demen banget peran begitu!" Jezica meletakkan remote TV-nya dengan agak keras ke atas meja.
Jezica lalu berjalan ke meja panjang, meja yang biasa dipakainya untuk belajar dan main game, dia meraih sebuah majalah di sana. "Aah, majalah ini benar-benar selalu saja publish dan memberitakan hal-hal hoax, bukan dari narasumber asli infonya. Hoax semua!"
Jezica melihat artikel yang menceritakan kehidupan seorang artis, yaitu wanita muda yang diceritakan dengan penuh sensasi. Kan..ini juga sama, kemarin yang ini, sekarang juga lain lagi issunya.
Di surat kabar "Hits" dikatakan jadi simpanan pengusaha muda, sekarang di media Online "Hallo Selebrita" digambarkan jadi wanita berkelas yang tidak mau menikah dan feminis, trus tadi di tantangan infotaimen TV katanya ada main sama Aisher!"
"Duh pusing, gue, semuanya bohong!"
Jezica melempar majalah itu dengan keras ke meja panjang. Dia kesal dengan isi berita di majalah dan koran yang menurutnya tidak sesuai dengan yang dipikirkannya, "Kenapa selalu mau diberikan begini, sih!" "Senang banget diberitakan, sensasional dan heboh, belum cukup berita dua bulan lalu harus membuat aku jadi malu. Sebel, gue!"
Jezica merengut, wajahnya masam, tangannya meremas bajunya karena kesal dengan berita yang ada. Kan dah dibilangin jangan bikin malu lagi. Ini ada lagi, gak ada habis-habisnya, Tuhan bisa gak aku menjalani hari normal-normal aja.
Dia berjalan kembali ke sofa, masih merengut dan wajah masam. Remote AC diraihnya dia memencet sampai angka 16, suhu yang paling dingin di kamarnya.
Sesaat kemudian remot TV sudah berganti kembali di tangannya menggantikan remote AC yang tadi. Di tekannya tombol-tombol di remote, mengganti saluran yang ada.
Lagi-lagi ada wajah pemain di sinetron pertama tadi terpampang di televisi, lagi, dan lagi, dan "Aman!" sebuah tayangan anak-anak pentas seni anak-anak ditayangkan dalam siaran TV tersebut. "Ah, cuma saluran televisi satu ini saja yang nampaknya aman."
Wajahnya kembali cerita melihat pertunjukan anak-anak yang ditayangkan. 15 menit menonton tayangan itu, lama-lama dia bosan juga, ia lalu beranjak dari Sofanya lalu berjalan menuju meja riasnya.
Ia memandangi wajahnya di depan kaca. Seperti menggumam dalam hatinya berkata pada kaca yang memantulkan wajahnya.
"Sampai kapan semua ini harus geu jalani, hah?"
"Sampai gue mati, iya?"
"Gue capek, capek banget!"
Jezica melihat pantulan wajahnya di kaca.
"Gue capek dengan berita itu semua!"
"Bisa gak sehari aja, gue gak jadi diri gue?"
"Bisa gak?"
Jezica melihat kembali pantulan di wajahnya. Dia lalu mengelus pipinya dan air atau menetes dari pelupuk matanya. Dia menangis, kak ini tidak lagi melihat ke kaca tapi menunduk. Jezica mengusap air mata yang tumpah di pipinya, hatinya terluka, dia sedih dengan semua. Jezica tidak terima. dengan berita di infotaimen TV, Jezica menyangkal isi artikel yang ada di majalah, Jezica sedih baca berita heboh di surat kabar, Jezica sedih dengan berita yang beredar. Jezica terluka.
Jezica masih menangis, menangisi nasibnya yang menyedihkan menurutnya.
"Non, non!"
Seorang perempuan 50 tahunan masuk ke dalam kamar Jezica, dia adalah pengasuh Jezica yang sudah menjaga Jezica selama 10 tahun ini. Jezica sudah dianggapnya sebagai ibu kedua pengganti ibunya sementara.
Jika alam dunia ini diciptakan kembali, ia mungkin lebih memilih jadi anak bibik daripada jadi anak ibunya.
Dari kecil sampai sebesar ini yang ngurus semua kebutuhannya adalah bibik. Bahkan yang ambil rapor di sekolahnya dan ikut graduation SD dan SMP-nya adalah bibik.
Kadang bibik ditemani sama Pak Bisma, manajernya, ataupun ditemani Vina, asisten pribadi dirinya yang ditunjuk ibunya untuk menemaninya ke mana-mana.
"Non, eh kok nangis, kenapa, Non?"
"Ada apa?"
Bibik memeluknya dengan pelukan hangat. Ada yang buat, Non sedih hari ini?" Bilang sama, Bibik, apa yang buat sedih?"
"Non..."
"Huuuu huuuu...huu..."
"Jangan nangis kayak anak kecil gitu dong, Non, udah yah, Non"
"Jezica sedih, Bik."
"Jezica sedih baca dan dengar berita itu!"
Dia nunjuk televisi yang menyiarkan tayangan pertunjukan anak-anak yang ditonton Jezica tadi.
"Loh, itu kan tayangan anak-anak, Non."
"Jadi, karena itu, teh, yang bikin Non sedih?"
" He he he, Non mau nari dan nyanyi kayak anak-anak itu juga?"
Atuh Non, masak gitu aja sedih?"
"Bukan Bibik!"
"Bibik, mah, gitu?"
"Aaahh!" Mood sedihnya hilang jadinya.
"Gak yang lucu, Bibik!"
"Ya apa atuh, Neng, hehehe."
"Lagian non lucu, acara anak-anak pake ditangisi."
"Aaah, bukan Bibik, bukan, bukan gitu."
Jezica jadi suruh tangisnya gara-gara bibik tidak mengerti kesedihannya.
"Ya apa atuh, yang bikin Non sedih, kan bibik gak tahu kalau gak dijelasin!"
Jezica lalu ngusap air matanya yang masih sisa di pipinya. Dia mengusap pelupuk matanya. Kini tidak ada lagi tangis di matanya. Berganti senyuman karena Jezica gemes melihat bjbiknya yang mukanya lucu seperti orang bingung.
"Ih, si bibik mah suka gitu, kadang telmi, kadang gak nyambung, kadang komuk, kadang lawak, bibiknya mah gak asyik!"
"Hari ini telmi banget!"
Dia melepaskan pelukan dari bibiknya.
Bibik sayang banget sama Jezica, sekalipun dia bukan anak kandungnya, dia memperhatikan dan menyayangi Jezica sudah seperti anaknya.
"Gini, Bik, aku tuh kesel sama berita yang beredar, gitu terus, banyak bohongnya!"
"Yah Non, namanya juga gosip, digosipin makin sip!"
"Huh, tapi ku gak suka dengar dan bacanya, Bik!"
"Aku sebel!"
"Non, mah, segala dimasukin ke hati, biarin aja non, entar juga reda beritanya."
"Iya, berhenti, tes nanti ada lagi entar gosip baru, gitu aja terus!"
"Sebel!"
"Grr, akuu tuh gak bisa tenang hidupnya Bik, tiap hari dikejar-kejar wartawan, diwawancarai, gak bisa bebas ke mana-mana, dihebohin diteriakin, dimintain foto bareng, aku bosen, Bik!"
Jezica meluapkan emosinya ke bibik, amarahnya emosinya, kekesalannya dia tumpahkan ke bibik, seakan-akan itu semua adalah salah bibik.
"Ya, gimana atuh, Non namanya juga jadi selebrita ya, harus terima konsekuensi kepopulernya, Non."
"Tapi bukan aku, selebnya, emang aku artisnya?"
"Iya, tapi Non keluarga artisnya, makanya juga kecipratan kepopulerannya, he he he."
"Ah si bibiknya mah, gitu,bukannya mendukung aku!"
"ya udah, bibik aja deh, yang jadi non, trus non yang jadi pengasuh gimana, biar bibik yang merasakan kepopuler ini."
"Non mah udah enak, Non, mau apa aja tinggal minta, mau ini itu dirutin, berarti harus disyukuri, Non"
"Iya, enak, tapi aku gak bisa bebas, Bik, gak bisa ke mana-mana, digosipin mulu, di stalkerin orang mulu."
"Akun medsos aku ampe di-Hack sepuluh kali, Bik!"
"Aku jadi bayar orang untuk pemulihan akun."
"Ya udah, bibik deh, yang jadi Non, menanggung semua penderitaan yang Non, rasa."
"Trus, ak ang jadi bibik, gitu?"
"Lah, iya, Non jadi pengasuhnya, jadi pembantunya, mau, Non?"
"Dih, gak mau, gak maulah!" "Nah, si Non gak mau juga jadi pengasuh atau pembantu, kan, he he he"
"Nggak asyik ah jadi Bibik, hidupnya monoton, Ngak asyik."
"Nah, si Non, juga gitu tahu jadi Bibik gak enak, malah bosen jadi selebriti."
"Bukan aku, Bik, selebritinya, kan mama aku."
Dan pagi ini, Jezica tidak sedih lagi karena Bibik telah mengubah suasana hatinya.
"Eh, Non, Bibik perhatikan, Non sering banget nonton Netflix yang ada masnya yang guanteng itu"
"Yang mana, Bi?"
"Yang pernah main film bareng si ibu, Non!"
"Oh, Aisher, Bik."
"Iya, asser!"
Bukan, Asser, Bik, tapi Aisher!"
"Iya, itu, Non."
"Mmmm, aku ngefans sama, dia."
"Kenapa, Non, karena ganteng, yah."
"Mmmm, bibik mah..mau tahu aja."
"Tapi, Non, pernah ketemu langsung nggak sama orangnya?"
"Enggak, Bik" Jezica cemberut dan langsung mengerucutkan bibirnya.
"Minta tolong aja sama ibu untuk kenalin, Non."
"Kan ibu waktu itu main film bareng?"
"Aah, gak mau, Bik."
"Trus, gimana cara Non, bisa kenalan sama Aishernya, kalau gak pernah ketemu."
"Biarin aja, Bik, kalau jodoh gak akan kemana."
"MasyaAllah, Non, anak asuhan Bibik, sekarang bahasanya dalem banget, udah pintar dan bijaksana sekarang."
"Tapi, bibik mah setujuu Non, kalau Non sama si Aisher ini." "Aisher ganteng, terkenal, ramah pula."
"Aah, bibik, maluuu, sana-sana."
"He he he..."
"Cie si Non, salah tingkah ni ye, cie Aisher..cie.."
"Bibiiiikkkkk..."
"Bianca!"...Bianca!"
"Kak Bianca!" "Bianca!"
Teriakan fans yang histeris, dibalas Bianca dengan lambaian tangan kanannya. Senyum cantiknya dipaksanya menghiasi wajahnya, walaupun itu jam 2 siang dan ia belum makan siang, baru selesai kelar di acara Talk show sebuah stasiun Televisi swasta. Perutnya sudah bunyi dari tadi dan badannya capek sekali, sakit kepalanya masih tersisa karena sisa bergadang malam kemarin shooting film "Kutunggu Dudamu". Dia sudah tiga hari tidur cuma satu jam, itu pun di mobil dan di pesawat. Capek mendera badannya, Minggu ini benar-benar Minggu melelahkan. Fansnya harus diladeni biar mereka tidak menganggapnya sombong. Terakhir berita sebuah tabloid mengupas dirinya artis sombong cuma gara-gara harus buru-buru masuk mobil dikejar waktu penerbangan sore ke Bandung, dia tidak sempat lagi melayani permintaan foto fans fanatiknya. Kali ini jangan ada info yang negatif, Jezica pasti ngambek lagi dan gak mau tidur dengannya kalau sudah ngambek.
"Hai!" Bianca melambaikan tangan pada fansnya, ada kisaran seratus orang yang berjubel di sana, fans dan wartawan saling desak-desakan. "I Think 'The movie "My Love, My Brondong" booming, Bos" ucap Jenny pada Bianca. "Yes, i see!" Jenny. Dia baru menyelesaikan projek film itu sebulan lalu, dan sudah tayang seminggu sejak penayangan perdananya, masih menjadi film terpopuler Minggu ini. Pemeran laki-laki yang bermain bersamanya Aisher memang punya popularitas bagus sehingga membantu Bianca bisa mengangkat rating film tersebut. Wajahnya dipaksakan seceria mungkin, melambaikan tangan, lalu menghampiri fans yang minta ajakan berfoto.
Jepret.
"Wahhh, cantik banget!" Seorang fans menyerahkan sebuket bunga padanya sambil memanggilnya dengan sebutan cantik. Jenny berusaha memegangi tangannya yang ditarik fans yang lain. "Hei, don't touch-touch very hard!" Jenny menegur fans tadi yang menarik tangan Bianca dengan keras. Ada lagi fans yang memberikan karya buatannya figura, gelang, dan banyak lagi. Ada yang memberikan setangkai bunga.
"Bianca, I love you!"
"Bianca!"
"Mundur! mundur! mundur!"
Beberapa bodyguard menghalangi fans dan wartawan yang semakin merangsek mendesak mendekat ke Bianca.
"Aduh, sakit! "Hei ini kejepit!"
"Mundur!" "Mundur!
Bodyguardnya ada sekitar 15 orang, yang biasa menemaninya ke mana-mana biasanya hanya 5 orang, tapi kalau di sedang di mall dan di area public seperti saat sekarang Bianca dipersiapkan lebih dari itu sekitar 15 orang untuk menjaganya.
Yah namanya fans dan wartawan mana sih yang gak sabar menunggu dan mengejar-ngejar Bianca, artis cantik, sosialita, dan popularitas tinggi, dan berada di chard 10 artis tercantik di dunia. Salah satunya dirinya, dan dia menduduki posisi ke 4 artis tercantik di dunia dari rating 10 orang. Belum lagi, penghargaan bergengsi yang didapatnya menambah tingkat kepopulerannya.
"Bianca bagaimana gosip yang beredar?"
"Apakah Anda terganggu?"
Seorang wartawan memberondongnya dengan pertanyaan.
"Bianca, benarkah Anda orang yang ketangkap kamera bersama Pak Boy?"
"Bianca benarkah Anda simpanan Pak Boy?"
"Sudah berapa lama Bianca?"
"Minggir..minggir..." Suara bariton seorang Bodyguardnya" Bento berteriak meminta wartawan minggir.
"Bianca, Anda sudah putus dengan Max?"
"Bianca, benarkah Anda Cinlok dengan Asher saat shooting?" Berondongan pertanyaan dari beberapa wartawan hanya dibalas senyuman oleh Bianca. Bianca sudah biasa dan kenyang dengan pertanyaan macam itu. Baginya pertanyaan itu seperti angin berbisik yang akan berlalu bila kita sudah di tempat lain. Jika dia tidak memiliki hati seluas samudera dan muka tembok setebal baja, mungkin sudah dimaki-makinya orang yang bertanya tadi. Tapi, dia adalah icon, dia adalah idola, fansnya dari berbagai kalangan, ada fans remaja, fans ibu-ibu, fans sosialita, bahkan ada kumpulan artis yang malah juga mengidolakannya, dan di kalangan produser dan pemilik usaha dia juga digemari dan diincar untuk berbisnis dalam industri film bahkan musik yang mereka garap.
Bianca adalah artis multitalenta yang sedang hits dibicarakan dua dekade ini.
"Bianca!"
"Bianca!"
"Bianca!"
"Minggir...minggir!"
Bianca bergegas menuju mobil yang sudah menunggu di pelataran parkir, stasiun TV swasta itu, sopir memutar mobil, dan mengarahkan mobil menuju area depan gedung stasiun televisi di pintu kanan dari stasiun TV tersebut.
"Pak Budi, kita jadinya ke mana dulu?"
Bianca mempercepat langkahnya walaupun agak terhambat.
Jenny berusaha melindungi badannya walaupun sebenarnya bodyguard sudah mengelilingi badan Bianca agar tidak bisa didekati oleh fans dan wartawan.
"Kita ke acara premier film "Kucinta Suamimu Daripada Suamiku" dulu, Bianca!"
"Lewat mana, Pak John?" Dia bertanya pada salah satu Bodyguard. "Lewat depan saja, Bu!" "Sudah ditunggu sopir di Gerbang pintu kanan!
"Aduh, rame banget!"
"Biancaaa!"
"Biancaaa!"
"Pak Budi, gimana Schedule hari ini?" Bianca bertanya pada manajer pribadinya yang sudah bekerja selama 10 tahun dengannya.
"Jam 4 sore ke Premier film "Perempuan Solehah", jam 7 malam ke peluncuran buku biografi di Alila Hotel, jam 9 malam shooting sinetron "Demimu Kurela Jadi Pemulung" sampai jam 1 malam, lanjut ke puncak, karena besok harus sampai puncak jam 5 pagi untuk shoot adegan Film Ranjang asmara."
"Saya bisa pulang kapan jadinya?"
"Lusa sudah bisa pulang ke rumah, Bu."
"Iya, aku kangen Jezica."
"Bianca!"
"Bianca, foto dong!"
"Bianca!"
"Bisa gak, Jazica dibawa ke lokasi shooting yang di Puncak?"
"Nanti dijemput, Pak Imin?"
Bianca mendekat pada salah satu fans yang ingin berfoto, beberapa fans ingin meraih tangan Jazica, tapi, Bianca dilindungin Jenny. Bianca meraih handphone fans tersebut, lalu mengajak fans itu Selfi. Jepret.
"Gak bisa kayaknya, Bu, karena jadwalnya padat, dan gak ada jeda karena besok sceennya, Bu, tidak ada jeda, sorenya harus ke Bali tuk shoot iklan Sampo Makarizo."
"Oke, pak, lusa saja, kosongkan jadwal sehari.Aku ingin semalam menemani Jezica."
Bianca bersama asisten pribadinya sebanyak dua orang, Manajer, dan make-up artisnya masuk ke mobil. Sementara beberapa bodyguard masuk ke mobil kedua. Kedua mobil itu, melaju meninggalkan wartawan-wartawan dan fans-fans Bianca.
"Bianca....."
...
Sesampainya jam 4.10, Bianca sampai di premier film "Perempuan Sholehah". Di sana sudah ada beberapa artis pengisi acara yaitu pemain film Perempuan Sholehah. Banyak wartawan yang datang begitu juga fans yang berjubel ingin nonton bareng dengan artis idolanya.
"Bianca!!!!"
"Kenzo!!!" "Cecilio!!!!"
Bianca!!!
"Haiii semua!!!
Bianca yang memakan baju lebih tertutup pada acara premier tersebut terlihat anggun dan cantik. Dia memakai dress dari "Shirezz Fashion". Dilengkapi shall atau selendang yang menutupi dadanya. Sama dengan Bianca, pemain yang lain juga terlihat anggun dan cantik, serta Kenzo terlihat tampan dan keren.
"Cantik banget, Bianca... Bianca I love you!"
Seorang fans yang duduk di bangku bioskop paling belakang berteriak kencang..
"Bianca melambaikan tangan.
Premier kali ini ada di bioskop Metropolitan.
Dan, Bianca akan melewati malam yang panjang sampai pagi harinya mengikuti schedule acara yang harus dia datangi.
Bianca lelah, tapi harus kuat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!