Hari ini sangat cerah, namun tak secerah hati Nayla. Nayla berada dalam situasi yang gelisah, ragu dan penuh ketakutan. Gimana Nayla tidak takut, hari ini dia mendapatkan surat tugas di suatu negeri yang tak pernah dia tau, jauh dari keramaian dan di pelosok pedesaan. Memang sich resiko ini harus dihadapi Nayla saat dia memutuskan mengambil program SM3T di Universitasnya, Program ini merupakan program pemerintah untuk memberdayakan guru yang berpengalaman di daerah daerah pelosok negeri ini.
Setelah Nayla wisuda hampir semua teman-temannya berbondong-bondong memdaftarkan diri untuk masuk program SM3T ini. dan Nayla pun ikut mendaftarkan diri karena terbuai bujuk rayu teman-temannya.
Surat keputusan telah memutuskan Nayla akan mengabdi di sebuah daerah di penghujung propinsi Sumatera Utara. Nayla yang biasa tinggal di daerah ibu kota akan merasakan perbedaan yang signifikan nantinya.
"Kenapa Nay? kok kamu bengong gitu?" dari tadi Fitri memperhatikan wajah kusut sahabatnya yang duduk melamun di taman kampus. Nayla tak bergeming dia hanya menyodorkan surat tugas yang baru saja di terimanya dari panitia.
"what?? jadi kamu lulus terus ditugasin di Sumatera Utara gitu??" Fitri berteriak kaget, antara senang dan sedih. Senang karena sahabatnya lulus dalam berbagai tes yang sudah di lewatinya, sedih karena dia akan berpisah jauh dengan sahabatnya ini.
Nayla masih dalam diamnya. dia memandang wajah senang bercampur sedih sahabatnya.
"apa aku bisa menjalaninya?" Nayla ragu dengan hal yang akan dia jalani.
"kamu pasti bisa Nay...ini kan yang di ingin oleh para peserta SM3T" Fitri memberi dukungan. Fitri memang tidak ikut program ini karena dia bukan mengambil profesi guru di perkuliahannya.
" lokasinya itu lho fit, benar2 pelosok"
"kan memang itu yang menjadi program ini, untuk mengembangkan pendidikan didaerah2 terpencil di seluruh nusantara"
"lagian kenapa aku kemarin ikut ikutan daftar sich?" Nayla mulai menyesali pilihannya yang tergiur oleh ajakan teman-temannya
"Hush.....kamu gak boleh gitu Nay...paling tidak kamu syukuri apa yang ada di hadapanmu Nay..bukan menyesalinya" Fitri memang sahabat terdekat Nayla dan dia bukan hanya Sahabat untuk bersenang-senang. Fitri selalu ada disaat Nayla Sedih dan begitu juga sebaliknya.
Fitri dan Nayla adalah sahabat dari kecil. mereka memilih sekolah yang sama disetiap tingkatan, hanya di perkuliahan ini mereka memilih bidang yang berbeda. karena Nayla lebih cenderung untuk menjadi guru sedangkan Fitri lebih suka ilmu kedokteran.
Walaupun mereka berbeda bidang disaat waktu mereka luang, mereka akan berjumpa dan saling meluapkan isi hatinya.
***
"jadi kapan kamu berangkat" tanya Fitri di sela sela makan siang mereka.
"menurut informasinya minggu depan Fit" Nayla masih asik dengan santapan yang ada di depannya.
"Baiklah aku akan bantuin kamu mempersiapkan segalanya. Kebetulan dua minggu ini aku free. aku kan bisa habiskan waktuku bersamamu"
"Thanks y fit...aku pasti akan merindukanmu"
Nayla mulai berat untuk meninggalkan sahabat dan keluarganya.
***
"Nay....besok naik pesawat jam berapa?" tiba-tiba ibu nayla masuk kamar nayla menghampiri Nayla yang sedang sibuk membereskan barang-barang yang akan dibawanya besok.
"jam 10 buk tapi panitia meminta kami hadir 30 menit sebelum keberangkatan"
"baiklah besok ibuk dan bapak akan ngantarkanmu ke bandara. Bapak sudah membatalkan semua urusannya demi kamu.
"iya buk...."
Ibu memandang wajah putrinya yang mulai beranjak dewasa. Kini dia menyadari bahwa Nayla sudah dewasa. dalam haru diapun memeluk putrinya.
Nayla menghambur jatuh ke pelukan ibunya dan menangis.
Keberangkatan Nayla sudah di depan mata, Nayla telah menyiapkan segala sesuatunya. Ayah dan Ibu Nayla ikut mengantarkan Nayla ke bandara tak ketinggalan Fitri yang tak ingin melewatkan pelepasan sahabat tercintanya.
"aku pasti kangen banget sama kamu Nay..." Fitri terisak haru dalam pelukan Nayla
"Sama...kamu jaga diri disini ya...aku akan pulang waktu liburan nanti, semoga wakti berputar dengan cepat..." bisik Nayla yang menyisakan tangis.
Beralih dari pelukan Fitri, kini Nayla tak sanggup melepaskan pelukan ibunya, apalagi buliran beningbdari sudut mata sang ibu membuat Nayla semakin terisak.
"Nay...kamu hati-hati disana, kalau ada apa-apa langsung hubungi ibu y..." ibu terpaksa melepas rangkulan putrinya karena panitia keberangkatan sudah memberi kode untuk masuk ruang tunggu.
Dengan berat hati Nayla melangkahkan kakinya, hingga akhirnya dia menghilang dari pandangan keluarganya serta sahabatnya Fitri.
***
Sepanjang perjalanan, Nayla menatapi jendela penuh kegelisahan. berbagai adegan yang menyeramkan tentang lokasi yang akan di tempatinya nanti. Hutan belantara yang banyak hewan buas, apalagi ini di sumatera yang masih terkenal dengan rimba berpenghuni satwa liar. Atau pelosok negeri yang perjalanan kesana melewati jalan setapak yang panjang hingga menghabiskan waktu berhari-hari untuk sampai kesana.
"Arrrggghhh" Nayla mulai kesal dengan bayangan-bayangan yang ada di pikirannya.
Sehingga matanya pun terlelap dalam pikiran panjangnya.
"mbak...mbak...bangun mbak...kita sudah sampai" salah satu anggota rombongan membangunkan Nayla memberitahukan bahwa pesawat telah mendarat dan waktunya keluar dari pesawat
"eh...i...iya..." Nayla terbangun dan mempersiapkan barang bawaannya kemudian turun.
Sesampai bandara tujuan Utusan setiap daerah telah datang menjemput, Nayla berkenalan dengan utusan yang berasal dari lokasi tugasnya
"maaf kak...kenalkan saya ahmad tambunan, panggil saja saya ahmad. Saya akan mengantarkan kakak ke lokasi tugas kakak..." ucap seorang pria berbadan besar namun penampilannya sangatlah rapi.
"iya mas...saya Nayla. terimakasih" Nayla menjawab singkat karena Nayla masih canggung.
setelah perkenalan singkat Ahmad membawa Nayla menuju lokasi dari bandara masih naik travel yang perjalanannya lebih kurang dua belas jam.
Perjalanan yang melelahkan ini belum sampai disini, sekarang sudah jam delapan pagi, namun saat ini lokasi yang di tuju belum juga tampak.
"masih jauh y mas?" tanya Nayla semakin penasaran.
"lumayan kak" jawab ahmad yang tampak celingukkan mencari sesuatu.
"ini tempat apa sich? di pinggir jalan yang berjajar bis reot yang sangat rongsokkan sekali. aku ini dimana ya? apakah lelaki ini orang baik-baik" Nayla bergumam di hati semakin penasaran.
Tak berapa lama Ahmad pun menyapa seseorang yang mendekatinya dan berbisik entah apa yang di bisikkannya pada orang itu, Nayla bersikap cuek pura pura tak tahu, walaupun Nayla sudah siap sedia menghubungi seseorang jika mereka berbuat sesuatu.
"tunggu bentar ya kak...bis kita akan berangkat jam 9 sambil menunggu bis berangkat kita sarapan dulu kak" Ahmad beranjak mendekati sebuah warung. Nayla mengikuti langkah Ahmad.
Setelah sarapan sebuah bis reot yang sangat mengkhawatirkan mulai diisi penumpang.
Hampir jam 9, bis pun mulai penuh dan berbagai macam barang pun masuk ke dalam bis itu. Nayla dikagetkan dengan pemandangan banyaknya penumpang laki-laki yang naik ke atap bis lalu duduk berjajar disana tak lupa tumpukan barang-barang pun bertengger diatas atap bis, sebanyak orang dan barang di dalam bis sebanyak itu pula orang dan barang di atas atap bis, semua berdesak-desakkan. Syukurnya Nayla di tempatkan di bangku CC disamping sopir, Nayla bebas dari desakkan penumpang dan barang.
Bis reot yang sudah penuh mulai berangkat, perlahan meninggalkan posisi parkir melintasi aspal yang semakin lama semakin jelek hingga mulailah bis melewati jalan tanah yang berkerikil. Sepamjang perjalanan Nayla menatapi setiap lekuk jalan mendaki dan menurun yang mana melintasi jurang-jurang terjal, menjadikan perjalanan ini semakin mengerikan. Sesekali bis melewati perkampungan kemudian kembali melintasi hutan belantara, 2 jam sudah perjalanan ini di tempuh namun belum ada tanda-tanda Nayla akan turun. Ahmad yang ikut duduk di atas atap bis tidak bisa menjadi tempat bertanya bagi Nayla hingga akhirnya Naylapun angkat suara beryanya pada sopir bis "Masih jauh ya mas???" Nayla celingukkan penasaran.
"Bentar lagi sampai kak, kakak nanti akan turun di SMP IMPRESS. Disana jelas terlihat gedung sekolah dan lapangan yang luas kak" jawab sang sopir. Nayla manggut-manggut paham sambil menatap jauh ke depan.
"itu lho kak sekolahnya, ini sekolah bagus di kampung ini kak, tapi sayang masih kurang fasilitas dan guru" si sopir memberitahu Nayla setelah bangunan sekolah yang sangat memprihatinkan itu mulai tampak.
Nayla mulai tersenyum, walaupun dihatinya masih terbesit kata ragu dan takut.
***
Akhirnya Nayla sampai di lokasi tugasnya. Sekolahnya luas namun bangunannya masih terlihat memprihatinkan. Ahmad mengajak Nayla menuju rumah pimpinan yang tak jau dari area sekolah. Dalam kebingungan Nayla tetap mengikuti langkah Ahmad.
Ahmad memasuki rumah yang pintunya terbuka begitu saja sedangkan penghuninya entah dimana. Ahmad mempersilahkan Nayla dusuk di ruang tamu kemudian pergi entah kemana, tak berapa lama datanglah seorang wanita paruh baya mendekati Nayla.
"Udah sampai ya kak? pasti capek" wanita itu menyapa Nayla.
Nayla merasa canggung dengan panggilan kakak, begitulah tutur bicara di tanah batak mandailing. Mau tua atau Muda yang belum di kenal dekat akan di panggil dengan sebutan kakak, seperti kata Mbak di bahasa jawa.
"i..iya...lumayan jauh juga" Nayla terlihat canggung.
"saya ummi Tifa istri dari pimpinan sekolah ini. guru-guru dan murid-murid biasa memanggil saya ummi... kakak juga boleh panggil ummi" istri pengasuh terlihat ramah. Nayla mulai menyesuaikan diri
"Saya Nayla mi...ummi boleh panggil nama saya" Nayla mengulurkan tangannya bersalaman dengan istri pimpinan.
"oh Nayla...jangan sungkan ya nak...ummi disini akan membantu segala sesuatu yang Nayla bituhkan" ummi tersenyum "eh...iya...
yuk mari ikuti ummi" ajak ummi memasuki rumah besar namun terlihat sangat-sangat sederhana. Ummi mempersilahkan Nayla memasuki kamar tamu agar Nayla beristirahat dari perjalanan panjangnya.
***
Beristirahat sebentar, Nayla mulai penasaran dengan sekolah. Nayla minta izin untuk bisa berkeliling. Ummi menyuruh seorang siswi yang tinggal di asrama untuk menemani Nayla melihat-lihat area sekolah.
Karena sekolah ini sangat jauh dari keramaian, maka dari itu hampir semua siswa dan siswi di asramakan, hanya siswa-siswa yang tinggal di perkampungan dekat sekolah yang tidak diasramakan. Tak jauh dari sekolah memang ada beberapa tumpuk perkampungan yang agak padat yang bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Disekitar sekolah terdapat beberapa rumah. Area sekolah memang sangat luas bangunan sekolah dan bangunan asrama terpisah oleh lapangan yang luas. Di pojok bangunan asrama terdapat sebuah mushala kecil yang berlantai kasar dan tak berdinding. Di depan asrama tampak beberapa siswa dan siswi bercengkrama menghabiskan hari libur mereka karena hari ini minggu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!