NovelToon NovelToon

Cloud And Sky

C & S 1

Jannine Weigel as Claudya Arsela (Cloud)

James Jirayu as Sky Megantara

Itthipat Thanit as Dewa

Patchara Chirathivat as Surya

Patricia Thancanok Good as Senja

Sananthachat Thanapatpisal as Mega

Nattasha Nauljam as Mentari

Treechada Petcharat as Bulan

 

🌺 🌺 🌺 🌺 🌺 🌺

 

Derap langkah kaki Claudya Arsela menggema di lorong kampus pagi itu. Gadis yang genap berusia delapan belas tahun itu melupakan statusnya menjadi seorang mahasiswi di sebuah kampus swasta terkenal di kota Y. Ia bangun kesiangan melebihi waktu seperti biasanya. Alarm dari ponselnya jelas tak akan berbunyi karena kini daya ponselnya saja habis.

Ceroboh! Ceroboh sekali aku ini! Bisa - bisanya aku lupa mengisi daya baterai ponselku.. Oh Tuhan tolong aku, selamatkan aku.. Aku nggak mau jadi bulan - bulanan senior di kampus ini... Aku ingin masa ospekku berjalan tenang dan aman terkendali...

Claudya yang biasa disapa Cloud di sebuah stasiun radio swasta sebagai seorang penyiar radio kini terengah - engah menyusuri setiap sudut kampus mencari keberadaan seluruh mahasiswa baru yang akan mengikuti ospek.

Dapat dipastikan hari ini bukan hari keberuntungan untuknya. Tanpa sadar ia terjatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri. Sakitnya tak seberapa dibanding rasa malu yang tiba - tiba menyergapnya. Claudya berjongkok memperbaiki ikatan tali sepatunya kemudian beralih mengelus lututnya yang merasa nyeri.

Seseorang mengulurkan tangan pada dirinya refleks gadis itu mendongakkan kepala melihat seseorang yang kini tersenyum dan mencoba membantunya berdiri.

"Kamu mahasiswi baru ya?" tebak lelaki itu, Claudya hanya mengangguk malu - malu.

"Terima kasih," ucap Claudya tulus lalu pamit meninggalkan orang yang telah membantunya berdiri. Ia takut terlambat, itu saja bukan sombong.

Claudya berlari kecil mencari letak aula megah yang ada di kampus tersebut sambil melirik jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan kanannya.

"Astaga, kurang lima menit lagi!" pekik Claudya.

Senyum Claudya kini mulai terbit di wajahnya yang membuatnya semakin manis ketika menemukan tulisan besar aula dan melihat banyak mahasiswa disana. Dengan segera ia menghambur bersama ratusan orang yang bersiap untuk digojlok para senior kampus.

 

🌺 🌺 🌺 🌺

 

Mega menyodorkan sebotol air mineral pada Claudya yang tengah duduk berselonjor. Persahabatan kedua gadis itu telah terjalin cukup lama, saat keduanya masih duduk di bangku sekolah dasar. Meskipun rumah mereka berada dalam satu kompleks perumahan, mereka justru jarang bertemu di rumah karena kesibukan Claudya sebagai penyiar radio.

"Senior cewek tadi nggak sabaran banget, bisanya cuma nyuruh ini nyuruh itu! Kesel deh, sukanya mencari kesalahan orang lain," gerutu Mega setelah meneguk air mineral yang telah membasahi tenggorokannya.

"Udahlah biarin aja, ngapain juga kamu capek ngumpatin dia? Kalau kamu ngomongin dia mending langsung sama orangnya. Beres kan?" Claudya menanggapi santai keluhan sahabatnya.

"Nggak ah, nyari penyakit aja! Itu orang mentang - mentang udah senior terus seenaknya sendiri. Bikin males lihatnya! Tapi tunggu dulu deh, menurut aku nih ada yang janggal..." Mega mengetukkan jari telunjuk di pelipisnya.

"Janggal?" beo Claudya sambil melirik ke arah Mega yang masih sibuk berpikir.

"Iya, kayaknya gara - gara junior tadi sempat ngomongin kak Sky waktu ngasih salam pembuka di aula tadi pagi. Aku curiga, apa ada hubungan kak Sky sama senior galak itu?" ucap Mega menerka - nerka bak detektif dadakan.

"Malas ah bahas beginian, lagian aku juga nggak ngeh sama yang namanya kak Sky!" ucap Claudya bernada malas.

"Astaga, Itu loh senior ganteng di fakultas kita. Jangan - jangan tadi kamu tidur lagi pas dia ngomong di atas panggung?" tebak Mega yang sudah hafal betul tabiat sahabatnya jika mengantuk, tak melihat situasi dan kondisi meskipun hanya memejamkan mata beberapa saat saja.

Claudia mengangguk sambil mengacungkan ibu jarinya ke arah Mega dengan senyum merekah di wajah imutnya.

"That's right, babe.." jawab Claudya santai.

 

🌺 🌺 🌺 🌺

C & S 2

Masa ospek kurang lebih akan berjalan sekitar satu minggu. Dan hari ini baru saja awal segalanya dimulai, Claudya melangkahkan kaki dengan gontai masuk ke dalam toilet. Ada beberapa anak baru yang sedang merapikan riasan wajahnya di kaca yang tertempel di dinding berukuran panjang tepat di depan wastafel.

Claudya tak ingin bergabung dengan mereka karena dapat dipastikan sebentar lagi mereka akan mengobrol sesuatu yang tak penting, biasanya berujung membahas senior tampan di kampus. Dan benar saja, tebakan Claudya tak meleset. Sepertinya dia pantas dijuluki cenayang junior. Lagi - lagi membahas makhluk yang bernama lelaki.

Claudya menutup pintu bilik toilet perlahan supaya tak menimbulkan suara berisik dan segera menuntaskan hajatnya. Kemudian ia merapikan penampilannya yang sedikit berantakan, kemeja putih berpadu dengan rok hitam selutut menambah kesan imut pada dirinya.

Sayup - sayup Claudya mendengar pertengkaran hebat, entah apa yang sedang mereka perdebatkan. Biasa, antara junior dan senior. Karena pemandangan itu sudah tak asing lagi bagi dirinya. Ia acuh dan tak mempedulikan mereka yang sedang bertengkar, lebih tepatnya acara labrak melabrak. Claudya terkejut dengan kedatangan Mega yang langsung mendorong pintu toilet dengan terburu - buru seperti dikejar setan.

Ceklek

"Heh, anak baru nggak usah banyak tingkah! Jangan pernah cari masalah sama aku lagi! Kalau kamu masih pengen hidup tenang di kampus jauhi Sky, atau kamu pengen dikeluarkan dengan tidak hormat dari kampus Pelita yang tercinta ini?" ancam senior galak yang masih belum puas memaki juniornya yang sudah pucat pasi.

"Ampun kak Bulan, iya, aku nggak akan deketin kak Sky lagi! Jangan keluarin aku dari kampus ini!" ucap junior tersebut sembari mengatupkan kedua tangannya. Claudya menoleh ke arah si korban dan menghela nafas kasar.

Sedangkan Mega justru melirik ke arah sang senior galak yang tadi disebut namanya, Bulan. Mega tak habis pikir di kampus masih ada tindak bullying seperti saat ini. Kekanak - kanakan sekali.

"Ngapain kamu lihat - lihat? Nyari masalah sama aku?" tantang Bulan pada Mega, Mega tak sempat menggubris seruan senior itu karena Claudya sudah menarik tangannya untuk keluar dari toilet.

 

🌺 🌺 🌺 🌺

 

"Kamu ngapain sih pakai narik aku keluar segala? Aku kan pengen bales si nenek lampir itu! Emang dikiranya aku takut apa sama dia?" ucap Mega yang masih terbawa emosi.

"Nggak ada untungnya kamu meladeni orang seperti dia, yang ada kamu sendiri yang rugi! Buang - buang tenaga, waktu dan pikiran. Mendingan juga kita cari makan yuk di kantin, laper nih," ajak Claudya pada Mega untuk mengalihkan topik sembari mengelus perutnya.

"Oke deh, tapi kamu yang traktir ya, hehehe," rengek Mega. Claudya mengangguk seraya tersenyum manis.

Keduanya berjalan menuju kantin kampus. Sesampainya di kantin, Claudya mengedarkan pandangan mencari bangku kosong untuk mereka berdua tempati sembari mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan.

Ada satu meja dengan empat kursi kosong namun di sebelahnya banyak gerombolan laki - laki yang jika dilihat dari tampilannya sudah pasti mereka adalah para senior. Claudya memutuskan tetap duduk disana, tak peduli dengan adanya para lelaki itu. Perutnya lebih penting daripada egonya sendiri.

Belum ada semenit Claudya mendaratkan pantatnya di kursi, seseorang bahkan lebih dari dua orang menggodanya. Ia tetap cuek.

"Hai, cantik!"

"Kok sendiri aja nih!"

"Mau aku temenin nggak?"

"Wah sombong nih, diem - diem aja!"

Begitulah godaan para senior itu, dan masih banyak lagi celoteh tak penting yang keluar dari mulut mereka.

Mega datang membawa senampan makanan ringan dan minuman untuk porsi dua orang. Dan kini posisi keduanya berhadapan. Mega memberikan dompet milik Claudya.

"Nih, dompet kamu. Makasih ya buat traktirannya hari ini. Kalau bisa sering - sering juga boleh," canda Mega seraya mengerlingkan mata. Claudya hanya membalas dengan senyuman simpul.

Keduanya asyik menyantap cemilan di tangan masing - masing hingga tak sadar seseorang mendekat ke arah meja mereka.

"Hai, kamu kan yang tadi pagi," sapa lelaki itu yang terus mengumbar senyum manis di wajah tampannya pada Claudya.

Claudya mendongakkan kepala menatap ke arah lelaki itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Mega yang melihat hal itu kemudian mengambil alih mengulurkan tangan mengajak berkenalan pada lelaki tampan tersebut.

"Hai juga. Aku Mega." ucap Mega tanpa rasa sungkan pada lelaki yang baru saja dilihatnya. Mungkin suatu keberuntungan di siang ini didatangi langsung oleh makhluk tampan itu. Mega masih mengulurkan tangannya, dan akhirnya mendapat balasan.

"Hai, aku Dewa," jawab Dewa, nama lelaki tampan menurut Mega itu adalah Dewa yang juga sama - sama mahasiswa baru. "Gimana kakinya masih sakit?" tanya Dewa terlihat peduli pada Claudya.

"Aku?" tanya Claudya yang tak sadar bahwa Dewa sedang bertanya pada dirinya.

"Sudah lebih baik, meskipun masih sedikit nyeri," jawab Claudya santai kemudian membuka tutup botol air mineral yang agak sulit terbuka.

Tangan Dewa spontan mengambil botol air mineral yang dipegang Claudya. Dengan gerakan memutar tangannya, tutup botol itu dapat terbuka. Dewa menyerahkan kembali botol minum pada gadis itu.

"Makasih ya," ucap Claudya tulus.

Dewa duduk lebih mendekat pada Claudya, dan dapat disimpulkan oleh Mega bahwa Dewa sedang berusaha mendekati sahabatnya. Mega menahan tawa tapi urung ia perlihatkan.

Deketin kok Claudya, pasti bakal dicuekin lah sama dia! Hahaha, astaga kok aku malah ngetawain penderitaan orang sih! Batin Mega sembari menatap kedua manusia berlawanan jenis itu silih berganti.

🌺 🌺 🌺 🌺

Claudya dan Mega kembali pada barisan masing - masing untuk mengikuti kegiatan ospek selanjutnya.

Dari mulai baris berbaris, game seru yang membuat satu sama lain saling mengenal dan bahkan perkenalan nama - nama senior yang sudah ditunggu - tunggu juga sudah dilakukan.

Dan kini Claudya mendapat hukuman karena kalah dalam game, ia diharuskan memilih berlari sambil menjewer telinga atau meminta nomor kontak kak Arjuna, sang playboy kampus yang terkenal jutek pada orang yang tak disukainya.

Akhirnya pilihan Claudya mengarah pada option number two, meminta nomor ponsel kak Arjuna, bukan karena kegatelan atau kecentilan, tapi menurut Claudya itu adalah sebuah tantangan. Dan Claudya adalah gadis yang sangat menyukai tantangan. Entah berhasil atau tidak, yang penting ia harus berusaha terlebih dahulu.

Never give up, Cloud! Batin Claudya menyemangati dirinya sendiri.

Claudya mencari orang yang akan menjadi bidikannya. Layaknya sebuah panah yang terlepas dari busurnya, Claudya sudah melesat dan mendekat ke arah kak Arjuna dengan santai setelah diberitahu oleh anggota BEM.

"Permisi, Kak!" ucap Claudya dengan sopan pada seniornya.

"Hemm, ada apa ya?" tanya Arjuna tanpa menatap seseorang yang menyapanya, ia sibuk dengan game di ponselnya.

"Saya kesini mau minta tolong,"

"Tolong apa?" potong Arjuna.

"Tolong kasih saya nomor kontak kak Arjuna," pinta Claudya tanpa rasa takut.

"Apa? Coba diulang lagi!" titah Arjuna kemudian meletakkan ponselnya di atas meja di depannya dan melihat wajah gadis yang telah berani mengganggu waktu istirahatnya.

Arjuna sedikit terkejut, namun dapat ia sembunyikan dengan baik. Tak menyangka akan didatangi gadis imut seperti saat ini. Pepatah bahasa jawa yang tepat menggambarkan situasi saat ini adalah iwak kalebu ing wuwu (ikan masuk ke Lumpur atau perangkap) yang artinya sekali salah melangkah belum tentu kita dapat menyelesaikannya dengan mudah.

Kedua sudut bibir Arjuna melengkung dengan sempurna namun ia tutupi dengan telapak tangan yang menutupi bibirnya.

"Boleh, asal dengan satu syarat!" ucap Arjuna menggantung membuat Claudya penasaran.

**To be Continue...

🌺 🌺 🌺 🌺

Hai kakak kakak semuanya, selamat malam, semoga sehat2 dimanapun berada...

Cuma mau sedikit curhat nih, 😂😂😂

Buat semuanya, tanpa menjudge salah satu pihak, tolong bijaklah memberi rate pada semua author, berikan mereka dukungan dengan like, komen, kritik saran boleh loh, jangan spam atau sembarang mengisi rate...

Semua author nulis bukan cuma sekedar nulis asal rampung (jadi), mereka juga berpikir, bahkan dibela - belain begadang, ini bukan saya saja loh, banyak author seperti ini, jadi mohon bijaklah, kalau tidak suka ya tidak memaksa untuk membaca tapi kalau benar suka, tolong bantu para author dengan like, koment dan rate 5, 😉😉🙏🙏

Terima kasih,

Barang siapa menabur benih, maka dialah yang menuai hasilnya...

Monmaap author ngantuk, 🤭🤭 harap maklum 🙏🙏✌️✌️**

C & S 3

Claudya terdiam mendengar ucapan Arjuna sang playboy kampus. Apa yang akan dilakukan lelaki itu pada dirinya? Namun Claudya dengan cerdik menutupi rasa gugupnya. Ia tidak mau terlihat lemah di mata lawan.

"Apa syaratnya, kak?" tanya Claudya dengan tatapan tajam pada Arjuna.

"Ngedate sama aku!" ucap Arjuna santai dengan seringai licik di wajahnya, Claudya terlihat jengah.

"Maksudnya?"

"Jalan bareng aku, atau paling simpelnya makan berdua sama aku. Gimana?"

"Kenapa aku harus ngelakuin itu?"

"Ya harus dong, kalau kamu nggak mau, kamu pasti dapat hukuman dari mereka," tunjuknya ke arah senior perempuan yang menghukum Claudya.

"Nggak ada alternatif lain? Pilihan lain gitu?"

"Nggak ada. Dan ini perintah! Jadi kamu nggak bisa tawar menawar sama aku. Sekarang tinggal pilih aja, dihukum atau dinner sama aku nanti malam?" tawar Arjuna seraya mengerlingkan mata khas seorang lelaki penggoda.

"Kak, tanpa mengurangi rasa hormat aku sebagai junior di kampus ini sama kakak, tolong dipikirkan lagi, atau jangan - jangan ini memang sudah direncanakan?" Claudya menerka - nerka.

"Direncanakan? Maksudnya?" Arjuna merasa heran dengan pertanyaan Claudya yang terasa menarik baginya, belum ada sejarahnya ada junior yang berani menentang Arjuna. Biasanya dengan gampang Arjuna membuat para gadis luluh oleh rayuannya namun kali ini tidak berlaku pada Claudya.

"Siapa nama kamu?" tanya Arjuna penuh selidik, ia masih saja tersenyum dan kini berjalan memutari tubuh Claudya, memperhatikan penampilan juniornya yang ia akui memang cantik dan pastinya fresh.

Tok Tok Tok

Seseorang mengetuk pintu, sepertinya orang itu juga salah satu panitia ospek. Ia berjalan mendekati Arjuna.

"Ada apa, Fen?" tanya Arjuna yang kini fokusnya beralih pada Fendi, teman sesama panitia ospek.

"Ditanyain pak Budi tuh, nggak tahu kenapa? Coba ke ruangan dosen aja, siapa tahu penting," jelas Fendi kemudian berlalu setelah menyampaikan amanat.

"Kamu tunggu disini sebentar ya, jangan kemana - mana!" titah Arjuna pada Claudya dan meninggalkan gadis itu di dalam ruangan khusus panitia sendirian.

"Tapi kak?" cegah Claudya terlambat karena lelaki itu sudah menghilang entah kemana.

Tak berlangsung lama seseorang masuk ke dalam ruangan, Claudya mengira itu adalah Arjuna.

"Gimana kak?" tanya Claudya namun saat ia menoleh bukan Arjuna yang ada di sampingnya melainkan dia... Dia yang selama ini ia cari dan kadang masuk seenak hati ke dalam mimpi indahnya.

"Ka.. Ka.. Kamu.." ucap Claudya terbata - bata.

Lelaki itu tak menjawab, ia mengambil sebuah buku dan menyobek selembar kertas. Ia mengeluarkan ponselnya dan menulis di kertas. Tanpa disangka oleh Claudya, lelaki itu memberikan kertas yang telah ia tulisi sebelumnya.

"Ini nomornya Arjuna. Kamu cepetan pergi dari sini, sebelum dia datang lagi!" ucap lelaki itu dan meninggalkan Claudya.

Claudya mengejar si lelaki misterius itu dan mencoba menghentikan langkahnya.

"Tunggu!" panggil Claudya, dan lelaki itu pun menoleh ke arahnya.

"Ada apa?"

"Maaf, kak. Apa kakak yakin ini nomornya kak Arjuna? Aku cuma memastikan aja, karena kalau salah aku pasti akan dihukum sama kakak senior," kilah Claudya.

Lelaki itu tersenyum dan merogoh ponsel yang ada di dalam jaket almamaternya, ia menunjukkan layar ponsel yang tertera nama dan nomor kontak Arjuna.

"Sudah jelas? Aku nggak bohong sama kamu," ucapnya tegas setelah menjelaskan pada Claudya dan segera beranjak dari posisinya.

"Tunggu, Kak!" panggil Claudya.

"Apa lagi?"

"Kenapa kakak bantuin aku? Apa kakak inget siapa aku?" tanya Claudya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya.

"Kamu anak baru, aku nggak tega aja, setelah tahu cewek - cewek tadi pada ngomongin kamu yang lagi dikerjain mereka. Karena mereka berpikir kamu nggak akan bisa dapat nomornya Arjuna. Sekarang kamu udah aman, jadi segera balik ke barisan kamu. Sebelum kamu dikasih hukuman," perintahnya pada Claudya.

Lelaki itu pergi meninggalkan dirinya, Claudya tersadar bahwa ia harus segera kembali ke barisannya daripada nanti ia terlambat dan berakhir mendapat hukuman. Lebih baik cari aman.

 

🌺 🌺 🌺 🌺

 

"Ini nomornya kak Arjuna, kak!" Claudya memberikan kertas kecil yang sudah ia robek sebelumnya hingga tak sebesar saat menerima dari lelaki misterius yang belum ia tahu namanya.

Senior yang diketahui bernama Bintang sangat heran bagaimana bisa anak baru itu mendapatkan nomor Arjuna dan ragu - ragu saat menerima kertas itu kemudian mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor yang tertulis disana. Panggilan telepon keluar dan tersambung.

"Halo, ini siapa ya?" tanya Arjuna dari seberang.

"Apa bener ini Arjuna?" tanya Bintang memastikan.

"Iya ini Arjuna. Ini siapa dan dapat nomorku dari mana?" tanya Arjuna heran, ia yang dihubungi kenapa malah ia yang diberi pertanyaan seperti itu. Bintang tak menjawab pertanyaan Arjuna kemudian ia mematikan panggilan telepon yang masih tersambung.

Beruntung banget dia sampai Arjuna ngasih nomor ponselnya! Batin Bintang, kemudian menyuruh Claudya pergi.

Claudya kembali bersama teman - teman senasib seperjuangan seperti dirinya, sebelumnya ia mengelus dada berkali - kali, lega rasanya terhindar dari hukuman.

Mega mengagetkan Claudya dan melingkarkan tangan ke bahu sahabatnya.

"Hayo mikirin apa?" tanya Mega.

"Mega!" pekik Claudya tanpa sadar.

"Huss, jangan teriak! Ini aku, kayak lihat setan aja kamu tuh!" ucap Mega bersungut - sungut.

Claudya tersenyum manis.

"Kamu kenapa? Senyam - senyum nggak jelas!" komentar Mega pada Claudya.

"Kamu masih ingat nggak ada cowok yang aku ceritain dua tahun yang lalu?" Claudya mengingatkan akan memori masa lalu. Mega tersenyum dan geleng - geleng kepala.

"Nggak, hehehe. Memangnya ada apa sih? Kamu kan tahu aku ini gampang lupa, jangankan dua tahun, sehari aja kadang aku udah lupa. Hehehe," Mega cengengesan, Claudya gemas dan mencubit pipi tembem sang sahabat yang juga ia anggap saudaranya.

"Ternyata dia kuliah disini juga, kok aku nggak ngeh ya dia anak kampus kita. Aku juga lupa tanya siapa namanya. Ah..." sesal Claudya.

"Apa yang mau kamu lakuin kalau udah tahu siapa namanya? Apa itu ngaruh ke dalam hidup kamu? Bukannya kamu bilang, nggak mau berurusan sama manusia bernama laki - laki?" tanya Mega penuh keheranan.

"Nggak segitunya juga kali! Tapi bisa dibilang, mungkin aku kagum sama dia, dan lebih tepatnya aku hutang budi. Aku juga belum mengucapkan terima kasih karena dia sudah nolongin aku waktu itu. Tapi sepertinya dia juga sudah lupa," ucap Claudya bernada kecewa.

"Lagian orangnya yang mana sih? Aku jadi ikut penasaran. Ganteng nggak?" goda Mega membuat kedua pipi Claudya merona dan memperlihatkan semburat merah.

"Udah ah, bahas yang lain aja! Temenin aku ke toilet yuk," ajak Claudya sambil menarik lengan Mega yang belum berhenti tersenyum karena asyik menggoda Claudya.

"Ih malu, pipinya merah kayak tomat! Yang penting bukan tomat busuk!" ledek Mega.

"Apaan sih..." elak Claudya.

Mereka berjalan bersisian sambil menyikut lengan satu sama lain tanpa sadar sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata yang tak henti menatap keduanya, ralat, hanya pada Claudya.

🌺 🌺 🌺 🌺

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!