NovelToon NovelToon

Biarkan Aku, Yang Pergi

1. EPS 1

Arumi, perempuan berusia 23 tahun itu terlihat memperihatinkan sekali. Menikah dengan seseorang yang dicintainya dan mencintainya, nyatanya tak membuat hidupnya di limpahi kebahagiaan. Nyatanya dia hanya di perbudak oleh keluarga suaminya. selama menikah dengan Nicolas, tak pernah sehari pun Arumi bisa duduk bersantai layaknya menantu di rumah mertuanya. Ya, Arumi dan Nicolas masih tinggal di rumah yang sama dengan keluarganya. Atau lebih tepatnya dengan kedua orang tua Nico serta kakak dan kakak ipar serta anak mereka.

Dalam pernikahannya yang menginjak usia 4 tahun, Arumi dan Nicolas di karuniai seorang putri yang sangat cantik. Dia bernama Michella Ziudith Yudistira. Nicolas tak mau menyematkannya marganya kepada sang anak. Karena menurutnya Michella bukanlah anak yang di harapkan. Karena yang dia inginkan adalah seorang anak laki laki yang terlahir dari Arumi.

Sore menjelang, saat ini keluarga Nicolas tengah bersantai setelah melewati hari mereka yang melelahkan di kantor. Terlihat mereka tengah bersenda gurau satu sama lain. sedangkan Arumi sendiri masih menyiapkan minuman dingin serta Snack yang tadi sempat di beli atas perintah ibu mertuanya.

"Bagaimana Nico, apa kamu berhasil mendapatkannya?" tanya Bu Sartika pada putranya.

"Dapat dong ma, putra mama ini sudah pasti bisa di andalkan." jawabnya dengan menepuk pelan dadanya. Menandakan jika dia menara lebih hebat di bandingkan dengan kakanya.

"kalau begitu kita jadi dong jalan jalannya. Pasti bonus yang kamu dapatkan juga bukannya sedikit" sahut Monica mencoba memprovokasi semua. Sedangkan William sang suami tersenyum penuh arti pada sang istri.

"Benar Nico, kamu bisa mendapatkan semua itu tak lepas dari doa mama. Jadi, lebih baik akhir pekan ini kita liburan saja" jawab Bu Sartika.

"Nico manut saja Ma. Lagi pula bonus yang Nico dapatkan juga lumayan kok. lebih dari cukup untuk liburan keluarga Kita" jawabnya dengan santai. Tak lupa dia menyeruput minuman yang telah di siapkan oleh istrinya tersebut.

"Malam ini kita bersiap. Kita akan liburan akhir pekan ini ke Bali. Mama ingin sekali ke pantai Kuta" ujar Bu Sartika pada sang putra.

Arumi hanya menyimak obrolan dari keluarga suaminya tersebut. Dia tidak pernah di libatkan akan pembicaraan yang mereka lakukan. Duduk tenang di karpet ruang tersebut bersama dengan putrinya yang asik dengan boneka barunya. Boneka dari Oma dan Opa nya.

Bu Sartika beralih pada Arumi yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka. "Dan untuk kamu Arumi, kamu tetap di rumah saja. Jangan kelayapan dan jangan lupa bereskan rumah seperti biasa." pintanya tanpa mau adanya penolakan.

"Loh, kalau Arumi di rumah lantas siapa yang akan menjaga Michelle, Ma?" tanya Arumi pada mertuanya.

Bu Sartika mendelik tak suka pada jawaban yang di lontarkan oleh Arumi. "Loh, siapa juga yang mau ajak Michelle. Dia ya tetap di rumah sama kamu. Lagian kamu ingin met time bersama keluarga." jawabnya dengan santai.

"Benar, kamu itu hanya orang luar yang beruntung menikah sama adikku. Sudah baik kami memberikan kamu tempat tinggal untukmu dan anakmu. Bisanya hanya menyusahkan saja" sahut William yang menanggapi ucapan Bu Sartika.

sedangkan Nicolas yang sedari tadi diam, langsung menatap tajam pada sang istri. "Kamu itu nggak usah banyak mau Arumi. Benar apa yang di katakan kak William, sudah bagus kamu kami tampung di sini tanpa bayar apapun jadi tidak usah banyak protes. Sudah sana kamu pergi saja. Dasar memuakkan" umpat Nicolas memalingkan wajahnya dari Arumi.

"Malam ini kita makan di luar saja Nic, mama sudah tidak berselera makan masakan perempuan miskin itu" ujar Bu Sartika saat melihat Arumi beranjak dari duduknya bersama sang putri.

"Papa juga ingin makan di luar. sudah lama sepertinya kita tidak maka malam di luar. sepertinya menyenangkan kalau malam ini kita makan di luar. Dan besok paginya kita berangkat ke Bali" ucap pak William menanggapi perkataan sang istri.

"Nabilla juga mau makan di luar. Nabilla mau makan pizza om" pekik Nabilla yang senang saat di ajak makan di luar oleh kakek dan nenek nya.

sedangkan Arumi merasa miris, saat sang suami memiliki uang lebih banyak dia akan selalu memanjakan keluarganya. Nicolas sama sekali tidak memperdulikan putrinya sama sekali. Bahkan apapun selalu di udahan oleh Nicolas jika itu menyangkut kebahagiaan keponakannya.

"Mama, Michelle juga mau makan pizza" lirih bocah 3 tahun itu saat mendengar kakak sepupunya meminta makan pizza.

"nanti kalau mama punya uang, mama belikan sendiri ya. sekarang Michelle ikut mama ke dapur dulu. Oke" ucap Arumi mencoba memberikan pengertian kepada putrinya. Michelle hanya mengangguk patuh pada ibunya.

EPS 2

Arumi mengajak sang putri untuk makan masakannya malam ini. Sedangkan suami dan keluarganya telah pergi sejak beberapa menit yang lalu. Arumi merasa jika pengorbanannya selama 4 tahun terakhir adalah hal yang dia sia. Jika bukan karena anak tidak mungkin Arumi tetap bertahan dengan keluarga macam keluarga Nicolas tersebut.

"Mama, kenapa mama diam saja. Apa mama tidak lapal, kenapa mama hanya suapi Michelle saja" tanya bocah 3 tahun tersebut. Di usianya yang masih kecil, Michelle memiliki pemikiran yang cukup luas. Dia juga bisa memahami kondisi mamanya saat ini.

"Tidak ada sayang. Mama akan makan setelah kamu makan. Sekarang Mama akan suapi Michelle dulu, oke" jawab Arumi dengan senyum di wajahnya. Dia tidak ingin terlihat sedih di depan anaknya. Walaupun terkadang keadaan lah yang membuat nya terlihat menyedihkan seperti itu.

"Baiklah, tapi janji ya setelah Michelle selsai makan, gantian Mama yang makan!" ujar bocah tersebut dengan wajah polosnya. Sungguh hati mana yang tidak tersentuh mendengar perhatian yang di berikan oleh anak tersebut.

"Iya sayang, Mama janji" jawab Arumi tetap dengan senyumannya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Arumi langsung membereskan meja makan dan meminta putri kecilnya untuk ke kamar nya terlebih dulu. Di rumah sang mertua memang banyak kamar. Kurang lebih ada 6 kamar yang di tempat i oleh mereka dan satu kamar tamu.

Waktu terus berputar. Malam ini Arumi memilih untuk tidur bersama dengan putri kecilnya. kamar yang menjadi tempat ternyaman bagi keduanya. Jam menunjukan pukul 10 malam. Tapi masih belum ada tanda tanda jika sang suami dan juga keluarganya pulang.

"Kenapa? kenapa kamu tak pernah sekalipun berpihak pada kami. Padahal kami ini yang seharusnya menjadi prioritas kamu. Aku tak pernah malang kamu berbakti pada keluarga kamu. tapi, setidaknya berikan kasih sayang yang setara kepada anakmu, seperti kasih sayang yang kau berikan pada keponakanmu!" gumam Arumi menatap wajah putrinya yang tidur dengan tenang.

"Papi, Mami, maaf. Maaf telah karena tidak mendengar perkataan kalian. andai saja aku tidak menentang kalian dan tetap menikah dengan mas Nico. semua pasti tidak akan jadi begini" gumamnya lalu ikut merebahkan tubuhnya.

Tak lama dari itu, Nicolas dan juga keluarganya sampai di rumah. Terlihat mereka membawa paper bag satu tangan dan semua orang memegangnya. Bahkan si kecil Nabilla membawa boneka yang seukuran dirinya.

"makasih om. Bella senang sekali dapet hadiah dari om. Kapan kapan belikan lagi ya" ujarnya seraya memeluk boneka tersebut dengan sangat erat.

Di dalam kamar sang putri, Arumi mendengar semua percakapan mereka. Dari awal mereka menikah, tak pernah sekalipun Nico memberikan hadiah ataupun kejutan baik kepadanya atau kepada putri mereka. bahkan, boneka yang selalu di mainkan oleh Michelle adalah hadiah dari orang tuanya saat hari kelahiran Michelle.

Tak mau ambil pusing, Arumi berusaha memejamkan matanya. Esok dia harus bangun lebih pagi, dan membuat sarapan untuk semua sebelum akhirnya mereka berangkat ke Bali.

"Pasti dia ada di kamar anaknya. CK, menyusahkan saja. kalau begini siapa yang akan menyiapkan pakaianku. Tapi, jika aku ke sana pasti anaknya juga akan ikut terbangun. Bisa saja nanti anaknya meminta mainan yang sama seperti yang di miliki oleh Bella.

Kalau sudah seperti ini jadi terpaksa menyiapkan semua sendiri. CK, punya istri tapi tidak bisa di andalkan. Bisanya cuma menyusahkan dan menghabiskan uang suami saja" gumam Nicolas saat di dalam kamar.

Nico, Nico, tak ingat saja jika Arumi juga bekerja. Bahkan jabatannya di tempatnya bekerja di atasnya. Hanya saja Arumi tidak pernah mengatakannya. Dia hanya mengaku sebagai karyawan biasa. Ternyata pengakuannya tersebut sedikit meringankan penderitaannya, di kala sang suami tidak memberikannya uang. Untuk kebutuhan putri mereka.

Esok menjelang. Arumi masih berkutat di dapur. Sedangkan putrinya di minta untuk tetap berada di kamar. Jam masih menunjukkan pukul 5 lewat. Dimana biasanya keluarga sang suami masih bergelung dengan mimpi mereka. Tapi, berbeda dengan pagi kali ini. Mereka tampak mondar mandir membawa koper mereka keluar kamar serta bersiap untuk segera berangkat ke tempat dimana mereka akan lakukan liburan akhir pekan.

"Arumi, mana ini makananya. Kenapa baru nasi dan juga sayur saja yang ada di meja makan. Mana lauknya" pekik Bu Sartika saat beliau sudah berada di kursi meja makan bersama dengan suami serta cucu kesayangannya.

"sebentar ma, ini masih Arumi pindah ke piring saji." jawabnya yang masih ada di dapur" jawabnya sedikit berteriak.

"kebiasaan banget sih. Jangan lelet lelet jadi orang. hidup numpang saja banyak gaya. cepat sajikan, jangan sampai karena kami menunggu makanan mu yang tak seberapa enak itu kami terlambat sampai ke bandara" sindir Monica mulai mengambilkan makanan untuk putrinya. Dia tak ingin putrinya merajuk karena menahan lapar. Di meja sudah dan nasi dan juga sayur capcay kesukaan putrinya. Dan itu sudah cukup untuk membuat putrinya tak merengek.

"Ambilkan nasinya sedikit saja monica, sayurnya yang sedikit lebih banyak. kamu tahu sendiri jika cucuku sangat menyukai makanan tersebut. Yah, meskipun tak seenak masakan restoran. Tapi cukup untuk menahan rasa lapar saat di pesawat nanti" ujar Bu Sartika meremehkan.

sedangkan Arumi yang sudah berada di meja makan dan menghidangkan beberapa lauk hanya bisa menunduk saja. Dia tahu jika dirinya tidak lah sesempurna itu dalam urusan masak. tapi, setidaknya mereka bisa menghargai perjuangan nya demi bisa menghidangkan makanan yang bisa mereka makan.

"Sudah, sudah. Lebih baik kita cepat sarapan dan segera berangkat ke bandara. Jangan sampai kita terlambat hanya karena ulah perempuan udik ini" ujar Nicolas yang tak mau mendengar perdebatan di pagi indahnya tersebut.

"lebih baik kamu menyingkir Arumi. badanmu bau bawang dan asap. Itu membuatku jadi muak dan tak selera makan" usir Nicolas saat Arumi Hendak duduk dan mengambil makanan untuk dirinya dan juga sang putri.

"benar itu, kamu itu merusak pemandangan saja. Lebih baik kamu menyingkir terlebih dahulu. Makan saja setelah kita berangkat ke bandara." ucap William yang menyetujui perkataan adiknya tersebut.

"tapi aku hanya ingin mengambilkan sarapan untuk Michell saja. Setelah itu aku akan pergi kok dari sini" balas Arumi yang masih tetap mengambilkan nasi dan juga sayur serta lauk untuk putrinya.

"Ma, itu sayur kesukaan Bella. kenapa Tante Arumi ambil itu untuk Michelle. Bella nggak suka kalau Michelle makan makanan kesukaan Bella ma. Bella nggak suka" rengek Bella saat melihat Arumi mulai menyendok kan sayur tersebut.

"Arumi, kamu nggak dengar ya, apa kata Bella. Dia nggak suka jika kamu ambil sayur itu untuk Anakmu. Letakkan kembali. Sayur itu akan aku bungkus untuk ku bawa pergi ke Bali nanti" ujar Monica, tapi kali ini tak di hiraukan oleh Arumi. Dia tetap mengambilnya dan segera meninggalkan ruang makan tersebut.

Jujur saja, Arumi sudah mulai lelah dan tak lagi mau menurut dengan keluarga sang suami. Dia bukanlah mantu satu satunya di dalam rumah tersebut. tapi, haya dirinyalah yang mendapatkan perlakuan kurang baik dari keluarga itu. Bahkan suaminya pun tak pernah lagi membelanya barang sedikit saja. Hal itu lah yang membuatnya tak lagi mendapatkan tempatnya di rumah tersebut.

EPS 3

Selesai dengan sarapannya. keluarga Nicolas sama sekali tidak perduli dengan keadaan meja makan saat ini. Sisa lauk yang masih ada di sana langsung di bawa oleh Bu Sartika. Dia tidak mau jika makanan tersebut dimakan oleh Arumi.

"Mama bungkus semua lauknya.?" tanya Nicolas pada mamanya.

"ya, semua yang masih ada di atas meja mama masukkan kotak bekal. Lumayan nanti kalau lapar tinggal makan ini saja. Sayang juga kalau di tinggal. Lagipula Arumi hanya sendiri di rumah. biar dia cari makan sendiri toh dia juga kerja kan. Jadi, dia pasti ada uang jika hanya untuk membeli makanan selama beberapa hari ini." jelas Bu Sartika pada anaknya. Dia sama sekali tak pernah memikirkan bagaimana kehidupan menantu dan cucunya itu.

Bagi keluarga Nicolas, Arumi hanyalah perempuan yang pantas di jadikan pembantu. apalagi dia bukan dari kalangan keluarga kaya seperti Monica yang jelas jelas berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya. Maka dari itu, Monica tak pernah di minta untuk sekedar membantu mengerjakan pekerjaan rumah ataupun membantu bekerja suaminya.

Semua tugas rumah Arumi yang menyelesaikannya. mulai dari membereskan rumah, memasak, mencuci baju seluruh anggota keluarga hingga hrus menyetrika baju mereka. Untuk kebutuhan dapur pun terkadang dirinya sendiri yang harus menutup nya. karena uang yang di berikan oleh sang suami selalu saja kurang.

kelurga Nicolas sekarang sudah berangkat tanpa berpamitan pada Arumi dan putrinya. Mereka benar benar tak pernah menganggap mereka.

"ya Tuhan. Kenapa mereka tega sekali, mereka sama sekali tidak menyisakan makanan untuk ku dan juga Michelle." gumamnya saat melihat meja makan yang telah kosong dan menyisakan bekas makan mereka saja. "baiklah, jika kalian seperti ini. Maka jangan salahkan aku jika aku juga akan bertindak sebagai mana kalian memperlakukan aku dan putriku. Mulai hari ini aku tidak akan tinggal diam. Selama ini aku selalu menurut dengan kalian. tapi kalian sama sekali tak pernah menghargai semua yang telah ku lakukan pada kalian. Jadi, jangan salahkan aku jika aku akan hidup dengan jalanku sendiri" tekad Arumi sudah jelas.

Dia akan tetap bertahan di rumah tersebut. tapi tidak dengan semua pekerjaan yang sengaja di limpahkan untuknya. Jika mereka lapar, biarkan mereka memasak sendiri atau delivery. Jika baju mereka kotor mereka bisa mencucinya sendiri, toh di rumah ada mesin cuci.

selesai membereskan meja makan. Arumi berniat mengajak sang putri jalan jalan ke tempat yang selama beberapa hari terakhir ingin di kunjungi oleh putrinya. Dia tidak ingin lagi bertahan di rumah itu jika tidak ada orang di sana.

"sayang, kamu sudah selesai sarapannya?" tanya Arumi pada sang Putri, Arumi tadi memang sengaja mengambilkan porsi sarapan sedikit lebih banyak dari bisanya. Jadi, jika sang putri tidak bisa menghabiskannya. Dia bisa membantu.

"sudah ma, tapi tidak habis. Tadi Michell sudah ambil di piling kecil kok. Jadi itu ada sisa nasi di piling besal dan juga capcay nya masih juga, lauknya tinggal satu mama. Maaf, soal nya masakan mama enak. Jadi lauknya tinggal satu deh" jawabnya dengan wajah polosnya.

"tak apa, kalau begitu mama makan dulu ya. Kalau Michelle sudah selesai sarapannya. Michelle ganti baju ya. Setelah ini mama akan ajak Michelle ke tempat yang waktu itu Michelle mau" ujar Arumi duduk di meja belajar anaknya.

"Yey, baiklah ma, Michelle mau siap siap dulu ya. Mana makannya pelan saja. Jangan telbulu bulu, Michelle akan tungguin mama kok, mama tenang saja" ujar Michel langsung ngacir menuju lemarinya. Lemari yang tak terlalu besar dan juga tak terlalu banyak baju yang tersusun di dalamnya.

sebenarnya Michelle setiap satu Minggu sekali akan selalu mendapatkan setelan baju dari Oma dan opanya (orang tua Arumi) tapi jika di rasa baju tersebut bagus, maka Bella dengan cepat akan merebutnya. tak hanya setelan baju, bahkan sepatu dan juga mainan juga Bella rebut jika di rasa bagus. Sehingga kadang, Arumi sengaja menyembunyikan beberapa baju pemberian orang tuanya.

"sayang, itu di lemari paling bawah bagian belakang kamu cek nak. Di sana ada beberapa baju baru dari Oma. Semoga saja pas, kamu bisa pakai itu sayang!" ujar Arumi memberitahu putrinya yang bingung dalam memilih pakaiannya.

tanpa banyak tanya, Michelle langsung berjongkok dan melihat dengan jelas. Ada beberapa baju yang masih terbungkus dengan rapi. Dengan wajah yang senang. Michelle langsung mengambilnya dan mencoba beberapa dari baju tersebut. Arumi tak melarangnya, karena itu baju itu memang untuk putrinya.

"bagus yang mana Mama. Semua telihat bagus, Michelle sampai bingung mau pilih yang mana!" ujar bocah menis tersebut sambil menenteng dia baju yang sudah terbuka.

"yang mana yang buat kamu nyaman saja sayang. Kalau bisa pakai yang ada celananya. Biar nanti saat sampai sana, Michelle tak repot ganti baju. Trus nanti yang lainnya tinggal di lipat dan di bawa untuk ganti" ujar Arumi memberikan saran pada putrinya.

"oke, kalau begitu Michelle pilih yang ini saja. Kalena, ini ada celana" jawabnya dengan penuh rasa gembira. Setelah beberapa waktu setiap mendapatkan barang baru di rampas oleh sepupunya. Kali ini dia benar benar mendapatkannya tanpa ada gangguan dari sepupunya tersebut.

Arumi segera menyelesaikan sarapannya. Dia tak mau membuat putrinya terlalu lama menunggu. Selesai semua, Arumi bersiap dan sedikit menyiapkan berpakaian miliknya dan milik putrinya. Dia berniat untuk menginap di tempat yang akan mereka tuju sekarang. Tak lagi memikirkan bagaiman reaksi keluarga Nicolas jika tahu dirinya tak ada di rumah. Yang terpenting saat ini adalah kebahagiaan putri kecilnya.

ponsel Arumi bergetar panjang. tanda jika ada seseorang yang tengah menghubunginya. Dia lekas melihat siapa gerangan yang menghubunginya saat ini. Karena tidak mungkin jika Nicolas yang menghubunginya. karena dia tidak akan melakukan hal itu. Selama ini, dirinya terlampaui cuek dengan Arumi dan putrinya. sehingga untuk sekedar chat saja tak pernah dilakukannya.

"kak Nathan, tumben banget dia telfon." Arumi langsung mengangkat panggilan tersebut. Dia hanya penasaran kenapa kakanya itu te tiba menghubunginya. padahal selama ini hanya sang istri kak Mikaila saja yang sering.

*hallo,* ucap Arumi saat panggilan tersambung.

*ya, kenapa lama sekali mengangkat panggilan kakak hah?* tanya Nathan dengan kesal.

*Arumi masih siap siap ini kak. Mau ajak Michelle jalan jalan. Jadi sedikit lama angkat panggilan kakak. Ada apa kak? Tumben banget telfon aku, biasanya juga cuma kak Mikaila yang selalu hubungi aku* jawab Arumi juga dalam mode kesal.

*tak usah banyak tanya. Kamu bersiaplah. sebentar lagi kakak dan kakak ipar serta ponakan kamu akan ke sana. Kami mau jemput kamu, kita liburan bersama sekalian* ujar Nathan datar.

*tumben* jawabnya lirih.

*tak usah banyak bicara Arumi. Lebih baik kamu bersiap. Kakak sebentar lagi sampai. Lagian ini juga karna dua ponakan kamu mau bertemu dengan adik kecil mereka*jawabnya tak mau ada bantahan.

*kalau begitu aku tunggu di rumah. mumpung tak ada satupun orang di sini!*jawab Arumi dengan santai.

Ya, selama ini Arumi sellau bercerita kepada Mikaila, dia selalu curhat dengan kakak iparnya tersebut karena tak mampu jika harus langsung cerita kepada kedua orang tuanya. Sehingga Nathan pun juga mengetahuinya dari cerita sang istri. ingin memberikan pelajaran pada Nicolas, tapi Arumi masih melarang. Dia akan membalas semua tepat pada waktunya. Tapi bukan sekarang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!