" Ken, kamu harus membunuh kelima Guardiola itu sekarang" terdengar suara seorang gadis di headset ku.
" ayolah, apa tidak ada orang lain?, bisa-bisa aku telat ke sekolah nih" tanya ku yang agak kesal.
" ini kesempatan kita loh, lagian udah lama gak ada Guardiola yang muncul. Inget pemasukan kita cuma ini doang" balas Nadia.
" yaudah, akan kuburu mereka semua. Kirim lokasi nya" kata ku pasrah.
" nah gitu dong. Semua nya Guardiola rank D model spider. Ingat, jangan gegabah ya" pesan nya.
" ok. Aku berangkat dulu ya" kata ku.
" ketemu lagi di sekolah" balas Nadia sebelum menutup telponnya.
Aku yang baru saja selesai memakai sepatu, langsung mengenakan penyamaran ku. Pakaian serba hitam dengan topeng hitam dengan sedikit garis biru di mata. Aku berlari menuju ke lokasi yang dikirim Nadia.
Sampai nya di lokasi, ku lihat monster itu sudah mulai mengamuk. Aku langsung melompat ke arah nya, lalu memotong kepala nya. Kelemahan Guardiola model ini adalah serangan ke punggung, tapi jika ada celah untuk menyerang kepala nya seperti tadi, aku lebih menyerang kepala nya.
Lanjut ke lokasi kedua. Kali ini aku berdiri di atas sebuah rumah. Aku menunggu saat yang tepat buat menyerang nya. Saat monster itu menaruh perhatian nya kepada para pejalan kaki, aku langsung melompat ke arah punggungnya. Ketika dia sedang kesakitan, aku langsung memotong kepala nya. Lanjut ke lokasi selanjutnya.
Ketiga Guardiola lain nya juga sudah ku bereskan, untung saja masih sempat buat ke sekolah. Aku pergi ke sebuah gang kecil lalu menghilangkan semua penyamaran yang kukenakan tadi. Lalu berlari ke sekolah.
Di era ini, bukanlah hal luar biasa bus umum berjalan tanpa supir. Bahkan mobil saja sudah ada fungsi auto pilot, dan banyak hal-hal menarik lain yang menandakan kemajuan teknologi di zaman ini. Namun, tidak ada robot yang melakukan pekerjaan manusia, ditakutkan akan membuat banyak manusia hilang pekerjaan.
di tengah-tengah hiruk pikuk kota Semarang, tiba-tiba terdengar suara ledakan di jalan yang akan ku tuju. Aku langsung berlari untuk melihat apa yang terjadi. Begitu sampai dilokasi ledakan, terlihat Guardiola model ant atau semut sedang mengamuk. Warga sekitar langsung menyelamatkan diri, namun pandangan ku tertuju kepada gadis yang sedang di incar oleh monster itu. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari kearah Guardiola itu, seraya mengaktifkan gelang yang ada ditangan kananku. Ketika cukup dekat, aku melompat ke kepalanya. lalu,
Srakk
Tebasan ku meleset, malah antena nya yang terpotong, padahal yang ku targetkan tadi kepalanya. setelah mendarat dengan baik, ku lihat, Guardiola ini mulai mengincar ku.
"cepat pergi, biar aku yang mengurus nya"kata ku pada gadis itu.
"apa kamu yakin?, itu berbahaya loh"tanya gadis itu.
" meski penampilan begini, aku adalah seorang petugas sipil yang terdaftar, jadi tidak perlu khawatir"jawab ku.
"baik, tapi berhati-hatilah" ucap gadis itu sembari pergi.
"baru kali ini ada korban yang perhatian padaku" gumamku yang kembali fokus ke makhluk buas ini.
Aku bersiap dengan kuda-kuda berpedang, mengamati gerakan yang akan dilancarkan oleh monster itu. Begitu dia mengangkat kaki nya, aku langsung menghindar dan melihat celah yang ada. Guardiola model ant ini, termasuk yang paling repot untuk di basmi. Selain karna pergerakannya yang cepat, mereka biasa menyerang secara bergerombolan, membuat para petugas sipil kewalahan dalam menghadapinya.
Setelah menghindari serangan dari monster itu, aku berpindah tempat ke belakang Guardiola itu, memotong punggungnya. Ketika dia sedang kesakitan dan bergerak secara sembarangan, aku langsung memenggal kepalanya.
"akhirnya selesai, meski terkenal merepotkan, tetep aja ini model terlemah"gumamku.
aku menekan tombol yang ada di gelang ku untuk menghilangkan katana.
"apa kamu baik-baik saja?"terdengar suara gadis dari belakang ku.
" kamu rupanya, gak apa-apa. kamu sendiri nggak terluka kan?" tanya ku.
"aman kok, terimakasih ya" kata gadis itu.
" sama-sama, aku cuma ngejalanin tugas aja" balasku.
" namaku Silvia Ananda, salam kenal"
" panggil saja aku Black mask" kata ku.
" eh ternyata Black mask masih SMA juga ya?" tanya Silvia.
" maksud mu?" tanya ku.
" yang kamu pake itu seragam SMA kan?" tanya Silvia balik.
Ketika aku melihat pakaian yang ku kenakan, aku lupa kalau aku tidak sempat memakai penyamaran tadi.
" etto, Kamu percaya kalo aku itu Black mask?" tanya ku sambil tersenyum canggung.
" percaya kok, katana nya sama, terus gerakan nya juga sama cepet nya sama Black mask. Di tambah gelagat kamu yang kayak nya lupa pake kostum mu kali ini" jawab Silvia.
" gitu ya" balas ku lemas.
" tenang aja, aku gak bakalan bilang sama yang lain kok" ujar Silvia.
" beneran?, apa kamu mau minta foto kayak cewek lain?" tanya ku.
" nggak lah, malahan aku lebih suka sama yang asli daripada Black mask" jawab nya.
" kamu suka bercanda ya" balas ku.
waktu aku liat jam ku, aku langsung berkata kepada Silvia.
" aku udah telat nih, jadi duluan ya" lalu langsung berlari menuju ke sekolah.
" padahal kita satu sekolah loh" gumam Silvia.
"heeuuuh, beneran diri di luar kelas nih, bener-bener tanpa ampun" gumamku yang sedang berdiri di koridor sekolah.
" kamu yang tadi kan?"terdengar suara gadis yang bertanya pada ku.
"eh, Silvia kan?, kok kamu ada di sini?" tanya ku.
"aku pindah ke sekolah ini, kamu juga sekolah di sini ya?" tanya Silvia.
"ya, suatu kebetulan " ujar ku.
" kebetulan memang mengerikan" balas Silvia.
"yaudah, masuk sana, daripada di omelin di hari pertama" kata ku.
"emang kamu gak ikut masuk?" tanya Silvia.
"lagi kena hukuman, gak boleh masuk selama pelajaran nya bu Rosa" jawab ku.
"gitu, oh ya, kamu belum ngasih tau nama kamu loh"kata Silvia.
" bener juga. Aku lupa. Namaku Keenan Alvaro, salam kenal" kata ku
" yaudah. kamu masuk sana, masak baru masuk udah kena marah" lanjut ku.
" ok, aku duluan ya" kata Silvia. Aku menganggukkan kepalaku.
Sesaat setelah Silvia masuk, terdengar kericuhan dari dalam kelas.
"maklum, orang yang masuk gadis cantik, cowok mana yang gak terpesona coba" gumamku.
...****************...
setelah Bu Rosa keluar, bel istirahat langsung berbunyi. Aku masuk kedalam kelas untuk menaruh tas ku.
"eh, ini tas siapa?" tanya ku pada diri sendiri.
"punya anak baru tuh, untung banget Lo bisa duduk bedua dengan gadis cantik" sahut Udin yang duduk di pojokan kelas.
"bukan nya yang cewek juga ada yang kosong juga yak, ngapain dia duduk sendirian disini?" berbagai kemungkinan memenuhi kepalaku.
"palingan juga pindah kalo tau ada yang duduk" gumamku sembari berjalan menuju kantin.
di tengah jalan, aku pun bertemu dengan penyebab kepala ku berputar.
"mau kemana Ken?"tanya Silvia yang melihat ku.
"mau ke kantin, mau ikut?" tanya ku secara refleks.
"eh, boleh nih?"tanya Silvia.
"kalo gak boleh, ngapain aku tanya?" jawab ku.
Silvia pun menganggukkan kepalanya, yang membuat kami berdua berjalan bersama ke kantin.
" dasar mulut, gak bisa bedain mana yang harus diajak" gumam ku karna gak sengaja ngajak Silvia pergi ke kantin.
Setelah sampai dan memesan makanan, kami duduk satu meja berdua.
" bukannya ini bahaya ya?"gumam ku, setelah melihat tatapan mata sekeliling ku.
" makasih" ucap Silvia kepada mbak pengantar makanan.
aku mulai menyendok mie ayam yang ku pesan, sementara Silvia memakan nasi goreng.
"kamu gak ngasih tau ke sekolah, kalo kamu itu udah terdaftar jadi petugas sipil ya?" tanya Silvia secara berbisik, yang membuatku tersedak.
" eh, minum dulu" kata Silvia sambil memberikan air putih.
"kok kamu tau sih?"tanya ku.
"ya, gimana gak tau, alasan kamu di hukum aja karna telat. kalo sekolah udah tau kamu jadi petugas sipil, pasti gak di permasalahin" jawab Silvia.
" gini, alasan aku gak ngasih tau sekolah, karna aku ingin mempunyai teman yang gak mandang pangkat atau gelar yang ku punya. andai sekolah tau, aku udah pasti terkenal di sekolah ini. Lagian ada beberapa diantara murid di sekolah ini yang jadi petugas sipil, dan mereka langsung terkenal dan di ikuti sama banyak orang. Terlebih aku gak terlalu suka di deketin sama banyak orang" jawabku sambil kembali menyendok mie.
"keren" gumam Silvia.
" hah, apa kamu bilang sesuatu?" tanya ku karna merasa mendengar suara.
" eh, gak kok, aku gak bilang apa-apa" jawab Silvia.
" oh gitu ya, mungkin salah denger" monolog ku sembari lanjut makan mie.
Silvia menarik nafas lega, dia mulai menyantap nasi gorengnya. Setelah makan, Silvia tanya.
" apa kamu punya temen di sini?"
" kalo ada pun gak banyak, emang kenapa?" tanya ku balik.
"gak apa-apa, cuma penasaran aja" jawab nya.
"habis ini aku mau ke kelas, kamu mau kemana?" tanyaku.
"kayak nya ikut aja, lagipula, aku mau lihat keseharian kamu gimana"jawab Silvia.
" terserah kamu aja" ujar ku pasrah, geng cowok pasti bakalan naruh dendam pada ku.
* pulang sekolah *
" rumah kamu dimana?" tanyaku. Saat ini kami sedang pulang sekolah bersama.
" komplek anggrek merah, emangnya kenapa?" tanya sivia.
" enggak, cuma penasaran aja kenapa kamu berjalan kearah yang sama" jawabku.
" bener juga ya, emang rumah kamu ada dimana?" tanya silvia.
" masih searah, cuma pas sampai gerbang komplek udah harus belok kanan" jawabku.
" berarti bisa berangkat sama pulang berdua kan?" tanya silvia.
" kalau kamu nya gak masalah, aku sih ok aja" jawabku.
" tapi cara kamu nanya tadi bisa bikin orang salah paham" sambung ku.
" beneran?, kamu nya salah paham ya" tanya silvia dengan senyum jail.
" itu tidak menimbulkan efek apa-apa bagiku, tapi orang lain yang dengar bisa jadi salah paham" balas ku.
" ooo gitu ya, eh udah sampai gerbang aja, kamu mau bertamu dulu?" tanya silvia.
" enggak dulu, nanti kapan-kapan aja" jawabku.
" yaudah deh, aku masuk dulu. sampai jumpa besok" ucapnya, aku membalas dengan anggukan.
" bener-bener suatu keajaiban" monolog ku.
antara komplek perumahan anggrek merah dengan rumah ku hanya diselang oleh 3 rumah. sesampainya dirumah, aku mandi, berganti pakaian lalu pergi menuju ke kantor petugas sipil ASSASSIN, tempat dimana aku bekerja sebagai petugas sipil.
" ini dia pahlawan kita, bagaimana dengan mangsa hari ini?" tanya Renaldi, ketua ASSASSIN begitu aku membuka pintu.
" hanya satu, guardiola model ant peringkat E. gara-gara nya aku harus berdiri di koridor sekolah lagi" ujarku.
" bukannya itu sudah biasa?, lagi pula salah mu sendiri tidak memberitahu pihak sekolah tentang pekerjaan mu ini" sahut Nadia asisten Renaldi. ngomong -ngomong dia seangkatan dengan ku, cuma beda kelas.
" tidak, itu hanya akan menimbulkan masalah baru bagi ku" balasku.
" kalo udah putusin gitu, ngapain ngeluh lagi?, pegang dong ucapannya" kata nadia.
" iya bawel, lagian siapa yang minta nasehat sama kamu" kesal ku.
" udah jangan berantem lagi" kata Renaldi menengahi.
aku menarik kursi lalu duduk, baru menyampaikan maksud kedatangan ku.
" aku kesini, hanya mau tanya apa ada laporan serangan dari Guardiola model ant ditempat lain?"
" sepertinya tidak ada, benarkan Nadia?"
" iya, tidak ada laporan dari warga atau petugas sipil lain kalo guardiola model ant menyerang" jawab nadia.
" jadi gini, bukannya Guardiola model ant itu tipe pengeroyok ya?. tapi kenapa bisa yang muncul hari ini cuma seekor?, tidakkah itu aneh?" tanya ku.
" bener juga, apa mungkin terpisah dari kelompok nya?" terka renaldi.
" kalaupun iya, bukannya berarti itu ada sekelompok Guardiola model ant lain di sekitar kota kita ini?, dan ada kemungkinan akan ada invasi dari guardiola model ant?, dan jika itu sampai terjadi, yang menjadi komandan nya pasti guardiola peringkat A atau S. bukannya itu berbahaya?" tanya ku.
" benar juga. skenario terburuk nya kejadian Semarang berapi akan terulang kembali" ujar Renaldi.
" tapi ini baru kemungkinan nya kan?, belum tentu benar juga" sahut Nadia.
" tidak ada salah nya untuk mempersiapkan diri dari hal-hal berbahaya seperti ini" balasku.
" Nadia, coba laporkan hal ini ke pusat , tanyakan apa ada pergerakan dari guardiola tipe ant dalam jumlah banyak" perintah Renaldi.
" baik" Nadia langsung fokus ke komputer nya.
" andai kejadian itu terulang lagi, entah berapa banyak nyawa yang terenggut lagi" ujar Renaldi.
" tidak akan ku biarkan kejadian itu terulang kembali, aku akan mencegah nya walaupun nyawa taruhan nya" balasku dengan raut wajah serius.
" mungkin aku harus terjun lagi ke lapangan" gumam Renaldi sembari melihat ke jendela.
" tapi kamu mengalami gagal ginjal kan?, jangan membahayakan diri mu lagi" kataku.
" namun jika kekuatan dari petugas sipil yang aktif tidak cukup, maka kami yang sudah pensiun harus ikut turun dalam medan perang" balas renaldi.
" akan ku pastikan kamu tidak perlu turun dalam perang ini" ucapku, Renaldi hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapanku.
" kepastian nya aja belum, udah bahas perang aja" sahut Nadia yang telah melakukan yang diperintahkan Renaldi.
" yaudah, ayo kita makan siang dulu, kamu belum makan kan Ken?" tanya Renaldi.
" belum" jawabku.
" dasar gak tau malu, kerja nya cuma bisa numpang makan aja" kata Nadia.
" biarin, lagian aku udah membunuh satu guardiola lagi hari ini, bukannya aku udah nepatin perjanjian kita" balasku.
"humph" nadia menggembungkan pipinya.
" lagian, bukannya kamu senang ya kalo aku makan di sini?" goda ku.
" siapa bilang?, kamu nya aja yang kegeeran" balas Nadia.
" yaudah, ayo kita makan di luar, biar aku yang traktir kali ini" kata Renaldi.
" beneran nih?, gak perlu masak hari ini" kata Nadia girang.
" dasar pemalas" ejek ku, Nadia mengeluarkan lidahnya sebagai balasan.
kami lalu turun untuk makan siang di kafe dekat kantor, kami memilih duduk di lantai 2. agar melihat kondisi sekitar.
" terimakasih kak" ucapku kepada pengantar pesanan.
" jadi, bagaimana tanggapan dari pusat?" tanya Renaldi sembari mengambil sendok.
" mereka mengabaikannya. kata mereka "tidak mungkin semut itu berkumpul tanpa sepengetahuan radar pusat, hanya kebetulan semut itu muncul sendirian " jawab Nadia.
" mengabaikan tanpa memeriksa?" tanya ku, Nadia menganggukkan kepalanya.
" lalu apa yang akan kita lakukan?, menyerah atau berusaha sendiri?" tanya Nadia.
" aku ikut bagaimana si bos" jawabku.
" kalo menurut ku, kita harus mencoba mencegah nya sendiri. ini bukan untuk mencari perhatian loh, tapi untuk melindungi kota kita ini" kata Renaldi.
" aku setuju. Tapi banyak hal yang harus kita perhatikan, juga ada banyak kemungkinan kenapa Guardiola model ant ini memilih kota ini" ujar ku.
" bener,mari kita bahas kembali tentang rencana di kantor, untuk sekarang mari kita makan dulu" sambung Renaldi.
'
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!