NovelToon NovelToon

Cinta Kembarku

Episode 1

Pembantu baru

Hai, kakak reader penggemar DUREN MANIS jumpa lagi kali ini di CINTA KEMBARKU. Waktu cepat banget berlalu ya. Si kembar udah dewasa aja nich. Masih kangen waktu mereka unyu-unyu dulu. Semoga kakak reader

sekalian makin betah mampir ke sequel DUREN MANIS kali ini.

*****

Rava dan Reva, putra kembar Alex dan Mia kini sudah tumbuh dewasa. Mereka sedang kuliah di salah satu universitas favorit di kota itu. Keduanya sudah semester 5 dan sebentar lagi magang kerja.

Alex dan keluarganya sudah pindah ke rumah baru mereka yang dekat dengan kantor Alex. Ia selalu menyempatkan diri pulang untuk makan siang bersama Mia dan anak-anaknya.

...Flash back on...

Alex yang merasa rumah lama mereka tidak cukup besar untuk seluruh keluarganya, diam-diam membangun sebuah rumah yang sangat besar untuk Mia.

Rumah impian Alex dengan 12 kamar tidur, kolam renang dan halaman yang luas untuk barberque. Alex menjual beberapa aset tanahnya untuk bisa mewujudkan rumah impian itu karena tidak mungkin dirinya memakai uang simpanannya. Mia tahu semua jumlah uang simpanan dan deposito mereka.

Ketika rumah itu akhirnya selesai, Alex memberinya kejutan dengan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan mereka di rumah baru yang dikira Mia sebagai rumah baru milik Riri. Alex dan Mia datang kesana

sebagai tamu undangan open house rumah baru Riri.

Saat MC memanggil Mia ke depan untuk memberikan sesuatu, Mia maju ke depan dengan wajah bingung. Ia tersenyum pada semua orang yang hadir disana. “Ri, ada apa? Kenapa mama dipanggil ke depan?”

Riri menggeleng, “Tanya papa aja, mah.”

Ditengah kebingungan Mia, Alex tiba-tiba muncul sambil membawa sebuah kotak kecil di tangannya. Alex berlutut di depan Mia, menggenggam tangan wanita itu. “Mas ngapain?”tanya Mia bingung.

“Mia sayang, makasih sudah mau menemani Om tua ini selama 20 tahun kehidupan pernikahan kita. Memberiku dan anak-anak kita kebahagiaan yang melimpah. Apapun yang kumiliki tidak akan berarti kalau

hidupku tanpa kehadiranmu. Mia, terimalah kado pernikahan ini.”

“Kado pernikahan? Mas inget?”kata Mia dengan mata berkaca-kaca.

Sejak pagi suaminya itu mengabaikannya dengan pura-pura sibuk mau meeting sampai malam. Padahal hari itu adalah hari ulang tahun pernikahan mereka. Mia tidak pernah meminta terlalu banyak, ia akan sangat senang kalau mereka berdua bisa keluar makan makan sambil mengobrol saja.

Alex memberikan kotak dari beludru hitam itu pada Mia, ia menghapus air mata bahagia yang sempat menetes membasahi pipi Mia dengan ibu jarinya. “Mas, ini apa?”tanya Mia.

“Buka, sayang.”kata Alex. Kening Mia mengkerut melihat benda seperti cincin tapi bentuknya agak aneh. Mia mengeluarkan benda itu. “Kunci? Ini kunci apa, mas?”

Tak! Tak! Confeti bertebaran dimana-mana. “Surprise!!!”teriak seluruh keluarga Alex dan Mia bersamaan. Kain tipis yang tadinya menutupi dinding di belakang mereka terlepas dan menampilkan foto seluruh keluarga mereka yang terpasang disana.

Foto Mia berada di tengah dengan Riri dan Rio duduk mengapitnya. Rara duduk di samping Riri dan Alex duduk disamping Rio. Gadis tampak berdiri di belakang Rio. Elo berdiri di belakang Riri dan Arnold di belakang

Rara. Si kembar Rava dan Reva masing-masing tampak berdiri di belakang Mia dan Alex. Sedangkan cucu Mia dan Alex tampak berfoto dengan orang tua mereka masing-masing.

“Mas, ini...”kata Mia ragu.

“Rumah ini milik kita, sayang. Kamu ratuku, ibu dari anak-anakku, nyonya di rumah ini. Mulai sekarang kita tinggal disini.”kata Alex mendekatkan wajahnya pada Mia.

“Oh, mas. Uang darimana mas? Mas beli atau bangun?”tanya Mia.

“Aku jual beberapa tanah yang kubeli sebelum kita ketemu, sayang. Uangnya cukup untuk bangun rumah ini. Aku gak berani ambil uang simpanan kita, nanti kamu curiga. Trus kejutannya bubar dech.”jelas Alex.

Mia merangkul leher Alex, mereka mendekat dan berciuman di depan semua orang. Tepuk tangan riuh mulai memenuhi ruangan pesta itu. Mia dan Alex berpelukan setelah ciuman mereka.

Satu persatu Rara, Arnold, Riri, Elo, Rio, Gadis maju ke depan untuk memberi ucapan selamat pada Mia dan Alex.

...Flash back off...

Siang itu, sepulang si kembar dari kuliah, Reva meletakkan tasnya di atas karpet ruang keluarga. Ia menjatuhkan dirinya di tumpukan bantal. Rava yang menyusul masuk, menendang kaki Reva.

“Woi, jangan tidur disini. Ganti baju dulu di kamar, sana. Ntar papa dateng, kelar lo.”kata Rava.

“Iya, ntar. Gue ngantuk. *****.”kata Reva balas menendang kaki Rava.

“Begadang dah trus, habisin tuch game.”

“Berisik! Udah sana.”usir Reva yang hampir molor.

Semilir angin dari kipas angin dan rimbunnya pepohonan di samping jendela ruang keluarga membuat suasana mendukung untuk tidur. Semakin menenggelamkan Reva ke dalam alam mimpi. Laki-laki tampan itu

mengambil posisi yang paling nyaman membawanya semakin terlelap.

Nguungg! Nguuuggg! Suara mesin penyedot debu mengganggu Reva yang hampir mimpi. “Argghh!! Sapa sich?!”seru Reva ngamuk.

Matanya mengerjap melihat sesosok gadis mungil sedang menggunakan mesin penyedot debu di dekat Reva tidur. Ditelinganya ada headset yang tersambung ke ponselnya. Ia menggerakkan kepalanya bersamaan

dengan irama musik yang didengarnya.

“Woi!! Berisik!”teriak Reva pada gadis itu.

Gadis itu masih asyik mengerjakan pekerjaannya, ia tidak mendengar teriakan Reva. Reva yang kesal, menekan tombol di mesin penyedot debu hingga mesin itu mati. Gadis itu kebingungan sendiri kenapa

mesinnya tiba-tiba mati. Ia berbalik dan menabrak Reva yang berdiri di belakangnya.

“Aduch!”pekik gadis itu memegangi hidungnya yang menabrak dada bidang Reva. “Punya mata gak sich! Eh... kamu!!”teriak gadis itu. Gadis itu menarik headset di telinganya.

Serr! Darah Reva berdesir melihat wajah cantik gadis mungil di hadapannya. ”Gila! Dia cantik banget. Eh, kok kayaknya pernah liat dimana ya?” Reva menatap tak berkedip pada gadis yang sedang melotot padanya.

“Siapa kamu?”tanya Reva. “Siapa namamu?”

“Ish, udah buat salah, gak minta maaf lagi. Sekarang malah minta kenalan.” gerutu gadis itu.

“Maaf? Buat apa? Bukannya kita baru ketemu sekarang?” Jiwa playboy Reva langsung menggeliat melihat tingkah gadis di depannya.

“Kamu lupa? Bisa gitu kamu lupa gitu aja? Dasar kurang ajar!” maki gadis itu.

Kening Reva mengkerut, ”Lupa apa? Emangnya aku ada salah sama dia?” “Emang kita pernah ketemu sebelumnya?”tanya Reva masih penasaran.

Gadis itu malah memasang headsetnya lagi dan menghidupkan penyedot debu lagi. Reva menarik lengan gadis itu, ia menarik lepas headset dari telinga gadis itu.

“Aku masih ngomong sama kamu. Siapa namamu? Kita pernah ketemu dimana?” kejar Reva.

Gadis itu menarik lengannya, ia menendang tulang kering Reva dengan sadis. “Addoww!! Sialan! Sini kamu!” teriak Reva mengejar gadis itu. Mereka berkejar-kejaran di sekitar ruang keluarga itu.

“Eh, ada apa ini? Flora, Reva, kenapa kalian main kejar-kejaran?” tanya Mia yang baru keluar dari dapur.

“Mah, siapa sich dia? Dia berani nendang kakiku.” adu Reva dengan wajah kesal.

“Reva, kenalin ini Flora. Dia ponakannya mb Roh. Mulai sekarang dia tinggal dan kerja disini.” jelas Mia.

“Maksud mama, dia pembantu baru kita?”tanya Reva menaikkan satu alisnya.

*****

Makasih udah mampir, jangan lupa tinggalkan jejakmu rate bintang 5, like, komen, dan yang paling penting vote, vote, vote. Ty.

Visual si kembar Rava dan Reva

Visual Flora

Visual Papa Alex

Visual Mama Mia

Episode 2

Tuan Reva

“Maksud mama, dia pembantu baru kita?”tanya Reva

menaikkan satu alisnya.

Reva menatap tajam gadis manis yang masih betah

menatapnya dengan judes. *”Cantik tapi judes banget. Aku suka...”* batin Reva.

“Iya, Reva. Kamu harus baik-baik sama dia ya. Tugas

Flora bersih-bersih aja. Kamu tetep harus bawa pakaian kotormu ke bawah

sendiri. Ngerti?”kata Mia yang selalu cerewet menyuruh kedua putranya mandiri.

Reva cuma mengangguk gak mau debat sama mamanya

karena dia pasti kalah, Reva beranjak kembali duduk di tempat semula. Kantuknya

sudah sepenuhnya hilang sekarang. Ia tersenyum licik melihat sosok mungil Flora

yang kembali melakukan kegiatannya tadi. Mia kembali ke dapur karena belum

selesai masak.

“Heh, kamu. Kamu masih sekolah?”tanya Reva. Flora

melirik Reva dengan bibir manyun. Ia tidak menjawab pertanyaan Reva.

“Hei!”panggil Reva lagi. Tapi Flora masih mengacuhkannya. “Cih, budeg

ternyata.”desis Reva.

“Iya, aku masih sekolah.”balas Flora akhirnya. Ia

berharap Reva tidak mengganggunya lagi. Ia sudah cukup kesal dengan pria itu

sejak tadi pagi.

....Flash back on...

Flora sudah bersiap berangkat ke sekolah yang

letaknya tidak jauh dari rumah besar Alex. Ia bisa berjalan kaki kesana

meskipun Mia menawarkan kalau Flora bisa membawa motor atau sepeda. Saat ia

sedang jalan santai, tiba-tiba sebuah motor melintas di sampingnya. Motor itu

menyipratkan lumpur ke rok abu-abu Flora.

“Woii!!!”teriak Flora kesal. Ia menunduk menatap

roknya yang kotor. Lewat celah rambutnya, ia melihat motor itu berhenti dan

pemiliknya menoleh menatapnya.

“Sory, gue buru-buru. Bye.”kata Reva saat itu tanpa

ada niat bertanggung jawab. Ia memacu motornya lagi dengan kecepatan tinggi.

“Dasar &^E@##@@!$#$%^%&!!!”umpat Flora

dengan bahasa yang bikin telinga panas tapi tidak didengar Reva. Ia harus

kembali lagi ke rumah Alex untuk mengganti rok-nya. Akibatnya ia terlambat

masuk sekolah pagi itu dan kena hukuman berdiri di depan kelasnya.

....Flash back on...

“Kelas berapa?”tanya Reva lagi masih penasaran.

Flora sudah memasang head set kembali ke

telinganya. Ia tidak ingin bicara dengan Reva lagi atau dirinya tidak akan

tahan untuk memaki anak majikannya itu. Reva yang dicuekin Flora, jadi tidak

sabaran. Ia menendang kaki Flora yang berdiri di dekatnya.

“Hei, aku ngomong sama kamu.”kata Reva.

“Apa sich?! Jangan ganggu aku!”bentak Flora sambil

melepas head set-nya.

“Kamu kelas berapa?”tanya Reva.

Flora menarik nafas panjang, “Kelas 3.”sautnya

sambil menyeret mesin penyedot debu menjauh. Ia sudah selesai dengan tugasnya

di lantai bawah. Tinggal ke lantai atas sekarang. Reva yang melihat Flora

menaiki tangga sambil membawa mesin penyedot debu, menyusulnya keatas.

Dilihatnya Flora masuk ke kamar Reva.

Nguungg! Nguuuggg! Terdengar lagi suara mesin

penyedot debu ketika Flora menghidupkan mesin itu lagi. Ia membersihkan kamar

Reva dengan teliti. Reva ikut masuk ke kamarnya lalu duduk di sofa. Flora hanya

melirik sekilas sebelum ia mematikan mesin itu, “Bisa gak kamu keluar dulu? Aku

mau bersihin kamar ini.”

“Kamu, kamu. Panggil aku tuan Reva.”kata Reva

sambil menatap tajam Flora.

Flora mencebikkan bibirnya, ia tidak menanggapi

Reva. Diambilnya kain bersih dari ember yang ia bawa juga. Flora membungkuk

membersihkan dibawah meja tempat TV dan game Reva berada. Glug! Reva menelan

salivanya melihat pantat bahenol Flora menungging dibawah sana.

“Heh! Ngapain kamu dibawa sana! Awas kalo kabelnya

sampe putus.”ketus Reva menyembunyikan hasratnya yang mulai bangkit.

“Uhuk! Uhuk!”Flora terbatuk-batuk ketika debu

mengenai wajahnya. “Debunya dibawah sini banyak sekali. Masa kamu gak liat? Ini

apa lagi?”tanya Flora sambil menepuk-nepuk buku di tangannya. “Hii...!”pekik

Flora ketika melihat gambar pada sampul buku itu. Ia melemparkan buku itu pada

Reva dengan kuat. Reva melihat buku apa yang dilemparkan Flora tadi, wajahnya

memerah seketika.

“Cih, kelakuanmu tuch. Dasar cabul.”desis Flora

sebelum keluar dari kamar Reva dengan terburu-buru.

Reva menekuk buku yang berisi gambar dewasa di

dalamnya. Ia memang punya beberapa koleksi buku seperti itu tapi Reva jarang

melihatnya. Kebanyakan teman-temannya yang memberikannya untuk menggoda Reva

yang masih perjaka. Status aja playboy cap buaya darat tapi Reva tidak pernah

menyentuh perempuan yang dipacarinya melebihi ciuman dan pelukan.

Sekarang Flora sudah terlanjur men-cap buruk

dirinya karena kepergok punya buku dewasa seperti itu. Reva membuka lemarinya

yang selalu ia kunci. Di taruhnya buku itu di tumpukan buku paling bawah

sebelum ia menutup lemarinya lagi.

Reva keluar dari kamarnya, sudah waktunya makan

siang. Ia bertatapan dengan Flora yang baru keluar dari kamar Rava. Kembarannya

itu tampak duduk di atas tempat tidurnya dengan buku ditangannya.

“Va, turun udah waktunya makan. Ntar keburu

dipanggil papa.”panggil Reva.

“Hmm. Ya.”saut Rava meletakkan bukunya.

Kedua saudara kembar itu melangkah menuruni tangga

dengan Flora mengikuti mereka dari belakang. Sampai di ujung tangga, Flora

tidak melihat anak tangga terakhir. Ia terjatuh menabrak Rava yang langsung

menahan tubuhnya. Flora dan Rava saling pandang mengabaikan Reva yang tertimpa

mesin penyedot debu dan ember yang dibawa Flora tadi.

“Wooii!!!!”teriak Reva kesal. Ia menarik ember dari

kepalanya dan memergoki Flora asyik pelukan dengan Rava. “Pembantu sialan! Lo

mau balas dendam apa sich? Apa salah gue?!!”lengking Reva sambil melempar lap

ke wajah Flora.

Rava menegakkan tubuh Flora dengan cepat, mengambil

lap yang tadi mengenai wajah gadis itu.

“Reva, gak boleh kasar.”tegur Rava.

Flora dan Rava menatap Reva yang masih terduduk di

lantai dengan mesin penyedot debu diatas perutnya. Keduanya terkikik geli

melihat posisi Reva yang mengenaskan.

“Malah ketawa! Cepetan ambil nich mesin!”bentak

Reva.

Flora mengambil mesin penyedot debu itu sebelum

dihancurkan Reva. Reva mengulurkan tangannya berharap Flora akan membantunya

berdiri, tapi gadis itu malah menatap Rava lagi.

“Makasih, kak.”kata Flora dengan manis. Ia berlalu

ke belakang meninggalkan Reva yang dongkol setengah mati.

“Sama lo bisa gitu dia manis banget. Lah sama gue

kayak kucing garong. Salah gue apa sich?”tanya Reva bingung.

“Muka lo emang nyebelin tau.”saut Rava memeletkan lidahnya.

“Muka lo ama muka gue kan sama, tapi muka lo lebih

nyebelin.”balas Reva gak mau kalah.

“Lo mau sampe kapan duduk di bawah, mau ngesot lo

ke meja makan?”

Reva mengulurkan tangannya pada Rava yang menarik

Reva bangun, mereka berjalan ke meja makan tempat Alex sudah menunggu mereka. “Siang,

pah.”ucap mereka berdua kompak.

“Anak papa. Happy? Kaori mana?”tanya Alex.

Alex selalu bertanya dimana Kaori, ia paling

menyayangi cucunya yang satu itu. Sejak Kaori tinggal bersama mereka, bisnis

dan investasi Alex berkembang sangat pesat. Investasi apapun yang ia lakukan

pasti menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit.

*****

Makasih udah mampir, jangan lupa tinggalkan jejakmu

rate bintang 5, like, komen, dan yang paling penting vote, vote, vote. Ty.

Episode 3

Princess Kaori

Alex selalu bertanya dimana Kaori, ia paling

menyayangi cucunya yang satu itu. Sejak Kaori tinggal bersama mereka, bisnis

dan investasi Alex berkembang sangat pesat. Investasi apapun yang ia lakukan

pasti menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit.

Rava tidak jadi duduk, ia berjalan cepat ke kamar

Kaori. Satu-satunya kamar anak di lantai bawah hanya kamar Kaori. Rava mengetuk

pintu kamar itu sebelum membukanya.

“Kaori.”panggil Rava.

“Yes, uncle.”saut Kaori yang sedang duduk di

mejanya. Ia sedang mendengarkan musik berbahasa Inggris.

“Let’s eat.”kata Rava. “I’m standing at the door.

Be careful.”

“Okey, uncle.”kata Kaori sambil mematikan mp3-nya

dan melangkah ke pintu dengan tongkatnya.

Rava membiarkan Kaori berjalan sendiri menuju meja

makan. Ia hanya menjaga agar Kaori tidak menabrak sesuatu di depannya. Ketika

Kaori sampai di meja makan, Alex menarik kursi untuknya. Alex menggenggam

tangan Kaori, mengajaknya mengobrol menggunakan bahasa Inggris. Kaori sangat

terampil berbicara dengan bahasa asing yang satu itu. Sejak Kaori mulai bisa

bicara, Alex selalu mengajaknya bicara menggunakan bahasa Inggris.

Karena buta, Kaori tidak bersekolah seperti

anak-anak lainnya di rumah Alex. Alex mendatangkan guru khusus untuk Kaori yang

akan datang setelah jam makan siang. Guru itu mengajari Kaori membaca huruf

braille, mengenal benda, dan mengenali wajah seorang. Ada juga guru lain yang

mengajari mata pelajaran untuk SMP kelas dua. Kalau bersekolah normal, Kaori

seharusnya sudah duduk di bangku kelas dua SMP.

Alex memotong udang untuk Kaori sesekali menyuapi

cucunya itu. “Princess Kaori, suka makan udangnya?”

“Yes, grandpa. Grandma, dimana aunty Renata?”tanya

Kaori.

...Flash back on...

Mia yang mengira dirinya tidak jadi hamil karena

mendapat haidnya ternyata kembali terlambat bulan berikutnya. Ketika ia

memeriksakan dirinya ke dokter, ternyata Mia sudah hamil 2 bulan. Alex tentu

saja sangat senang sekaligus sangat stress karena rumah besar mereka belum

selesai. Tapi semua bisa mereka lalui sampai akhirnya lahirlah putri cantik

mereka berdua yang diberi nama Renata.

Saat Alex memberi kejutan di ulang tahun pernikahan

mereka berdua di rumah baru, mereka ingin berfoto bersama juga dengan semua

anak dan cucu mereka berdua. Mia celingukan mencari keberadaan si kembar Rava,

Reva dan si cantik Renata. “Mana mereka?”tanya Mia.

Alex menunjuk ke samping mereka. Ketiga anak Mia

tampak sedang berdiri mengelilingi Kaori. Mereka terlalu asyik mengobrol sampai

mengabaikan pesta yang sedang berlangsung. Renata terus- menerus merapikan

rambut Kaori, sementara Rava dan Reva menggodanya.

Mereka berempat tidak menyadari kalau kamera sudah

mengarah pada mereka. “Rava, Reva, Renata, Kaori, sini nak.”panggil Mia. “Kita

foto dulu ya.”

Renata menuntun Kaori maju ke depan. Kaori berdiri

didepan Mia dan Alex. Mereka berpose bersama tersenyum ke arah kamera.

“Sekarang sama cucu. Mana nich anak-anak kalian?”tanya Mia pada Rio, Rara, dan

Riri.

”Eits, mau tahu berapa tambahan cucu Alex dan Mia,

tunggu terus update CINTA KEMBARKU.”

...Flash back off...

“Aunty Renata masih dijemput mama Gadis, sayang.

Ayo, lanjut makannya. Rava, Reva, habis ini kalian jangan ke kamar dulu. Ada

yang mau kami bicarakan.”kata Mia.

Si kembar hanya mengangguk-angguk. Flora muncul

dari dapur membawakan pencuci mulut untuk mereka semua.

“Loh, ini siapa?”tanya Alex yang belum sempat

ketemu dengan Flora.

“Mas, ini Flora, ponakannya mb Roh. Dia bantu

bersih-bersih disini.”kata Mia.

“Oh, masih muda sekali ya. Masih sekolah?

Dimana?”tanya Alex bertubi-tubi.

“Saya sekolah di SMA deket sini, tuan. Kelas

tiga.”saut Flora sambil menghidangkan pencuci mulut di meja makan.

“Kak Flora?”panggil Kaori, ia meraba-raba mencari

keberadaan Flora.

“Ya, nona.”saut Flora sambil memegang tangan Kaori.

“Hai, aku Kaori, kak. Panggil Kaori aja.”kata Kaori

ramah.

“Hai, Kaori. Aku Flora.”balas Flora sopan.

Kaori mencium tangannya setelah menjabat tangan

Flora. Ia tersenyum mencium wangi yang menempel di tangannya.

“Kak, do you put on hand cream?”tanya Kaori

keceplosan memakai bahasa Inggris saat bicara.

“Yes, I do. Do you like the fragnance? I made it

myself.”saut Flora dengan santai.

Reva menyemburkan air yang barusan ia minum. Uhuk!

Uhuk! Rava melempar napkin padanya. “Lo kenapa sich?”tanya Rava bingung.

“Keselek. Dia bisa ngomong Inggris lancar gitu

ya.”saut Reva tidak percaya.

Flora mengabaikan Reva meskipun ia senang juga

mendengar Reva keselek. Biar kapok.

”Udah cantik, pinter bahasa Inggris lagi. Apalagi

kelebihanmu, Flora.” batin Reva yang melihat senyuman manis Flora saat bicara

dengan Kaori.

Ketika mereka sudah selesai makan siang, Gadis baru

pulang bersama Renata dan si kembar Reymond dan Reyna. Mereka bersekolah di SMP

yang sama dan sekarang sudah kelas satu SMP.

“Hai, kalian udah pulang ya. Gimana di

sekolah?”sapa Mia pada anak dan cucunya.

“Oma, aunty Renata tadi dike...”kata Reymond

mengadu pada Mia tapi terpotong karena Renata sudah membekap mulutnya.

“Jangan berisik, Rey. Nanti aunty gak bantu buat PR

loh.”anca Renata sambil senyum manis pada Mia. “Gak ada apa-apa, mah. Kita mau

ganti baju dulu.”

Renata menggeret kedua ponakannya ke lantai atas

untuk ganti baju sebelum makan siang. Gadis bergabung dengan Kaori dan Mia yang

masih duduk di meja makan. Sementara si kembar Rava dan Reva sudah beranjak ke

ruang kerja bersama Alex. Mia menyusul beberapa saat kemudian. Alex menggelar

beberapa kertas di hadapan mereka.

“Ini apa, pah?”tanya Rava.

“Kalian kan udah mau magang kerja. Ayo, pilih mau

magang dimana.”kata Alex.

Rava mengambil kertas itu, ia membacanya bersama

Reva. Ada perusahaan milik Arnold dan Rara. Bahkan setelah berlalu masa untuk

pengalihan jabatan Direktur, Arnold tidak juga mengambil jabatan itu dari Rara.

Justru ia bekerja sebagai wakil direktur sekarang.

Ada juga perusahaan Jodi, perusahaan Elo,

perusahaan Jelita, sampai perusahaan Bianca juga. Rava tertarik melihat hotel

milik Alex dan Ronald. Ia memisahkan aplikasi magang untuk hotel itu dan

menyerahkan sisanya pada Reva.

“Pah, yang paling deket sama rumah yang mana?”tanya

Reva.

“Ya, perusahaan papa.”saut Alex.

“Yang itu aja.”saut Reva mengambil aplikasi magang

perusahaan Alex.

Alex dan Mia saling pandang, kedua putra kembar

mereka wajahnya saja yang sama tapi pemikirannya sangat jauh berbeda. Sejak

kecil Reva lebih suka segala sesuatu yang gampang dan menguntungkan buatnya. Sedangkan

Rava lebih suka sesuatu yang menantang dan belum pernah ia lakukan.

“Jadi Rava pilih yang mana?”tanya Alex.

“Hotel di pusat kota ini kayaknya cukup menantang.

Siapa GM-nya, pah?”tanya Rava.

“Tante Katty.”saut Alex.

“Wah, seru tuch. Pasti tamunya banyak terus

ya.”kata Rava semangat.

“Ya, begitulah. Occupancy-nya seratus persen terus

di high session.”kata Alex.

Rava langsung bertanya istilah yang disebutkan

papanya itu. Keduanya terlibat pembicaraan seru yang tidak dimengerti Mia dan

Reva.

*****

Makasih udah mampir, jangan lupa tinggalkan jejakmu

rate bintang 5, like, komen, dan yang paling penting vote, vote, vote. Ty.

Visual Kaori

Visual Renata

Visual si kembar Reymond dan Reyna

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!