NovelToon NovelToon

Perceraian Paling Hina

Bab 1~PPH

••Amerika~Los Angeles••

Wanita cantik berambut blonde, dengan kedua kornea mata bewarna kecoklatan itu seketika tercengang. Bahkan tubuhnya juga ikut membeku saat melihat konferensi terbuka yang disiarkan secara langsung di berbagai macam media.

Deg!

Deg!

Beberapa kali Rania menggelengkan kepalanya, berharap apa yang saat ini tengah dia lihat hanyalah bunga tidur semata.

Asisten Rania yang saat ini tengah duduk bersebrang dengan Nonanya, sontak saja membekap kuat mulutnya saat menyaksikan hal paling hina tersebut.

"Baby ... Are you okey?" lirih sang asisten dengan gaya ngondeknya. Pria gemulai itu perlahan mendekat, sambil mengusap bahu Rania dengan wajah yang sulit diartikan.

Dada Rania bergemuruh hebat, terasa lebih nyeri dibandingkan kegagalannya dalam hal apapun. Batinya terasa perih, bak tertancap belati tajam, yang kini menyayat dalam luka hatinya.

Pria bernama Laront itu langsung saja mematikan siaran televisi, yang saat ini tengah ditatap tajam kedua mata Rania.

Air mata Rania sudah menganak sungai, beriringan jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

Demi apa, saat ini juga hati Rania benar-benar sakit.

Dia lantas segera bangkit, sambil mengotak atik ponselnya, mencoba untuk menghubungi sang suami.

Tangan Rania tampak bergetar begitu hebat. Dapat di bayangkan seperti apa keadaan Rania saat ini.

'Nggak ... Ini nggak mungkin terjadi?Pandu pasti salah! Ini nggak mungkin ....'

Rania terus saja menyangkal semuanya dari kenyataan pahit yang saat ini tengah menerjang kuat dalam hidupnya. Salah apa dia, kenapa suami yang begitu dia cintai tega berbuat hal keji terhadapnya.

Mungkin saja, Rania dapat menerima jika perceraian itu di lakukan saat nanti, pas dirinya sudah pulang ke tanah air. Ini tidak! Pandu dengan kejam menceraikannya melalui media, yang dimana segala fitnahan langsung mengarah secara keji kearahnya.

Laront juga langsung bangkit, untuk menghubungi Manager Rania yang kini berada di Indonesia.

"Daniel ... Katakan, apa semua ini nyata? Babyku shock berat terhadap pernyataan Pandu yang baru saja berlangsung beberapa jam lalu," seru Laront sambil melirik ke arah Nona mudanya.

Di Indonesia, Daniel sejujurnya sudah tahu sejak kemarin, karena konferensi itu dilakukan hari lalu. Namun karena dia tidak ingin Aktris cantiknya terluka, jadi Daniel hanya bungkam, hingga Rania berhasil tahu sendiri.

"Aku belum sempat bertemu dengan Pandu! Mungkin Lusa aku akan datang ke Perusahaanya langsung! Oh ya ... Tenangkan dulu Rania. Aku tahu, dia pasti merasa terpukul sekali."

Setelah itu, Laront langsung saja memutus panggilannya secara sepihak.

'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif!'

Rania sudah mencoba menghubungi Pandu. Namun, sekalipun panggilan Rania tidak ada yang terhubung.

Huh!

"Baby ... You are a strong woman! Don't cry!" Lorant mendekat, sambil terus mengusap bahu Rania yang saat ini tengah bergetar hebat.

"Apa salahku Lorant ... Katakan, apa salahku ....?" tangis Rania pecah didalam dekapan asistenya~Lorant.

Shutt!

Lorant mencoba menggelengkan kepalanya. Sambil menutup mulutnya dengan jari telunjuk. Pria gemulai itu merasa iba, dan tidak dapat berkata apa-apa melihat wajah frustasi Rania.

Rania melepaskan tubuhnya. Di sela isakan tangisnya, dia langsung bangkit. Gadis blesteran itu berjalan menuju lemari besar dan membukanya dengan cepat.

Tangan Rania masih bergetar hebat, di saat dia dengan cepat mengambil semua beberapa baju yang tergantung, untuk di masukanya kedalam koper.

"Aku nggak mau tahu, Laront! Malam ini juga aku akan kembali ke Indonesia. Telingaku harus mendengar langsung, mengapa Pandu setega ini pada diriku," ucap Rania di sela isakan tangisnya.

Laront bangkit dan langsung mendekat. "Baby ... Tenangkan dulu hatimu! Baik, kita pulang! Tapi bagaimana pemotretanmu? Mr. Rayon sudah memberikan Daniel uang muka. Baby ... Ini kesempatan emas untukmu," suara Laront begitu lemah, berharap Nonanya dapat sedikit mengerti.

Rania seketika menghentikan aktivitasnya. Dia luruh diatas lantai, dengan tatapan mata kosong kedepan. Tidak dapat dia pungkiri, dia sudah menandatangani kontrak kerja tersebut, dua bulan sebelum pernikahannya dengan Pandu terjadi.

Padahal, diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya, Rania selalu membantu perkembangan perusahaan milik suaminya, yang dulu nyaris bangkrut karena tertipu oleh seorang Client. Dan itu semua menggunakan tabungan Rania dari hasil kerja kerasnya menjadi model.

Melihat itu, Laront juga ikut menjatuhkan tubuhnya di atas lantai untuk memeluk kembali tubuh Nonanya.

"Aku tahu semua ini terasa berat dan sesak ... Namun kamu tidak bisa lari dari tanggung jawabmu, Baby ... Hanya tinggal dua kali pemotretan saja," kata Laront mencoba menyadarkan tanggung jawab, atas pekerjaan yang sudah Rania terima jauh hari.

Pagi harinya, sesuai jadwal yang sudah tertulis. Rania tetap menjalankan pekerjaanya seperti biasa.

Rania di paksa tersenyum di hadapan para awak media, dan juga beberapa tamu undangan yang kini duduk rapi di bawah panggung fashion show.

Dari arah tempat duduk penonton, terdapat seorang pria yang tengah duduk tenang, mengenakan setelan jas bewarna hitam. Pria misterius itu menarik sudut bibirnya, sembari memberi tepuk tangan meriah, saat Rania berjalan begitu anggunnya menjadi brand prodak ternama di Los Angeles.

"Baby ... Kamu sangat profesional! Good job, Baby ...." seru Laront memberi buket bunga kepada Rania bentuk apresiasinya.

Rania menerima buket tersebut. Dia hanya mengangguk, menyembunyikan senyum simpulnya. Setelah itu dia berjalan ke arah balkon, dan tiba-tiba air matanya menggumpal dibalik pelupuk matanya.

Dada Rania benar-benar terasa sesak. Akankah dia sanggup menjalani hidupnya, setelah dia kembali ke tanah air nantinya.

Ingin rasanya dia menghilang saat ini juga. Beberapa media sosial terpaksa dia vakumkan sejenak. Ponselnya sudah sehari semalam tidak dia hidupkan, mengingat banyaknya berita yang saat ini beredar di Tanah Air tentang gugatan suaminya~Pandu.

Drrt!

Drrt!

Laront sontak berdiri, saat ponsel yang berada di saku celananya bergetar kuat.

"Whats ... My Darling Aston? Dia pasti mencari Babyku, Rania ...." gumam Laront seraya bangkit.

Setelah itu dia menggeser tombol hijau dilayar ponselnya.

"Ah, iya ada apa my Darling?"

Karena perbedaan waktu yang terpaut 15 jam lamanya. Aston kini masih duduk tenang di teras balkon kamarnya, walaupun waktu sudah menunjukan pukul 11 malam.

"Dimana Rania? Kenapa ponselnya tidak aktif?" tanya Aston dengan suara dinginya.

Kakak angkat Rania itu menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon, sambil sebelah tanganya mengangkat satu botol alkohol.

"Aston my Darling ... Apa you tidak tahu, kabar yang sedang menggemparkan jagad dunia hiburan saat ini?" ucap Laront sedikit kesal, karena bisa-bisanya pria dingin itu masih bertanya, mengapa ponsel sang adik tidak aktif.

Kening Aston berkerut. Dia memang tidak tahu apa-apa, karena dia baru saja tiba di Indonesia malam ini.

"Memangnya ada apa?"

"Hah!" desah Laront, "Sekarang coba buka media sosialmu, Darling! Aku harap kamu tidak akan terkejut, dengan ulah iparmu yang sok tampan itu!" timpal Laront yang merasa geram, jika ingat kelakuan keji Pandu.

Tut!!

Panggilan terputus sepihak oleh Aston. Pria itu langsung membuka media sosialnya. Dan benar, betapa terkejutnya dia, di saat melihat bekas siaran konferensi yang dilakukan oleh Prabu.

Kedua mata Aston menajam, seraya mengeratkan genggaman botol alhokol di tanganya.

Pyar!

"Brengsek!" umpatnya, sambil melempar botol tadi kearah lantai.

Wajah yang semula tenang, kini berangsur memerah dengan nafas tidak teratur. Aston benar-benar tidak menyangka, adik yang begitu dia sayangi malah di ceraikan secara keji oleh suaminya.

"Kamu akan hancur sehancur-hancurnya, Pandu! Aku akan mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi ...." gumam Aston menggeram.

......................

.......................

'Pandu benar-benar keterlaluan!'

bab 2~PPH

Tanpa banyak orang tahu, Aston sebenarnya adalah komplotan Mafia yang kini sedang memantau jalannya musuh, yang sedang singgah di Negaranya saat ini.

Aston sering kali bolak balik ke luar negri, demi menjalankan bisnis gelapnya, yang di lakukan secara ilegal. Tidak hanya sekali, pria berpawakan tinggi kekar itu sering kali menyuap beberapa aparat, demi kelancaran bisnisnya.

Tuan Domanick sudah seringkali mengingatkan putranya, agar segera terlepas dari pekatnya dunia hitam. Namun Aston masih kekeh dalam pendiriannya, jika misinya melumpuhkan musuh belum terselesaikan.

Pria itu langsung masuk kedalam kamarnya. Dengan cepat, dia megenakan jaket hitamnya, serta menyambar kunci mobil dan langsung melenggang keluar.

Laront berjalan mendekat ke arah Nona mudanya, "Baby ... Aston mencarimu? Dia benar-benar belum tahu tentang perbuatan Pandu," kata Laront menatap iba kearah Rania.

Rania masih terdiam. Pandanganya masih kosong menatap lurus. Ucapan Laront barusan di anggapnya bagaikan angin berlalu.

"Huh ...." desahnya pelan, "Hubungi Daniel! Katakan padanya, aku akan pulang lusa. Aku sudah tidak kuat, Laront ...." lirih Rania. Air matanya perlahan luruh membasahi pipi putihnya.

"Aku lelah berpura-pura kuat, Laront! Semua tuduhan Pandu, tidak benar adanya. Aku juga wanita biasa pada umumnya ... Aku juga ingin memiliki seorang anak! Aku juga ingin menghabiskan waktuku berada di rumah, yang selalu siap menyambutnya disaat dia pulang. Tapi aku sudah terlanjur menandatangani kontrak itu jauh sebelum kita menikah! Dan dari hasil kerja kerasku itu ... Aku dapat membantu perusahaanya dari ambang kebangkrutan. Tapi mengapa balasanya seperti ini, Laront ...." isak Rania menundukan wajahnya.

'Pandu benar-benar tidak tahu malu! Awas saja, aku akan membuat perhitungan dengannya!'

Puas menggeram dalam batinya, Laront langsung saja mendekati Rania. Dia membawa model cantik itu masuk dalam pelukanya.

Entah apa yang terjadi pada diri Laront. Pria jadi-jadian itu seakan memiliki rasa empati yang berlebih terhadap Nona mudanya~Rania.

"Baby ... Menangislah! Setelah itu kamu harus bangkit! Kamu cantik, berbakat, baik hati. Banyak pria di luaran sana yang begitu mengharapkanmu ...." lirih Laront sambi mengusap kepala Rania.

Rania masih terisak. Dia tidak tahu lagi akan kemana membawa semua luka dalam batinnya, jika pulang nanti.

"Tapi semua itu ternyata kurang bagi Pandu, Laront!" kata Rania yang masih terisak.

Laront sesakali menunduk, menatap iba pada Nonanya. Satu tanganya terkepal kuat, ingin saja dia layangkan pada wajah polos Pandu saat ini.

Sementara di Indonesia.

Aston kini sedang berada di markas yang biasa dia gunakan untuk melumpuhkan musuh-musuhnya.

Kakak angkat Rania itu mengpulkan dua anak buah, yang nantinya akan dia tugaskan untuk menyelidiki permasalahan yang terjadi pada rumah tangga sang adik.

"Baik Tuan! Saya dan Deril akan menjalankannya malam ini!" ujar Mike.

Aston menajamkan matanya, hingga membuat kedua anak buahnya terintimidasi.

"Aku tidak hanya mebuat dia hancur! Tapi perusahaan tua bangka itu juga. Pandu bernaung di bawah ketiak tua bangka, Mohan! Dia itu tidak lebih dari seorang pecundang!" kata Aston sambil menyeringai. Dia kemudian bangkit dari duduknya, lalu berjalan kesembarang arah.

"Sekarang, cepat kalian berdua pergi dari sini, dan jalankan perintahku!" ucap Aston kembali menaikan nada suaranya.

Setelah urusannya selesai. Aston juga ikut bergegas menuju kediaman orang tuanya.

Mobil sport itu melaju kencang membelah keheningan malam yang tercipta. Aston mencengkram kuat setir mobilnya, dengan mata penuh kobaran api dendam.

Dan tepat pukul 12 malam, Aston baru saja pulang kerumah.

Pintu terbuka secara otomatis, karena menggunakan Smart Door Lock. Dan hanya pemilik rumah khusus yang dapat membukanya secara otomatis.

"Papah belum tidur?" tegur Aston saat melihat tuan Domanick masih melihat siaran televisi.

Tuan Domanick lantas segera bangkit sambil mematikan siaran tv tadi.

"Duduklah! Kamu baru tiba?"

Aston mengangguk. Dia lantas menjatuhkan tubuhnya pada sofa.

"Papah merasa gagal, sudah menyerahkan Rania pada pria bajingan itu ....." ujar tuan Domanick sambil membuka kacamata kerjanya. Kedua mata lelah itu menyirat rasa sesal yang bercampur kebencian yang mendalam.

Setelah itu, tuan Domanick menatap Aton sambil berseru kembali, "Kamu sudah tahu, berita tentang gugatan adikmu?"

Aston mengangguk, "Laront yang memberi tahuku! Ponsel Rania sudah dua hari tidak aktif."

"Adikmu pasti terpukul dengan gugatan itu. Mungkin dengan cara menutup semua media, dia sedikit tenang dari serangan awak media," timpal tuan Domanick dengan sorot mata sendu.

"Mamah dimana?" Aston sontak bangkit.

"Di kamar! Sejak berita itu menggemparkan jagad raya, mamahmu terus saja menangis menghawatirkan mental adikmu." jawab tuan Domanick.

Tanpa babibu, Aston langsung menuju lantai dua untuk melihat keadaan sang mamah.

Ceklek!!

Aston terhenyak, saat melihat seorang gadis seusia adiknya, baru saja keluar dari kamar mamahnya.

"Siapa kamu?" tegur Aston mengintimidasi.

Gadis itu menunduk sambil mengeratkan kedua jemarinya, "Saya pelayan baru, Tuan! Nyonya baru saja tidur. Maaf ... Saya permisi dulu!"

Aston adalah tipe pria yang tidak dapat beradaptasi dengan orang baru. Banyak pelayan di rumah itu yang tidak betah karena sikap dingin putra majikannya itu. Dan jika berbicara, Aston paling tidak bisa berbasa-basi. Mulutnya bak racun yang dapat membunuh lawan bicaranya, tanpa menyentuh.

"Pergilah! Saya tidak suka ada orang baru!"

Gadis itu sempat menghentikan langkahnya sejenak. Namun dia enyahkan dan langsung turun kembali tanpa berpikir apapun.

Klek!

Aston masuk kedalam. Wajah yang semula menahan geram, langsung saja mencair jika menatap wajah damai sang ibunda.

"Selamat tidur, Mah! Semua akan baik-baik saja," ujar Aston meninggalkan kecupan hangat di kening sang ibu.

Setelah itu, dia keluar kembali sambil menutup pintu secara perlahan.

Aston masuk kedalam kamarnya yang berada di depan.

Blam!

Setelah pintu tertutup, pria itu berjalan perlahan, dan berhenti di depan nakas besar. Tanganya perlahan terulur membuka laci. Disana, Aston mengambil selembar kertas lebar, yang didalamnya terdapat sebuah sketsa lukisan hasil dari tanganya sendiri.

Wanita cantik itu tengah tersenyum manis, sambil menopang dagu dengan kedua tanganya.

Dengan cepat, Aston membawa sketsa lukisan itu untuk masuk kedalam kamar mandi bersama.

"Ouh baby ... Lakukan terus!"

"Ahh ... Faster baby ... Eughhh!"

"Kau sangat mempesona, baby ....!"

Entah apa yang di lakukan pria berdarah dingin itu. Namun yang terjadi, Aston seringkali mengeluarkan lenguhan, bahkan desahan dari mulut laknatnya.

Itulah hal aneh yang sudah menjadi kebiasaan bagi kakak angkat Rania itu. Aston sering kali berfantasi liar, hanya memandang foto wajah seorang wanita, yang saat ini tengah merajai hatinya.

Banyak sekali para jalang yang menawarkan tubuhnya pada Aston, namun pria dingin itu enggan melihat apalagi sampai meyentuhnya. Dan hanya satu yang Aston yakini, bahwa suatu saat dia akan mendapatkan cinta waita itu, walaupun harus bertentangan dengan Takdir hidupnya.

.........................

Bersambung~

bab 3~PPH

~Bandara Seokarno Hatta~

Beberapa awak media, dan wartawan kini tampak berjejer menunggu kedatangan model cantik, yang di perkirakan akan tiba pukul 9 dini hari.

Sementara Daniel, dia sudah tiba 1 jam lebih cepat, demi mengamankan modelnya dari serangan wartawan.

Rania sudah mengenakan topi hitam, syal yang melilit leher jenjangnya, dan tak lupa masker hitam. Dia turun dari pesawat bersama dua asistennya, dan langsung di amankan pihak bandara, atas perintah sang manager.

Namun, upaya yang Daniel lakukan tidaklah berjalan lancar. Salah satu wartawan melihat mereka berjalan melewati pintu samping. Dan itu membuat semua awak media bergegas mengikuti langkah salah satu wartawan tadi.

Daniel mengeratkan genggaman tangan model cantik itu, saat media berusaha memotret serta memberikan sederet pertanyaan untuk Rania.

"Rania, apa benar kamu tidak ingin memiliki seorang anak?"

"Rania ... Berikan beberapa kalimat sebelum kamu pergi dari sini!"

"Apakah benar ucapan Pandu mengenai gugatan yang dia layangkan?"

"Rania ....."

"Rania ... Bisa beri beberapa informasi untuk kami?"

Dan masih banyak lagi, beberapa pertanyaan wartawan yang hanya mendapat senyuman dari bibir Model cantik itu.

"Maaf ... Tolong beri jalan," seru Daniel sabil menarik tangan Rania, agar segera masuk kedalam mobil.

Huh!!

Rania menghela nafas lega, saat berhasil duduk dengan tenang di dalam mobil Managernya~Daniel.

Sementara Laront dan satu temannya masuk kedalam mobil yang berbeda.

"Daniel, tolong lansung antarkan aku ke rumah! Aku ingin menyelesaikan permasalahan rumah tanggaku terlebih dahulu. Untuk sementara, aku ingin vakum beberapa minggu kedepan!" ucap Rania menatap kosong kedepan.

Daniel yang duduk disampingnya, sekilas menoleh. Sorot matanya menunjukan rasa iba, saat mendengar kalimat Rania saat ini.

"Untuk sementara, tenangkan dulu pikiranmu!" jawab Daniel.

Mobil melaju cepat, menuju rumah mewah milik Pandu.

••

••

••

"Honey ... Sekarang ganti kamu yang menyenangkanku! Naiklah sekarang keatas!"

Pria itu lantas memposisikan tubuhnya menjadi terlentang. Dan perlahan, wanita cantik itu meninggalkan tanda kepemilikannya, di beberapa titik yang membuat nafsu sang pria semakin memuncak.

Tubuh yang nyaris sempurna itu semakin membuat si Wanita tersenyum bangga, karena pada akhirnya, dia dapat menikmati tubuh kekar milik sang pria.

"Eughhh ... Kau benar-benar membuatku ingin melayang, Honey ....." lenguh sang pria, saat tubuhnya mendapat jilatan-jilatan kecil, bahkan kecupan di area tertentu.

"Pandu ... Tubuhmu benar-benar membuatku candu! Bagaimana bisa istrimu mengabaikan kenikmatan seperti ini ....." lirih wanita tadi, sambil menaiki tubuh suami Rania.

"Laura ... Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan," racau Pandu dengan sesekali memejamkan mata, menahan gejolak nafsu yang sudah di ubun-ubun.

Dan benar saja, saat ini Pandu sedang menikmati kehangatan tubuh Laura, yang tak lain adalah sahabat istrinya sendiri~Rania.

Rania tidak pernah tahu, jika selama ini sahabat dekatnya tega berbuat hal tak senonoh dengan suaminya sendiri.

"Ahh ... Pandu, rasanya aku ingin melayang ....." desah Laura, saat miliknya sudah berhasil menyatu dengan milik Pandu.

"Ohhh ... Eughh ... Lakukan terus Honey! Lebih cepat!"

Gladys menggigit bibir bawahnya, sambil menaik turunkan tubuhnya di atas milik Pandu. Model cantik itu begitu menikmati ritme permaian panasnya, tidak peduli dengan siapa dia menumpahkan hasratnya.

Sementara di luar. Mobil mewah milik Daniel baru saja masuk kedalam halaman luas rumah Rania.

Dari dalam dapat Rania lihat, dua mobil terparkir bersebelahan.

Karena merasa tidak asing dengan mobil bewarna merah itu, Rania langsung saja turun dan bergegas masuk kedalam.

Degh

Degh

Jantung Rania berpaju dua kali lebih cepat, beriringan dadanya yang kini bergemuruh hebat.

Tujuannya saat ini adalah menuju kamar utama miliknya, yang berada di lantai dua.

Tubuh Rania membeku saat baru saja menapakan kakinya di penghujung anak tangga.

Suara jahanam itu saling bersahutan, memekak telinga Rania saat ini. Nafas Rania sudah naik turun, bersamaan luruhnya air mata di wajah cantiknya. Rania sudah dapat mengira, siapa si pemilik suara laknat tersebut.

"Rania ... Are you okay?" gumam Daniel yang baru saa tiba.

Di sela isakan tangis yang Rania tahan. Jemari lentik itu menunjuk ke arah pintu kamar, yang menjadi tempat bercinta suaminya saat ini.

"Dobrak kamar itu, Daniel!" lirih Rania penuh kobaran api di matanya.

Daniel mengangguk, dengan cepat dia berjalan sambil bersiap untuk mendobrak pintu tersebut dengan satu kaki jenjangnya.

Brak!

Gladys dan Pandu seketika terhenyak, dan langsung menghentikan aktivitas ranjangnya, saat mendengar pintu kamarnya terdobrak dari luar.

Brak!

Satu kali, dua kali tidak berhasil. Dan yang ke tiga kalinya, pintu itu berhasil terbuka, hingga menyebabkan kerusakan pada handle pintunya.

Demi apa, Rania sontak membekap mulutnya dengan kedua tangan, saat melihat suami dan juga sahabatnya saling bertukar keringat, dalam keadaan polos tanpa sehelai benang.

Daniel memejamkan mata dalam-dalam, karena matanya terasa ternodai oleh perbuatan dua orang di dalam.

Pandu sontak menarik selimut untuk menutupi tubuh bawahnya. Dengan cepat, tanganya menggapai celana untuk dia gunakan secepatnya. Sementara Laura, wanita itu terdiam sambil menutup tubuh polosnya dengan selimut yang sama dengan Pandu.

"KALIAN BERDUA BENAR-BENAR SEPERTI HEWAN.....!" teriak Rania menumpahkan segala rasa sakitnya.

Daniel mendekat, sambil mengusap bahu Rania yang kini bergetar sangat hebat.

"Aku tidak menyangka, rupanya ini alasan kamu menggugat cerai aku ... Benarkan?" bentak Rania di sela isakan tangisnya. Dadanya yang bergemuruh, langsung saja dia tumpahkan dengan berjalan mendekat ke arah sang sahabat.

"Dasar wanita JALANG!" teriak Rania sambil menjambak rambut Laura yang masih terdiam diatas ranjang.

Aishh!!

Aww!!

Rintih Laura saat mencoba memegangi tangan Rania dari cengkraman rambutnya.

"Rania, tolong lepaskan! Rambutku bisa rontok karena ulahmu ini ...." ucap Laura menahan rasa nyeri di kepalanya.

"Bagaimana rasanya? Enak? Aku tidak menyangka dengan sikap baikmu padaku selama ini, JALANG! Dengan teganya, kamu bermain ranjang demi memuaskan hasrat bejadmu ini ...." bentak Rania kembali, sambil menghempaskan kepala Laura ke samping.

Belum sampai di situ. Rania menarik wajah Laura, dan seketika..

Plak! Plak!

Dua tamparan mendarat pada pipi bersih Laura saat ini. Rania benar-benar menumpahkan rasa sakit hatinya.

Laura terdiam dalam isakan tangisanya, sambil memegang kedua pipinya yang kini terasa kebas.

Rania bangkit kembali. Dia langsung berjalan kearah Pandu yang hanya diam, masih terkejut.

"Apa kurangnya aku, Pandu? Coba katakan, apa kuranya aku menjadi istrimu?" teriak Rania sambil memukul-mukul kuat dada bidang suaminya.

"Kamu benar-benar pria bejad ....!"

"DIAM!" sentak Pandu yang sudah mulai tidak tahan dengan makian Rania. "Kamu wanita gila karier! Kamu bahkan tidak pernah memiliki waktu, hanya untuk bercengkrama denganku! Dan satu lagi ... Aku ingin segera memiliki anak, tapi kamu mematahkan harapanku, Rania!" suara Pandu menggelegar kuat. Hingga wajahnya seketika merah padam, bersamaan urat di lehernya tampak keluar.

Perlahan, langkah Rania memundur pelan. Dia menggelengkan kepalanya lemah, tidak menyangka suami yang begitu dia cintai tega berbuat sekeji ini.

"Kamu memfitnah aku di hadapan dunia, bahwa aku wanita yang paling kejam? Iya? Padahal kenyataanya ... Itu semua hanya untuk menutupi perselingkuhan kalian BERDUA ... BENARKAN!!" bentak Rania di akhir kalimatnya.

Rania terisak sangat kuat, hingga tubuhnya perlahan jatuh diatas lantai. Melihat itu, Daniel segera mendekat kearah Rania untuk membantunya bangkit kembali.

"Jangan lemah seperti ini, Rania! Mereka akan semakin tertawa melihat sikap lemahmu, ini!" bisik Daniel sambil membantu Model cantiknya bangkit.

Dengan cepat, Rania mengusap kasar sisa air matanya. Kedua matanya menghunus kearah Pandu, seolah baru saja menghidupkan kobaran api dendam diantara mereka.

"Aku semakin tertantang dengan gugatanmu, Pandu! Lakukan saja ... Aku tidak akan gentar hanya memberikan barang bekas pada PEMULUNG yang membutuhkan," gertak Rania sambil menunjuk ke arah Laura. "Dan satu lagi ... Aku akan menuntut hartaku kembali di saat persidangan nanti!" timpal Rania menekan kalimatnya.

Cih!!

Pandu tersenyum remeh, sambil berdecih saat mendengar kalimat yang dia anggap konyol dari istrinya saat ini.

"Ingat Rania ... Aku dan kamu tidak memiliki anak! Jadi jangan memperberat urusan persidangan, dengan kalimat konyolmu itu!" ucap Pandu mengunci menyeringai.

"Kamu yang telah mematik api terlebih dahulu, Pandu! Maka jangan salahkan aku, jika tangan lemahku ini, akan menyiram gas beracun pada hidup kalian!"

Setelah mengatakan itu, Rania langsung diajak Daniel untuk segera keluar.

Arhgggg!!!

Teriak Pandu memukul angin. Dia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, dengan nafas yang masih naik turun.

Laura perlahan mendekat, memeluk tubuh Pandu dari belakang.

"Pandu, bagaimana ini? Bagaimana nasib hubungan kita?" kata Laura dengan nada cemas.

Pandu menolahkan sekilas wajahnya, tanganya terulur mengusap lengan Laura, agar selingkuhannya itu tenang.

"Kamu tenang, Honey! Aku tidak akan tinggal diam! Rania hanya menggertak saja. Aku sangat paham betul bagaimana sifatnya," kata Pandu meyakinkan Laura.

.....................

....................

Bersambung~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!