Lalu lalang kendaraan mengiringi jalannya Kaluna menuju halte tempatnya menunggu bus. Kedua kakinya terus berjalan menyusuri trotoar. Sampai disana ia masih harus menunggu bus yang belum datang. Mengelap dahi yang penuh dengan keringat sambil menghalau matahari yang sangat terik menerpa wajahnya di siang hari ini.
Sekarang Kaluna sedang menunggu bus tujuan taman kota menunggun sambil berdiri dan matanya terus memindai datangnya bus yang tak kunjung datang. Wanita itu terus memperhatikan kedaraan yang lewat didepannya dengan senyuman kecil menghiasi bibirnya.
Tujuan Kaluna pergi ke taman kota adalah untuk menenangkan dirinya yang sedih karena ter PHK dari tempat pabrik kerjanya. Wanita itu ingin menghirup udara segar di taman supaya hatinya merasa lebih baik.
Setelah berdiri lama akhirnya bus yang di tunggu telah tiba, wanita itu segera menaiki bus yang akan segera melaju menuju taman kota. Perasaan sedih mengiringinya menuju taman kota hatinya sedih harus ter PHK padahal itu adalah satu-satu nya tempat ia bisa menghasilkan uang. Kemana lagi ia harus bekerja dengan modal ijazah SMA.
Sesampainya di teman kota, wanita itu segera menuju kursi tempat yang biasa wanita itu duduki kala ia sedih. Helaan nafas panjang mengiringinya saat akan duduk. Perasaan nya sedang tidak baik-baik saja, ia bingung bagaimana menyampaikannya pada kedua orang tuanya. Wanita itu takut jika masalah ini menjadi beban pikiran bagi orang tuanya.
"Kenapa kadang merasa hidup gak adil ya," gumam wanita itu pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa hidupnya tak adil karena selalu mendapatkan hal yang buruk. Dari mulai pekerjaan, rumah tangganya, dan kaluarganya.
Karena tak kunjung merasa baik kedua kakinya berdiri guna berjalan mengelilingi taman kota ini. Wanita itu terus menyusuri taman kota melihat banyaknyha orang yang berlalu lalang. Dirinya kan merasa lebih baik jika melihat keramaian. Tetapi tiba-tiba ia berhenti setelah melihat satu objek yang membuat dadanya makin sesak. Rasa sesak itu ketika melihat seorang anak kecil laki-laki memegang sebuah balon dan tangannya menggandeng ibunya. Ya, hanya melihat anak memegang balon membuat hatinya sesak.
Tak ingin menangis di keramaian membuatnya segera pergi dari sana. Wanita itu sedang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Karena berjalan sambil melamun mebuatnya terkejut saat mendengar suara jatuh tak jauh darinya. Karena bisikan hatinya wanita itu langsung enuju suara jatuh itu dan ternyata terdapat seorang anak kecil yang terjatuh. Kedua tangannya langsung membantunya berdiri.
"Hallo adek ,ada yang sakit gak," Tanya Kaluna sambil membantunya berdiri dan membersihkan baju sang anak yang kotor karena jatuh tadi.
"Adek sama siapa kesini," tanya Kaluna lagi karena tak melihat siapa-siapa di sekitar anak itu.
Tapi tidak ada satupun pertanyaan yang di jawab oleh anak itu. Melihat itu Kaluna tersenyum memaklumi.
Akhirnya Kaluna menatap bola mata anak itu dan lagi-lagi hatinya merasa sangat menyesakkan. Hatinya da yang mengganjal setelah melihat anak itu. Ada perasaan kerinduan yang tak bisa tersampaikan.
"Kalau Athan sama bunda pasti seumuran anak ini, bunda kangen Athan nak," cicitnya pelan dan hanya dirinya sendiri yang mendengar.
"Den Athan gak kenapa-kenapa kan, maafin mbak ya,"
Sebuah pertanyaan suara itu membuat Kaluna terdiam. Saat itu ia langsung menoleh dan melihat ada seorang wanita berjalan tergesa-gesa menghampiri mereka. Dari pakaiannya Kaluna tau bahwa wanita itu adalah seorang babysitter.
"Ada yang sakit gak den," tanya wanita itu lagi. Kaluna hanya diam sambil memperhatikan wanita itu yang terus bertanya pada anak majikannya itu. Kaluna hanya bisa melihat itu dengan hati yang penuh tanda tanya. Apakah benar anak yang didapannya adalah anaknya. Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"Makasih ya mbak udah nolongin, ini anak majikan saya baru bisa lari jadinya pengin lari terus," Wanita tadi berterima kasih pada Kaluna sambil menggendong anak laki-laki tadi.
Kaluna hanya menjawab dengan anggukan. Mulutnya terasa kelu untuk berbicara. Hatinya terus mengatakan bahwa anak tadi adalah anaknya.
"Sekali lagi saya berterima kasih ya mbak," ucap wanita tadi sambil berjalan meninggalkan Kaluna.
Melihat wanita dan anak tadi pergi membuat tanpa sadar mengikuti kemana mereka pergi. Sampai dimana mereka berhenti matanya membola disana ada mantan mertuanya. Jadi anak yang tadi benar adalah anaknya. Hatinya terus berbicara. Rasa kerinduan yang mendalam terpancar diwajahnya. Ingin sekali ia menghampiri anaknya dan menggendongnya. Tapi ia tak memiliki keberanian itu. Ia takut akan di caci maki seperti dulu lagi. Padahal dulu ia tak pernah melakukan perselingkuhan tapi entah dari mana datangnya tuduhan yang mengatakan bahwa ia selingkuh dari Nathan mantan suaminya itu. Keluarga yang tak setara dengan mereka membuat ia kalah di persidangan dan tak mendapatkan hak asuh anaknya yang saat itu baru berumur delapan bulan.
"Athan anak bunda, bunda rindu Athan" gumamnya yang hanya dia sendiri yang mendengar. Kaluna merasa sangat rindu dengan anaknya tapi apalah daya ia tak bisa menghampirinya. Melihat anaknya tumbuh sehat sudah membuat hatinya sedikit bahagia.
Tanpa sadar air matanya mengalir deras. Wanita itu tak menyangka akan bertemu dengan anaknya yang telah lama tak bertemu. Pertemuan yang hanya sebentar saja sudah mengobati sefikit rasa rindu di dalam hatinya.
"Athan sudah besar nak, bunda sangat rindu Athan," hatinya terus berbicara.
"Anak bunda tumbuh dengan sehat, bunda doakan Athan jadi anak yang sukses di kemudian hari, maafin bunda ya nak tidak menemani tumbuh kembang Athan, tapi bunda akan selalu mendoakan Athan dari jauh, bunda sayang Athan," Kaluna berbicara lirih sambil melihat kepergian Athan bersama sang neneknya.
Setelah melihat sang anaknya telah pergi, tungkai Kaluna berjalan meninggalkan taman kota dengan sedikit air mata diwajahnya. Wanita itu senang bisa bertemu dengan anaknya tapi ia juga sedih karena hanya bisa melihat sebentar tanpa bisa menggendongnya dan mengajaknya bermain.
Pulang menuju rumah dengan kehampaan. Hatinya masih terasa sakit terbayang wajah sang anak yang bisa ia rawat sampai umur delapan bulan saja. Melewati setiap pertumbuhan sang anak membuatnya merasa sesal. Kenapa dulu ia tak berjuang mempertahankan sang anak. Mau berjuang tapi hasilnya akan tetap kalah dengan uang.
Kaluna dan orang tuanya hanya bisa pasrah saat di persidangan hari itu. Tidak ada kata perpisahan dengan anaknya. Ia langsung diusir tanpa boleh berbicara dengan sang anak.
Sekarang ia hanya bisa berdoa supaya ia bisa dipertemukan lagi dengan anaknya kelak. Semoga hal itu terjadi ia akan sangat senang jika benar terjadi. Kedua orang tuanya juga pasti akan senang bisa melihat cucunya kembali.
...----------------...
Kaluna pulang dari taman dengan menggunakan bus kota. Di dalam bus Kaluna menangis dalam diam. Wanita itu takut menjadi pusat perhatian jika menangis didalam perjalanan. Beruntung hari ini Kaluna duduk bersampingan dengan orang yang bodoamat dengan lingkungan sekitar, jadi tidak membuat Kaluna malu.
Setibanya di rumah, Kaluna berusaha untuk terlihat biasa saja. Tadi sebelum bus akan sampai Kaluna terlebih dahulu merapikan penampilannya, walaupun jejak menangisnya masih terlihat tapi lebih baik dari sebelumnya. Kaluna hanya takut akan di tanyain macam-macam oleh ibu dan ayahnya. Tapi Kaluna sudah menyiapkan jawaban.
Kedua kakinya masuk ke dalam rumah, disana Kaluna melihat ayah dan ibunya sedang duduk santai sambil menonton televisi. Hal itu membuat nafas Kaluna seolah terhenti sebentar ada rasa takut di hati Kaluna.
"Assalamualaikum yah.....bu," Kaluna memberi salam.
"Waalaikumsalam nak," ucap kedua orang tua kaluna.
"Duduk sini nak," ajak ibunya. Kaluna mengikuti ajakan ibunya dan langsung duduk di depan orang tuanya.
"Tumben nak jam segini sudah pulang, biasanya sore nak," ayah Kaluna bertanya heran melihat Kaluna sudah pulang.
"Mukamu kenapa kok kaya habis nangis, kamu kenapa nak," belum Kaluna sempat menjawab pertanyaan ayahnya, ibunya langsung membor bardir pertanyaan yang sudah pasti Kaluna akan dapatkan.
"Yah,bu...ada yang Kaluna ingin sampaikan kepada kalian,"
"Kaluna ter PHK dari pabrik tempat Kaluna bekerja, karena pabrik sedang mengalami banyak kerugian jadi harus mengurangi banyak pegawai, nah salah satunya Kaluna, jadi ini yang membuat kaluna pulang cepet dan membuat Kaluna ya...bu," Kaluna menjelaskan dengan ada kebohongan dan kebenaran didalamnya.
Ayah dan ibu Kaluna yang mendengar itu terkejut. Tapi mereka tetap tersenyum guna menenangkan Kaluna agar tidak lebih sedih lagi.
"Enggak apa-apa nak, ayah masih bisa biayaan keluarga ini, kan kita masih ada sedikit sawah yang bisa menghasilkan uang" ucap ayah pada Kaluna.
"Tapi aku gak mau ngerepotin ayah," kata Kaluna sedih. Ia tak mau lagi merepotkan orang tuanya lagi semenjak bercerai sampai sekarang Kaluna masih tinggak bersama kedua orang tuanya.
"Siapa bilang ngerepotin ayah, kamu kan anak ayah jadi gak ada yang namanya repot," kata ayah yang merasa tak di repotkan Kaluna.
"Tapi aku nanti bakalan tetap cari kerjaaan supaya biasa bantu ayah sama ibu lagi, mau jadi pembantu atau di warung makan Kaluna gak papa biar Kaluna tetap bisa kerja" kekeh Kaluna.
"Iya nak, sekarang Kaluna masuk ke kamar istirahat ya,"
"Kaluna masuk kamar dulu,"
Kaluna menuju ke kamar yabg ada di dekat ruang tamu. Tas yang menggantung di bahunya ia lepas dan segera iya gantung di belakang pintu. Kemudian ia baringkan tubuhnya ke kasur. Ter PHK nya dia dari pekerjaan serta pertemuan yang tak sengaja dengan anaknya terus berputar dalam otaknya membuat tubuhnya lelah.
"Athan tumbuh dengan sangat baik, pasti mas Nathan merawatnya dengan penuh kasih sayang," batin Kaluna berbicara. Kemudian ia segera bangun dari kasur guna mengambil dompet disana, dibukalan dompet itu dan terpampang jelas foto Athan saat baru lahir.
Hari-hari Kaluna di penuhi dengan rasa kangen yang amat terdalam pada anaknya. Foto bayi itu yang hanya tersisa bagi Kaluna. Setiap hari ia pasti akan memandangi foto anaknya dan berharap bisa memeluk anaknya. Waktu itu Kaluna di usir begitu saja tanpa pamit dengan anak dan suaminya.
Kaluna masih ingat, ketika keluarga suaminya menuduhnya selingkuh. Ia sangat terkejut dan tak percaya karena setelah melahirkan ia tak pernah keluar dari rumah. Saat itu sang suami sedang berada di luar kota dan anaknya yang sedang tidur.
Ketika itu ibu mertua menunjukan sebuah foto dimana ia sedang memeluk seorang laki-laki yang tak dia kenali. Kenal saja tidak apalagi sampai berpelukan itu sangat mustahil. Tapi ibu mertua Kaluna percaya pada foto itu dan langsung mengusir Kaluna dari rumah dan tidak boleh membawa barang apapun.
Saat Kaluna sampai di depan pintu ternyata adik iparnya mengikuti. Dia berkata bahwa rencananya berhasil mengusir Kaluna dari rumah. Hal itu membuat Kaluna sedih ternyata pengusirannya sengaja di lakukan oleh adik ipar.
Memang benar kata orang tua, menikahlah dengan yang sederajat maka kamu akan dihormati. Keluarga Nathan yang merupakan keluarga kaya, mapan dan terpandang. Sedangkan Kaluna hanya anak petani. Hal itu yang membuat adik Nathan tak mau memiliki kakak ipar seperti Kaluna.
Pernikahan antara Kaluna dan Nathan di pisahkan begitu saja olwh ibu mertuanya. Ibu mertuanya melaporkan foto itu pada Nathan dan ditambah lagi cerita karangan adiknya membuat Nathan murka. Pertengkaran akhirnya terjadi Nathan dan Kaluna resmi berpisah beberapa bulan kemudian.
Kaluna dan Nathan terbilang menikah muda. Dulu Kaluna dan Nathan kenal semasa SMA. Mereka berkenalan dan akhirnya pacaran. Setelah lulus SMA hubungan mereka tetap berlanjut Nathan yang melanjutkan kuliah sedangkan Kaluna membantu mencari uang sang ayah dengan bekerja jadi penjaga toko. Beberapa tahun kemudian Nathan mengajak menikah Kaluna. Saat meminta restu menikah, mereka tidak dapat restu keluarga Nathan yang menentang pernikahan itu terutama sang adik. Mereka menganggap Kaluna tidak sedrajat dengan mereka. Karena tak kunjung mendapatkan restu membuat Nathan mengancam keluarganya akan keluar dari rumah. Mendengar hal itu akhirnya sang keluarga meresetui.
Setelah menimah kehidupan Kaluna tak mulus. Ia tetap mendapatkan perlakuan tidak baik dari adik iparnya. Puncaknya yaitu Ketika adik iparnya membuat alur seolah Kaluna melakukan perselingkuhan. Tapi Kaluna sudah memaafkan itu semua. Yang terpenting saat ini adalah ia harus bertemu dengan mantan suami menjelaskan semua kesalah pahaman ini. Setelah itu ia akan hidup dengan tenang.
"Nak bunda bersyukur bisa melihat kamu walau hanya sebentar. Bunda seneng kamu tumbuh menjadi anak yang pinter dan sehat. Tapi bunda juga sedih kamu gak ngenalin bunda. Bunda berdoa suatu saat kita akan ketemu lagi dan bunda bisa memeluk kamu. Bunda sayang Athan."
"Semoga saja kita bisa bertemu mas, aku ingin menjelaskan kesalahpahaman antara kita berdua. Aku ingin hidup tenang tanpa harus merasa bersalah setiap waktunya. Jika kamu sudah menemukan tembatan hati yang lain aku ikhlas asalkan dia bisa menyayangi Athan seperti anaknya sendiri," gumam Kaluna yang masih merasa ada yang membuat hidupnya tidak tenang sebelum menjelaskan permasalahan yang tidak pernah ia lakukan. Masih menjadi pertanyaan di benak Kaluna mengapa adik iparnya memfitnahnya, padahal ia tak pernah melakukan kesalahan apapun padanya. Ya sudah lah semoga adik iparnya sekarang sudah berubah menjadi orang baik agar tidak memfitnah orang yang tidak dia sukai.
Terik matahari siang hari ini begitu menyengat tubuh. Kaluna sedang berjalan di trotoar untuk mencari pekerjaan. Berbekal pengalaman dan ijazah SMA yang di milikinya. Sudah lebih dari lima jam Kaluna berjalan mencari pekerjaan tapi tidak ada satupun yang sedaang membuka loker. Tetap semangat dan pentang menyerah menjadi kunci wanita itu tetap mencari pekerjaan.
Kaluna berhenti di sebuah warung yang jauh dari dirinya. Wanita itu akan singgah sebentar untuk membeli minum guna menghilangkan rasa haus yang mendera. Mengambil air mineral lalu menegaknya membuat tenggorokan Kaluna merasakan segar.
Sebenarnya, tadi saat ingin keluar mencari pekerjaan Kaluna sudah di larang oleh orang tuanya. Mereka mengatakan Kaluna tak perlu terburu-buru mencari pekerjaan karena hasil sawah milik ayahnya masih cukup menghidupi mereka. Tapi yang namanya Kaluna adalah orang yang begitu keras kepala jadi ia terus membujuk orang tua nya yang pada akhirnya di ijinkan.
"Ternyata nyari kerjaan jaman sekarang susah-susah ya," tutur Kaluna pada diri sendiri.
Saat ini Kaluna sedang duduk di pelantaran ruko kosong. la akan mengistirahatkan diri sebentar sebelum melanjutkan mencari pekerjaan lagi. Kedua iris matanya memandang jalanan di depan banyak sekali kendaraan yang sedang berlalu lalang. Tak ingin berlama-lama istirahat ia memutuskan untuk mencari pekerjaan lagi.
Kaluna berjalan terus menerus dan sudah beberapa toko ja tanyakan tapi ternyata tidak ada satupun yang sedang membutuhkan. Tak sengaja matanya melihat seorang wanita paruh baya yang sedang kesusahan membawa barang belanjaannya. Karena tak tega ia memutuskan untuk membantunya.
"Permisi," sapa Kaluna yang membuat wanita paruh baya itu menghentikan jalannya dan menoleh pada Kaluna.
"Eh iya mbak ada apa? Tanya wanita paruh baya itu pada Kaluna.
"Ehm tadi saya lihat ibu sepertinya kesusahan membawa barang belajaan, kalau boleh saya bantu ya bu," jawab Kaluna pada wanita paruh baya tadi.
"Emang tidak merepotkan mbak," tanya wanita paruh baya.
"Sama sekali tidak bu, ibu ini mau di bawa kemana," kata Kaluna sambil bertanya.
"Terimakasih ya mbak, ini saya mau bawa ke depan sana sambil nunggu taksi,"
"Owh gitu mari saya bantu ya bu"
Kaluna dan wanita tua tadi berjalan hingga sampai tempat yang wanita tua itu maksud.
"Sekali lagi terima kasih ya mbak sudah membawakan barang belanjaan ibu," kata wanita tua tadi.
"Iya bu sama-sama," jawab Kaluna.
"Ngomong-ngomong mbak nya dari mana, saya perhatikan pakai mbak nya rapi sekali," tanya wanita tua itu ketika memperhatikan pakaian Kaluna yang memakai kemeja putih dan rok span hitam.
"Saya dari cari kerja bu," jawab Kaluna seadanya.
"Apa sudah ketemu mbak," tanya wanita tua itu
"Belum bu, namanya juga jaman sekarang susah buat cari kerja, apa ibu punya loker,"
"Sebenarnya majikan saya sedang membutuhkan satu pembantu lagi, apa mbak nya berkenan," kata wanita tua.
"Mau bu saya mau," kata Kaluna semangat.
"Beneran mau mbak? Cuma jadi pembantu?" wanita tua itu memastikan.
"Beneran bu, sebelumnya nama saya Kaluna bu," kata Kaluna sambil bersalaman dengan wanita tua tadi.
"Nama saya Tati, salam kenal, baik kalau mbaknya mau besok datang ke alamat ini ya mbak, "kata wanita tua tadi sembil menyodorkan kertas berisi alamat rumah majikannya.
"Baik bu terimakasih,"
"Kalau gitu saya pergi dulu ya mbak, taksi saya sudah datang,"
"Iya bu hati-hati,"
Setelah kepergian ibu Tati, Kaluna langsung berjalan pulang ke rumahnya.
"Alhamdulillah akhirnya dapat kerjaan, gak apa-apa deh jadi pembantu yang penting uang nya halal," tutur Kaluna dalam hati.
*****
Setelah sampai di rumah Kaluna langsung memberitahu orang tuanya bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu. Mendengar itu orang tua nya tak mengizinkan nya karena bekerja jadi pembantu itu berat. Karena Kaluna yang terus memohon dan membujuk, membuat sang ayah yang bernama Budi akhirnya dengan berat hati mengizinkan Kaluna bekerja jadi pembantu, begitupun dengan sang istri Mita yang ikut kata suami saja.
Malam hari nya Kaluna sedang duduk bersantai di atas kasur sambil memandangi foto anaknya.
"Nak hari ini bunda sudah dapat pekerjaan baru lagi, tapi bunda minta maaf karena bunda hanya bekerja jadi pembantu," ucap Kaluna sambil memandangi foto anaknya.
"Bunda berharap ketika besar nanti Athan tidak malu karena pekerjaan bunda," sambungnya lagi.
"Bunda rindu sekali sama kamu nak, ingi sekali rasanya bunda memeluk kamu, Semoga di lain kesempatan kita bisa bertemu lagi ya nak,"
Tok...tok...tok...
Bunyi suara pintu mengalihkan pandangan Kaluna terhadap foto sang anak. Segera ia simpan kembali dan membukakan pintu kamar.
Klek...
"Nak boleh ibu masuk?" tanya ibu.
"Boleh bu masuk aja," jawab Kaluna sambil menyingkirkan badannya dari depan pintu.
"Ibu hanya mau bilang apa kamu yakin nak bekerja jadi pembantu," sang ibu mengutarakan pertanyaan.
"Iya bu Kaluna yakin, lagi pula ini satu-satu nya pekerjaan yang Kaluna dapat, jaman sekarang sudah susah bekerja dengan modal ijazah SMA bu," Kaluna yakin dengan jawabannya.
Melihat keyakinan di mata anaknya membuat Mita harus percaya dengan keputusan anaknya.
"Ibu hanya bisa mendoakan supaya kamu selalu bahagia ya nak, jika gak kuat kerjanya kamu bisa keluar dari sana nak, ayah sama ibu masih bisa biayain kamu," tutur Mita pada Kaluna.
"Iya bu terimakasih, maaf juga Kaluna selalu ngerepotin ibu sama ayah, padahal Kaluna sudah besar," Kaluna memeluk Mita sebagai rasa sayang anak terhadap ibunya.
"Ibu sama ayah gak pernah ngerasa di repotin kamu nak, kamu anak ibu satu-satunya," kata ibu.
Tak sengaja mata mita melihat dompet yang berisi foto cucunya.
"Kamu lagi kangen Athan ya," tanya ibu tiba-tiba.
"Setiap hari Kaluna kangen bu," kata Kaluna sedikit mengeluarkan air mata.
"Kamu doain ya anak kamu supaya selalu sehat, ibu berdoa jika suatu saat kamu bisa berkumpul lagi sama anak kamu," kata Mita.
"Iya bu setiap hari Kaluna doain Athan, Kaluna berharap kita bisa bertemu lagi,"
"Pasti kamu pasti bisa bertemu lagi, ibu yakin itu," kata Mita yakin.
"Ya udah kamu tidur gih sudah malam, katanya besok mau datang ke tempat kerja," suruh ibu pada Kaluna.
"Iya bu, ibu juga istirahat ya,"
"Iya ibu juga mau istirahat, selamat malam," Mita langsung keluar dari kamar Kaluna.
Begitu juga dengan Kaluna yang langsung berbaring di kasur untuk segera tidur supaya besok tidak bangun kesiangan mengingat hari pertama kasih kesan yang baik supaya di terima kerja oleh majikannya nanti.
"Semoga hari esok lancar," doa Kaluna untuk hari besok.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!