"Ibu, tidak bisakah kau memikirkannya lagi? Aku sungguh tidak mau hidup terkekang dalam segala aturan dan peraturan seorang wanita lady. Apalagi harus hidup menjadi wanita penurut dan patuh yang hanya bisa tersenyum kaku dan belajar etika dan tata krama."
"Aku ingin lebih dari itu, Ibu. Aku ingin bisa berpedang, memanah, dan berkuda seperti Ayah dan kakak laki-lakiku. Aku ingin memiliki kebebasan untuk membuat pilihan sendiri dan menentukan nasibku sendiri. Seandainya aku terlahir sebagai laki-laki, aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan."
Ibu, Hanna. Memandangnya dengan mata yang keras, namun Seraphina tidak gentar. Ia tetap kepada keputusannya dan tidak mau menyerah pada tekanan dari ibunya.
"Seraphina, kamu tidak bisa terus-menerus menentang tradisi dan aturan yang telah ada selama ini," kata Hanna dengan suara yang keras.
"Tapi, Ibu, aku tidak ingin hidup seperti itu. Aku ingin memiliki kebebasan untuk membuat pilihan sendiri dan menentukan nasibku sendiri," jawab Seraphina dengan suara yang tetap.
Hanna menghela napas dan memandangnya dengan mata yang sedih. "Aku khawatir kamu tidak akan pernah bahagia jika kamu terus-menerus menentang aturan yang ada."
Seraphina menggelengkan kepala. "Aku tidak peduli, Ibu. Aku lebih baik hidup dengan kebebasan dan kebahagiaan yang aku pilih sendiri daripada hidup dengan aturan yang tidak aku inginkan."
Hanna memandangnya dengan mata yang lembut dan berkata, "Aku harap kamu tidak akan menyesal keputusanmu, Seraphina."
Seraphina tersenyum dan berkata, "Aku tidak akan menyesal, Ibu. Aku yakin dengan keputusanku."
Tiba-tiba, pintu kamar Seraphina terbuka dan seorang pelayan masuk dengan wajah yang serius. "Nyonya, ada kabar penting dari istana. Putra Mahkota Arthur Orion de Havencourt akan datang ke wilayah Nightshade untuk mencari calon istri."
"Apa benarkah yang kamu katakan?" tanya Hanna terkejut dan shock mendengarnya
"Jangan harap ibu untuk membuatku menjadi istri dari putra mahkota." ucap Seraphina menolak tegas
"Siapa juga yang akan menyerahkanmu masih ada kakak perempuan Alea." ujar Hanna tersenyum
"Aku tidak peduli, Ibu," kata Seraphina dengan suara yang keras. "Aku tidak akan pernah setuju atas keinginanmu untuk menjadi istri putra mahkota kalaupun itu Kak Alea mungkin kau bisa mempertimbangkannya."
Hanna memandangnya dengan mata yang sedih dan berkata, "Aku khawatir kamu tidak akan pernah bahagia jika kamu terus-menerus menentang keinginanku."
"Aku tidak peduli, Ibu," kata Seraphina dengan suara yang tetap. "Aku akan melakukan apa yang aku inginkan dan aku tidak akan pernah menyerah."
Tiba-tiba, Alea, kakak perempuan Seraphina, masuk ke dalam kamar dengan wajah yang ceria. "Ibu, apa yang terjadi? Mengapa kamu dan Seraphina terlihat begitu serius?"
Hanna memandang Alea dengan mata yang sedih dan berkata, "Putra Mahkota Arthur Orion de Havencourt akan datang ke wilayah Nightshade untuk mencari calon istri. Dan aku ingin kamu untuk menjadi calon istri yang tepat untuknya."
Alea terkejut dan berkata, "Apa? Tapi, Ibu, aku tidak ingin menjadi istri Putra Mahkota. Aku ingin memiliki kebebasan untuk membuat pilihan sendiri."
Seraphina tersenyum dan berkata, "Aku pikir kamu harus mendengarkan keinginan Ibu, Kak Alea. Mungkin kamu akan menjadi istri yang tepat untuk Putra Mahkota."
Alea memandang Seraphina dengan mata yang tidak percaya dan berkata, "Kamu tidak serius, kan? Kamu tidak ingin aku menjadi istri Putra Mahkota, kan?"
"Ada apa ini kenapa berkumpul di kamar Seraphina." ucap Alex terlihat bingung menatap istri dan kedua putrinya.
"Bukan apa - apa oh ya aku tadi mendengar kabar dari pelayan kalau putra mahkota akan datang wilayah kita untuk mencari istri ya." jawab Hanna nada senang
"Tentang masalah itu kita bahas lain kali saja lebih baik sekarang kita ke ruang makan kasian putramu, Sebastian. Telah menunggu." ucap Alex dingin dan belalu dari sana meninggalkan istri dan kedua putrinya.
Hanna memandang suaminya pergi dengan mata yang sedih. "Aku khawatir Alex tidak akan pernah setuju dengan keinginanku untuk menjadikan salah satu dari kalian sebagai istri Putra Mahkota."
Seraphina menggelengkan kepala. "Aku tidak peduli, Ibu. Aku tidak akan pernah setuju untuk menjadi istri Putra Mahkota."
Alea memandang adiknya dengan mata yang khawatir. "Seraphina, apa yang akan kamu lakukan jika Ayah dan Ibu tidak setuju dengan keinginanmu?"
Seraphina tersenyum. "Aku akan melakukan apa yang aku inginkan, Kak Alea. Aku tidak akan pernah menyerah pada tekanan dari orang lain."
Hanna memandang kedua putrinya dengan mata yang sedih. "Aku khawatir kalian tidak akan pernah bahagia jika kalian terus-menerus menentang keinginanku."
Tiba-tiba, Sebastian, kakak laki-laki Seraphina dan Alea, masuk ke dalam kamar dengan wajah yang ceria. "Ibu, aku lapar! Kapan kita makan?"
Hanna tersenyum dan berkata, "Mari kita ke ruang makan, anak-anak. Ayahmu sudah menunggu kita."
Keluarga itu kemudian pergi ke ruang makan, meninggalkan percakapan tentang Putra Mahkota dan calon istri di belakang. Tapi, Seraphina tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa hidupnya akan segera berubah.
...****************...
Pagi itu, Seraphina pergi tanpa pamit kepada keluarganya. Dia berniat pergi menemui teman-temannya dari kalangan rakyat jelata dan gelandangan dengan menyamar sebagai Ela.
"Hai semua, aku kembali lagi," ucap Ela kepada mereka yang sedang sibuk sendiri.
"Ternyata kau Ela, pergi kemana kamu? Kenapa tidak datang kesini?" tanya Robi dengan penasaran.
"Hehehe, biasa majikanku sangat merepotkan," jawab Ela dengan berbohong. Biasa ibuku sibuk menceramahi atau sidangku lanjut batin Seraphina
"Oh, gitu? Ternyata susah juga ya menjadi pelayan dari seorang majikan?" tanya Ana yang mendengarkan pembicaraan Robi dan Ela.
Ela tersenyum dan berkata, "Tidak terlalu susah, Ana. Majikanku hanya sedikit...menuntut."
Robi dan Ana tertawa, dan Robi berkata, "Kamu selalu memiliki cerita yang menarik, Ela."
Ela tersenyum dan berkata, "Saya hanya mencoba untuk membuat hidup lebih menarik."
Ana memandang Ela dengan mata yang penasaran dan berkata, "Ela, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Kamu tidak seperti pelayan biasa."
Ela tersenyum dan berkata, "Saya tidak di tuntut banyak hal oleh majikanku."
Robi dan Ana saling memandang, dan Robi berkata, "Semoga majikan kamu terus baik kepadamu Ela."
Ela tersenyum dan berkata, "Terima kasih, teman-teman. Saya sangat menghargai persahabatan kalian."
Tiba-tiba, seorang pria muda datang dan berkata, "Semuanya, ada kabar penting. Putra Mahkota Arthur Orion de Havencourt akan datang ke kota ini hari ini."
Ela terkejut dan berkata, "Apa? Mengapa dia datang ke sini?"
Pria muda itu melanjutkan, "Aku tidak tau ada urusan apa sampai - sampai putra mahkota mau datang ke wilayah ini."
Ela merasa jantungnya berdegup kencang. Dia tidak ingin bertemu Putra Mahkota, apalagi jika dia sedang mencari istri. Ela mulai berpikir keras, "Ana apakah kamu jadi pergi ke ibukota?" tanya Ela penuh harapan
"Iya kenapa, Ela." ucap Ana penasaran
"Bolehkah aku ikut kamu pergi ke ibukota."
"Bukannya di sini ada keluargamu juga dan majikanmu sangat baik kenapa kamu ingin ikut."
"Aku dari dulu penasaran dengan ibukota karena tidak pergi kesana." jawab Ela lugu
"Baiklah kamu boleh ikut kita akan berangkat besok siang kamu bisa mempersiapkan diri."
"Terima kasih Ana." ucap Ela senang
"Lalu bagaimana dengan keluargamu, Ela?" tanya Robi penasaran
"Pasti mereka senang kalau aku pergi ke ibukota." ucap Ela tersenyum palsu
Robi dan Ana saling memandang, dan Robi berkata, "Kamu tidak perlu berbohong kepada kami, Ela. Kami tahu kamu memiliki alasan lain untuk ingin pergi ke ibukota."
Ela tersenyum dan berkata, "Aku hanya ingin melihat dunia luar dan memiliki pengalaman baru."
Ana memandang Ela dengan mata yang penasaran dan berkata, "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan, Ela. Tapi, aku akan selalu mendukungmu."
Ela tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Ana. Aku sangat menghargai persahabatanmu."
...****************...
Seraphina telah mempersiapkan semua untuk pergi ke ibukota siang ini. Dia tidak sabar terbebas dari kekangan keluarga yang kerap kali ingin menjadikan dirinya sebagai wanita sungguhan.
"Adek, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Alea penasaran adiknya sedang melakukan apa lagi yang akan membuat ibu mereka marah lagi kepada adiknya yang tomboy ini.
"Kakak, aku dengar kalau Putra Mahkota akan datang beberapa hari ini. Lebih baik kakak mempersiapkan diri sesuai ekspektasi ibunda untuk menjadi istri Putra Mahkota," jawab Seraphina tersenyum.
"Adek, walaupun status Putra Mahkota yang seorang bangsawan dan sangat cocok dengan kriteria ibunda, tapi aku hanya ingin menikah dengan orang yang aku cintai dan dia mencintaiku," tolak Alea sinis.
"Tapi, kakak adalah putri kesayangan ibunda kita. Mana mungkin ibunda akan memberikan calon suami kakak yang asal-asalan," kata Alea.
"Sudahlah, jangan bahas masalah Putra Mahkota lagi. Kamu sebenarnya mau pergi kemana? Kenapa membawa banyak uang dan pakaian?" tanya Alea.
"Oh, ini aku ingin memberikan amal dan pakaian yang sudah tidak muat lagi, kak," jawab Seraphina berbohong.
Alea mengangguk karena biasanya adiknya memberikan barang atau uang kepada gelandangan atau rakyat jelata. Dia membiarkannya saja dan segera keluar dari kamar tersebut.
Setelah Alea keluar dari kamar, Seraphina segera mengemas barang-barangnya dan memastikan bahwa dia tidak meninggalkan apa pun yang penting. Dia kemudian memakai pakaian yang sederhana dan menyamar sebagai seorang gadis desa.
Seraphina keluar dari kamar dan menuju ke pintu belakang kediaman. Dia berharap bahwa tidak ada orang yang akan melihatnya pergi. Setelah dia mencapai pintu belakang, dia membuka pintu dan keluar dari kediaman.
Dia kemudian pergi ketempat Ana yang telah menunggunya. Semoga saja dia tidak terlambat ke tempat tersebut.
"Ana apakah kamu telah menunggu lama?" tanya Ela menatap Ana penasaran.
"Syukurlah kamu sudah datang Ela, aku kira kamu tidak jadi ikut aku pergi." ucap Ana tersenyum
"Maaf ya aku terlambat dan membuatmu menunggu terlalu lama." jawab Ela penuh penyesalan.
"Sudahlah ayo kita pergi sekarang, Ela."
Ana langsung menarik tangan Ela untuk mengikuti langkah kakinya menuju kereta kuda yang telah di siapkan untuk kepergiannya ke ibukota. Ternyata Robi ikut pergi bersama mereka dan yang menjadi kusir kereta kuda.
"Loh ternyata yang akan menemani kami, Robi." ucap Ela heran.
"Sudahlah ayo kita berangkat sebelum malam tiba dan nantinya malah kita bermalam di hutan." ucap Robi menyuruh kedua wanita tersebut untuk segera masuk ke dalam dan akhirnya mereka berangkat juga.
...****************...
Kediaman Nightshade terdapat kekacauan karena putri bungsu mereka tiba - tiba menghilang dan tidak tau pergi kemana.
"Sebenarnya Seraphina pergi kemana kenapa sampai malam tidak pulang." ucap Hanna khawatir karena putri bungsunya mendadak menghilang.
"Ibu kalau ada Seraphina selalu marah - marah dan menyalahkannya tetapi kalau orangnya gak ada malah sedih." jawab Sebastian heran dengan sikap ibunya yang aneh terhadap Seraphina.
"Kenapa memang aku ini ibunya yang melahirkan dan merawatnya apa tidak boleh kalau ibu cemas kepada adekmu." ucap Hanna dingin kepada Sebastian.
"Sudah sudah jangan bertengkar membuatku pusing tau tidak." jawab Alex dingin kepada istri dan putra sulungnya.
Alea bimbang ingin mengatakan sesuatu, "Ayah, Ibu, Kakak tadi pagi aku ke kamar Seraphina dia tadi membereskan pakaian dan mengambil banyak uang aku kira dia ingin melakukan amal dan memberikan pakaian tersebut kapada rakyat jelata dan gelandangan." ucap Alea takut - takut
"Kenapa tidak bilang dari tadi Alea kalau adekmu berniat pergi dari rumah." jawab Alex marah.
"Maafkan aku." sesal Alea sedih
Alex segera memerintahkan prajurit di kediaman untuk melakukan pencarian di seluruh wilayah Nightshade termasuk luar kota dan ibukota.
...****************...
Di istana ada seorang pria yang menatap dingin ibunya. Setelah apa yang telah di alami dirinya karena mantan tunangannya telah menikah dengan pangeran dari kerajaan lainnya.
Dia mengerti ibunya sangat khawatir dan cemas semisal dia tidak berhubungan dengan wanita. Tetapi untuk saat ini dia enggan memiliki sebuah hubungan baru dengan seorang wanita.
"Ibu Ratu apa maksud anda mengatakan kalau saya berniat mencari istri dalam waktu dekat?" tanya Arthur dingin
"Putra ibu hanya ingin mempermudah agar kamu bisa memilih wanita yang kamu inginkan." ucap Alethea pelan dan lembut.
"Tetapi untuk saat ini saya tidak tertarik memulai hubungan baru! Bisakah anda untuk berhenti mencampuri urusan saya." ucap Arthur dingin
"Apakah kamu tidak menyukai wanita lagi?" Alethea penasaran putranya
"Ibu saya masihlah menyukai wanita untuk saat ini saya masih ingin sendiri, bisakah anda berhenti."
"Baiklah aku akan memberikan waktu kamu selama enam bulan untuk sendiri setelah itu turuti apa kata ibumu ini." jawab Alethea penuh harap.
"Terserah ibu saja."
Setelah mengatakan hal tersebut Arthur meninggalkan kediaman ibunya dan pergi dari sana. Dia telah sampai di kediamannya (istana timur) dan mulai bermain pedang di malam sunyi.
Arthur Orion de Havencourt ia itu namanya dia adalah seorang putra mahkota kerajaan Ravencala. Sebenarnya dia telah mempunyai tunangan tetapi batal atau pisah karena wanita tersebut memilih menikah dengan pangeran dari kerajaan lain.
Apakah aib kalau dia di tinggalkan mungkin dia dengan wanita tersebut tidaklah berjodoh tetapi kenapa gara - gara masalah tersebut ibunya menjadi was - was.
Dia hanyalah ingin sendiri untuk saat ini tanpa ada kekacauan wanita saja dan bukan karena dia belum bisa move on saja itu bukan dari kamusnya.
Arthur jadi kesal dan marah kepada ibunda ratu.
...To Be Continued...
Note:
Terimakasih telah membaca cerita jangan lupa komen, kritik dan saran ya 😊 jangan lupa tinggalkan jejak😊 sayang kalian semua semoga kalian suka🥰🥰Biar saya tambah semangat membuat kelanjutan ceritanya Terimakasih love youall😍
Seraphina sudah di perbatasan antara ibukota dan mungkin besok dia akan tiba. Untuk saat ini Seraphina berniat mengajak Ana dan Robi untuk mencari penginapan.
"Ana dan Robi bagaimana kalau kita mencari penginapan dan melanjutkan perjalanan besok lagi aku tahu kalian berdua pasti kelelahan dalam perjalanan tenang saja aku yang akan membayar." sahut Seraphina atau Ela.
"Tapi nanti kamu mengeluarkan banyak uang nantinya, Ela." ucap Ana ragu dan Robi mengangguk menyetujui ucapan Ana.
Seraphina tersenyum dan menggelengkan kepala. "Jangan khawatir, Ana. Aku memiliki cukup uang untuk membayar penginapan kita. Lagipula, aku ingin kita semua bisa beristirahat dengan baik sebelum melanjutkan perjalanan besok."
Robi mengangguk setuju. "Ya, aku juga merasa lelah. Mencari penginapan bukanlah ide yang buruk."
Ana juga mengangguk, meskipun masih terlihat sedikit ragu. "Baiklah, jika kamu yakin, Ela. Tapi kamu harus berjanji untuk tidak mengeluarkan terlalu banyak uang."
Seraphina tertawa. "Aku berjanji, Ana. Sekarang, mari kita cari penginapan yang nyaman dan beristirahatlah dengan baik."
Seraphina segera menyuruh Robi menjalankan kereta kuda untuk berjalan melalui jalan-jalan di perbatasan ibukota, mencari penginapan yang nyaman. Setelah beberapa saat berjalan, mereka menemukan sebuah penginapan yang terlihat bersih dan nyaman.
"Bagaimana kalau kita mencoba penginapan ini?" tanya Seraphina, menunjuk ke arah penginapan.
Ana dan Robi mengangguk setuju, dan mereka berjalan ke arah penginapan. Setelah memasuki penginapan, mereka disambut oleh seorang pelayan yang ramah.
"Selamat datang di Penginapan Merah! Apakah Anda ingin memesan kamar?" tanya pelayan tersebut.
Seraphina mengangguk dan meminta pelayan untuk menunjukkan kamar yang tersedia. Setelah melihat beberapa kamar, mereka memutuskan untuk memesan dua kamar yang berdekatan.
Setelah memesan kamar, mereka memutuskan untuk beristirahat dan menghilangkan lelah. Seraphina meminta Ana dan Robi untuk bergabung dengannya di kamar makan untuk makan malam bersama.
"Bagaimana kalau kita makan malam bersama di kamar makan?" tanya Seraphina, tersenyum.
Ana dan Robi mengangguk setuju, dan mereka berjalan ke arah kamar makan untuk menikmati makan malam bersama.
Setelah selesai membersihkan diri Seraphina mengajak mereka berdua untuk berdiskusi setelah nantinya mereka tiba di ibukota.
"Aku ingin mengajak kalian berdua untuk berdiskusi tentang setelah kita tiba di ibukota nantinya." ucap Seraphina atau Ela memandang mereka berdua.
"Ya kamu benar Ela." sahut Robi setuju dengan ucapan Ela dan Ana hanya mengangguk mengamati.
"Begini bukankah Robi punya keahlian dengan memasak dan membuat teh yang enak jadi kita akan membuat sebuah kedai dan tugas Robi memasak dan membuat teh lalu kamu anak bertugas sebagai pelayan atau kasir dan aku tentang pembukuan keungan atau bagian promosi." ucap Seraphina panjang lebar.
"Lalu kita pasti membutuhkan modal pertama bukan." sahut Ana ragu dengan ide Ela.
"Kalian tenang saja masalah modal atau uang untuk sementara memakai punyaku karena aku membawa semua hartaku." jawab Seraphina tersenyum.
"Itu berarti kami berhutang banyak denganmu, Ela." gumam Robi ragu.
"Sudahlah jangan tidak enak begitu jadi kalian berdua setujukan dan setelah tiba kita akan mencari bangunan untuk tempat tinggal dan kedai untuk kita." sahut Seraphina tidak mau di bantah Ana dan Robi hanya bisa setuju dengan ide tersebut.
Ana dan Robi saling menatap, kemudian mengangguk setuju dengan ide Seraphina. Mereka berdua tampaknya tidak memiliki pilihan lain selain menerima tawaran Seraphina.
"Baiklah, Ela. Kami setuju dengan ide kamu," kata Ana dengan nada yang sedikit ragu.
Seraphina tersenyum lebar, tampaknya sangat senang dengan keputusan Ana dan Robi.
"Saya sangat senang kalian berdua setuju! Sekarang, mari kita fokus pada rencana kita dan membuat kedai yang sukses!" kata Seraphina dengan semangat.
Mereka bertiga kemudian melanjutkan diskusi tentang rencana mereka, membahas tentang bagaimana mereka akan menjalankan kedai, apa jenis makanan dan minuman yang akan mereka jual, dan bagaimana mereka akan mempromosikan kedai mereka.
Saat mereka berdiskusi, Seraphina tampaknya sangat percaya diri dan memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dia capai. Ana dan Robi tampaknya sangat terkesan dengan semangat dan kepercayaan diri Seraphina.
Setelah beberapa jam berdiskusi, mereka bertiga memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan diskusi keesokan hari. Mereka berjalan ke kamar masing-masing, merasa lelah tapi juga sangat bersemangat untuk memulai petualangan baru mereka di ibukota.
Keesokan paginya, Seraphina, Ana, dan Robi bangun pagi-pagi sekali, merasa segar dan siap untuk melanjutkan perjalanan mereka ke ibukota. Mereka sarapan bersama di kamar makan, kemudian mempersiapkan diri untuk berangkat.
Setelah mempersiapkan diri, mereka bertiga berjalan ke arah kereta kuda yang telah disiapkan oleh Robi. Mereka naik ke atas kereta kuda dan memulai perjalanan mereka ke ibukota.
Saat mereka berjalan, Seraphina memandang ke sekitar, melihat pemandangan yang indah dan menikmati udara yang segar. Ana dan Robi juga tampaknya menikmati perjalanan mereka, mereka berdua berbicara dan tertawa bersama.
Setelah beberapa jam berjalan, mereka bertiga akhirnya tiba di ibukota. Mereka memandang ke sekitar, melihat bangunan-bangunan yang megah dan jalan-jalan yang sibuk.
"Wow, ibukota ini sangat indah!" kata Ana, terkesan dengan pemandangan yang mereka lihat.
"Ya, aku juga sangat terkesan," kata Robi, tersenyum.
Seraphina juga tersenyum, dia tampaknya sangat senang dengan keputusan mereka untuk datang ke ibukota.
"Sekarang, mari kita cari tempat untuk tinggal dan membuka kedai kita," kata Seraphina, dengan semangat.
Mereka bertiga kemudian memulai pencarian mereka untuk mencari tempat yang sesuai untuk tinggal dan membuka kedai. Mereka berjalan ke sekitar, melihat-lihat bangunan-bangunan yang tersedia dan berbicara dengan orang-orang yang mereka temui.
Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya menemukan sebuah bangunan yang terlihat cocok untuk dijadikan kedai. Bangunan itu terletak di jalan yang sibuk, sehingga mereka yakin bahwa kedai mereka akan mendapatkan banyak pelanggan.
"Bagaimana kalau kita membeli bangunan ini?" tanya Seraphina, memandang ke arah bangunan tersebut.
Ana dan Robi saling menatap, kemudian mengangguk setuju.
"Ya, aku rasa bangunan ini sangat cocok untuk dijadikan kedai," kata Ana.
Robi juga mengangguk setuju. "Aku juga rasa bangunan ini sangat bagus."
Seraphina tersenyum, dia tampaknya sangat senang dengan keputusan mereka.
"Sekarang, mari kita masuk ke dalam bangunan dan melihat-lihat," kata Seraphina, membuka pintu bangunan tersebut.
Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam bangunan, melihat-lihat ruangan dan memeriksa kondisi bangunan. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya memutuskan untuk membeli bangunan tersebut.
"Sekarang, kita harus memikirkan nama untuk kedai kita," kata Seraphina, tersenyum.
Ana dan Robi saling menatap, kemudian mengangguk setuju.
"Ya, kita harus memilih nama yang bagus untuk kedai kita," kata Ana.
Robi juga mengangguk setuju. "Aku rasa kita harus memilih nama yang unik dan menarik."
Seraphina tersenyum, dia tampaknya sangat senang dengan keputusan mereka.
"Sekarang, mari kita pikirkan nama yang bagus untuk kedai kita," kata Seraphina, tersenyum.
"Bagaimana dengan nama Dreamweaver's Den yang artinya Sarang Penenun Mimpi." kata Ana mencetuskan sebuah ide nama untuk kedai baru mereka.
"Sangat bagus, keren dan menakjubkan." sahut Robi menerima ide dari Ana. Ela mengangguk menyetujui ide tersebut.
"Kalau begitu ayo kita masuk dan memilih kamar dan segera membersihkan tempat ini dan setelah selesai kita pergi berbelanja untuk kebutuhan untuk pembukaan nanti." jawab Ela.
Mereka bertiga kemudian memasuki bangunan dan memilih kamar yang akan mereka gunakan. Setelah itu, mereka mulai membersihkan tempat tersebut dan mempersiapkan segala sesuatu untuk pembukaan kedai mereka.
Setelah selesai membersihkan, mereka berjalan ke pasar untuk berbelanja kebutuhan untuk pembukaan kedai. Mereka membeli bahan-bahan makanan, peralatan dapur, dan dekorasi untuk kedai mereka.
Saat mereka berbelanja, Seraphina tampaknya sangat bersemangat dan memiliki visi yang jelas tentang bagaimana kedai mereka akan terlihat dan beroperasi. Ana dan Robi juga tampaknya sangat terkesan dengan semangat dan kepercayaan diri Seraphina.
Setelah selesai berbelanja, mereka kembali ke kedai mereka dan memulai proses dekorasi dan persiapan untuk pembukaan. Mereka bekerja sama dengan baik dan memiliki semangat yang tinggi untuk membuat kedai mereka menjadi sukses.
Akhirnya, setelah beberapa hari persiapan, kedai mereka "Dreamweaver's Den" siap untuk dibuka. Mereka bertiga merasa sangat bangga dan bersemangat untuk menyambut pelanggan pertama mereka.
...To Be Continued...
Note:
Terimakasih telah membaca cerita jangan lupa komen, kritik dan saran ya 😊 jangan lupa tinggalkan jejak😊 sayang kalian semua semoga kalian suka🥰🥰Biar saya tambah semangat membuat kelanjutan ceritanya Terimakasih.
Mereka bertiga berdiri di depan kedai mereka, memandang ke arah plang nama yang baru saja dipasang. "Dreamweaver's Den" terlihat sangat menarik dan mengundang.
"Bagaimana kalau kita buka kedai kita sekarang?" tanya Seraphina, tersenyum.
Ana dan Robi mengangguk setuju, dan mereka bertiga memasuki kedai untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk pembukaan.
Setelah beberapa saat, mereka siap untuk menyambut pelanggan pertama mereka. Seraphina membuka pintu kedai dan tersenyum kepada orang-orang yang berjalan di luar.
"Selamat datang di Dreamweaver's Den!" kata Seraphina, dengan suara yang ramah.
Ana dan Robi juga tersenyum dan menyambut pelanggan pertama mereka dengan hangat. Mereka bertiga siap untuk memulai petualangan baru mereka di ibukota, dan mereka yakin bahwa kedai mereka akan menjadi sukses.
Banyak yang penasaran dengan kedai tersebut. Pada awalnya mereka penasaran apa yang di sajikan oleh kedai baru itu.
"Selamat datang di kedai Dreamweaver's Den kami, apakah ada yang ingin anda pesan." ujar Seraphina atau Ela.
"Wow, kedai ini terlihat sangat unik dan menarik!" kata salah satu pelanggan pertama mereka, seorang wanita muda yang penasaran. "Apa yang kamu sajikan di sini?"
Seraphina tersenyum dan menjelaskan, "Kami menyajikan berbagai macam minuman dan makanan ringan yang unik dan lezat. Kami juga memiliki beberapa barang antik dan kerajinan tangan yang dijual di sini."
Pelanggan tersebut terlihat sangat tertarik dan meminta Seraphina untuk menunjukkan menu mereka. Seraphina dengan senang hati menunjukkan menu mereka dan menjelaskan tentang beberapa minuman dan makanan yang mereka sajikan.
Sementara itu, Ana dan Robi sibuk mempersiapkan beberapa minuman dan makanan untuk pelanggan lain yang mulai berdatangan. Mereka bertiga bekerja sama dengan baik dan membuat pelanggan mereka merasa nyaman dan puas dengan pelayanan mereka.
Kedai Dreamweaver's Den mulai ramai dengan pelanggan yang penasaran dengan menu dan barang-barang yang mereka jual. Seraphina, Ana, dan Robi sangat gembira dengan respons yang positif dari pelanggan mereka dan mereka yakin bahwa kedai mereka akan menjadi sukses di ibukota.
Pelanggan terus berdatangan dan kedai Dreamweaver's Den menjadi semakin ramai. Seraphina, Ana, dan Robi bekerja keras untuk memastikan bahwa semua pelanggan mereka puas dengan pelayanan dan menu yang mereka tawarkan.
Salah satu pelanggan yang datang ke kedai mereka adalah seorang pria yang terlihat sangat penasaran dengan barang-barang antik yang dijual di kedai mereka. Dia berjalan-jalan di sekitar kedai, memeriksa setiap barang yang dijual.
"Maaf, apakah saya bisa bertanya tentang barang-barang antik yang dijual di sini?" tanya pria tersebut kepada Seraphina.
Seraphina tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, silakan bertanya. Kami memiliki berbagai macam barang antik yang dijual di sini."
Pria tersebut kemudian bertanya tentang beberapa barang antik yang dijual di kedai mereka, dan Seraphina dengan senang hati menjelaskan tentang setiap barang tersebut.
Sementara itu, Ana dan Robi sibuk mempersiapkan beberapa minuman dan makanan untuk pelanggan lain yang datang ke kedai mereka. Mereka bertiga bekerja sama dengan baik dan membuat pelanggan mereka merasa nyaman dan puas dengan pelayanan mereka.
Kedai Dreamweaver's Den terus ramai dengan pelanggan yang penasaran dengan menu dan barang-barang yang mereka jual. Seraphina, Ana, dan Robi sangat gembira dengan respons yang positif dari pelanggan mereka dan mereka yakin bahwa kedai mereka akan menjadi sukses di ibukota.
"Sepertinya kita membutuhkan seorang karyawan untuk membantu kita." ujar Ana setelah hari pertama kedai buka.
"Ya kau benar Ana setidaknya kita membutuhkan lima karyawan dua orang untuk membantu Robi di dapur, dua yang akan membantumu, dan satu untuk membantuku." terang Seraphina setuju dengan ide Ana.
"Mereka harus orang yang tepat untuk membantu kita," kata Robi, yang sedang membersihkan dapur. "Kita tidak ingin orang yang tidak profesional atau tidak dapat diandalkan."
"Benar," kata Seraphina. "Kita harus mencari orang yang memiliki pengalaman dalam bidang ini dan dapat bekerja sama dengan baik."
"Bagaimana kalau kita membuat iklan lowongan kerja?" tanya Ana. "Kita dapat memasang iklan di koran atau tulisan kertas yang tertempel di dinding pengumuman agar penduduk dapat melihat."
"Itu ide yang bagus," kata Seraphina. "Kita juga dapat meminta rekomendasi dari orang pelanggan."
Mereka bertiga kemudian memutuskan untuk membuat iklan lowongan kerja dan meminta rekomendasi dari pelanggan mereka. Mereka yakin bahwa dengan mencari orang yang tepat, mereka dapat membuat kedai Dreamweaver's Den menjadi sukses dan berkembang.
Keesokan harinya, Seraphina, Ana, dan Robi memasang iklan lowongan kerja di dinding pengumuman di sekitar kota atau ibukota. Mereka juga meminta rekomendasi dari pelanggan mereka yang telah datang ke kedai mereka.
Beberapa hari kemudian, mereka mulai menerima lamaran dari orang-orang yang tertarik untuk bekerja di kedai Dreamweaver's Den. Mereka kemudian melakukan wawancara dengan beberapa kandidat yang mereka pilih.
Setelah melakukan wawancara, mereka memutuskan untuk memilih lima orang yang mereka anggap memiliki kualifikasi yang tepat untuk bekerja di kedai mereka.
Mereka kemudian menghubungi kelima orang tersebut dan memberitahu mereka bahwa mereka telah diterima untuk bekerja di kedai Dreamweaver's Den.
Kelima orang tersebut sangat gembira dan berterima kasih kepada Seraphina, Ana, dan Robi. Mereka kemudian mulai bekerja di kedai Dreamweaver's Den dan membantu Seraphina, Ana, dan Robi dalam mengelola kedai tersebut.
Dengan bantuan kelima orang tersebut, kedai Dreamweaver's Den menjadi semakin ramai dan sukses. Seraphina, Ana, dan Robi sangat gembira dengan hasil tersebut dan mereka yakin bahwa kedai mereka akan terus berkembang dan menjadi salah satu kedai yang paling populer di kota.
...****************...
Setelah seminggu membuat kedai dan Ana, Robi atau karyawan dapat di andalkan dengan baik. Seraphina berniat keluar untuk mencari apa saja yang ada di ibukota. Mungkin saja ada hal menarik seperti organisasi yang bisa Seraphina manfaatkan untuk mengasah hobinya.
"Aku keluar dulu ya untuk mencari udara segar." kata Seraphina atau Ela kepada Ana yang ada di meja kasir.
"Baiklah kau boleh pergi Ela." sahut Ana yang tadi sibuk dengan pekerjaannya.
Seraphina segera pergi dari kedai tanpa membuang waktu lagi Seraphina berjalan-jalan di sekitar kota, menikmati udara segar dan melihat-lihat tempat-tempat menarik di ibukota. Dia berjalan melewati taman kota yang indah, melihat-lihat toko-toko yang unik, dan berhenti di sebuah kedai kecil yang di pinggir jalan.
Saat dia duduk di kedai, dia melihat sebuah poster yang menarik perhatiannya. Poster tersebut mengiklankan sebuah organisasi yang bernama "Artisan's Guild", yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan bakat dalam bidang seni pedang dan memanah.
Seraphina merasa sangat tertarik dengan organisasi tersebut dan memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut tentang mereka. Dia mengambil alamat organisasi tersebut dari poster dan memutuskan untuk mengunjungi mereka keesokan harinya.
Dengan perasaan yang bersemangat, Seraphina kembali ke kedai Dreamweaver's Den dan dia berniat kembali karena sepertinya sudah terlalu malam ia berada di sana.
...To Be Continued...
Note:
Terimakasih telah membaca cerita jangan lupa komen, kritik dan saran ya 😊 jangan lupa tinggalkan jejak😊 sayang kalian semua semoga kalian suka🥰🥰Biar saya tambah semangat membuat kelanjutan ceritanya love you
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!