NovelToon NovelToon

Duke, Mari Berpisah

Reinkarnasi

Teriakan sambutan kemenangan menggema di alun-alun. Kelopak bunga ditebarkan, para penduduk menyambut kedatangan pasukan kesatria ke dalam ibu kota. Kuda-kuda perang dengan prajurit masih memakai zirah besi berada di atasnya. Membawa bendera dengan lambang kerajaan matahari.

"Duke Fredrick adalah dewa perang!"

"Beliau membawa kemenangan lagi."

"Begitu tampannya."

Banyak pujian yang terdengar dari penduduk yang mereka lewati. Pesta kemenangan tentu saja akan segera diadakan.

Tapi, itu tidak penting baginya, pria berusia 21 tahun dengan rambut putih panjang terikat ke belakang, pupil mata berwarna merah bagaikan ruby, memacu kudanya berlawanan arah.

Tidak menuju istana untuk mendapatkan penyambutan atas kerja keras mereka.

Mansion Duke Fredrick yang terdapat di ibukota. Itulah tujuan Duke Killian Fredrick.

Peperangan yang telah berlangsung selama 5 tahun. Turun dari kuda yang dipacunya begitu sampai. Mansion yang begitu luas, Killian melangkah cepat, beberapa pelayan yang dilewatinya menunduk, memberi hormat pada sang Duke.

Hingga langkahnya terhenti, Duchess Grisela Fredrik terlihat duduk di kursi ruang kerja. Seseorang yang sudah lima tahun tidak ditemuinya.

Wanita cantik dengan rambut hitam kemerahan yang begitu indah, pupil mata berwarna hitam keunguan."Grisela..." Panggilnya tersenyum menatap sosok istrinya yang tengah berbicara dengan kepala pelayan.

Grisela melepaskan kacamata bacanya, kemudian bangkit dari tempatnya duduk, Killian bergerak memeluk tubuhnya. Sudah menjalani pernikahan selama 12 tahun. Dan kini mereka dapat bersama sepenuhnya. Seorang istri yang mendukungnya di saat terburuk dalam hidupnya. Melewati masa kecil sebagai pasangan suami-istri yang berjanji untuk selalu bersama.

"Killian, kamu sudah tumbuh menjadi pria yang hebat." Grisela tersenyum padanya, masih memeluk tubuhnya.

Tidak ada jawaban dari Killian hanya senyuman yang menyungging di bibirnya. Setelah ini dirinya dapat hidup tenang bersama Grisela.

"Karena itu, sudah saatnya kita berpisah." Lanjut wanita yang kali ini hanya menatap dingin. Berbeda dengan tatapan hangat yang biasanya.

"Berpisah... cobalah jika kamu dapat melarikan diri dariku..." Sorot mata pria itu putus asa. Lingkaran sihir terbentuk di bawah kaki mereka. Wanita ini akan meninggalkannya? Tidak! Grisela adalah miliknya.

***

12 tahun lalu_

Anak yang begitu manis dengan rambut hitam kemerahan menghela napas. Menatap ke arah ayahnya, Count Nicolas.

Ini akan terjadi, benar-benar terjadi.

"Sudah aku bilang jangan berinvestasi ke kapal dagang Baron Rose." Grisela kembali meminum teh di hadapannya.

"Sudah terjadi, maaf! Ayah tidak tau... putri kecil ayah..." Count Nicolas yang begitu menyayangi putrinya hanya dapat menunduk kali ini.

Grisela lagi-lagi menghela napas, siapa yang dapat percaya ucapan anak berusia 9 tahun. Ingin rasanya dirinya berteriak murka pada ayahnya. Tapi tetap tidak bisa, karena dirinya bereinkarnasi ke dalam sebuah novel murahan yang dibacanya dalam kehidupan sebelumnya.

Pada kehidupan sebelumnya dirinya adalah mahasiswa yang gemar membaca novel romance. Ada sebuah novel yang dibacanya, sebelum mengalami kecelakaan akibat tertabrak motor tukang antar makanan.

Sebuah novel murahan dengan rate rendah yang berjudul,'Saintess Of Lily Land.'

Bercerita tentang Sarah, rakyat biasa memiliki kemapuan penyembuh. Dimana secara tidak sengaja wanita itu bertemu dengan Kaisar dan mengobatinya. Mereka jatuh cinta seperti cerita novel-novel romance pada umumnya.

Tapi setiap cerita pasti memiliki tokoh antagonis bukan? Duke Killian Fredrick, sword master pedang, sekaligus penyihir yang bahkan tidak dapat dilawan oleh pemilik menara sihir. Entah apa tujuannya menentang keluarga kekaisaran, bahkan membuat kerjaan dipenuhi dengan darah manusia. Bagaikan iblis tersenyum menatap mereka berteriak kesakitan.

Kala itulah novel dengan genre reverse harem (harem terbalik) ini, menunjukkan para pemeran utama pria, selain kaisar, ada seorang paladin (kesatria suci), pemilik menara sihir. Tiga orang yang jatuh hati pada sang saintess, melakukan apa saja untuk melindunginya dari kejahatan Duke Killian Fredrick.

Sebuah novel dengan adegan pertarungan yang benar-benar seru. Hingga klimaks di bagian ending, Duke Killian Fredrick sudah menyerbu istana kekaisaran. Para pahlawan hampir kalah. Dengan gagah berani Sarah, sang saintess mengatakan."Tidak ada yang dapat menentang kekuasaan Dewi!" Teriaknya penuh keyakinan, menggunakan kekuatan suci.

Yah... sampai sana saja mahasiswi bernama Ririn itu membacanya. Sebelum pada akhirnya tertabrak motor pengantar makanan dan mati. Kala membuka matanya, seketika Ririn bereinkarnasi menjadi bayi mungil di rumah Count Nicolas yang begitu dicintai. Bayi mungil bernama Grisela.

"Hah..." Grisela menghela napas. Berusaha tersenyum ingin rasanya berteriak mengapa begitu sulit mengubah takdir!

Grisela dalam cerita novel aslinya, hanya merupakan tokoh sampingan yang hanya terlihat satu bab. Dimana Killian menatap mayat istrinya sembari tersenyum. Berkata pada pelayan untuk menyimpan mayat istrinya di ruang bawah tanah.

Sungguh suami yang tidak beradab bukan? Bahkan setelah istrinya mati, sudah pasti dijadikan bahan percobaan.

Dan itulah takdir masa depan dari anak perempuan berusia 9 tahun ini. Menjadi istri dari seorang villain sejati.

"Tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan keluarga kita. Maafkan ayah..." Count Nicolas menunduk di hadapan putrinya. Pernikahan politik yang diadakan di usia 9 tahun. Benar-benar sesuatu yang menyebalkan bukan? Tidak adakah undang-undang perlindungan anak di masa ini?

Tapi, sebagai anak berusia 9 tahun apa yang dapat dilakukannya? Jika menolak, maka keluarganya akan menjadi keluarga bangsawan yang jatuh dengan banyak hutang. Tidak juga dapat menikmati kemewahan sebagai bangsawan lagi.

Karena itu.

"Baik ayah, aku akan menikahi Duke muda..." Jawaban penuh keceriaan, membuat ayahnya menangis terisak.

"Sial! Aku akan membunuh Duke Killian Fredrick sebelum menghancurkan kekaisaran!" Tekad Grisela dalam hati. Walaupun sejatinya dirinya takut, menyimpan banyak rencana dalam hatinya. Bagaimana agar dapat lolos dari ilmuan, berkedok kesatria gila itu.

***

Berada dalam kereta kuda, ada alasan tersendiri mengapa keluarga Duke Fredrick ingin Killian yang juga berusia 9 tahun melakukan pernikahan politik.

Kesehatan, itulah alasan utamanya. Killian membangkitkan kekuatan sihirnya di usia yang terlalu muda, membuat terkadang mana-nya bergerak tidak terkendali.

Penerus tunggal yang sakit-sakitan. Terkadang ketika kekuatannya meledak dapat membahayakan orang sekitarnya. Pilihan yang terbaik adalah pernikahan sedini mungkin, agar saat remaja dapat menghasilkan keturunan, mengingat Killian Frederic merupakan pewaris tunggal keluarga Duke Frederick.

Menghela napas, tidak ada pilihan lain. Dirinya harus menikah dengan villain gila paling berbahaya. Membayangkannya saja membuat Grisela merinding.

Kereta memasuki wilayah kekuasaan Duke Frederick yang berada di wilayah Utara dingin. Salju yang turun membuatnya harus mengenakan pakaian tebal. Hanya seorang pelayan yang mengikutinya ke tempat ini. Mengingat Duke dan Duchess Fredrick saat ini ingin merahasiakan keadaan putranya.

Kala turun dari kereta, kastil yang begitu luas dan besar terlihat. Seorang butler menunduk menyambutnya. Beberapa pelayan menunduk memberi hormat.

Jantung Grisela berdegup cepat, jujur saja dirinya benar-benar ketakutan saat ini. Anak perempuan berusia 9 tahun itu melangkah, memakai gaun mengembang bewarna kuning.

"Bunuh...atau kabur..." Batin anak perempuan manis itu menelan ludah.

Kala pintu ruang tamu terbuka maka sosok Duke Frederick saat ini, Duke William Frederic terlihat. Pria yang mungkin berusia 40 tahunan itu tersenyum.

"Salam yang mulia Duke, aku Grisela Nicholas. Putri dari Count Nicolas." Ucap Grisela, menunjukkan etika sempurna.

"Anak yang manis...Killian, kemari! Perkenalkan dirimu." William, memanggil putranya.

Tidak setiap ruangan di tempat itu terkena cahaya. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun keluar dari sudut ruangan yang gelap. Wajahnya perlahan terkena cahaya yang berasal dari jendela kastil. Sedikit pemalu, bersembunyi di belakang ayahnya.

Seorang anak laki-laki yang tergagap ragu-ragu, tubuhnya sedikit kurus. Mungkin karena penyakit akibat mana yang tidak stabil.

Tapi.

Grisela menelan ludahnya, anak laki-laki dengan rambut putih pendek, pupil mata bagaikan batu ruby merah. Bagaimana anak semanis ini menjadi villain (antagonis)? Tapi tidak! Bagaimana cara untuk membunuhnya, jika semanis ini?

"Ayah, usir dia!" Teriak Killian, bagaikan kelinci kecil yang dapat menggigit. Oh... manisnya...

Little Rabbit

"Selamat siang, Duke muda (Killian)...aku Grisela Nicholas, putri dari Count Nicolas." Grisela sedikit mengangkat ujung gaunnya, berusaha memberi salam dengan sopan. Mengingat status Killian lebih tinggi.

"Ayah! Suruh dia pergi!" Teriak Killian.

"Killian, dia akan menjadi pasanganmu. Tidak boleh seperti ini ya?" Ucap William pelan, mengelus pucuk kepala putranya.

"Tapi---" Killian tertunduk.

Menghela napas, seorang anak tetap saja seorang anak. Grisela melangkah mendekat, kemudian tersenyum."Kita dapat menjadi teman. Suami istri adalah teman yang tinggal bersama."

Killian mulai bergerak, berhenti bersembunyi di belakang ayahnya. Pernikahan politik di usia dini yang dilakukan bangsawan. Hal ini sudah biasa, namun tentu saja, memiliki kamar masing-masing. Tidak akan berbagi kamar layaknya pasangan.

"Kita... pokoknya! Jangan mendekat!" Begini kah masa kecil villain paling keji yang bahkan menghancurkan seluruh pasukan kekaisaran. Ingin rasanya Grisela menipiskan bibir menahan tawanya.

"Baik! Baik! Aku tidak akan mendekat." Benar-benar kali ini Grisela hampir saja tertawa. Melihat anak laki-laki yang bagaikan kelinci putih polos ini.

***

Ini hanya pertemuan pertama, karena segalanya dilanjutkan dengan pernikahan. Hanya pernikahan biasa tanpa adanya pesta, karena tepat setelahnya Killian terjatuh di altar, tiba-tiba mengalami demam parah disertai mimisan.

Entahlah... Grisela hanya dapat melihat saat itu bagaimana tubuh anak kecil itu mengalami kesakitan yang begitu dalam. Kastil Duke dipenuhi dengan kepanikan, kereta kuda silih berganti datang.

Pendeta yang menyembuhkan dengan kekuatan suci. Maupun dokter yang memberikan berbagai obat pahit yang dimasukkan paksa ke dalam tubuhnya.

Siapa yang tidak iba, dengan anak sekecil itu. Kala malam tiba, keadaan lebih stabil, hanya seorang pelayan yang berjaga di depan pintu.

Grisela menghela napas."Boleh aku bertemu Duke muda (Killian)?" tanyanya pada pelayan.

"Duke muda saat ini sedang istirahat." Jawab pelayan sopan.

"Sebentar saja...aku berjanji tidak akan membangunkannya." Pinta Grisela, mengeluarkan jurus terampuh nya. Matanya berkaca-kaca menbuat siapapun tidak akan tega menolak keinginannya.

Pada akhirnya sang pelayan menyerah, membukakan pintu. Grisela masuk seorang diri, keadaan kamar tidak begitu terang. Menelan ludah, saat yang paling tepat untuk membunuh villain utama paling menyeramkan di kekaisaran.

Tapi, kala menaiki tempat tidur, keringat dingin mengucur di pelipis Killian."Ibu... sakit..." lirihnya.

Duchess Fredrick saat ini, bukanlah ibu kandung Killian. Hanya ibu sambung setelah mantan Duchess meninggal akibat wabah penyakit. Apa anak yang begitu manis ini merindukan ibu kandungnya?

"Kamu akan sembuh, dan tumbuh dewasa dengan baik." Entah kenapa niat membunuh Grisela lenyap. Bagaimana dapat menyingkirkan makhluk semanis ini?

Mengusap rambut Killian pelan, kemudian memeluk tubuh anak laki-laki itu. Perlahan Grisela tertidur. Tidak menyadari Killian membuka matanya. Air matanya mengalir, membalas pelukan Grisela.

Dua anak yang menikah di usia begitu muda. Hanya pernikahan politik bangsawan kelas atas.

Tapi bagi Killian, selain ayahnya hanya pelukan hangat ini yang didapatkannya. Wajahnya yang awalnya gelisah, kini bagaikan dapat tertidur dengan lebih tenang.

***

"Gawat! Aku ketiduran!" Teriak Grisela bangkit, menyadari matahari sudah mulai terbit.

"Berisik!" Killian, menutup tubuhnya dengan selimut.

Berusaha bersabar menghadapi orang ini. Grisela segera bangkit, melangkah pergi, dari kamar Killian.

Kala itulah Killian kembali keluar dari selimut."Aku tidur dengan anak perempuan?" gumamnya malu setengah mati. Kembali bersembunyi dalam selimut lagi.

***

Memakai pakaian yang terlihat begitu cantik. Tapi tetap saja korslet membuatnya terjerat. Keluar dari kamar, Grisela harus menghadiri berbagai kelas bangsawan.

Kelas etika, menari, seni, tentu saja semuanya mendapatkan nilai sempurna. Duchess saat ini tengah bepergian ke wilayah lain. Sedangkan Duke William Frederic mendapatkan panggilan dari kaisar.

Kastil yang begitu dingin, hanya salju yang terlihat di wilayah gersang ini.

"Dimana Duke muda (Killian)?" Tanya Grisela.

"Duke muda ada di kamarnya." Jawab sang pelayan yang mengikuti langkah Grisela.

"Dia akan terus sakit jika hanya diam di kamar." Gerutu Grisela, tidak berjalan ala bangsawan lagi. Tapi apa kadarnya, melangkah menelusuri lorong, berlari bagaikan preman.

Brak!

Pintu dibukanya dengan kencang, dari mulai mode tuan putri, menjadi mode dinosaurus."Kenapa belum bangun juga." Ucap Grisela, menarik selimut.

"Aku masih sakit." Ucap Killian, tidak beralasan sama sekali. Tubuhnya memang lemah dari dulu.

"Aku akan merawatmu!" Tegas Grisela.

"Tidak mau! Pergi sana!" Killian terlihat acuh. Tapi tidak juga mau pergi, Grisela malah duduk di kursi. Bersamaan dengan itu pelayan yang mengikutinya sebelumnya pergi ke dapur. Mungkin menyadari ini sudah hampir saatnya tea time.

"Killian, kita teman kan? Kemari." Pinta Grisela pelan.

"Aku ingin sendiri! Kamu tidak mengerti juga!" Bentaknya hampir menangis, mengingat bagaimana dirinya semalam. Muntah, bahkan mengerang kesakitan, menunjukkan sisi lemahnya pada hari pertama pernikahan."Lagipula hidupku tidak akan panjang."

"Siapa bilang! Kamu akan hidup panjang, begitu dapat mengendalikan aliran mana. Menjadi penyihir yang keren." Ucap Grisela mengangguk yakin.

"Penyihir paling keren? Apa kerennya penyihir? Mereka hanya diam dalam menara sihir. Duchess (ibu tiri Killian) mengatakan jika kekuatanku sudah aktif, aku akan ditinggalkan di menara sihir." Gumamnya tertunduk bingung harus bagaimana.

Penyakit yang menyerangnya, perlahan menggerogotinya. Semakin hari semakin menyakitkan.

Namun, tiba-tiba Grisela duduk di tepi tempat tidur. Lebih tepatnya duduk di sampingnya."Tau kenapa ayahmu bersikeras melakukan pernikahan padahal, tidak menguntungkan sama sekali untuknya?"

Killian menggeleng tidak mengerti. Yang dirinya tau, mungkin kedua orang tuanya menginginkan dirinya yang sakit-sakitan segera memiliki keturunan, ketika sudah cukup usia.

"Untuk menguatkan posisimu. Menara sihir tidak akan dapat membawamu dengan mudah jika sudah melakukan pernikahan politik. Mereka mencintaimu, ayahmu... mungkin juga Duchess saat ini juga mencintaimu." Ucap Grisela pelan.

Killian tertegun, anak laki-laki yang begitu kurus. Jemari tangannya bergerak hendak menyentuh jemari tangan Grisela.

"Kamu tidak menyukai pernikahan ini bukan?" Tanya Grisela, membuat anak laki-laki itu menarik tangannya kembali. Wajahnya semerah tomat, bagaimana dirinya dapat berfikir untuk bergandengan tangan dengan Grisela.

Tapi ... anak perempuan yang benar-benar cantik di matanya.

"A...aku tidak menyukai pernikahan ini! Tentu saja tidak suka." Ucap Killian cepat, menyembunyikan rasa malunya.

"Karena itu, kita akan menjadi teman. Bukan pasangan suami istri. Begini, seharian aku sudah berfikir, suatu hari nanti kamu akan bertemu dengan wanita yang kamu cintai. Atau hobi gila, dimana aku hanya dapat menjadi penghalang. Karena itu saat dewasa nanti, bagaimana jika kita berpisah?" Tanya Grisela antusias.

"Berpisah? Kamu akan meninggalkan dukedom (wilayah kekuasaan Duke)?" Killian balik bertanya padanya.

"Jangan bilang kamu menyukaiku?" Grisela menyipitkan matanya. Telah mengatur strategi untuk pergi suatu hari nanti. Lebih baik daripada membunuh kelinci kecil tidak berdosa ini. Meninggalkan kekaisaran kemudian hidup bahagia sebagai orang biasa. Sebuah impian yang indah.

"Tentu saja tidak! Siapa juga yang menyukaimu! Aku hanya tidak sabar melihatmu meninggalkan tempat ini. Kamu terlalu berisik dan mengganggu!" Ucap Killian cepat, benar-benar anak yang pemalu. Tapi bersungguh-sungguh, seperti kelinci putih kecil.

Berpihak

"Nah! Karena itu kita akan menjadi teman selama-lamanya. Kamu harus berjanji, apapun yang terjadi tidak akan melukaiku. Harus janji!" Grisela tersenyum, menghindari takdir kematian adalah tujuannya. Tinggal dengan villain? Tentu saja sudah pasti pria ini yang akan membunuhnya, walaupun tidak tertulis jelas di novel, tentang apa dan siapa yang membunuh Grisela.

"Tidak mungkin aku yang akan mati dapat melukaimu." Killian menghela napas, mengaitkan kelingking nya, mengecap stempel janji menggunakan jari jempol.

"Kenapa kamu yakin akan mati?" Grisela menghela napas kasar, sama sekali tidak terlihat anak kurus ini ketika dewasa nanti, akan menghancurkan seluruh kekaisaran.

"Karena... bukankah hidup menyakitkan?" Tanya Killian berusaha tersenyum."Bagaimana seperti burung yang tidak punya sayap untuk terbang."

"Apa dokter keluarga mengatakannya?" Tanya Grisela lagi.

Tidak ada jawaban, tapi memang samar Grisela mendengar percakapan, Killian akan mati sebelum mencapai usia dewasa. Rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh karena tidak bisa mengendalikan mana yang terlalu besar.

"Ka... kalau mati bukankah tidak akan terasa sakit lagi?" Tanya Killian padanya.

"Memang, tapi tidak ada yang menjamin surga dan neraka itu ada. Jika tidak ada maka kematian hanya kegelapan bukan? Sendirian tidak dapat bicara dengan siapapun. Kamu berani?" Grisela bertanya balik.

Dengan cepat anak laki-laki itu menggeleng. Kemudian kembali berbaring dengan posisi tangan dan kaki terentang, menatap ke arah langit-langit kamar.

Bruk!

Grisela ikut berbaring dengan posisi tengkurap di samping Killian. Wajah menghadap kasur, kemudian kembali menoleh ke arah Killian.

"Mau bermain di luar?" Tanya Grisela.

"Apa boleh?" Killian bertanya antusias.

"Tentu saja, jika diam-diam." Grisela terkekeh.

***

Teh hangat berada di ruangan, sementara jendela terbuka. Mungkin pelayan mengira kedua anak ini menikmati tea time berdua dalam ruangan.

Padahal aslinya? Killian berlari, menggunakan pakaian tebal. Napasnya tersengal-sengal, melempar bola salju ke arah Grisela.

Bug!

Anak perempuan itu terjatuh, diselingi dengan tawa Killian. Tapi, ada yang aneh, Grisela tidak bangkit sama sekali. Dengan cepat Killian bergerak mendekat. Mengguncang-guncang tubuhnya merasa cemas.

"Grisela! Bangun!" Ucapnya bingung harus bagaimana.

Grisela membuka matanya, kemudian tertawa, menjatuhkan Killian sekali gerakan, membuat mereka berdua berbaring di atas salju.

Udara begitu dingin menusuk saat itu. Dua orang anak yang tertawa, tidak tau apa yang akan terjadi setelahnya.

"Kita lomba membuat boneka salju." Killian berlari, melakukan hal yang selama ini tidak dapat dilakukannya.

Sepasang boneka salju dengan hidung yang terbuat dari wortel. Mungkin ini akan menjadi kenangan yang indah bukan.

"Killian, bagaimana jika kita buat topinya dari---" Kalimat Grisela terhenti, menatap Killian yang berbaring di atas salju."Pasti membalas leluconku." Gumamnya.

Grisela melangkah mendekat, namun ada yang aneh. Napas Killian tidak teratur, tubuhnya dingin, tapi bukan udara dingin yang biasa. Seperti es?

"Sakit..." Tangisan Killian terdengar samar.

"Dimana yang sakit?" Tanya Grisela panik.

Tidak ada jawaban anak laki-laki itu bahkan kesulitan untuk kembali menangis, akibat menahan rasa sakitnya.

Berlari memanggil pelayan, mengira tidak akan seburuk ini. Air mata Grisela mengalir, Killian tidak seburuk yang dirinya kira. Apa dia akan mati? Bagaimana jika Killian mati?

***

Ledakan mana, itulah yang terjadi. Grisela hanya dapat melihat dari luar, beberapa pendeta menggunakan kekuatan sucinya. Tapi gerakan energi di sekitar Killian benar-benar tidak terkontrol. Udara dingin berputar di sekelilingnya yang telah dipindahkan ke tempat tidur.

"Sakit..." Jeritan tangisan anak laki-laki itu kembali terdengar. Samar Grisela melihatnya dari celah pintu kamar yang terbuka. Mata merah yang begitu cantik itu mengeluarkan darah, menatap padanya. Anak laki-laki yang berusaha mengangkat tangannya. Seakan berkata agar Grisela berada di sampingnya.

"Lebih baik dia mati..." Gumam Duchess Matilda Frederick, lebih tepatnya Duchess saat ini, selaku ibu tiri Killian. Mengingat Duchess sebelumnya yang merupakan ibu kandung Killian telah tiada.

Grisela membulatkan matanya, tangannya gemetar. Matilda, tersenyum mengusap pucuk kepala Grisela."Grisela sayang, kamu tidak salah. Sering-seringlah bermain di luar dengan Killian..."

Napas Grisela tidak teratur. Jadi berbeda dari rumor jika Duchess Matilda Frederic menyayangi Killian? Apa tanpa sengaja dirinya menjadi tangan yang membunuh anak ini.

Grisela menepis tangan Matilda, memasuki kamar walaupun dihalangi. Dirinya berdiri di samping Killian yang tengah berbaring. Tidak peduli hawa dingin di sekitarnya. Memegang jemari tangan Killian.

Anak laki-laki dengan wajah pucat pasi, darah masih mengalir melalui matanya."Terimakasih sudah menemaniku. Kenangan yang indah..."

"Kamu takut dengan kematian kan? Berjuanglah aku mohon, kita adalah teman! Saat musim semi nanti, kita akan kembali bermain bersama. Ti... tidak berbaring di atas salju. Tapi berbaring di atas rumput." Grisela meneteskan air matanya. Dirinya menjadi penyebab kematian anak ini? Apa akan begitu?

"Nona...nona harus---" Kalimat sang pelayan yang hendak menarik Grisela disela.

"Biarkan saja." Seorang pendeta yang tersenyum ke arahnya. Merasakan ledakan mana, perlahan dapat dikendalikan oleh tubuh. Perubahan fisik, kondisi emosional, segalanya dapat menjadi penyebabnya. Tapi satu yang pasti, aliran mana anak ini yang kacau, perlahan lebih terarah.

***

Pendeta dan dokter telah pergi. Hanya Grisela dan seorang pelayan yang masih berada di dalam ruangan. Menatap ke arah wajah Kilian yang tertidur lelap.

"Apa ini sering terjadi?" Tanya Grisela.

"Aku mendapatkan informasi dari beberapa pelayan. Duke muda (Killian) memang sering mengalami ledakan mana. Karena itu, tubuhnya semakin hari semakin lemah. Sebaiknya nona mengatakan ini pada tuan Count Nicolas (ayah Grisela). Jika seperti ini Duke muda mungkin tidak dapat melewati usia dewasa." Pelayan pribadi bernama Ana itu menunduk. Pelayan pribadi yang memang mengikuti Grisela dari kediaman Count."Sebaiknya nona kembali ke kediaman Count di selatan."

"Ana, tau hal yang paling aku benci?" Tanya anak kecil berwajah manis itu tersenyum.

Tidak ada jawaban dari Ana. Hanya pelayan ini yang mengetahui sifat asli dari nonanya yang berusia 9 tahun. Terlihat manis dari luar, tapi tajam dan berbahaya di dalam.

"Aku membenci ular yang menganggap dirinya lebih hebat daripada aku." Jawaban Grisela, menbuat Ana hanya dapat menghela napas. Ini sudah pasti, tugas dari nonanya lagi.

"Nona berencana tinggal di tempat ini? Nona menyukai Duke muda?" Tanya Ana.

"Aku tidak mungkin menyukai bocah!" Teriak seorang bocah, menunjuk-nunjuk ke arah Killian yang tengah tertidur.

"Nona sediri bocah." Sang pelayan kurang ajar itu mengangkat salah satu alisnya.

"A... aku bukan bocah. Soal tipe, aku menyukai pria yang posesif, terkadang begitu manis, ukuran otot-ototnya harus pas. Ditambah dengan---" Kalimat Grisela disela.

"Nona, itu hal yang tidak pantas diucapkan anak berusia 9 tahun. Jaga martabatmu." Ucap Ana tersenyum.

Benar-benar! Terkadang pelayannya begitu menyebalkan. Tapi hanya orang ini yang dapat dipercaya olehnya. Matanya menatap ke Killian, dirinya tidak dapat membunuh Killian. Jadi mungkin jika melindunginya, suatu hari nanti ketika saatnya tiba, Killian tidak akan membunuhnya.

Wajah Grisela tersenyum."Ana, cek makanan apa saja yang biasa dikonsumsi Duke muda (Killian). Mari kita bermain dengan Duchess..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!