Kisah ini menceritakan tentang seseorang yang sangat berbakat. Ia dianugerahi kemampuan sebagai seorang pelukis yang mampu menciptakan gambar sama persis dengan apa yang dijadikan model atau objek lukisan.
Cerita ini akan dimulai darimana pemuda istimewa ini berasal.
Ia lahir dan dibesarkan oleh keluarganya sendiri. Keluarganya bernama keluarga Palette.
Keluarga Palette terdiri dari pasangan suami istri bernama Rob Palette dan Susan Palette. Mereka dikaruniai tiga orang anak yang masing-masing jarak usianya terpaut empat tahun.
Anak pertama mereka bernama Oliver Palette. Anak kedua mereka bernama Jack Palette. Dan anak terakhir mereka sebagai pelengkap kebahagiaan keluarga sederhana ini adalah seorang anak perempuan bernama Eliana Palette.
Rob sebagai sebagai seorang ayah dan kepala rumah tangga bekerja sebagai buruh pabrik untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Sedangkan Susan yang dulunya juga bekerja di tempat yang sama dengan Rob memutuskan keluar setelah mereka mempunyai anak pertama.
Susan membantu mencari uang dengan bekerja paruh waktu. Terkadang ia bekerja di tempat laundry atau pun di tempat produksi roti.
Oliver Palette, anak tertua dari keluarga ini mempunyai banyak kemiripan dengan ayahnya.
Oliver tumbuh dewasa seperti Rob. Berbadan besar dan mempunyai banyak bulu lebat di badannya. Di wajah, di pipi dan dagunya. Di dada, di tangan dan di kakinya.
Orang-orang bilang Oliver adalah Rob waktu muda dulu.
Tapi sayangnya tidak hanya postur dan wajah tampan dari ayahnya saja yang menurun kepada Oliver.
Oliver juga mempunyai sifat pemalas seperti ayahnya jika sudah berkaitan dengan sekolah.
Karena sebab itu Oliver pun putus sekolah dan mulai bekerja sebagai seorang buruh pabrik sejak usia muda sama seperti Rob.
Sedangkan dua anak lainnya dari keluarga ini Jack dan Eliana mempunyai sifat yang lebih mirip kepada ibunya. Pembawaan mereka lebih tenang dan lembut. Tidak seperi kakak dan ayah mereka yang selalu tergesa-gesa dan cenderung kasar.
Jack dan Eliana tidak terlalu bermasalah dengan sekolah. Mereka bisa mengikutinya dengan baik. Jika ada kendala mungkin hanya terlambatnya uang sekolah yang pada akhirnya bisa mereka lunasi dengan bekerja keras.
Terutama Eliana, ia menjadi murid terpintar di sekolahnya. Bahkan anak perempuan dari Rob dan Susan itu sudah sering menjadi perwakilan lomba untuk sekolah dan tampil sebagai juara.
Menyadari anaknya begitu berprestasi Rob dan Susan tidak lagi terlalu membebani Eliana untuk membantu mereka dalam urusan mencari uang. Rob dan Susan memberikan kelonggaran kepada putri cantik mereka untuk memilki waktu dan tenaga yang cukup untuk belajar.
Lalu bagaimana dengan Jack si anak tengah?
Jack Palette, anak kedua atau anak tengah dari Susan dan Rob.
Jack tidak lah lebih kuat dan cekatan seperti Oliver kakaknya. Ia juga tidak lebih pandai dalam urusan sekolah seperti adiknya Eliana.
Tapi Jack punya kelebihannya sendiri.
Seseorang yang sangat berbakat itu adalah Jack Palette. Ia bisa melukis dan hasilnya sangat mirip dengan objek aslinya.
Susan bercerita kepada orang-orang kenapa Jack begitu mahir menggambar.
Saat Jack baru berusia dua tahun ia sudah mulai belajar menggambar meski mereka tidak memberikannya alat tulis seperti pensil atau pun kapur.
Jack belajar menggambar dengan menggunakan pecahan tembok atau batu bata yang retak dari dinding rumah tua mereka.
Seiring berjalannya waktu keterampilan Jack dalam menggambar semakin berkembang dan semakin sempurna.
Mereka tinggal di sebuah kota bernama Potrait. Sebuah kota yang sangat cocok bila digambarkan dengan keluarga Palette.
Bukan tanpa alasan kota ini diberi nama kota Potrait.
Kota Potrait adalah tempat perpaduan antara konstruksi bangunan-bangunan tua yang selalu diperbaharui dengan alam lingkungan yang masih alami.
Di kota ini terdapat beragam tempat yang sering dikunjungi oleh para turis dari luar kota. Para pelancong itu biasanya datang di musim liburan atau pun di hari sabtu dan minggu.
Dan kenapa kota ini diberi nama Potrait?
Karena sebagian besar orang di kota ini bisa melukis. Setidaknya di dalam satu keluarga terdapat lebih banyak jumlah orang yang bisa menggambar dari pada yang tidak terlalu berminat menekuni bakatnya.
Dan di setiap hari libur atau hari dimana kota ini didatangi oleh banyak pengunjung. Orang-orang Potrait akan menggelar lapak-lapak mereka di sepanjang jalan tempat wisata.
Mereka akan memamerkan karya lukisan mereka untuk dijual. Dan mereka semua juga menerima jasa melukis secara langsung di tempat dan langsung jadi.
Dan yang menjadi andalan para pelukis-pelukis Potrait adalah lukisan potrait atau ekspresi wajah.
Penduduk Potrait melakukannya sebagai mata pencaharian tambahan di saat mereka libur bekerja. Bukan berniat untuk menjadi maestro lukis ternama.
Hal ini sudah umum dilakukan sejak dulu oleh orang-orang sebelum mereka. Jadi tidak heran jika orang-orang di Potrait pandai menggambar dan melukis.
Begitu juga lah yang terjadi di keluarga Palette.
Setiap hari sabtu dan minggu Rob, Oliver dan Jack akan membuka lapak lukisan mereka sendiri-sendiri.
Di sini lah nama Jack Palette mulai dikenal. Lukisannya benar-benar hidup seperti potrait orang-orang yang dilukisnya.
Biar pun diantara para pelukis-pelukis jalanan itu Jack adalah yang paling muda. Tapi lukisan buatannya seperti dibuat oleh seorang pelukis yang sudah sangat lama berpengalaman.
Gambar ayah dan kakaknya Oliver sungguh jauh kualitasnya bila dibandingkan dengan hasil karya goresan tangan Jack. Tidak lah terlalu mengejutkan jika sampai di rumah Jack menghasilkan uang yang lebih banyak.
Eliana dan Susan pun akan ikut ke luar bersama ketiga laki-laki mereka ketika hari libur tiba. Mereka akan berjualan roti-roti buatan Susan dengan cara berkeliling.
Ada sebuah kepercayaan lama yang diyakini oleh masyarakat kota Potrait. Perempuan dilarang untuk melukis di pinggir jalan. Mereka beranggapan itu akan membawa sial.
*
“Hei nak”,
“Aku ingin kamu melukis kami sekeluarga”,
“Apakah kamu sanggup melakukannya?”,
Tanya seorang ibu yang datang bersama keluarganya ke lapak Jack.
“Tentu saja bu”,
“Aku bisa melakukannya”,
“Tapi kalian harus menunggu antrian”,
Jawab Jack yang sedang melukis seorang pelanggan.
“Kami akan menunggu”,
“Aku lihat lukisanmu sudah mau selesai”,
Kata ibu yang sedang berkunjung ke kota Potrait itu setuju.
“Ya, tapi masih ada tiga antrian lagi”,
“Jika mau kalian bisa jalan-jalan terlebih dahulu”,
“Nanti adikku yang bernama Eliana akan memanggil kalian jika sudah waktunya”,
Lukisan Jack Palette banyak digemari. Sampai-sampai untuk dibuatkan lukisan olehnya orang-orang harus rela mengantri.
Selain menambah penghasilan keluarga kemampuan luar biasa Jack yang semakin hari semakin sempurna juga membuat keluarga Palette bangga.
Jack Palette diundang oleh walikota Potrait untuk melukis seluruh anggota keluarga tuan walikota. Baik secara portrait dan bersama-sama.
Tidak hanya nama Jack saja yang menjadi semakin bersinar dan banyak diminati. Tapi sepulang dari rumah tuan walikota ia mendapatkan bayaran dan hadiah yang banyak.
Pabrik yang terdapat di kota Potrait adalah sebuah pabrik yang memproduksi perlengkapan untuk melukis dalam jumlah yang besar.
Media lukis berupa kanvas dan kertas. Alat lukis seperti kuas, pensil, penghapus, palet, pisau palet, easel.
Cat sebagai bahan untuk melukis. Ada cat air, cat minyak, cat akrilik. Dan perlengkapan tambahan seperti wadah pencucian kuas, kain lap, dan papan penyangga untuk melukis di luar ruangan.
Di pabrik itu lah sebagian besar penduduk Potrait menggantungkan hidup mereka sebagai pekerja pabrik dengan upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka hari demi hari..
Setidaknya para pekerja di sana tidak perlu khawatir. Karena pabrik itu lah satu-satunya pabrik yang memproduksi perlengkapan untuk melukis. Hasil produksi mereka sudah dikirim sampai kemana-mana.
Para pekerja tidak perlu khawatir akan kesejahteraan dan masa depan mereka.
Di tempat itu pula lah setiap pagi hingga sore hari Rob dan Oliver pergi untuk bekerja. Dari hari senin sampai dengan hari jumat.
Percakapan di suatu pagi di rumah keluarga Palette.
“Lihat sudah jam berapa sekarang?”,
“Apa kalian ingin mendapat hukuman karena terlambat masuk sekolah?”,
Oliver bertanya kepada kedua adiknya yang masih belum selesai memakan sarapan mereka.
“Oliver, hari ini kami tidak masuk sekolah”,
“Kami sudah mulai libur sekolah Oliver”,
Eliana dan Jack menjelaskan kepada kakak mereka.
“Sebaiknya kamu yang bergegas Oliver”,
“Ayah sudah menunggumu”, kata Jack.
“Oliver busnya sudah datang”,
Terbukti, Susan berteriak dari luar memanggil Oliver. Bus yang akan membawa Rob dan Oliver ke pabrik sudah tiba.
“Aku datang”, teriak Oliver membalas.
“Peluk aku Jack”,
“Peluk aku Eliana”,
Oliver menghampiri Jack dan Eliana di tempat duduk mereka. Oliver memeluk Jack dan Eliana.
“Ada apa denganmu?”, tanya Jack.
“Badanku sedikit demam”, jawab Oliver.
“Sebaiknya kamu tidak usah masuk kerja hari ini”,
“Tulis saja surat izin lalu biar ayah yang menyampaikannya”, usul Jack.
“Itu benar, sebaiknya kamu tidur di rumah kami berdua akan merawatmu Oliver”, kata Eliana.
“Tidak perlu. Aku juga tidak tahu mau melakukan apa jika seharian berada di rumah”,
“Aku berangkat dulu”,
“Jaga ibu baik-baik selama aku dan ayah bekerja”, Oliver pun berangkat.
“Bye Oliver”, Jack dan Eliana.
Jack dan Eliana tidak tahu bahwa pagi itu adalah hari terkahir mereka melihat Rob dan Oliver.
Pagi itu ayah dan si sulung tidak pernah sampai ke pabrik. Bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan yang fatal.
Seluruh penumpang di dalam bus itu tewas seketika di tempat kejadian. Mereka sama sekali tidak tertolong karena nyala api yang begitu besar melahap seluruh badan kendaraan.
Korban meninggal dilaporkan berjumlah dua belas orang. Semua identitas mereka sudah diketahui. Termasuk di dalamnya ada nama Rob Palette dan Oliver Palette.
Tersebarnya berita ini begitu cepat. Secepat pula menikam pedih hati orang-orang yang ditinggalkan.
Keluarga yang ditinggal pergi sangat terluka. Tidak ada yang bisa dilakukan selain bersedih dan meratapi.
Apalagi mereka yang meninggal meninggalkan anak-anak yang masih kecil. Atau hubungan yang baru saja bermekaran.
Dari kedua belas penumpang yang meninggal itu menyebabkan berubahnya status orang-orang yang ditinggalkan.
Ada yang menjadi janda, ada yang menjadi yatim dan ada yang menjadi hancur jiwanya karena tidak lagi punya kekasih.
Seperti itu lah Susan, Jack, dan Eliana ketika mereka dipaksa kuat menghadapi kenyataan kehilangan. Mereka harus terus berjuang demi melanjutkan hidup setelah kepergian Rob dan Oliver.
Begitu juga dengan keluarga yang lain yang tertimpa musibah serupa.
Untuk beberapa saat kota Potrait menjadi mendung karena peristiwa mengenaskan tersebut.
Kumpulan awan-awan hitam selama beberapa hari turut berduka memayungi kota tempatnya para pelukis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!