NovelToon NovelToon

GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

Perselingkuhan

Suara tuts piano menghiasi ruangan bernuansa biru langit, terdengar alunan musik Aelion harp chopin etude o.p.25 no.1 mengalun indah. Jari lentik menari di tuts piano dengan cepat, siapapun yang mendengarkan alunan nada itu akan terhanyut ke dalamnya.

Gadis dengan rambut hitam legam di kuncir kuda itu memainkan piano dengan senyum menghiasi bibirnya, ia memainkannya dengan tenang dan damai. Mata hazel berbulu mata lentik itu sesekali memejamkan mata menikmati nada bertempo cepat yang beralun indah ditelinga. Permainan menakjubkannya diakhiri dengan senyum penuh kepuasan.

Mata indahnya terbuka secara perlahan, senyumnya masih mengembang. Ia menghembuskan nafas. "Aelion Harp selalu indah." Gumamnya.

Getaran ponsel mengalihkan atensinya, tangan ramping terulur meraih ponsel di meja samping. Bibirnya terangkat setelah tahu siapa yang menghubunginya, dengan cepat ia angkat telfon itu.

"Hallo Sayang." Sapanya.

"Kamu di mana? Bisa ketemu sekarang? Aku mau ngomong penting." Suara seseorang pria di seberang sana.

"Aku di rumah, mau ketemu dimana?" tanya gadis itu.

"Di tempat biasa aja." Balas pria tersebut.

"Baiklah, aku siap-siap sebentar kalau begitu gitu." Gadis itu bangkit dari duduk berjalan menuju pintu keluar.

"Langsung ketemu di sana, sampai jumpa."

"Iya Sayang."

Setelah panggilan berakhir gadis itu langsung menuju kamarnya. Ia mencuci muka lalu berganti pakaian terlebih dulu. Gadis itu menatap dirinya di cermin, ia menggerai rambut hitam panjangnya.

Tangannya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan lalu mencatok nya sebentar memberikan efek curly, kemudian mengambil liptint dan memolesnya pada bibir pink nya. Ia tersenyum memandang cermin.

"Perfect."

Gadis itu berbalik mengambil Sling bag lalu memakainya, tak lupa ia masukkan dompet dan ponsel ke dalamnya.

Kemudian ia keluar kamar melangkah menuju lift untuk turun ke ruang utama, pintu lift terbuka. Di sana terlihat seorang pria yang menatap ke arahnya dengan melambaikan tangan.

Matanya membulat sempurna setelah melihat pria itu, dengan cepat ia berlari dan memeluknya.

"Abang kapan pulangnya, aku kangen tahu." Gadis itu mendongak menatap wajah cowok itu.

"Tadi malam princess. Abang juga kangen sama kamu." Tangan cowok itu mencubit hidung mancung sang gadis.

"Kenapa gak bilang." Ia mengerucutkan bibirnya lucu.

Cowok itu terkekeh pelan. "Biar jadi kejutan dong."

Gadis itu melepaskan pelukannya, ia menatap cowok itu dengan tajam tapi malah terlihat lucu.

"Kenapa Bang Leo jadi nyebelin." Ia bersedekap dengan bibir yang masih mengerucut.

Leo mengelus lembut rambut halus gadis itu, "Jangan marah dong princess, nanti Abang beliin coklat deh."

Mata gadis itu berbinar cerah. "Beneran ya? Awas aja Abang bohong."

Leo terkekeh gemas. "Iya beneran princess."

Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Oke kalau begitu."

"Kamu mau kemana princess?" Tanyanya penasaran.

Gadis itu tersentak, ia memukul pelan keningnya. "Ahh lupa, mau ketemu sama Artur. Abang sih ngajak ngobrol, jadi lupa kan."

Leo menggelengkan kepalanya. "Bisa-bisanya Abang yang disalahin. Kamu mau berangkat sama siapa? Abang anter ya?" Tawarnya.

Gadis itu berpikir sejenak. "Gak usah Abang, Aku mau berangkat sendiri aja."

"Beneran?" Tanya Leo memastikan.

"Hmm. Abang di rumah aja nemenin Oma, kasian Oma sendirian. Opa kan masih di Perancis sekarang." Ucapnya.

Leo menghembuskan nafasnya pelan, "Yaudah kamu hati-hati ya princess. Langsung pulang nanti, gak usah lama-lama."

"Iya Abang. Aku pergi dulu." Gadis itu mengecup pipi Leo sekilas. Lalu berlari pelan menuju garasi mengambil mobilnya.

"Catherine sayang jangan lari-lari." Teriak Leo.

Sesampainya di garasi, dengan cepat ia menaiki mobilnya. Ia melihat jam tangannya menunjukkan pukul empat lebih dua puluh lima menit.

"Semoga Artur gak kelamaan nunggunya."

Gadis itu langsung menancap gasnya cepat, ia khawatir sang kekasih menunggu dirinya terlalu lama.

...----------------...

Sebuah mobil mewah Mercedes-Maybach Exel ero memasuki halaman cafe. Seluruh atensi pengunjung berpusat pada mobil mewah yang baru saja terparkir apik di sana. Siapa kira-kira pemilik mobil mewah yang hanya diproduksi 1 unit di seluruh dunia itu?

Pintu mobil dibuka, yang pertama terlihat adalah kaki jenjang yang menapak pelataran parkiran. Seorang gadis cantik keluar dari mobil dengan anggun, semua orang terkejut dan terperangah melihatnya.

Catherine memandangi cafe La Benta tempatnya bertemu dengan sang kekasih. Ia tersenyum tipis lalu merapikan sedikit rambutnya yang terkena angin.

Ia melangkah memasuki cafe, semua mata mengikuti setiap langkah gadis cantik itu yang menuju lantai dua, yang terdiri dari beberapa ruang privat, dirinya dan Artur memang sudah biasa memesan ruangan privat ini untuk berkencan.

Catherine membuka pintu ruangan itu, ia tersenyum melihat sang kekasih sudah duduk menunggunya.

"Sayang, maaf kamu pasti menunggu lama." Catherine duduk di hadapan Artur sambil menaruh Sling bag nya di kursi sebelah.

Artur tersenyum tipis. "Tidak masalah, aku juga baru sampai."

Catherine menatap lembut dan tulus Artur. "Jadi ada hal penting apa?"

"Nanti saja bicaranya, kita makan dulu." Artur mendekatkan spaghetti bolognese ke arahnya.

"Baiklah." Catherine tersentuh melihat Artur yang selalu mengingat makanan kesukaannya.

Mereka berdua makan dengan tenang tanpa ada pembicaraan. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang menghiasi ruangan itu.

Setelah menghabiskan makanannya, Artur menatap sang pacar yang duduk di hadapannya.

Catherine menatap penasaran. "Ada apa Artur?"

Artur menghela nafasnya kasar, matanya menatap tepat mata hazel gadis cantik itu. "Aku mau kita putus."

Catherine mengerjap, senyumnya luntur seketika. "Putus? Tapi kenapa Ar, bukannya kita baik-baik aja?" Ia menatap bingung Artur.

Artur memberikan tatapan jengah padanya. "Kita gak ada kecocokan."

Catherine mengerjap. "Gak ada kecocokan kamu bilang? Kita pacaran udah dua tahun Ar. Dan kamu baru bilang ga ada kecocokan sekarang, kamu bercanda? Kenapa gak sejak awal aja?"

Mata Catherine berkaca-kaca, ia tidak menyangka Artur akan membuat alasan seperti itu untuk memutuskannya.

"Lo terlalu kaku Catherine, gue bosen lama-lama. Lo emang cantik tapi membosankan." Artur menatap remeh ke depan.

Catherine tersenyum getir, bahkan sekarang Artur mengganti panggilannya padanya. "Kamu bilang apa Artur? Bosan?" Ucapnya lirih.

"Ya. Lo terlalu kolot Cath, Lo pikir gue gak bosen pacaran cuma pegangan tangan aja? Gue butuh cewek yang sedikit agresif seperti Liona."

Catherine tersentak mendengar itu. "Maksud kamu?"

"Gue lebih suka Liona daripada Lo. Gue nyesel kenapa gak dari dulu aja gue pilih Liona, ya gue akuin Lo emang lebih cantik dari Liona. Tapi Liona gak ngebosenin kaya Lo! Dia tahu apa yang gue butuhkan." Ucap Artur tanpa rasa bersalah.

Ia tidak bisa berkata-kata mendengar ucapan Artur, bagaimana bisa Artur membandingkan dirinya dengan Liona sahabatnya sendiri.

"Artur kamu gak serius kan? Kam-" ucapannya terhenti ketika pintu ruangan itu dibuka oleh seseorang.

Catherine menoleh ke arah pintu, di sana ada seorang gadis yang dibicarakan Artur masuk ke dalam ruangan mereka.

"Liona, kamu..."

"Oh hai Cath, sorry ganggu. Gue mau jemput pacar gue." Liona menatap acuh pada Catherine.

Catherine melihat ke arah Liona yang sudah merangkul mesra lengan Artur. Ia paham sekarang dan mencoba mengontrol emosi yang akan meledak.

"Jadi kalian selingkuh di belakang aku?" Tanyanya dengan menatap Artur dan Liona dengan tatapan nanar.

Liona tertawa remeh. "Baru sadar Lo?"

Catherine terdiam kaku, dengan perasaan sakit dan tidak menyangka. "Kenapa kamu tega lakuin ini Liona? Apa salah aku? Apa arti persahabatan kita selama ini Liona?"

"Gue gak pernah anggap Lo sahabat, dari dulu. Lo tanya salah apa? Bodoh. Gue benci sama Lo yang terlalu sempurna. Semua perhatian selalu tertuju ke Lo, gue gak suka jadi bayang-bayang."

"Dan gue semakin benci saat Lo udah rebut Artur dari gue, selama ini gue suka sama Artur tapi Lo malah pacaran sama Artur."

Catherine terperangah. "Aku gak tahu kamu suka sama Artur, kamu gak pernah cerita sama aku."

Liona berdecih. "Seharusnya Lo paham tanpa gue bilang Cath. Lo aja yang gak mau memahami gue."

"Kamu kira aku bisa baca pikiran kamu Liona? Seharusnya kamu bilang. Aku selalu mengatakannya padamu akan selalu dengerin semua cerita kamu, tapi kamu sendiri yang gak mau cerita Liona. Jadi dimana salah aku?!" Catherine tidak paham bagaimana jalan pikiran Liona.

"Gue gak peduli, yang penting sekarang Artur milik gue." Ucap Liona dengan wajah bangga.

Catherine kehabisan kata-kata, ia mendongak ke atas mencegah air matanya turun. Ia tidak mau dianggap lemah. "Kalian tega lakuin semua ini. Setelah apa yang kita lalui bersama?"

Ia menghembuskan nafasnya dan menatap Artur yang ada di hadapannya. "Sedangkan kamu Artur, aku udah percaya banget sama kamu. Aku tulus sama kamu Artur, tapi apa balasan kamu?! Hah!!"

Liona melirik Catherine. "Lagian Lo terlalu kolot sih, yang dibutuhkan Artur itu gue bukan Lo. Cuma gue yang bisa puasin Artur, Jadi bukan salah gue kalo Artur berpaling dan gue rebut kembali apa yang seharusnya jadi milik gue."

Catherine terkekeh miris pada Liona. "Gapapa kamu anggep aku kolot. Setidaknya aku gak murahan kaya kamu Liona! Aku masih punya harga diri, aku gak pernah menggoda pacar orang seperti kamu."

Liona melotot ke arahnya. "Lo!!"

"Jaga ucapan Lo Catherine!" Bentak Artur.

Catherine menatap tajam ke arah mereka. "Apa yang salah dari ucapan aku? Emang bener kan?! Kalo Liona gak murahan dia gak mungkin tega melakukan ini!"

Ia mencoba mengatur kembali nafasnya, lalu melangkah mendekati Liona. "Liona aku menyesal mengenalmu, kamu tega nusuk aku dari belakang, sekarang persahabatan kita cukup sampai di sini."

"Kamu ambil aja Artur, aku ikhlas. Sampah emang harus dibuang ke tempatnya bukan?" Catherine menepuk pipi Liona pelan lalu tersenyum manis ke arah mereka.

"Mari jangan bertemu lagi di masa depan."

Setelah mengatakan itu ia langsung pergi meninggalkan ruangan menyesakkan sebelum mendengar ocehan tidak berguna dari mereka.

Catherine masuk ke dalam mobil dan langsung pergi meninggalkan cafe tersebut. Air matanya luruh seketika, ia tidak bisa menahan isakan. Kemudian ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dan menangis.

"Apa salah aku? Kenapa semua ini terjadi padaku?" Lirihnya pelan.

"Persetan dengan kisah cinta selama dua tahun dan persahabatan yang sudah aku jalani." Catherine tertawa miris ditengah tangisannya.

"Aku benci kamu Artur."

Catherine memejamkan matanya, ia membiarkan air mata mengalir begitu saja. Hatinya masih merasa sesak mengingatnya. Kenapa ia tidak sadar? Kemana saja dirinya selama ini?

Ia menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan, dan menyeka air matanya dengan kasar. "Aku gak boleh nangis lagi, ngapain nangisin mereka." Ia terdiam sebentar lalu tangannya memukul dadanya dengan perlahan.

"Tapi rasanya sakit banget di sini."

Setelah beberapa saat menangis, Catherine mengambil tisu dan membersihkan wajahnya. Ia membenarkan tampilannya yang sedikit berantakan, lalu ia kembali mengemudikan mobilnya untuk pulang. saat ini tubuhnya butuh istirahat, perasaannya sedang tidak baik-baik saja saat ini.

...----------------...

Catherine dan Artur adalah pasangan fenomenal di Galaxy High School. Catherine dan Artur primadona di sekolah, siapapun pasti mengenal mereka.

Terlebih lagi Catherine merupakan selebgram dan model ternama di New Zealand, wajahnya selalu terpampang di majalah ternama, menjadi Brand Ambassador kosmetik maupun fashion.

Catherine menjadi ikon kecantikan dan panutan di Galaxy High School. Ia dan Artur menjalin hubungan sejak kelas 11 di musim pertama. Semenjak berita kencannya dan Artur tersebar, popularitas Artur pun meningkat. Bahkan Artur bisa menjadi seorang model karena telah berpacaran dengannya.

Catherine memang sangat terkenal dikalangan selebritis dan juga produser, banyak dari mereka yang ingin bekerjasama dengannya. Tapi ia tidak mau mengambil projects mereka.

Hubungan Catherine dan Artur terjalin baik-baik saja, mereka tidak pernah bertengkar hebat. Ia selalu pengertian pada Artur, ia selalu menjadi garda terdepan untuk Artur.

Catherine juga tidak masalah dengan kesibukan Artur, ia malah senang dan selalu mendukung apapun yang Artur lakukan.

Artur memutuskan mengambil projek menjadi aktor. Catherine yang mengetahui itupun semakin bangga dengan Artur, ia selalu menemani dan membantu Artur memilih projects yang menurutnya bagus.

Karena kesuksesan keduanya, banyak yang merasa iri dengan mereka, termasuk Liona sahabat Catherine.

Liona Azalea Lubis, sahabat satu-satunya di Galaxy High School. Tidak ada yang berani berteman dengannya, mereka terlalu minder jika berdekatan dengan Catherine, tapi Liona tidak.

Liona iri dengan apapun yang Catherine punya. Kecantikan, kekayaan, popularitas. Liona ingin semua yang dimilikinya, ia pun mulai mendekati Catherine dan bersikap baik selayaknya sahabat.

Tidak ada yang tahu niat buruk Liona dibalik sikap baiknya pada Catherine, dengan menjalin persahabatan membuat popularitas Liona meningkat. Tapi ia tidak puas, ia ingin lebih populer lagi, ia ingin menjadi yang pertama dan satu-satunya.

Liona semakin membenci dia yang berpacaran dengan Artur, sudah sejak lama Liona menargetkan Artur untuk menjadi pacarnya, tapi gagal karena ada Catherine.

Liona yang gelap mata pun melakukan segala cara untuk menjatuhkan Catherine, ia mulai mendekati Artur di belakangnya. Liona tahu selama ini Catherine dan Artur hanya sebatas pelukan, juga berpegangan tangan.

Ia juga tahu sebenarnya Artur menginginkan lebih dari Catherine tapi tidak bisa, apalagi sekarang Artur menjadi aktor pemula, Artur sudah terbiasa dengan dunia malam bersama teman aktor lainnya.

Liona mulai menggoda Artur, diam-diam ia mengikuti Artur ke club malam langganannya. Artur yang butuh kepuasan pun mulai tergoda dengan Liona, dari sanalah semua perselingkuhan berawal.

Artur dan Liona selalu menghabiskan waktu berdua di belakang Catherine, bahkan Artur membeli Apartemen baru agar bisa tinggal bersama Liona.

Di sekolah Liona dan Artur bersikap biasa saja, tapi di luar mereka akan bermesraan. Catherine tidak sadar dengan perselingkuhan mereka, hingga akhirnya hari ini semua terungkap.

Artur secara terang-terangan mengakui perselingkuhannya dengan Liona. Artur merasa sudah bosan dan tidak membutuhkan Catherine lagi, sekarang popularitas Artur sudah meningkat pesat, jadi tidak masalah memutuskannya.

Hancur adalah gambaran perasaan Catherine saat ini, siapa sangka pacar dan sahabatnya berselingkuh di belakangnya.

Semua kebaikan Catherine dibalas pengkhianatan oleh keduanya, Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Dirinya terlalu hancur mendapat kenyataan pahit ini.

Catherine butuh waktu untuk menyembuhkan luka dihatinya, disakiti oleh dua orang yang ia sayangi sekaligus membuat hancur perasaannya. Ia masih tidak menyangka mendapatkan luka sebesar ini dari mereka.

Yang perlu Catherine lakukan sekarang menenangkan diri, ia tidak akan diam begitu saja. Tentu saja dirinya akan membalas semua perbuatan Artur dan Liona, tapi tidak sekarang. Ia butuh waktu untuk menyiapkan dirinya bisa berdiri tegak lagi, tunggu saja.

(*)

Rencana Kepulangan

Di Mansion mewah terlihat seorang wanita tua merajut dengan tenang, sesekali ia bersenandung memecahkan keheningan.

"Oma." Panggil seseorang.

"Hmm." Jawab wanita tua itu.

"Oma ngapain? Kelihatannya sibuk." Leo berjalan mendekati sang Oma lalu duduk di sampingnya.

"Ini merajut syal untuk Chaterine." Jawabnya tanpa mengalihkan perhatian.

"Oma curang, masa cuma Chaterine yang dibuatkan. Leo tidak pernah dibuatin sama Oma." Ucapnya menunjukkan raut memelas nya.

Anita menjulurkan tangannya ia memukul pelan bahu Leo. "Kamu ini. Oma sudah pernah buatkan tapi kamu tidak pernah mau memakainya."

"Dulu kan warnanya pink Oma, Leo jelas tidak mau. Warna itu cocoknya untuk seorang gadis Oma."

"Alasan saja kamu ini." Anita melirik sinis ke arah Leo.

"Lihatlah. Oma memang tidak pernah sayang sama Leo." Rengeknya.

Anita mendengus geli, cucunya yang satu ini memang pintar membuat drama. "Iya nanti Oma buatkan khusus untuk kamu, jadi sekarang kamu diam."

Leo terkikik lalu mencium pipi sang Oma, "Senang berbisnis dengan Oma."

Anita hanya mendesis. "Catherine di mana kenapa tidak kelihatan dari tadi."

Leo menepuk dahinya pelan. "Oh iya aku lupa memberi tahu Oma. Princess pergi bertemu dengan Artur katanya."

Gerakan tangan Anita berhenti, ia menatap ke arah Leo dengan raut wajah serius. "Jika boleh jujur, sebenarnya Oma tidak terlalu suka sama si Artur itu, dia kelihatan tidak tulus sama Princess. Oma takut Artur hanya memainkan perasaan Princess."

Leo menganggukkan kepalanya paham. "Aku juga tidak setuju Princess pacaran sama Artur, tapi Oma tahu sendiri jika Princess terlalu cinta Artur. Leo tidak bisa melakukan apa-apa."

Anita juga tau bagaimana Catherine yang sangat mencintai pacarnya itu. "Kenapa Princess bisa jatuh cinta sama Artur."

Ia mengangkat bahunya. "Leo tidak tahu Oma, di pelet mungkin."

Anita menatap Leo dengan jengah. "Jagain Princess dengan baik, jangan sampai dia disakiti sama pria itu."

"Oma tenang saja, Leo akan maju paling depan buat Princess. Tidak ada yang boleh menyakiti Princess, pukulan ku siap melayang-"

Brak!

Suara pintu dibuka dengan kasar menghentikan ucapannya. Di sana terlihat Catherine berjalan dengan cepat hingga tidak menyadari ada Anita dan Leo menatap ke arahnya.

Leo dan Anita saling menatap, mereka bingung dengan sikap Catherine.

"Catherine kenapa?" Tanya Anita.

"Tidak tahu Oma, dia seperti menahan emosi. Apa mungkin dia berantem sama Artur." Tebak Leo.

Leo bangkit dari duduknya ingin menyusul Catherine di kamarnya.

"Biarkan saja dulu, jangan diganggu. Biar dia istirahat dulu. Nanti saja kita ketemu sama Catherine." Ucap Anita.

Anita mencegah Leo yang hendak menyusul cucunya. Ia tahu jika Catherine butuh waktu buat menenangkan diri.

Leo hanya bisa pasrah. "Semoga Catherine baik-baik saja."

...----------------...

Catherine merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap di atas kasur. Ia diam tanpa mengucapkan sepatah katapun, setelah beberapa menit terdengar isakan pelan dari mulutnya.

Dia membalikkan badannya menjadi terlentang, ia mengusap air mata yang masih mengalir. "Kenapa rasanya masih sesak."

Tok tok tok

Ia terdiam, dan menghapus air matanya lalu menatap ke arah pintu yang baru saja diketuk. Dengan cepat ia merapikan penampilannya yang sedikit menyedihkan. Setelah itu melihat siapa yang menemuinya.

"Catherine Sayang."

Suara halus itu membuat Catherine lemah, bibirnya turun ke bawah dan matanya berkaca-kaca.

"Oma." Catherine menabrakkan badannya memeluk sang Oma dengan erat.

"Kenapa sayang? Kenapa menangis?" Anita melepas pelukannya, tangannya terulur mengusap lembut pipi sang cucu.

Catherine menggeleng pelan, kepalanya menunduk. Anita menghela nafasnya. "Cerita sama Oma."

Dia membawa Anita duduk di atas kasurnya. Ia menatap Anita dengan mata yang sembab, "Mereka jahat Oma. Mereka khianati Catherine-"

Anita diam, ia membiarkan Catherine menyelesaikan ceritanya. Siapa yang berani menyakiti hati cucu kesayangannya ini.

"Artur selingkuh sama Liona. Selama ini aku begitu percaya dengannya, aku juga selalu mengerti dia. Tapi kenapa harus dengan sahabatku, Oma?" Tangis Catherine kembali pecah setelah menceritakan semuanya.

Anita berusaha sekuat tenaga menahan emosi melihat Catherine disakiti seperti ini.

"Catherine tidak salah, mereka yang salah. Mereka tidak bersyukur memiliki sahabat dan pacar yang baik seperti kamu sayang." Ucap Anita dengan penuh kasih sayang.

"Tidak perlu menangis lagi honey. Cucu kesayangan Oma ini anak yang baik, mereka yang tidak bisa lihat ketulusan kamu."

"Ingat! Sampah akan tetap menjadi sampah walaupun disandingkan dengan berlian. Kamu itu berlian, mereka sampahnya. Mereka akan menyesal dengan sendirinya, kita tunggu saja kehancuran mereka. Oke?" Anita mengedipkan sebelah matanya.

"Tapi aku tidak bisa bohong jika rasanya sangat sakit Oma." Ucap Catherine menahan tangisnya.

"Oma paham sayang, perasaan memang tidak bisa dibohongi."

Catherine menahan sisa-sisa Isak tangisnya, ia menarik nafasnya perlahan lalu menatap dalam Anita. "Oma aku mau pulang."

Anita terdiam sejenak. "Hmm?"

"Aku ingin kembali ke Indonesia." Catherine menundukkan kepalanya.

"Akh harus melupakan semua tentang mereka. Selain itu Aku juga sudah merindukan Mommy dan Daddy."

"Jika Catherine maunya seperti itu, Oma setuju saja. Sekolah kamu juga udah selesai, tinggal menunggu hari kelulusan." Ujar Anita menggenggam tangannya.

"Bagaimana kalau besok, apa bisa Oma?" Catherine menatap Anita dengan penuh harap.

"Boleh, tapi kamu bilang dulu ke Abang kamu."

Ia tersenyum dan memeluk erat Anita. "Catherine sayang Oma banyak-banyak."

"Oma lebih sayang sama Catherine." Ucap Anita tulus.

"Hello Anybody home?" Teriak seseorang di ruang keluarga.

"Suara itu-" Anita dan Catherine saling pandang, matanya membulat sempurna.

"Opa?!" Teriak Catherine.

Ia langsung saja keluar kamar dengan berlari, ia ingin cepat-cepat menemui sang Opa yang selalu sibuk bekerja itu.

"Princess jangan lari-lari." Anita berdiri dan menyusul Catherine menemui suaminya.

"Pria tua itu ingat pulang rupanya." Gerutu Anita.

Catherine berada di balkon depan kamarnya, ia melihat ke bawah tertuju ruang keluarga. Dia tersenyum melihat sang Opa yang sangat dirindukannya. Sudah berapa lama ia tidak melihatnya.

"Oma kira kamu sudah di bawah sayang." Ujar Anita melihat Catherine berdiri di dekat pembatas tangga.

Catherine menoleh dan tersenyum melihat Anita. "Sengaja menunggu Oma, ayo barengan Oma." Ucapnya menggandeng tangan Anita menuntunnya ke dalam lift.

"Kemana semua orang, kenapa tidak ada yang menyambut ku." Oceh Bima sambil melihat ke sekitar.

Brak!!

"Opa?! Opa pulang?!" Teriak Leo dari arah dapur.

Bima menoleh ke arah suara. "Oh cucu nakal Opa di sini rupanya."

Leo berdecak pelan. "Ck Opa kenapa gitu terus sama cucu sendiri." Ia melangkah mendekati Bima.

Bima terkekeh lalu memeluk Leo. "Kau tambah tinggi rupanya."

Leo mendengus malas. "Opa jangan mengejekku." Bima yang mendengar itu hanya tertawa.

"Opa Bima!! Rine kangen." Teriak seseorang gadis cantik yang baru saja keluar dari lift.

Bima membulatkan matanya, ia langsung melepas pelukannya pada Leo lalu mendorongnya menjauh.

"Catherine cucu kesayangannya Opa." Bima melangkah cepat ke arah cucunya dan mendekapnya erat.

Leo yang melihat adegan itu merasa dicampakkan, ia mencebik dengan kesal. "Wahh aku dibuang."

Catherine tersenyum di pelukan Bima. "Opa kenapa betah banget di Perancis. Sudah setahun baru pulang, kasihan Oma sendirian di Mansion." Omelnya geram.

Bima hanya bisa memamerkan cengiran lebarnya. "Maafkan Opa honey, sekarang Opa sudah di sini bareng sama kalian lagi."

Anita mendekati Bima, ia menjewer telinga Bima. "Baru ingat pulang pak tua?" Catherine dan Leo pun tertawa senang melihatnya.

Bima meringis menahan sakit. "Aduh sayang, suami tercintamu baru pulang loh ini."

Anita melepaskan tangannya, ia bergelayut di tangan suaminya yang selalu sibuk bekerja. "Katanya bulan depan baru pulang?"

Bima menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sengaja, supaya jadi kejutan."

Anita memutar bola matanya malas. "Ingat umur. Kau sudah tua." Ucapnya yang kemudian duduk di sofa.

Bima mengikuti sang istri duduk di sebelahnya. "Jangan ingatkan aku dengan umur sayang."

Anita melirik acuh sang suami. "Tidak tau diri." Bima terkekeh melihat wajah istrinya. Ah ia sangat merindukan istri tercintanya ini.

Leo berjalan mendekat. "Oma marahin saja Opa, siapa suruh baru pulang sekarang."

Bima mendelik ke arah Leo. "Heh kau cucuku bukan?"

Leo melengos. "Sekarang saja baru dianggap cucu, tadi dibuang."

Catherine merasa gembira melihat tingkah Kakak dan Opanya, jujur saja ia merindukan suasana ini.

Bima hanya bergidik acuh, tatapannya beralih pada Catherine yang masih berdiri ditempat semula.

"Princess sini, Opa bawa hadiah buat kamu."

Catherine berbinar cerah setelah mendengar kata hadiah, ia langsung duduk di tengah-tengah Bima dan Anita.

"Mana Opa hadiahnya." Ucap Catherine tidak sabar.

Bima mencubit pipi Catherine pelan. "Sabar sayang."

Bima membuka tas kerjanya, diambilnya sekotak coklat. "Coklat untuk cucu kesayangan Opa." Bima menyerahkan sekotak coklat itu pada Catherine.

Mulutnya terbuka. "Wahh! Opa the best!"

"Leo tidak dikasih hadiah juga Opa? Tega sekali, masa cuma Chaterine saja." Ucapnya tidak terima.

"Oh tenang, Opa juga punya buat kamu." Bima merogoh saku jasnya lalu mengambil hadiah untuk Leo. 

"Ini khusus untukmu." Bima memberikan 5 bungkus permen pada Leo.

Leo menganga melihat permen ditangan Bima, tega sekali Opanya. "Opa tidak adil. Masa cuma permen, tidak ada yang lain apa?"

"Sudahlah Leo, itu cocok buat kamu." Bima tertawa puas melihat ekspresi Leo yang kesal padanya.

"Abang tenang saja, nanti coklatnya kita bagi dua. Oke?" Ucap Catherine menenangkan.

Leo menoleh ke arah Catherine. "Tidak usah princess, Abang tidak terlalu suka coklat."

Catherine mengerjap. "Beneran Abang?"

Bagaimana mungkin Leo tega meminta coklat milik Catherine, semua orang tau jika dia maniak coklat.

"Iya Princess." Jawab Leo.

Bima menatap Catherine lembut, tatapan berubah ketika melihat mata cucunya yang bengkak. "Princess? Coba tatap mata Opa."

Catherine mendongak menatap Bima, "Kenapa Opa."

Bima mengernyit, ternyata benar matanya bengkak seperti habis menangis. "Kamu baik-baik saja sayang?"

"Catherine baik-baik saja aja kok." Ujarnya dengan tenang.

"Jangan bohong honey, kamu habis nangis kan? Mata kamu bengkak gitu." Bima semakin menatap Catherine dengan intens.

"Kamu nangis Princess? Why?!" Leo tidak tau jika Catherine menangis. Apa yang membuat adik kesayangannya bersedih.

"Princess jawab pertanyaan Opa, kamu kenapa?"

Catherine bingung harus bercerita atau tidak. Ia menoleh ke arah Anita meminta bantuan, tapi sang Oma hanya mengangguk.

"No. Aku gapapa kok, beneran. Aku cuma kangen Mommy sama Daddy. Dan juga pengen balik ke Indonesia Opa." Catherine menunduk setelah mengatakan itu.

Leo dan Bima menatap ragu Catherine, mereka tau masih ada yang disembunyikan nya. Tapi mereka tidak mau memaksa dia untuk bercerita sekarang.

"Beneran cuma karena itu sayang?" Tanya Leo memastikan.

"Kamu tidak mau tinggal sama Opa dan Oma lagi?" Tanya Bima.

Catherine mengusap pipinya pelan. "Bukan begitu Opa, sekolahku sudah selesai. Catherine juga kangen rumah, kangen semua yang ada di sana."

Bima pun paham, ia juga tidak mungkin melarang Catherine pulang ke rumah orangtuanya. Lagi pula sang cucu tinggal di sini karena memang sekolahnya ada di New Zealand.

"Lalu kuliahmu bagaimana sayang? Bukannya mau lanjut ke London?" Tanya Anita penasaran.

"Rine berubah pikiran Oma, mau lanjut di Indonesia saja." Ucapnya dengan yakin.

"Jadi kapan kamu mau balik?" Tanya Bima.

"Besok Opa, boleh ya?" Jawabnya.

"What?! Are you kidding me Princess? Secepat itu?" Leo kaget mendengar Catherine ingin pulang besok, padahal dia sudah berencana mau mengajak adiknya jalan-jalan, sepertinya sekarang gagal.

Catherine menganggukkan kepalanya dengan tatapan polos, ia benar-benar ingin pulang secepatnya.

"Yaudah boleh, besok Opa atur penerbangan buat kamu." Putus Bima menuruti Catherine.

"Beneran Opa?" Catherine menatap Bima dengan menuntut.

Bima mengangguk, ia mencubit hidung mancung Catherine dengan gemas. "Iya sayang, serius."

"Terimakasih Opa."

"Abang ikut pulang." Ucap Leo tiba-tiba.

Catherine menatap Leo. "Eh? Pekerjaan Abang bagaimana?"

"Benar Leo, kamu bilang besok ada rapat penting. Kalau kamu pulang bagaimana dengan pekerjaan kamu nantinya" Seingat Anita.

"Ah iya. Oma tenang saja, bisa handle semuanya kok. Aku tetap berangkat, setelah itu pulang. Lainnya biar diurus asistenku untuk sementara." Leo mengalihkan tatapannya ke arah Catherine.

"Kita perginya setelah Abang selesai ya Princess." Leo menatap Catherine dengan penuh permohonan.

"Boleh Abang." Jawab Catherine.

"Catherine memang adik Abang yang terbaik." Leo mengacungkan dua jempol padanya dengan antusias.

"Barang-barang kamu packing dulu sayang, agar besok langsung berangkat." Ucap Anita.

"Oke Oma, Catherine ke kamar dulu ya." Ucapnya meninggalkan mereka dengan raut wajah senang, ia tidak sabar pulang ke Indonesia.

Setelah kepergian Catherine suasana ruang tengah langsung berubah ada sedikit ketegangan di sana. Bima mengetukkan jarinya pada sofa.

"Jadi, Apa yang sebenarnya terjadi?"

Leo menelan ludahnya kasar. "Leo tidak tahu jika Catherine menangis, tapi saat pulang dari cafe suasana hatinya memang terlihat buruk."

Alis Bima terangkat. "Dengan siapa dia bertemu?"

"Artur." Jawab Leo.

Bima menoleh dengan penasaran ke arah Anita. "Jelaskan padaku, kau pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi istriku."

"Benar. Mereka putus, Artur selingkuh dengan Liona sahabat Catherine." Anita mulai menceritakan semua yang terjadi.

Sepanjang cerita Anita, raut wajah Bima berubah menjadi keruh tangannya mengepal kuat. Begitu juga dengan Leo, emosinya mulai terpancing dan nafasnya memburu menahan amarah ketika mendengar cerita dari Anita.

"Alasan sebenarnya Catherine ingin pulang ke Indonesia karena mau melupakan Artur dan Liona."

Brak!!!

Leo berdiri lalu memukul meja dengan keras, "Brengsek Artur!! berani sekali mereka menyakiti Catherine, aku akan menghajarnya sekarang juga!!"

"Calm down boy! Jangan bertindak gegabah."

"Opa, bagaimana bisa aku tenang. Mereka menyakiti princess, aku tidak bisa diam saja Opa." Ucap Leo dengan nafas memburu.

"Opa paham, tapi lakukan dengan cara bersih. Jangan mengotori tanganmu boy, dan jangan sampai princess tahu apa yang kamu lakukan pada mereka." Bima mencoba menenangkan Leo yang masih tersulut emosi.

"Kau paham maksudku boy?"

Ia diam menenangkan diri, ia kembali duduk dan menatap dalam ke arah Bima. "Leo tahu harus apa." Senyuman miring tercetak dibibirnya.

Bima tersenyum bangga melihat Leo. "Opa serahkan semua padamu, jika ada kesulitan bilang saja pada Opa."

Leo mengambil ponsel dan mulai menghubungi seseorang. "Selidiki Artur dan Liona, cari bukti perselingkuhan mereka."

"Ah cari tahu semua tentang mereka jangan ada yang terlewat."

"30 menit dari sekarang." Leo menutup telfonnya tanpa mendengarkan jawaban seseorang di seberang sana.

...****************...

Langkah Awal

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, seorang gadis masih bergelung di dalam selimut tebalnya. Sinar matahari menerobos masuk tidak menganggu sang gadis yang tertidur lelap.

Tok tok tok

"Astaga anak ini." Anita berjalan ke kamar Catherine, pantas saja diketok beberapa kali tidak ada jawaban.

Anita mendekati ranjang, ia mengelus rambut sang cucu. "Sayang, bangun yuk. Kamu belum sarapan loh."

Catherine hanya menggeliat dan berubah posisi miring ke kanan. Entah jam berapa dia tidur semalam sampai susah dibangunkan begini.

Anita menepuk pelan pipi Catherine, "Sayang ayo bangun, Oma udah buatin coklat hangat kesukaan kamu."

"Ehhh." Catherine mengerang, matanya mengerjap beberapa kali kemudian terbuka dengan sempurna.

"Ayo bangun, udah jam delapan loh ini Sayang." Ujar Anita.

Catherine mengucek matanya yang langsung dicegah Anita. "Jangan dikucek, nanti mata kamu merah. Sana mandi, terus sarapan."

Bibir Catherine mengerucut. "Oma, Rine masih ngantuk. Males bangun."

Anita menggelengkan kepalanya. "Hey gak boleh gitu, ayo bangun."

"Iya Oma." Jawab Catherine dengan setengah sadar. Ia berjalan menuju kamar mandi.

"Catherine sayang, nanti langsung turun ya. Oma tunggu di bawah."

Catherine yang sedang mencuci mukanya menoleh ke arah pintu, ia berteriak ketika mendengar suara Anita.

"IYA OMA!!" Setelah itu ia melanjutkan aktivitas mandinya.

Anita langsung pergi meninggalkan kamar Catherine. Ia berjalan menuju ruang makan, di sana sudah ada Bima yang duduk dengan santai.

"Catherine mana?" Bima menatap heran Anita yang datang sendirian.

"Mandi. Baru juga bangun dia." Jawab Anita, ia duduk di depan Bima yang sedang membawa koran dengan secangkir kopi di hadapannya.

"Tumben bangun telat." Bima melepaskan kacamata, lalu melipat koran. Anita hanya menaikkan kedua bahunya.

Tak berselang lama, Catherine datang ke ruang makan. "Selamat pagi Opa Oma." Ia berlari memeluk Bima dan Anita bergantian.

"Pagi Sayang." Jawab mereka serempak.

Catherine duduk di samping Anita, ia mengambil coklat hangat dan langsung meminumnya. "Hmm coklat buatan Oma emang paling enak." Catherine menunjukkan jempolnya pada Anita.

Anita dan Bima hanya terkekeh, ia mengacak pelan rambut Catherine. Cucunya ini memang menggemaskan.

"Kamu bangun telat Princess? Semalam ngapain?"

Catherine menatap Bima dengan cengir lucunya. "Aku nonton film soalnya. Sayang kalo gak dilanjutin."

"Jangan sering begadang Sayang, gak baik buat kesehatan kamu." Ujar Bima.

"Iya Opa maaf, gak bakal diulangi lagi deh. Beneran gak boong."

"Tapi seru..." Cicitnya pelan tapi masih bisa didengar Bima.

"Catherine..." Ucap Bima memperingati.

Catherine hanya tersenyum geli mendengar suara Bima. "Iya Opa."

Catherine mengalihkan tatapannya pada Anita yang sedang mengupas buah Apel. "Abang pulang jam berapa Oma?"

Anita menoleh sekilas. "Katanya jam satu pulang Sayang, kenapa?" Anita memotong apel tersebut lalu menyerahkannya pada Catherine.

"Nanti Rine mau beli es krim bentar ya Oma Opa, gak lama kok."

"Kamu take off jam empat loh Sayang, kalo kecapekan gimana nanti?" Ucap Anita mengkhawatirkan Catherine

Bibir Catherine melengkung ke bawah, ia menatap Anita dengan raut wajah memelas. "Ayolah Oma. Beli satu es krim habis itu pulang, tempatnya juga deket kok Oma."

Kemudian Catherine beralih pada Bima. "Opa boleh ya?"

"Ya udah oke. Janji jangan lama-lama ya?" Ucap Anita pada akhirnya.

Catherine mengangguk dengan mantap. "Janji." Ia mengulurkan jari kelingkingnya di hadapan Anita.

"Mau berangkat kapan sayang?" Tanya Bima pada Catherine.

"Habis ini Opa, aku mau siap-siap terus berangkat deh." Jawab Catherine.

Bima mengangguk paham. "Berangkatnya dianter Pak Harto ya, gak boleh nolak. Nanti Opa gak izinkan kamu pergi."

Catherine menatap Bima lesu. "Yaudah deh Catherine dianter Pak Harto."

"Padahal pengen jalan-jalan sendiri, gagal deh." Lanjutnya pelan.

"Catherine, Opa masih denger kamu ngomong apa." Ucap Bima menginterupsi.

Catherine menatap Bima dengan melipat bibirnya. Ia lupa jika Opa Bima memiliki pendengaran yang sangat tajam.

"Ehem Catherine ke kamar dulu ya, mau siap-siap." Ia langsung bangkit dari duduknya dan berlari menuju lift.

"Kebiasaan. Jangan lari-lari sayang." Teriak Anita.

Catherine memasuki kamarnya, ia menuju walk in closet. Dia terdiam beberapa menit melihat baju-baju yang tergantung rapi, dahinya mengernyit.

Pilihannya jatuh pada T-shirt putih dan rok jeans selutut. Ia juga mengambil cardigan warna baby blue, tak lupa dia memakai sneaker warna putih.

Catherine melangkah mendekati lemari yang penuh dengan koleksi tas miliknya. Ia menatap Sling bag kecil berwarna putih dengan berbinar.

"Good. Sekarang tinggal sentuhan yang terakhir."

Catherine menggerai rambut hitam legam miliknya, tak lupa ia mengoleskan liptint pada bibir pink nya. Dia menatap cermin dengan senyuman puas.

...----------------...

Mobil Bentley Continental berhenti di seberang kedai es krim. Pemilik mobil mewah tersebut menurunkan kaca mobilnya, matanya menatap kedai es krim.

Catherine turun dari mobil, ia melangkah menuju kedai dengan binaran semangat. Beberapa pengunjung kedai es krim tersentak melihatnya di sana, keberuntungan macam apa bisa bertemu dengan model papan atas ini.

Catherine tidak terlalu memperdulikan tatapan orang-orang, dalam pikirannya hanya terfokus pada es krim. Dia duduk di meja nomor dua belas, tepatnya di samping jendela. Dengan begini Catherine bisa menikmati gelato sambil melihat pemandangan di luar.

Catherine memesan dua es krim. Ia memesan gelato dengan varian rasa Pistachio favoritnya dan juga Panna Cotta menu baru di kedai ini.

Kedua gelato milik Catherine sudah jadi, ia menatap gelato tersebut dengan senyuman cerah. Sebelum menikmati gelato yang lezat, Catherine mengambil foto terlebih dahulu.

Pertama Catherine memakan es krim favoritnya, Pistachio memang seenak itu. Rasa asin dan manisnya yang begitu seimbang, dengan beberapa topping kacang dan taburan di dalamnya. Bukan hanya tampilan yang menggugah selera, tapi rasanya juga begitu nikmat.

Setelah puas menikmati gelato Pistachio, Catherine mulai mengambil Gelato Panna Cotta. Catherine menyuapkan satu sendok gelato ke mulutnya.

Rasa krim caramel yang manisnya sempurna. Pantas saja Panna Cotta menjadi salah satu menu populer di kedai Italia.

Setelah selesai makan, Catherine melangkah keluar kedai dengan perasaan gembira. Selain cokelat, es krim adalah solusi untuk menaikkan moodnya.

"Kak Catherine."

Catherine yang merasa dipanggil pun menoleh ke arah salah satu pengunjung yang memanggilnya. Ia tersenyum dengan ramah.

"Eh haloo." Sapa Catherine.

"Kak Catherine sendirian di sini?" Tanya gadis itu.

"Iya, kamu bagaimana?" Tanya Catherine balik.

Gadis itu menggaruk kepalanya pelan. "Aku bareng pacar aku kak, itu lagi di kasir."

Catherine pun paham. "Kencan ya?"

Gadis tersebut tersenyum malu. "Hehe iya Kak. Kak Catherine boleh foto bareng gak? Aku tuh ngefans banget sama Kakak."

"Boleh kok. Kamu anak Galaxy kan?" Ucap Catherine.

"Kak Catherine tahu aku anak Galaxy?" Ucapnya terkejut dengan mata membulat.

Catherine terkekeh. "Tahu dong. Kamu anak baru di klub musik kan?"

"Wahh bahkan Kak Catherine juga tahu anak musik?" Ucap gadis itu tidak menyangka.

"Tentu saja, kita pernah bertemu sebelumnya di sana. Bukankah kau tertarik bermain piano?"

"Iyaa! Aku ikut klub musik karena ada Kak Catherine di sana, aku mau belajar piano bareng Kakak. Sayang banget Kak Catherine udah mau lulus." Jelasnya.

Catherine menahan tawanya. "Tentu saja tahu, kamu berbakat. Belajar dan latihan yang rajin ya, pasti kamu bisa "

"Aku bakal latihan terus biar bisa main piano kaya Kak Catherine. Keinginan terbesar aku bisa berkolaborasi dengan Kakak " Ucapnya dengan semangat.

"Kalau kamu udah bisa hubungi aku, kita bisa min bareng." Ujar Catherine.

Senyuman lebar terpatri pada wajah gadis tersebut. "Beneran Kak? Ahhh seneng banget rasanya."

" Iya beneran. Eh Katanya mau foto? Ayok sekarang. Aku udah mau pulang soalnya." Ingat Catherine.

Gadis itu menepuk dahinya pelan . "Ah benar, duh maaf ya Kak malah ngajak ngobrol."

"Gapapa kok."

Gadis itu mengambil ponselnya lalu meminta tolong waiters untuk memotret dirinya dan Catherine.

"Wahh bagus hasilnya, Kak Catherine makasih ya udah mau foto dan ngobrol bareng aku." Ucapnya.

"Sama-sama. Kalo gitu aku pulang dulu ya, sampai jumpa." Catherine melambaikan tangannya singkat.

"Hati-hati di jalan Kak Catherine."

...----------------...

Di dalam mobil Catherine memejamkan matanya, kedua telinganya terpasang airpods yang memutar lagu kesukaannya.

Ting!

Catherine melihat ponselnya, ada sebuah notifikasi berasal dari Instagram. Seseorang menandainya dalam sebuah postingan foto, karena penasaran Catherine membuka aplikasi Instagram.

Gladis123: "Kak Catherine yang cantik dan baik. See you Kak ❤️" 

Catherine tersenyum tipis melihat foto dan caption yang ditulis gadis itu. "Jadi namanya Gladys. Aku sampai lupa tanya namanya." Gumamnya.

Cathe_Wils: Hai! See you ya! 

    Gladis123 : Big Love buat kak Catherine ❤️

    Jkop_liam: Catherine nikah yuk!

people: Aku iri. Dimana kalian bertemu?

c123_6: Kedai Gelato Fun? Aku ingin ke sana.

yona: Catherine selalu terlihat cantik.

Ia tersenyum membaca setiap komentar di postingan tersebut, lucu sekali mereka. Senyum Catherine memudar ketika membaca salah satu komentar yang membuatnya merasa sesak.

X-ray: Beruntung sekali Artur jadi pacarnya Kak Catherine yang cantik dan baik.

Catherine tersenyum getir membaca itu, "Beruntung? Dia bahkan selingkuh dengan sahabatku sendiri." Ia menghela nafasnya kasar.

"Ah iya aku lupa." Catherine membuka akunnya.

Hampir semua postingan Catherine bersama dengan Artur. Tanpa ragu Dia pun menghapus semua foto Artur tanpa ada yang tersisa.

Catherine berpikir sejenak, ia memilih beberapa fotonya tadi ketika di kedai es krim lalu memposting nya.

Cathe_Wils: "The last photo and gelato in New Zealand! Btw Gelato Panna Cotta so delicious. See you✨"

"Mari melupakan masa lalu." Ucapnya lirih dengan mata terpejam.

...----------------...

Disalah satu Apartemen mewah terdapat seorang pria dan wanita yang masih tertidur pulas di dalam kamar, selimut tebal menutupi tubuh polos mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul tengah hari, tapi mereka seakan tidak terganggu.

Ting Ting Ting

Mata gadis itu mengerjap menyesuaikan cahaya lampu, tangannya terulur mengambil ponsel tepat di sebelahnya.

"Siapa sih yang telfon, ganggu orang tidur aja." Omel gadis itu. Matanya menatap layar ponsel melihat siapa yang menghubunginya.

"Hallo, kenapa Ke?" Ucapnya dengan malas.

"Lo kemana aja sih? Kenapa baru diangkat." Kesal gadis di seberang sana.

"Ck Lo mau ngomong apa? Kalo gak penting gue tutup." Gadis itu sudah emosi.

"Eh tunggu dulu. Lo udah liat Instagram Catherine belum?" Tanyanya.

Gadis itupun mengernyit. "Kenapa Ikke? Lo kalo ngomong jangan setengah-setengah bisa gak sih?"

"Aduh Liona, denger nih. Lo sekarang cek Instagram Catherine, foto dia sama Artur gak ada." Jelas Ikke.

Liona membuka matanya. "Yang bener Lo? Gue gak tahu." Ada sedikit kesenangan di nada bicaranya.

"Lo kan sahabatnya, masa gak tahu sih. Artur sama Catherine udah putus emang?" Tanya Ikke penasaran.

Liona menoleh ke arah Artur yang masih tertidur di sampingnya, ia tersenyum dengan puas, ia merasa menang bisa mengalahkan Catherine dengan merebut Artur.

"Hallo? Liona! Lo denger omongan gue gak sih?" Teriak Ikke.

Liona menjauhkan sedikit ponselnya dan mengusap telinganya yang sakit karena suara Ikke.

Liona berdehem. "Catherine gak bilang apa-apa ke gue, mending Lo tanya sendiri aja."

"Lo ini sahabatnya apa bukan sih? Masa gak tau!" Ucap Ikke.

Liona mendengus. "Ck Lo tanya sendiri sana! Gue masih ada urusan!" Liona langsung mematikan panggilannya secara sepihak.

Liona melihat postingan terakhir Catherine baru satu jam yang lalu. "Apa maksud dari caption nya. Dia mau pergi?"

"Ya bagus deh. Kalo gini gak ada yang bisa ganggu gue sama Artur. Catherine... satu persatu milik Lo akan jatuh ke tangan gue. Artur udah ada digenggaman gue sekarang, dan gue akan hancurkan popularitas Lo." Gumam Liona dengan senyuman miring di bibirnya.

"Ah benar, gimana kalo popularitas Artur menurun karena putus dari Catherine? Artur harus tau ini."

Liona menepuk pelan lengan pria yang tidur lelap. "Artur bangun. Lihat ini."

Artur melenguh pelan. "Kenapa sih? Gue masih ngantuk Liona. Biarin gue tidur dulu."

"Ck Lo harus liat Instagram Catherine, semua foto Lo gak ada." Ucap Liona sambil menarik tangan Artur.

"Maksud Lo?" Tuntut Artur.

Artur tanpa basa basi melihat Instagram Catherine, di sana ada banyak komentar yang menanyakan hubungan mereka. Ini tidak bisa dibiarkan, Ia harus melakukan sesuatu.

Liona mendekat ke arah Artur. "Kalo pamor kamu turun gimana Artur?"

Artur mengalihkan tatapannya pada Liona. "Lo tenang aja, semua itu gak akan terjadi. Gue udah jadi Aktor penting di dunia Industri. Lagi pula gue udah punya rencana sendiri biar semua orang fokus ke gue."

Liona melihat Artur dengan tatapan dalam. "Gue percaya sama Lo." Liona mengusap lembut lengan kekar milik Artur. Ia menatap Artur dengan memuja, Liona mendekatkan wajah ke arahnya.

Artur yang paham apa yang diinginkan Liona pun langsung mendekat, ia tempelkan bibirnya pada Liona.

Artur mencium dengan menggebu. Liona tersenyum disela-sela ciumannya.

Artur mengusap punggung polos Liona, matanya sudah dipenuhi gairah.

"Liona..."

Liona tau jika Artur sudah diselimuti gairah, ia pun mengangguk. Dan pada akhirnya mereka melakukan kegiatan favorit mereka lagi.

(*)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!