Manhattan New York
"Kamu mau kemana?" Rarasati bertanya ke putri tirinya yang juga keponakannya, Mandasari Pratomo.
"Mau ke mall Hamilton, mama. Shopping, bikin Maxi dan Mahreen tambah kaya," jawab Mandasari dengan santainya.
"Ya Allah, Sari. Kamu itu baru datang dari Princeton, sudah mau jalan-jalan? Tidak nunggu papa pulang kantor?" Rarasati menatap lembut ke Mandasari.
"Papa kan paling malam pulangnya. Sudah Ma, aku bisa jaga diri kok !" Mandasari mencium pipi Rarasati dan keluar dari penthouse mereka.
Rarasati menghela nafas panjang. Dokter obgyn itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Rarasati bukanlah ibu kandung Mandasari dan saudara kembarnya, Mandaka. Ibu kandung mereka, Larasati, meninggal saat melahirkan si kembar dan Adrianto Pratomo, menjadi sangat terpuruk hingga sempat ingin pensiun dini. Tapi keluarga besar Pratomo dan Trenggono memberikan support yang meminta Rarasati naik ranjang hingga menikah dengan Adrianto. Kehidupan pernikahan mereka benar-benar diuji karena Adrianto cinta mati dengan Larasati dan Rarasati hidup di bawah bayang-bayang sang kakak.
Hingga puncaknya, Rarasati menyerah dan pergi meninggalkan Adrianto bersama si kembar tanpa tahu dia hamil. Adrianto yang baru menyadari bagaimana dirinya tidak mau kehilangan Rarasati, mencari istrinya. Akhirnya Rarasati yang memang mencintai Adrianto pun kembali bersama. Rarasati yang tidak menduga akan bisa hamil, akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Mavendra.
"Mbak Sari pergi, Ma?" tanya seorang remaja laki-laki yang sedang menelpon.
"Iya Mavendra. Ampun deh mbakyumu itu," gerutu Rarasati gemas karena gen Pratomo yang tukang ngeyel itu kuat di ketiga anak Adrianto.
"Nanti kalau papa sudah pulang, pasti kena tausiyah," jawab Mavendra cuek. "Pip, jadi manggung kamu?"
Rarasati memegang pelipisnya. Punya tiga anak yang panasan semua, membuatnya pusing. Ampun deh mas Ardi, kok bisa kasih gen begini sih?
***
"Jadi kamu ke mall nya Opa Ezra?" tanya Mandaka saat Mandasari, saudara kembarnya menghubungi dirinya.
"Tante Milly kirim voucher belanja, jadi kenapa tidak dipakai ?" balas Mandasari dengan cueknya usai memarkirkan mobil BMW sportnya.
"Ya nggak salah sih," gumam Mandaka yang kuliah di ETH Zürich Swiss mengambil jurusan arsitektur. Mandaka adalah keturunan Pratomo kesekian yang berkuliah di Universitas bergengsi di Swiss setelah sebelumnya tantenya Raihanun Park dan Oomnya Jonathan Chen.
"Mama marah aku main pergi padahal baru saja pulang dari Princeton," adu Mandasari.
"Ya jelas marah. Wong kamu main minggat!" kekeh Mandaka.
"Ya sudah, aku belanja dulu. Bye Daka."
"Bye Sari. Hati-hati," balas Mandaka.
Mandasari mematikan airpodsnya dan berjalan masuk ke dalam mall yang milik keluarga Hamilton. Sekarang mall itu dipegang oleh keluarga besar Hamilton dengan Mamoru Bradford sebagai salah satu pemegang sahamnya. Mamoru memang tidak tertarik mengelola bisnis mall milik Opanya, Ezra Hamilton, karena dia lebih suka menjadi dokter. Putrinya, Milly, pun juga sama. Apalagi sekarang Milly sudah menikah dengan Sheikh Malik Al Khalifa dan tinggal di Bahrain bersama dengan kedua anak mereka, Maximilian dan Mahreen. Maka Keluarga Hamilton sendiri yang memegang semua bisnis mereka. Keluarga Pratomo tidak ikut campur.
Mandasari sendiri berusia 22 tahun dan sedang menyelesaikan pendidikan S2 di bidang Antropologi khususnya studi Asia Timur. Mandasari tidak tertarik mengikuti jejak kedua orang tuanya yang menjadi jaksa dan dokter obgyn, atau arsitektur macam Mandaka. Mandasari ingin menjadi dosen atau koresponden di bidang antropologi.
Gadis itu pun masuk ke dalam mall dan mulai mencari-cari baju serta sepatu yang sesuai dengan voucher yang didapat. Mandasari merasa sudah waktunya dia menyumbangkan baju-bajunya ke shelter homeless dan sekarang dia mencari baju baru.
"Beli apa ya?" gumamnya.
***
"Ini mall paling lengkap, Wira."
Pria yang dipanggil Wira, hanya tersenyum tipis. Di Jakarta lebih gila mallnya. "Ini kenapa ada sentuhan Jawanya?" tanya Wira sambil melihat beberapa ornamen berupa motif batik parang Kusumo, Kawung dan Sidomukti.
"Karena konon dulunya yang punya menikah dengan keturunan keluarga klan Pratomo. Tahu sendiri kan mereka itu casing boleh bule tapi njawani," ucap temannya.
"Kok kamu tahu soal 'njawani', Martin?" kekeh Wira.
"Kamu tuh bagaimana. Istriku orang Jawa Yogyakarta, jadi aku tahu lah istilah begitu," jawab Martin.
Wira pun mengangguk, lupa jika Martin sudah menikah dengan Lusi. Sebagai tentara Republik Indonesia yang tergabung dengan Kopasus yang bisa dibilang Navy Seals nya Indonesia, Wira bisa bertemu dengan banyak tentara di seluruh dunia apalagi dia fasih bahasa Inggris, Jerman dan Jepang. Tak heran, jika dirinya sering dikirim keluar negeri. Saat ini, Wira dikirim ke Fort Polk, Louisiana, untuk menyelesaikan acara latihan militer bersama dengan tentara Amerika Serikat.
Pria berusia 28 tahun itu memang mendapatkan libur empat hari dan Martin mengajaknya ke New York dengan pesawat karena Wira memang belum pernah ke hutan beton. Wira menginap di rumah Martin yang berada di daerah Queens.
"Apakah Lusi tidak masalah kamu tinggal pergi?" tanya Wira.
"Aku kan hanya pelatihan bersama kamu, tapi nanti ya balik ke West Point untuk mengajar disana," jawab Martin yang memang lebih suka menjadi pendidik meskipun dia tetap ikut latihan militer.
Akademi Militer Amerika Serikat (bahasa Inggris: The United States Military Academy), terkenal sebagai West Point atau USMA, adalah akademi militer tertua di Amerika Serikat, yang dalam masa yang singkat pernah dipimpin oleh Benedict Arnold V. Akademi ini terletak di kota West Point, Orange County di barat Sungai Hudson, sekitar 35 km di utara New York.
Sumber Wikipedia
Wira sedang melihat-lihat baju yang hendak dia berikan pada ibunya sebagai oleh-oleh, ketika dirinya terpaku dengan seorang gadis Asia yang memakai kaus garis hitam putih dan celana panjang hitam, sedang sibuk memilih baju.
Mandasari
Mata Wira seolah tidak bisa berpaling dari gadis itu. Mukanya tidak secantik model tapi ada sesuatu yang membuat Wira tidak berhenti melihatnya. Seperti ada magnet tersendiri. Wira sudah bertemu dengan banyak wanita baik dari sipil maupun militer, tapi gadis ini berbeda.
"Do you have size ten?" tanya gadis itu ke pramuniaga.
"I'll look for it miss."
"Thank you," jawab gadis itu manis dan dia langsung memencet airpodsnya. "Assalamualaikum Mama. Ma, gaun yang mama incar lagi dicariin ukuran punya mama."
Wira nyaris bersorak dalam hati karena gadis itu berbicara dengan bahasa Indonesia. Ya ampun gadis ini orang Indonesia!
"Lha mama, aku kan beli pakai voucher jadi mama tenang saja." Gadis itu menoleh ke arah Wira yang masih memperhatikannya. "Why are you looking me like that?" hardik gadis tersebut.
"Kamu orang Indonesia?" tanya Wira.
"Kamu orang mana? Planet Konoha?" balas Gadis itu judes.
Lha ? Kok malah Naruto? - batin Wira.
***
Perkenalkan trio Pratomo dari garis Reza Pratomo.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂
"Eh? Maaf ... bukan maksud saya membuat mbak tidak nyaman tapi saya baru kali ini datang ke New York dan belum bertemu dengan orang Indonesia. Makanya saya terkejut bisa bertemu dengan orang sebangsa," ucap Wira sedikit gugup. "Saya Wirasana Gardapati."
Mandasari menatap pria itu dengan tatapan datar.
"Miss, this is size ten," ucap pramuniaga membuat Mandasari teralihkan.
"Oh. Let me see." Mandasari memeriksa baju yang memang diincar Rarasati. "I'll take it."
"Okay, miss." Pramuniaga itu mengambilkan kantong belanja dan memasukkan gaun milik Rarasati lalu memberikan ke Mandasari.
"Thank you," senyum Mandasari membuat Wira terpesona.
Ya ampun manisnya.
"Sekarang kamu berdiri manis disini ya. Tidak usah ngikut !" ucap Mandasari judes.
"Eh tapi boleh tidak saya tahu nama anda?" pinta Wira.
Mandasari menatap pria itu. Sopan, sedikit hitam macam Daka dan bahasanya sopan. Mandaka memang tidak seputih Mandasari dan Mavendra. Kata ayahnya karena memang keturunan tidak semua putih kulitnya.
"Nggak. Kamu tidak perlu tahu nama aku !" Mandasari pun pergi meninggalkan Wira dan membuat pria itu tersenyum smirk.
"Ya ampun, cantik-cantik tapi galak ...." Wira tersenyum.
"Kenapa kamu Wira?" tanya Martin.
"Aku bertemu bidadari di New York tapi galak."
Martin menatap wajah rekannya. "Kamu ... Salah minum obat?"
***
Mandasari menghabiskan voucher yang diberikan tantenya, Milly Bradford, yang tahu kalau Mandasari hobinya shopping. Meskipun sepertinya putri satu-satunya Adrianto Pratomo itu boros, tapi dia adalah orang yang sering beramal. Tak jarang voucher yang dia dapat, dipakai untuk beli baju yang bisa dapat banyak terutama bagian diskon dan sudah out of date.
Setelahnya, Mandasari pun berjalan ke area parkir menjelang jam delapan malam. Wira dan Martin yang juga ke area parkir. Pria itu melihat Mandasari membuka mobil BMW sport hitam. Disaat Mandasari menutup pintu, tiba-tiba ada tiga orang pria yang mendatangi gadis itu.
Wira merasa ada yang tidak beres dan benar saja, Mandasari didorong oleh salah satu pria itu. Gadis itu melawan dengan memukul orang yang mendorongnya.
Martin terkejut melihat gadis yang berbadan langsing itu memiliki kemampuan bela diri. Ternyata tidak hanya tiga orang saja yang datang. Tampak datang lima orang lagi dan kedua pria itu terkejut karena Mandasari mengambil baton dari dalam tasnya.
Wira melongo saat melihat bagaimana Mandasari menggunakan batonnya seperti mengayunkan pedang Wushu. Namun gadis itu kewalahan dan Wira pun maju, membuat Martin kaget.
"Wira ! WIRA ! Aaahhh! Shiiiitttt!" umpatnya tapi maju membantu Wira.
Wira membantu Mandasari dengan meninju salah seorang pemalak yang hendak memukul Mandasari. Wira lalu ke arah gadis itu dan memeluknya dari belakang.
"Apa ... Apaan ?" pekik Mandasari kaget.
"Kita tandem! Kamu tendang mereka semua dengan kakimu dan aku akan memutarkan tubuhmu!" ucap Wira.
Mandasari paham maksud Wira dan mereka mulai tandem dengan kaki gadis itu menendang wajah para pemalak. Mandasari bertumpu di leher Wira dan keduanya langsung bersikap siaga sementara Martin sibuk mengikat tangan pemalak yang pingsan dengan cable ties, seperti kebiasaannya di militer.
"Masih ada tiga orang lagi!" ucap Mandasari.
"Aku pegang kamu !" balas Wira tanpa melihat posisi tubuh Mandasari karena fokus dengan tiga pemalak tersisa.
Tiba-tiba Mandasari berbalik dan ...
PLAK!
Mandasari menampar wajah Wira yang terkejut kena pukulan dari gadis itu.
"Kenapa aku kamu tampar?" tanya Wira bingung.
"Kalau pegang lihat-lihat, Bambaaannnggg !" bentak Mandasari.
Wira menggaruk kepalanya. "Memang aku pegang apa?"
"You touched her breast Dude ! You sneaky!" kekeh salah satu preman itu.
"SHUT UP! YOU'RE F***** A$$ HOLE! YOU GOT THE WRONG GIRL, YOU WORMS ( kamu berhadapan dengan gadis yang salah, dasar cacing )!" amuk Mandasari. "Maju kalau berani !"
Tiga orang tersisa itu pun maju dan Mandasari pun menyerang mereka. Wira pun tidak tinggal diam, ikut membantu Mandasari. Baginya, seorang wanita tidak boleh berkelahi tapi lagi-lagi pria itu melakukan kesalahan dengan melindungi Mandasari di depan tapi tangannya menyentuh dada gadis itu tanpa sengaja.
Mandasari mendelik tapi dia membiarkan Wira dan Martin menghajar para preman itu. Setelah selesai, Wira berbalik menghadap Mandasari yang menatapnya marah.
"Kamu baik-baik sa ..."
BUGH!
Wira melongo terkena pukulan kedua kalinya dan dirinya menatap kesal ke Mandasari.
"Apalagi sih! Salah aku dimana ?" bentak Wira. "Aku sudah menolong kamu tapi kamu malah memukul aku !"
"Dua kali juga kamu menyentuh dadaku ! Dasar pervert! Kamu itu kan mencari kesempatan dalam kesempitan tho? Berlagak membantu aku tapi kamu diam-diam melecehkan aku !" balas Mandasari tidak mau kalah.
"Dengar, aku tidak bermaksud melecehkan kamu ! Itu tidak sengaja !" Wira menatap Mandasari dengan tajam.
"Kamu yang dengar! Ini kotaku ! Dan kamu tidak ada kuasa disini!"
Wira mendekati Mandasari. "Paspor Indonesia saja belagu !"
"Maaf yaaa, aku warga negara Amerika Serikat! Jadi bisa saja kan aku minta kamu keluar dari sini!" seringai Mandasari. Pasti bisa ! Kan Papa jaksa penuntut umum New York.
"Kamu itu ...."
"Angkat tangan kalian semua ! Anda kami tahan!"
Mandasari, Wira dan Martin menoleh ke arah dua officer NYPD. Gadis itu memejamkan matanya.
Duh!
***
Sel Precinct Manhattan New York
Mandasari menyandarkan kepalanya di tembok sel bersama dengan napi lain, sementara Wira yang ada di sel sebelah, mencuri-curi lirikan ke gadis bar-bar yang sudah memukulnya dua kali. Pipi Wira mulai terasa senut-senut karena gadis itu memukulnya dengan niat.
Ngimpi apa aku semalam?
"Apakah kita akan disidang di markas, Wira?" tanya Martin.
"Aku tidak tahu," jawab Wira sambil mengernyitkan dahinya karena rasa senut-senut itu datang.
Wira dan Martin masih melamun saat mendengar suara orang-orang yang datang. Keduanya melihat seorang pria berdarah Asia dengan jas mahal datang bersama dengan seorang pria yang terlihat keturunan timur tengah.
"Jadi putriku berkelahi melawan preman dan dibantu oleh dua orang itu?" tanya pria berdarah Asia itu sambil menunjuk ke arah Wira dan Martin.
"Yes, Mr Pratomo," jawab officer itu yang kemudian membisikkan sesuatu ke Adrianto Pratomo. Wajah jaksa penuntut umum New York itu tampak terkejut dan melirik ke arah sel. Adrianto memanggil Mandasari dengan dengan jari telunjuknya yang berarti, gadis itu harus menghampiri ayahnya.
Mandasari pun berjalan ke arah pintu sel. "Papa ..."
Adrianto Pratomo hanya menatap judes ke putrinya. "Sari, apa kamu tahu siapa yang kamu pukul?"
"Yang mana?" balas Mandasari dengan cueknya. Wajar dong aku tanya yang mana. Wong aku mukul banyak orang malam ini.
"Yang itu ! Yang orang Indonesia!"
"Memang aku harus tahu gitu ?" Mandasari menoleh ke arah Wira yang tertarik dengan ayah dan anak itu, berbicara dengan bahasa Indonesia.
"Sari, pria itu salah satu anggota Kopassus!" desis Adrianto Pratomo.
Mata coklat Mandasari hanya menatap datar ke Adrianto. "Memang kenapa kalau anggota Kopassus? Masih makan soto ayam juga!" jawab Mandasari cuek membuat Adrianto menepuk jidatnya.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Rasanya Adrianto Pratomo ingin menjitak kepala putrinya yang memang amburadul kelakuannya. Memiliki seorang saudara kembar laki-laki dan adik laki-laki, membuat Mandasari menjadi cewek tomboy.
"Sariiii ... Nggak gitu juga konsepnya, sayang !" desis Adrianto yang gemas dengan sikap Mandasari yang sangat khas anak gadis klan Pratomo. Entah seperti apa nanti suaminya?
Mandasari hanya mengedikkan bahunya. "Kan seperti Oom Dendeng bilang, selama dia bukan dari planet Vegeta dan bukan orang Saiyan, ngapain takut !"
Adrianto menggelengkan kepalanya gemas. "Apakah putriku dan dua orang disana bisa dibebaskan sekarang, officer?" tanya Adrianto.
"Mereka akan dijamin oleh siapa?"
"Aku yang akan menjaminnya," jawab Aslan Blair Zidane.
"Baik Mr Zidane."
Mandasari pun akhirnya dibebaskan dari sel penjara sementara Aslan menghampiri Wira dan Martin. Kedua pria itu tampak bingung karena pria yang keturunan timur tengah itu membebaskan mereka tanpa harus membayar.
"Halo, saya Aslan Blair Zidane dan saya pengacara anda," senyum Aslan membuat Martin terkejut.
"Mr. Blair Zidane? Tunggu, apakah anda dari kantor Blair and Blair?' tanya Martin.
Wira menoleh ke arah Martin saat mereka keluar dari sel. "Apa maksudnya Martin?"
"Dia pengacara terkenal, Wira! Salah satu anggota keluarga Pratomo. Tunggu ... Kenapa anda menjadi penjamin kami? Apakah kapten atau Komandan kami yang meminta?" tanya Martin dengan nada curiga.
"Bukan, tapi karena keponakan saya yang sudah membuat gegeran," jawab Aslan.
Mereka pun keluar dari ruangan sel dan menuju ruang interogasi dimana Mandasari sudah ada disana bersama dengan ayahnya.
"Kita masuk dulu. Kita luruskan dulu," senyum Aslan.
Kedua tentara itu pun masuk dan mereka melihat Adrianto Pratomo bersedekap dengan wajah kesal sementara Mandasari memilih minum dari botol air mineralnya.
"Silahkan duduk Letnan Satu Wirasana Gardapati, Letnan Satu Martin Smith. Saya Adrianto Pratomo, jaksa dari kantor pengadilan Manhattan New York," ucap Adrianto sambil bersalaman dengan Wira dan Martin.
Semua orang pun duduk dan Wira bisa melihat kemiripan antara Mandasari dengan Adrianto. Apakah mereka ayah dan anak?
"Lettu Gardapati, Lieutenant Smith, sebelumnya saya minta maaf, anda berdua terbawa ke penjara akibat putri saya, Mandasari." Adrianto melirik tajam ke Mandasari yang hanya memasang wajah acuh.
"Maaf Mr Pratomo, tapi anda itu memang The Pratomo dari keluarga Pratomo?" tanya Martin terkejut. "Dan nona ini, putri anda?"
"Sayangnya, iya," jawab Adrianto dengan wajah lelah, "jadi saya sebagai ayah Sari, saya meminta maaf sudah menyeret kalian."
"Papa tidak usah minta maaf ! Wong bukan salah Papa!" Mandasari menatap tajam ke Wira. "Orang yang kata papa ini adalah anggota Kopassus, sudah memegang dada aku dua kali! Jadi wajar dong aku menghajar dia karena sudah kurang ajar!"
Adrianto dan Aslan menatap wajah Wira yang terkejut dengan ucapan Mandasari.
"Ta ... tapi itu tidak disengaja, nona Pratomo," ucap Wira yang bingung karena tidak menyangka sikap seenaknya Mandasari itu karena ayahnya adalah jaksa penuntut umum New York! Pantas dia bisa bilang akan membuat aku bisa diusir dari New York.
"Sengaja tidak disengaja, kamu sudah kurang ajar, Wiro Sableng!" pendelik Mandasari membuat Aslan memegang pelipisnya karena semua keponakannya hobinya memanggil nama seenaknya.
"Tapi ... Sungguh Mr Pratomo, Mr Zidane, saya tidak sengaja ! Waktu itu sangat chaos dan saya hanya ingin melindungi nona Pratomo," ucap Wira panik.
"Huh !" dengus Mandasari sambil bersedekap.
Wira menatap gemas ke gadis yang seenaknya itu dan tidak heran jika dia seperti itu karena backing keluarganya sangat kuat meskipun Wira mengakui bahwa Mandasari sangat jago bela diri. Apakah dia pernah ikut wushu?
"Sari, kita akan lihat dari bukti CCTV yang ada di mall Hamilton. Oke?" ucap Aslan lembut karena tahu keponakannya bisa kemana-mana kalau sudah kesal.
"Sekarang ... Kita luruskan semuanya. Kamu di parkiran, mau pulang setelah berbelanja dan dihadang preman?" tanya Adrianto setelah dua officer dan seorang detektif bergabung dengan mereka untuk membangun sebuah kasus.
"Iya. Aku parkir di lantai tiga yang ada sudut gelap karena lampunya padam. Hanya ada beberapa mobil disana tapi memang keadaannya sepi. Mereka datang bertiga dan hendak memalak aku. Tentu saja aku lawan lah !"
"Lalu anda berdua?" tanya Detektif itu ke Wira dan Martin.
"Kami hendak pulang karena memang rumah aku di Queens. Kami sedang berlibur setelah latihan bersama di Fort Polk Louisiana dan istriku tinggal disini. Aku adalah dosen di West Point. Kalian bisa memeriksa aku !" ucap Martin judes.
"Kami sudah memeriksa dan memang anda adalah pengajar di West Point. Ini kasusnya memang kesalahpahaman dan kalian berdua menolong nona Pratomo. Jadi ...." suara detektif itu pun terhenti saat mendengar suara ketukan di pintu. Seorang officer pun membuka pintu dan semua orang menatapnya.
"Maaf detektif, ada Komandan US Army dan Kapten Kopassus hendak menjemput Letnan Gardapati dan Letnan Smith. Mereka juga ingin bertemu dengan nona Mandasari Pratomo."
Adrianto menoleh ke arah Mandasari yang hanya tenang-tenang saja. "Sari?"
"Aku hadapi! Selama mereka belum makan beling, bukan masalah, Papa," jawab Mandasari cuek.
Wira mendelik mendengar jawaban gadis itu yang menggunakan bahasa Indonesia. Kamu kira kapten aku kuda lumping? Atau main debus ?
***
Mandasari didampingi oleh ayahnya dan Aslan Blair Zidane, menghadapi Kapten Handoyo yang tidak terima anak buah terbaiknya dipukul oleh gadis langsing di depannya. Kapten garang itu tidak perduli jika Mandasari adalah putri Adrianto Pratomo, dari keluarga Sultan yang memiliki koneksi dimanapun termasuk raja Belgia dan Emir Timur Tengah.
"Anda sudah memukul Letnan Satu Wirasana Gardapati, nona Pratomo. Itu perbuatan tidak bisa dianggap enteng!" ucap Kapten Handoyo dengan tatapan tajam.
"Memangnya saya tahu kalau dia anggota Kopassus!" balas Mandasari judes. "Dia memakai pakaian sipil ! Saya ulangi, pakaian sipil! Dan dia --meskiiun alibinya menolong saya-- tapi dia dua kali menyentuh dada saya! Dua kali! Apa itu bukan pelecehan?"
"Tapi itu tidak disengaja, nona Pratomo!" Wira tetap bersikeras
"Lettu Gardapati tidak mungkin tidak melakukan itu !" ucap Kapten Handoyo. "Saya bisa jamin itu !"
"Kita lihat saja nanti !" Mandasari tetap keras kepala. "Bagi aku tetap pelecehan!"
Wira merasa gemas dengan Mandasari. "Saya tidak pernah ada niatan melecehkan anda, nona!"
Adrianto tahu jika dibiarkan, maka akan kemana-mana. "Sari, diam dulu. Kapten Handoyo, kami akan selidiki dulu."
"Dan jika memang anak buah saya tidak melakukan pelecehan dengan sengaja, maka kami akan menuntut permintaan maaf dari nona Mandasari Pratomo karena sudah memukul anggota Kopassus!" ucap Kapten Handoyo dingin.
Mandasari hanya menatap dingin ke kapten itu. "Bagaimana jika putri atau istri anda mengalami hal yang sama? Apakah anda akan bersikap seperti ini? Membela anak buah anda?"
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!