NovelToon NovelToon

Gadis Bar Bar Untuk Dokter Arogan

1.Gadis bar bar

Reihan Darendra Atmaja, pria berusia 27 tahun yang merupakan seorang Dokter yang terkenal sangat arogan namun ketampanan pria itu sangat menghipnotis siapa saja yang menatapnya. Ia merupakan putra kedua dari Kalendra Atmaja, pemilik rumah sakit tempat Reihan bekerja.

Sudah setahun ini entah sudah berapa perawat yang mengundurkan diri sebagai asistennya. Pria yang merupakan Dokter spesialis penyakit dalam itu selalu bersikap arogan pada asistennya berbeda jika pria itu berhadapan dengan pasien, pria itu akan bersikap ramah.

Dan pagi ini Reihan sudah tampak rapi dengan pakaian kerjanya. Pria itu langsung melangkah menuju meja makan di mana Papi dan Maminya sudah menunggunya.

"Selamat pagi Mami, Papi," sapa Reihan langsung duduk.

"Pagi Rei. Ini sarapanmu!," jawab Dea memberikan sepiring nasi goreng pada putra bungsunya yang sampai hari masih betah melajang diusianya yang menginjak 27 tahun. Entah kapan putra bungsunya ini akan mengenalkan seorang gadis padanya sungguh ia tidak sabar untuk itu.

"Terimakasih Mi. Kak Rania jadi pulang hari ini?," tanya Reihan yang akan menyuap makanannya. Rania, Kakaknya sudah menikah dan memiliki anak dan saat ini tinggal di luar negeri bersama suaminya yang berprofesi sebagai pilot.

"Rencananya begitu. Tapi Kakak kamu itu belum memberikan kabarnya pada Mami," jawab Dea.

"Rei...Mami mau tanya sama kamu dan ini serius. Kamu belum ada niatan untuk menikah?," tanya Dea. Ia cukup kuatir di usia yang sudah memasuki angka dua puluh tujuh anak bungsunya ini masih betah melajang.

"Sayang... biarkan Rei menentukan kapan dia siap untuk menikah. Jangan memaksanya sayang, mungkin dia belum memiliki kekasih yang benar-benar tepat ia jadikan pasangan hidup," bela Kalen. Ia tidak ingin anaknya salah langkah seperti dirinya dulu yang pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita yang salah.

"Kamu selalu saja begitu By, kamu terus saja membela Rei," ucap Dea merenggut kesal karena Kalen selalu saja membela Reihan.

Sementara Reihan tidak menanggapi ucapan Mami dan Papinya. Dia malah fokus pada makanannya, hal itu sudah biasa baginya satu tahun ini. Maminya selalu saja bertanya kapan dia akan menikah. Ia bukannya tidak mau menikah tapi ia saat ini ingin fokus pada karirnya terlebih dahulu.

"Mi..Rei berangkat dulu," ucap Reihan berdiri dari duduknya lalu menyalami punggung tangan Dea dan Kalen.

"Iya...," jawab Dea dengan ketus.

"Jangan di ambil hati ucapan Mamimu Rei," ucap Kalen saat Kalen menyalami tangannya.

Reihan tetap dengan wajah datarnya dan tidak menjawab ucapan Papinya. Pria itu melangkah meninggalkan ruang makan karena kurang dari satu jam lagi ia ada jadwal operasi.

Reihan menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman orangtuanya. Ia memang sudah memiliki hunian sendiri tapi ia tidak tega meninggalkan kedua orangtuanya berdua di rumah sebesar itu. Apalagi Kakaknya yang juga berprofesi sebagai dokter malah berkarir di rumah sakit yang berada di Singapura dan menetap di sana.

Sesampainya di rumah sakit, Reihan langsung turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Sudah dua hari ini ia bekerja tanpa asistennya dan itu cukup membuatnya kerepotan. Ia memecat asistennya hanya karena datang terlambat, ia tidak suka dengan orang yang tidak menghargai waktu.

Kedatangannya menjadi pusat perhatian namun tidak ada satu orang pun yang berani berniat untuk mendekatinya karena mereka takut akan kehilangan pekerjaannya. Reihan tidak akan berpikir panjang untuk memecat siapapun yang berusaha untuk menggodanya. Ia memang arogan dan sulit untuk di dekati oleh wanita manapun.

"Rei...baru datang?", tanya Aiden yang juga seorang dokter spesialis anak. Aiden adalah Kakak sepupunya yang lebih dulu bekerja di rumah sakit itu. Aiden juga sama dengan Reihan di usianya yang sudah menginjak tiga puluh tahun belum kunjung menikah tapi bedanya dia sudah bertunangan hanya saja tunangannya masih koas di rumah sakit ini.

Reihan mengangguk pelan."Iya Kak," angguk Reihan.

"Rei... apakah kamu akan datang ke ulang tahun perusahaan Papi mu?," tanya Aiden yang diminta Bundanya untuk datang menggantikan mereka karena sedang berada diluar kota mengadakan seminar di sebuah perguruan tinggi. Dan ia malas datang sendirian apalagi Reska tunangannya tidak bisa di ajak karena ada pekerjaan.

"Tidak...aku tidak suka acara seperti itu," jawab Reihan.

"Aku sebenarnya juga malas untuk datang tapi Papa memaksaku untuk datang menggantikannya," ucap Aiden terlihat lesu.

"Kamu bisa datang bersama tunanganmu Kak," jawab Reihan.

"Reska ada shift malam," ucap Aiden.

"Kalau begitu tidak usah datang," jawab Reihan sekenanya.

"Ya... mungkin kamu benar Rei" angguk Aiden membenarkan ucapan sepupunya itu. Ia malas datang jika tidak bersama tunangannya.

"Oh ya aku dengar kamu memecat assisten mu lagi?," tanya Aiden. Mudah baginya mendapat informasi terbaru dari adik sepupunya ini, meski Reihan terkenal kanebo kering tapi banyak para Dokter wanita maupun perawat yang membicarakannya.

"Hmm..."

"Oh ya...teman Reska baru saja lulus dari sekolah perawat dan lagi mencari pekerjaan. Mungkin bisa bekerja sebagai asisten mu?," tanya Aiden.

"Tenang...aku jamin dia tidak akan menggoda mu. Meski sedikit bar bar aku rasa dia bisa mengimbangi mu dalam bekerja," sambung Aiden melihat tatapan tajam dari adik sepupunya itu.

"Minta dia mengirimkan lamarannya," jawab Reihan lalu masuk ke dalam ruangannya.

***

"Jessi...aku ada kabar gembira untuk kamu," ucap Reska pada sahabatnya. Ia sengaja meminta Jessi untuk bertemu dengannya siang ini di restoran yang tidak jauh dari rumah sakit tempat ia koas.

"Ada apa?," tanya Jessi menyeruput es jeruk yang baru saja ia pesan.

"Ada lowongan pekerjaan untuk kamu di rumah sakit tempat aku koas," jawab Reska.

"Benarkah?," tanya Jessi dengan mata berbinar. Ia sudah sebulan ini mengirimkan lamaran pekerjaan ke beberapa rumah sakit tapi tidak kunjung mendapatkan panggilan pekerjaan.

"Iya. Kak Aiden bilang ada lowongan untuk menjadi asisten Dokter spesialis penyakit dalam. Dan kamu tahu gaji sebagai asisten itu tidak kaleng-kaleng. Kamu bisa membawa ibumu berobat dari gaji yang kamu dapatkan nantinya," jawab Reska.

"Tapi apakah aku akan bisa Res, aku belum memiliki pengalaman pekerjaan," tanya Jessi.

"Kamu pasti bisa asalkan mau belajar," jawab Reska.

"Baiklah akan aku coba. Aku harus mendapatkan biaya berobat untuk ibuku, Res," ucap Jessi Dengan penuh semangat.

"Kalau begitu aku pamit dulu, jam istirahatku sudah hampir habis. Ingat jangan lupa kirim lamarannya ke email yang nanti akan aku kirimkan," jawab Reska berdiri dari duduknya.

"Iya... terimakasih ya Res, informasinya," ucapan Jessi melambaikan tangannya pada Reska.

"Sama sama," angguk Reska.

Jessi Avelia gadis cantik yang baru beberapa bulan yang lalu menamatkan pendidikannya di jurusan keperawatan yang harus menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggalkannya dan Ibunya 15 tahun yang lalu dan kini sang ibu tengah berjuang untuk sembuh dari sakit stroke yang dideritanya.

Jessi keluar dari restoran setelah membayar pesanan makanannya. Namun saat akan membuka pintu gadis itu tidak sengaja ditabrak seseorang yang membuatnya tubuhnya terpental ke belakang.

"Aduh...," ringis Jessi merasakan sakit di bokongnya. Beruntung restoran tidak begitu ramai jadi ia tidak begitu malu.

"Kalau jalan itu lihat jalan," ucap orang itu dengan pedasnya.

Jessi mengepalkan kedua tangannya, jelas orang itu yang menabrak tapi malah menyalahkannya. Jessi segara berdiri dan menatap orang itu dengan tajamnya."Bukankah anda yang menabrak saya lalu mengapa anda malah menyalahkan ku," jawab Jessi dengan beraninya, pantang baginya untuk ditindas.

"Dasar gadis bar bar," ejek orang itu lalu berlalu meninggalkan Jessi.

...****************...

Maaf ya jika kelanjutan cerita ini sempat author pending karena author membuatkan lapak sendiri untuk cerita ini. Dan kalian yang bingung dengan alurnya silahkan baca dulu Cinta tuan Dokter yang posesif.

2. Desakan Dea

Reihan memasuki kediaman orangtuanya dengan wajah lelahnya. Pria itu menghentikan langkahnya saat melihat kedua orangtuanya sudah tampak rapi bersiap untuk berangkat ke pesta perusahaan yang diadakan disalah satu hotel milik Papinya.

"Rei...kamu datang kan kali ini ke ulang tahun perusahaan?," tanya Dea pada sang putra. Sudah beberapa tahun ini Reihan tidak lagi pernah datang menghadiri pesta ulang tahun perusahaan.

"Tidak Mi, aku lelah sekali," jawab Reihan dengan wajah yang memang terlihat lelah.

"Paman Rei...," teriak anak kecil berlari menghampiri Reihan saat keluar dari kamar kedua orangtuanya.

Reihan tersenyum tipis melihat keponakannya yang berlari menghampirinya. Reihan langsung membawa sang keponakan ke dalam gendongannya lalu mengecup pipi chubby nya.

"Paman baru pulang?," tanya anak kecil itu mengalungkan kedua tangannya di leher Reihan.

"Iya...Regina kapan sampainya?," tanya Reihan pada anak kecil bernama Regina itu. Regina adalah anak dari Rania yang kini berusia 5 tahun.

"Tadi siang sama Mama dan Papa," jawab Regina menunjuk Rania dan suaminya yang baru saja keluar dari kamar. Rania pulang ke Indonesia demi menghadiri ulang tahun perusahaan kedua orangtuanya.

"Baru pulang Rei?," tanya Rania memeluk singkat sang adik.

"Iya Kak, Kak Nia dan Kan Fahri apa kabar?," tanya Reihan menatap Kakak dan Kakak iparnya itu bergantian.

"Kabar kami baik Rei, kamu tidak ikut kita?," jawab Rania kembali bertanya.

"Tidak. Aku sangat lelah Kak, baru saja selesai melakukan operasi," jawab Reihan menurunkan Regina dari gendongannya.

"Kamu selalu punya alasan Rei, kapan kamu akan memiliki kekasih jika kamu hanya pulang pergi rumah sakit lalu berdiam diri di rumah. Lihatlah Aiden dia sudah memiliki kekasih sementara kamu masih saja betah sendiri," ujar Dea ikut menimpali.

"Mi...jangan memaksa Rei, mungkin memang benar di lelah," bela Rania. Ia begitu sangat tahu bagaimana lelahnya bekerja sebagai seorang Dokter. Tidak ada kata libur dan juga lelah untuk melayani pasien.

"Tapi--

"Sayang... sudah. Tidak apa jika Rei tidak ikut, biarkan saja dia beristirahat," ujar Kalen berusaha untuk menenangkan sang istri.

"Papi benar Mi, kasihan Rei jika dia terlalu lelah," timpal Rania.

Reihan menghela nafas beratnya. Ia sama sekali tidak marah dengan ucapan Maminya, ia memakluminya. Reihan melangkah memasuki kamarnya setelah kedua orangtuanya dan Kakaknya berangkat.

Reihan bukannya tidak mau menghadiri acara pesta ulangtahun perusahaan ia memang tidak begitu menyukai acara seperti itu dan tubuhnya juga benar benar lelah. Dan untuk masalah pasangan ia belum memikirkannya karena sampai saat ini belum ada gadis yang menggetarkan hatinya. Ia tidak mau sembarangan mencari pasangan karena pernikahan itu bukan untuk sehari atau dua hari melainkan untuk seumur hidup. Ia ingin kelak pernikahannya seperti pernikahan kedua orangtuanya yang jauh dari pertengkaran.

Reihan merebahkan tubuh di atas tempat tidur setelah selesai membersihkan tubuhnya. Besok siang rencananya keluar kota untuk melakukan seminar di sebuah kampus kedokteran. Hal ini juga lah yang membuatnya menolak untuk menghadiri pesta ulang tahun perusahaan kedua orang tuanya. Besok pagi ia harus ke rumah sakit terlebih dahulu untuk melakukan rapat penting dengan jajaran rumah sakit sebelum ia berangkat ke luar kota.

 Drt drt drt

Zain is calling....

Reihan mengerutkan keningnya melihat Kakak sepupunya Zain menghubunginya. Dia yakin sekali jika ini ada hubungannya dengan Maminya yang memintanya untuk datang ke pesta perusahaan.

"Halo Rei kamu lagi di mana?," tanya Zain saat panggilan telepon terhubung.

"Di rumah Kak, Kenapa?," jawab Reihan.

"Kebetulan sekali kamu bisa ke sini tidak, Kakak memerlukan bantuanmu karena tiba-tiba saja mobil Kakak mogok perempatan sebelum perusahaan tapi kamu," ucap Zain.

"Kenapa bisa, seorang Dokter Zain mobilnya mogok?. Ini tidak lucu Kak, kamu jangan bercanda. Kamu diminta Mami untuk menghubungiku datang ke pesta perusahaan bukan?," jawab Reihan.

"Rei--

"Aku tidak akan pernah datang ke sana Kak karena aku tidak menyukai pesta seperti itu," ucap Reihan. Benar dugaannya Maminya minta Kakak sepupunya untuk menghubunginya datang ke sana.

"Kenapa sih Rei kamu tidak mau pergi ke acara penting ini untuk keluarga kamu?," tanya Zain.

"Aku tidak suka acara seperti itu Kak, Pasti sangat membosankan," jawab Reihan.

"Lalu kamu sedang apa di rumah?," tanya Zain.

"Baru saja mau tidur tapi kakak menghubungiku," jawab Reihan tidak sepenuhnya berbohong.

"Aku sebentar lagi kesana jadi jangan tidur dulu. Kamu benar acaranya sangat membosankan, jika bukan karena Mama dan Papa memaksaku aku juga tidak akan datang," ucap Zain.

"Oh ya di sini juga ada Aska dan juga Aiden dan juga Zidan, satu jam lagi kami akan ke sana jangan tidur dulu," sambung Zain.

"Aku ingin beristirahat Kak besok aku harus berangkat ke luar kota karena ada seminar. Belum lagi pekerjaanku di rumah sakit juga menumpuk karena asistenku baru saja aku pecat," jawab Reihan.

"Itu salahmu Rei selalu bersikap arogan," ucap Zain yang begitu tahu sifat adik sepupunya itu.

"Sudah lah, aku tutup dulu mau istirahat sebelum kalian datang," jawab Reihan mengabaikan ucapan Zain dan mematikan panggilannya secara sepihak.

***

Sementara itu seorang gadis duduk di depan rumahnya memangku sebuah laptop. Ia sedang fokus membuat lamaran pekerjaan berharap bisa mendapatkan pekerjaan. Ia membutuhkan banyak biaya untuk membiayai pengobatan ibunya yang memakan biaya tidak sedikit.

"Jessi...uhuk... uhuk...," sang ibu terdengar menyerukan namanya dari dalam.

Jessi meletakkan laptopnya lalu berlari masuk ke dalam rumah menghampiri sang ibu."Ibu... pekik Jessi melihat sang ibu yang jatuh dari tempat tidur. Gadis itu segera membantu sang ibu untuk kembali naik ke atas tempat tidur.

"Jess...maafkan ibu yang terus menyusahkan mu," ucap sang ibu terdengar lirih.

"Tidak Bu, justru Jessi yang harus minta maaf sama ibu karena belum bisa membawa itu ke rumah sakit untuk bertobat," jawab Jessi.

"Aku akan mengambilkan air minum yang baru untuk Ibu," ucap Jessi segara berlari ke belakang untuk mengambil minum baru untuk sang ibu. Ia dan sang ibu hanya tinggal berdua sementara Kakaknya kini entah kemana. Kakaknya pergi dari rumah semenjak Ayahnya mengusirnya karena selalu saja berbuat onar.

Semenjak kepergian ayahnya beberapa bulan yang lalu untuk selamanya ibunya semakin sakit-sakitan. Dan ia harus berjuang sendirian untuk menjadi tulang punggung keluarga. Satu minggu yang lalu di pecat dari pekerjaannya sebagai pelayan restoran karena sering datang terlambat. Oleh karena itu besar harapannya bisa di terima bekerja di rumah sakit tempat temannya koas.

Setelah memberikan sang ibu minuman yang baru Jessi kembali melanjutkan membuat lamaran pekerjaan.

"Jessi...lagi apa?," seorang pria menghampiri Jessi yang sedang fokus pada laptopnya.

"Lagi membuat lamaran pekerjaan," jawab Jessi tanpa menoleh pada pria itu karena ia fokus pada laptopnya.

"Jessi...kamu bisa bekerja di toko milik Mamaku jika kamu mau," ucap pria itu.

"Rio...aku membutuhkan banyak uang untuk berobat ibuku, jika aku bekerja di toko Mamamu gajinya tidak seberapa," jawab Jessi.

"Lalu kamu mau bekerja dimana?," tanya Rio.

"Di rumah sakit xxxxx," jawab Jessi.

"Itu rumah sakit besar Jessi. Kamu yakin bisa di terima di sana?," tanya Rio.

"Di coba dulu Rio, siapa tahu rejeki," jawab Jessi.

"Jess... bagaimana jika kamu jadi istri aku?. Aku janji akan membiayai pengobatan ibumu," ucap Rio mengutarakan niatnya datang menemui Jessi.

Deg

...****************...

3. Kumpul

"Rio...jangan bercanda," jawab Jessi.

Rio meraih tangan Jessi lalu mengenggamnya."Aku serius Jessi. Aku selama ini menyukaimu dan aku ingin melamar mu untuk menjadi istriku. Kamu mau kan?," tanya Rio tampak bersungguh-sungguh. Sudah sejak lama sekali ia menyukai Jessi namun selama ini ia memilih memendamnya.

"Rio..maafkan aku. Kita sangat jauh berbeda Rio, kamu itu orang terpandang di kampung ini sedangkan aku hanya anak petani miskin. Aku tidak mau dibilang memanfaatkan mu keluargamu untuk pengobatan ibuku. Lagian aku terlanjur menganggap mu sahabat, tidak lebih," jawab Jessi.

Rio terlihat sedikit kecewa dengan penolakan Jessi atas lamarannya. Jujur ia sudah lama menyukai Jessi hanya saja selama ini ia tidak berani mengutarakan isi hatinya. Dan malam ini ia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan namun hasilnya Jessi menolaknya.

"Baiklah.. anggap saja ucapanku tadi hanya angin lalu," ucap Rio.

"Kalau begitu aku pulang dulu, semoga keinginanmu dilancarkan," sambung Rio berdiri dari duduknya. Ia harus menelan kekecewaan karena cintanya baru saja ditolak.

"Ya... sekali lagi maafkan aku," ucap Jessi sedikit merasa bersalah sudah menolak Rio tapi ia punya alasan untuk itu. Sejujurnya Jessi pernah menaruh hati pada Rio tapi perasaan itu ia kubur dalam-dalam semenjak orang tua Rio melarangnya untuk dekat dengan anaknya. Dan semenjak itu ia berusaha untuk melupakan perasaannya pada Rio.

Kedua orang tua Rio adalah orang terpandang di kampung ini dan menginginkan menantu mereka berasal dari keluarga yang sepadan dengan mereka. Bukan dirinya yang hanya anak petani miskin, ibunya juga sudah sakit-sakitan dan Ayahnya pergi meninggalkan ibunya sejak ia berusia 6 tahun dan semenjak itu ibunya membanting tulang bekerja sebagai petani sayur. Tapi kini ibunya terbaring sakit dan saatnya ia sebagai anak membalas jasa sang ibu dengan memberikan pengobatan terbaik agar ibunya kembali pulih.

Sementara itu di kediaman Reihan lebih tepatnya kediaman kedua orang tuanya tampak empat pria yang berbeda usia memasuki kediaman Kalendra Atmaja. Diantara mereka hanya Zidan yang masih berusia lebih muda. Dia adalah anak kedua dari Kaisan dan Mika sekaligus adik kandung Zain.

Keempatnya berbuat kegaduhan, lebih tepatnya Aska. Pria yang digadang-gadang akan mewarisi perusahaan Papanya itu memilih berkarir di industri musik. Namun diantara mereka Aska lah yang paling absurd. Dan Aska adalah anak tunggal dari pasangan Geovano dan Salsa.

"Bik...Kalen masih di kamarnya?," tanya Aiden pada pelayan yang menyambut kedatangan mereka dengan wajah datarnya. Dia mewarisi sifat Papanya yang selalu memasang wajah datar.

"Aku disini," ucap Reihan yang tampak menuruni tangga mengenakan celana training dan juga baju kaos yang mencetak bentuk tubuhnya dengan wajah tidak kalah datarnya dari Aiden.

"Wow...putra mahkota Kalendra Atmaja benar benar terlihat sempurna tapi sayang-- masih betah sendiri," ledek Aska. Mulut pria itu benar benar tidak ada remnya. Entah dari siapa ia menuruni sifatnya itu.

Reihan tidak tersinggung sama sekali mendengar ledekan Aska. Pria itu memang begitu jadi ia memaklumi karena apa yang dikatakan Aska benar adanya.

"Ada apa kalian datang kesini?," tanya Reihan mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu dan mempersilahkan para sepupunya itu untuk duduk.

"Bukankah sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini. Apalagi si Aska, artis papan atas yang sedang naik daun ini memiliki waktu manggung yang cukup padat. Tadi kebetulan Papi kamu mengundangnya sebagai bintang tamu makanya kita seret kesini," ucap Zain yang membuka suara menjelaskan kenapa mereka bisa datang kesini dengan formasi lengkap.

Reihan mengangguk pelan. Tidak hanya Aska, mereka semua hampir memiliki kesibukan yang sangat padat. Zain yang merupakan seorang Dokter, begitu juga dengan Aiden. Dan Zidan juga sibuk dengan perusahaan yang mulai ia rintis. Begitu juga Aska yang sibuk manggung keluar kota. Mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul seperti sekarang ini. Dan ia sendiri sibuk dengan pekerjaannya yang menyita waktu apalagi ia belum kunjung mendapatkan asisten baru menggantikan asisten yang ia pecat satu minggu yang lalu.

"Oh ya Rei. Reska bilang, temannya sudah memasukkan lamaran pada email mu. Semoga saja ini adalah terakhir kalinya kamu mencari asisten," ucap Aiden.

"Nanti aku cek," jawab Reihan.

"Kamu memecat asisten mu lagi Rei?, kenapa?," tanya Zidan dengan kening berkerut.

"Panggil aku Kakak, Zidan. Aku lebih tua darimu," jawab Reihan dengan ketus tanpa menjawab pertanyaan Zidan.

"Hanya satu tahun Rei," jawab Zidan yang memang tidak mau memangil Reihan dengan sebutan Kakak sejak dulu.

Zain terkekeh mendengar perdebatan keduanya dan ia tidak berniat untuk melerai. Hal itu sudah biasa jika Zidan dan Reihan bertemu.

"Bagaimana Rei, kabar kamu?," kali ini Aska yang membuka suara. Pria yang memiliki kulit berwarna tan itu sudah hampir sembilan bulan tidak bertemu dengan Reihan karena kesibukannya.

"Baik," jawab Reihan singkat dan padat. Ia benar-benar menuruni sifat Papinya bahkan lebih parah dari Kalendra saat masih muda dulu.

"Dia tidak akan pernah berubah Ka, si kanebo kering," ucap Aiden meledek Reihan.

"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri Aiden?," tanya Reihan dengan tatapan dinginnya. Ia memang irit bicara hanya saat berhadapan dengan pasien barulah ia akan bersikap ramah.

Aiden mengedikan bahunya keatas. Ia memang sering bersikap datar tapi tidak separah Reihan. Sepupunya ini benar-benar menuruni sifat Uncle Nya, Kalendra.

"Oh ya Aiden, kamu bukannya sudah bertunangan?. Kapan kamu akan menikah?," tanya Aska membuat semua orang menatap Aiden termasuk Reihan yang sama sekali tidak tertarik dengan pertanyaan Aska. Diantara mereka berlima memang Reihan dan Zidan yang belum memiliki pasangan.

"Tunggu Reska menyelesaikan koasnya dulu," jawab Aiden.

"Dan bagaimana dengan kamu sendiri Ka, apakah gosip kedekatanmu dengan putri walikota itu benar?," tanya Aiden dengan tatapan menyelidik.

Aska sejenak terdiam dan tidak menampik pertanyaan Aiden. Kedekatannya dengan putri walikota hanyalah untuk urusan pekerjaan dan tidak lebih tapi media malah menggoreng berita.

"Jadi itu benar?," tanya Aiden lagi karena Aska diam saja.

"Kenapa malah aku yang kalian jadikan sebagai objek. Bukankah tujuan kita kesini untuk membujuk si kanebo kering ini agar mau segara menikah sesuai permintaan Tante Dea tadi?," jawab Aska.

"Ck... sebaiknya kalianlah menikah lebih dulu, bukannya kalian lebih tua dari pada aku dan Zidan?," ketus Reihan.

"Rei itu benar. Seharusnya yang menikah disini lebih dulu itu ya Abang ku ini, bukannya dia yang paling tua disini?. Tapi setelah pertunangannya dua tahun hubungannya dengan Kak Maya hanya berjalan di tempat," timpal Zidan menepuk pundak Abangnya.

"Aku pulang...," suara teriakan dari Regina membuat para pria itu menoleh. Gadis kecil itu benar benar mirip dengan Kaira saat kecil, begitulah yang di katakan Oma Marisa.

"Girls, ayo kesini!," Zidan langsung merentang kedua tangannya pada Regina namun gadis itu malah berbelok menghampiri Reihan dan duduk diatas pangkuan Pamannya itu.

"Hahaha...kasian," ledek Aska pada Zidan.

"Hai Kak Nia, apa kabar?," sapa Aska pada Rania yang berjalan bersisian dengan sang suami.

"Baik. Adik-adik Kakak ini apa kabar?. Tadi Kakak ingin menghampiri kamu, eh kamunya menghilang. Tahu-tahunya disini," jawab Rania pada Aska.

"Mama...malam ini aku tidur sama Paman Rei, ya," ucap Regina tiba-tiba. Memang kebiasaannya setiap pulang ke Indonesia pasti akan tidur bersama Reihan.

"Tanya Paman Rei dulu, boleh tidak?," tanya Rania.

"Paman, boleh?," tanya Regina mengedipkan mata hazel nya pada Reihan.

Reihan mengangguk pelan membuat Regina bersorak kegirangan. Ia memeluk Reihan dengan begitu erat. Baginya Reihan adalah cinta kedua setelah Papanya yang menjadi cinta pertamanya.

"Jangan tidur terlalu larut ya Rei, kasihan Regina," ucap Rania segara berlalu ke kamarnya bersama sang suami setelah Reihan mengangguk pelan.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!