Setelah kepergianmu aku mengetahui bahwa tak ada yang benar benar tulus mencintai kecuali ALLAH, tapi terimakasih berkat kepergianmu aku menjadi semakin dewasa dalam hal mengikhlaskan..
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Zeeana Febiola seorang gadis yang memiliki paras cantik dan sangat periang dia juga banyak menguasai hal apapun terutama dalam hal pendidikannya. saat ini zea sedang menjalani pendidikannya di salah satu universitas ternama di kota Jakarta karna zea adalah salah satu mahasiswa cerdas, oleh karena itu zea menjalani kuliah dengan bermodalkan beasiswa selama berkuliah.
Zea hidup dengan sederhana bisa di bilang selalu berkecukupan dia tinggal bersama orang tua angkat yang sangat menyayanginya.
Dua puluh dua tahun silam... ✍️✍️
sepasang suami istri yaitu rini seorang ibu rumah tangga dan dimas yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas ternama di jakarta, mereka tidak di karuniai seorang anak selama sepuluh tahun pernikahan oleh karena itu mereka berfikir untuk mengadopsi anak dari panti asuhan, dan kebetulan saat sedang di perjalanan menuju panti asuhan mereka mampir sejenak untuk melaksanakan sholat di salah satu mesjid yang terletak di pinggir jalan. setelah beberapa saat sepasang suami istri tersebut selesai menjalankan kewajibannya mereka bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju panti asuhan yang ingin mereka kunjungi.
Pada saat menuju mobil yang mereka kendarai tiba tiba terdengar suara tangisan bayi tepat di depan pintu keluar mesjid dan betapa terkejutnya sepasang suami istri itu, dimas segera memanggil salah satu warga yang telah ikut melaksanakan sholat berjamaah di mesjid tersebut mungkin saja salah satu dari mereka membawa bayinya,
tapi ternyata tidak ada yang mengakui bayi tersebut.
saat itu juga beberapa orang yang berada di mesjid itu heboh karena menyaksikan bayi yang sedang menangis di dalam boks bayi, rini langsung mengangkat bayi itu setelah mengetahui bahwa tidak ada pemiliknya dan ternyata bayi itu berjenis kelamin perempuan di perkirakan bayi itu ber umur tuju hari karena terlihat dari tali pusat baru saja gugur dan kulitnya yang terlihat masih sangat merah.
"Mas jika bayi ini tidak ada yang ingin mengakuinya biar kita saja yang merawatnya." dengan yakin rini berkata pada suaminya bahwa dia ingin sekali merawat bayi itu, dimas mengangguk mengiyakan istrinya.
"Baiklah jika tidak ada yang menginginkan bayi ini biar saya dan istri saya saja yang mengangkatnya menjadi anak saya sendiri." kata dimas dengan tegas.
Semua orang yang berada di mesjid itu menyetujui keptusan rini dan dimas.
"Sebaiknya ibu dan bapak segera mengurus surat adopsi kepada pihak hukum yang berwajib." kata salah satu warga yang ada di mesjid.
"Iya betul, kami akan segera mengurusnya pak." jawab dimas
Setelah rini dan dimas mendapatkan persetujuan dari warga yang ada di sekitar mesjid itu, sepasang suami istri tersebut langsung memutuskan untuk pulang ke rumah. betapa bahagianya mereka mendapatkan seorang bayi perempuan yang sangat terlihat cantik. bagi mereka ini adalah hadiah dari allah yang tidak ternilai harganya mereka sudah lama memimpikan kehadiran seorang buah hati dan akhirnya tercapai dengan jalan menemukan seorang bayi perempuan.
Seiring berjalannya waktu, hari berganti hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun tidak terasa anak yang mereka rawat sejak bayi umur tujuh hari sudah beranjak menjadi seorang gadis cantik dewasa yang kini usianya sudah berusia dua puluh dua tahun.
★★★★
Pagi itu matahari terbit sangat cerah zea terlihat sibuk membantu ibunya yang sedang melakukan kegiatan memasak untuk sarapan.
"Sayang sebaiknya kamu mandi dulu sebelum sarapan, bukannya hari ini kamu ada jadwal kuliah.?" Kata rini pada anaknya
zea mengangguk patuh dan segera berlalu menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap untuk sarapan.
"Baiklah ma, zea mandi dulu ya."
Sesampainya di kamar zea segera mengambil handuk yang bergantung tepat di samping lemari pakaiannya dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
setelah menghabiskan waktu beberapa menit zea sudah selesai membersihkan dirinya dan juga sudah terlihat menggunakan pakaian rapi khas anak kuliahan. zea menghampiri meja rias untuk menggunakan sedikit make up tipis di bagian wajahnya.
zea telah selseai dengan kegiatannya, kemudian segera turun menuju ruang makan disana sudah menunggu kedua orang tuannya.
"Pagi ayah, " sapa zea yang melihat ayahnya baru saja tiba di ruang makan.
"Pagi sayang." dengan senyum.
Rini segera mengisi piring kosong yang ada di depan suaminya. dan zea juga segera mengisi piringnya yang kosong miliknya.
Setelah melakukan kegiatan sarapan, dimas beranjak dari duduknya dan bersiap untuk berangkat ke kampus tempatnya mengajar sebagai dosen.
"Zea sudah siap nak, kalau sudah biar kita berangkat.?"
"Sudah ayah."
Zea dan ayahnya keluar menuju mobil yang akan di kendarai oleh dimas.
"Ma, ayah berangkat dulu ya. jaga rumah kalau ada apa-apa segera hubungi ayah." pamit dimas pada istrinya. dan di angguki oleh rini.
"Ma, zea juga berangkat ya dada mama." Pamit zea sambil melambaikan tangannya setelah mencium punggung tangan kanan ibunya.
Dimas terlebih dulu mengantar zea ke kampusnya setelah itu langsung menuju kampus tempatnya mengajar.
Selama tiga puluh menit melakukan perjalanan mobil dimas telah sampai di depan kampus tempat zea kuliah. zea pamit dan tidak lupa mencium punggung tangan kanan ayahnya.
"Ayah zea masuk dulu, ayah hati-hati di jalan." Pamit zea sambil berlalu menuju halaman kampus.
Dimas segera menjalankan mobilnya meninggalkan kampus zea.
"Hai zea." Panggil karin sambil melambaikan tangan yang melihat sahabatnya.
"Karin.." Zea balas melambaikan tangannya.
Karin segera meghampiri sahabatnya dan berjalan bersama menuju kelas.
"Zea sepulang kuliah kita ke toko buku ya." Ajak karin.
"Baiklah kebetulan juga aku ingin membeli buku."
Keduanya telah sampai di kelas, selang beberapa menit terlihat dosen yang akan mengajar mata kuliah pagi ini.
Tidak terasa waktu berlalu semua mahasiswa telah mengikuti mata kuliah dengan serius.
Tepat pukul dua belas siang, Zea dan karin pulang kampus, terlihat sedang melakukan perjalanan menuju toko buku dengan menggunakan taxi.
sesampainya di toko buku tujuan mereka, langsung mencari buku yang akan mereka beli.
Zea dan karin sudah mendapatkan buku yang mereka cari, meraka berniat untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
karena karin akan di jemput oleh pacarnya untuk mampir ke suatu tempat jadi dia terlebih dulu pamit kepada zea untuk pulang.
"Zea saya duluan ya." pamit karin
"Baiklah hati-hati karin, sampai ketemu besok."
Setelah karin pergi, zea segera berjalan menuju halte yang dekat dengan toko buku untuk menunggu taxi.
namun sudah dua puluh menit lamanya zea menunggu taxi tidak ada satupun yang lewat.
"Kenapa tidak ada satupun taxi yang lewat." zea menggerutu sendiri karena terlalu lama menunggu.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depan halte tempat zea menunggu taxi, dan betapa terkejutnya zea melihat sesorang yang berada di dalam molbil tersebut. seseorang yang tidak ingin di lihatnya lagi, seseorang yang tidak ingin di temuinya lagi setelah tiga tahun lamanya.
"Zioo.." gumam zea dengan suara pelan.
Rasanya ingin melarikan diri tidak ingin lagi melihat laki-laki itu, raut wajah zea kembali sendu.
★
★
★
★
★
Bersambung...
Budayakan untuk meninggalkan jejak denga. cara like koment beri saran, jangan lupa beri vote ya readers.. terimakasih sudah mampir di cerita pertamaku 😉🙏🙏🙏
Terimakasih untuk memperbaiki waktu yang kita habiskan sia sia, terimakasih untuk rasa yang pernah di perjuangkan tapi akhirnya tak juga bersama. kesempatan memang harus ada tapi bukan berarti harus berada di perlakuan yang sama...
✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰
Zea dengan buru-buru ingin meninggalkan halte setelah mengetahui sesorang yang ada di dalam mobil itu. tapi usahanya untuk segera ingin menghindar sia-sia karena zio telah lebih dulu menarik tangannya dan menahannya.
"Zea bagaimana kabarmu, aku baru beberapa jam tiba apa kamu tidak merindukanku dan tidak ingin mendengar penjelasan apapun dariku." kata zio sambil tetap menahan tangan zea agar tidak pergi.
"Maaf aku buru-buru." zea berusaha menepis tangan zio, tapi tetap gagal di lakukan karna genggaman zio begitu kuat.
"Zio apa yang kamu lakukan, tolong lepaskan tanganku aku tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun darimu." Pinta zea dengan suara yang sudah mulai serak dan terlihat matanya sudah berkaca-kaca.
Zea mulai terisak dia kembali mengingat penghianatan yang pernah di dapati dari laki-laki yang ada di hadapannya saat ini. laki-laki yang selalu menjanjikannya harapan indah waktu itu.
"Zea tolong berikan aku sedikit kesempatan untuk menjelaskan semuanya, aku ingin kamu mendengarku sebentar saja ze,, tolong." Zio dengan raut wajah memohon, dengan perlahan melepaskan tangan zea.
"Apapun penjelasanmu aku tidak ingin mendengarnya." Teriak zea kemudian menghentikan taxi yang melintas di depannya dan segera pergi meninggalkan zio sendirian.
Setelah berhasil lolos dari zio, zea segera menaiki taxi yang telah di hentikan tadi dan lansung menyandarkan dirinya di kursi penumpang. zea kembali mengingat hubungan yang dulu pernah di jalani bersama zio, hubungan yang bisa di bilang begitu romantis karena. mereka menjalin hubungan sejak duduk di bangku SMA hinggah menjelang kelulusan.
Zea bernafas begitu berat dan tidak terasa di sudut matanya kembali mengeluarkan cairan bening kala mengingat semuanya.
Setelah menempu perjalanan selama 20 menit menuju rumah zea, akhirnya sampai dan zea terlihat tidak menyadarinya.
"Nona, kita sudah sampai di alamat yang nona sebutkan tadi." suara supir taxi yang membuyarkan lamunan zea.
"Oh baiklah pak, terimakasih." ucap zea sambil menyerahkan ongkos pada supir taxi tersebut.
Zea turun dari taxi dan langsung menuju ke dalam rumahnya, sekilas dia melihat jam tangan yang di kenakan pada lengannya dan ternyata sudah menunjukan pukul 17.13 sedikit zea menghelah nafas ternyata sudah sesore ini fikirnya.
"Assalamu'alaikum zea pulang ma." Suara zea setelah sampai di depan pintu.
"Walaikumsalam, sayang sudah pulang." saut mama rini sambil menghampiri anaknya. rini sekilas memperhatikan raut wajah anaknya yang terlihat begitu sendu. zea sadar bahwa dirinya telah di perhatikan segera pamit untuk berlalu menuju kamarnya.
"Ma zea ke kamar ya, mau mandi rasanya badan zea sudah sangat lengket oleh keringat, setelah itu zea akan bantu mama menyiapkan makan malam." ucap zea dan buru-buru menaiki tangga menuju kamarnya.
Rini tau anaknya itu pasti telah menghadapi masalah, dan zea tidak ingin memperlihatkan kesedihannya. rini hanya bisa mengangguk mengiyakan anaknya.
"Baiklah sayang." saut rini, ada rasa hawatir dalam dirinya.
Zea telah tiba di kamarnya dia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. tidak butuh waktu lama untuk membersihkan diri dan bersiap, setelah itu zea keluar dari kamar dan menuju dapur untuk membatu ibunya yang sedang menyiapkan makan malam.
mereka tidak menggunakan asisten rumah tangga karena rini masih sanggup untuk melakukan aktifitas yang menurutnya sudah menjadi kewajiban bagi seorang istri.
dari sinilah rini telah mengajarkan banyak hal kepada zea sejak dini. terbukti hasilnya zea sangat terlihat menurut apapun yang arahkan oleh sang ibu mengenai hal-hal baik termasuk untuk urusan dapur dan zea telah menguasai semuanya tanpa di ajarkan lagi oleh rini.
Semua masakan sudah tertata di meja makan ada rasa bahagia dirraut wajah keduanya. sekilas ibu dan anak itu saling melempar senyum.
"Akhirnya selesai juga ya ma." ucap zea dengan rasa senang.
"Iya sayang, kalau begitu ayo kita sholat dulu stelah itu kita makan malam ya." saut rini dan di angguki oleh zea.
Adzan telah berkumandang menandakan waktu magrib telah tiba. zea dan kedua orang tuanya segera menjalani kewajiban sebagai seorang muslim.
ayah dimas, mama rini dan zea telah selesai mengerjakan sholat. mereka segera bergegas menuju ruang makan untuk makan malam.
Acara makan telah selesai zea pamit untuk masuk ke kamarnya. Lanjut dimas dan rini sedang menonton di ruang TV, dan zea membereskan bekas makan dan mencuci piring kotor sisa makanan.
"Ayah, mama zea mau ke kamar dulu ya mau istirahata sambil nunggu waktu isya." ucap zea setelah membereskan bekas makan dan mencuci piring kotor.
Di dalam kamar zea duduk di tepi tempat tidurnya kembali memikirkan kejadian yang tadi sore di alaminya, kembali bertemu dengan laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya tiga tahun yang lalu.
"Kenapa harus bertemu lagi dengan dia, aku sudah begitu keras melupakannya." gumam zea dalam hati sambil menarik nafas dengan begitu berat tidak terasa air mata kembali menetes.
Suara ketukan pintu dari luar menyadarkan zea dari lamunannya.
"Zea mama masuk ya sayang." suara rini dari luar
Dengan segera zea menghapus air matanya
"Iya ma.." suara ze sedikit serak
Mama rini masuk ke kamar zea dan rini mendudukan dirinya di samping zea. rini seraya mengelus pipi anaknya dan menyelipkan rambut di belakang telinga zea yang telihat berantakan.
"Nak, mama tau kamu sedang ada masalah tidak perlu di sembunyikan lagi. ayo cerita sama mama tidak perlu di sembunyikan sayang." Bujuk rini yang tidak tega melihat putrinya dari tadi terlihat murung memendam masalah sendirian sejak pulang ke rumah.
Zea tidak tahan lagi menyembunyikan kesedihannya hingga dia kembali terisak dan langsung menghambur ke pelukan ibunya.
"Mah..ma." ucap zea dengan sesegukan
"Iya nak ayo cerita sama mama, mungkin saja setelah ini bisa membuat kamu lebih tenang." rini kembali membujuk putrinya.
Zea mulai menceritakan semua kejadian yang di alaminya hari ini ketika bertemu dengan zio, bukan kali pertama rini menjadi pendengar untuk zea. rini sudah berulang kali mendengar curhatan putrinya itu.
dan kali ini lagi-lagi mengenai laki-laki yang telah membuat putrinya jadi murung seperti ini sejak awal berakhirnya hubungan mereka.
Rini sudah mengenal zio sejak awal menjalani hubungan dengan zea karna sering berkunjung ke rumahnya. tapi semenjak zio melanjutkan pendidikan di luar negeri saat itu pula zio tidak mendatangi rumah mama rini dan ayah dimas.
"Sudah sayang jangan larut dalam kesedihan, tidak baik anak gadis setiap saat wajahnya harus terlihat murung begini, zio melakukan kesalah mungkin karena ada alasan tersendiri nak tidak perlu menyalahkan dia sepenuhnya sayang." ucap rini seraya mengelus pundak putrinya.
"Sudah ya sayang, sekarang anak mama segera sholat isya biar hatinya lebih tenang."
Zea mengangguk dan beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, sementara rini akan meninggalkan kamar zea.
"Mama kembali ke kamar ya nak, setelah sholat langsung tidur." ucap rini sambil berlalu keluar dari kamar zea.
★
★
★
★
Bersambung...
Budayakan untuk meninggalkan jejak ya readers dengan cara like, koment untuk beri saran karena ini karya pertamaku, dan juga jangan lupa berikan vote biar author semangat upnya... terimakasih sudah mampir di novel karya pertamaku 😊🤗😘
Dulu aku begitu mencintaimu hingga aku takut kehilanganmu. menggenggammu erat hingga membuatmu tak nyaman dan akhirnya kau memilih lepas dari ikatan... ✍️✍️ Zeana Febiola
✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰✰
Pagi sudah tiba matahari sudah mulai menampakan diri, terlihat zio baru saja selesai bersiap karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja di kantor milik ayahnya.
"Tuan zio sarapannya sudah siap." panggil bi yanti sambil mengetuk pintu kamar zio.
"Baiklah saya akan turun sebentar lagi." Saut zio.
Zio turun menuju ruang makan dan segera menyantap sarapan yang sudah di sediakan oleh bi yanti. setelah selesai dengan sarapannya zio bergegas munuju mobilnya.
Setelah melakaukan perjalanan selama 30 menit zio telah sampai diperushaan milik ayahnya, zio langsung menuju ruangan yang di perintahkan oleh ayahnya sementara zio bekerja sebagai Manejer di perusahan tersebut.
★★★★
Di tempat lain rumah zea, zea sedang sibuk memasak untuk sarapan di bantu oleh bu rini setelah selesai dengan kegiatan memasak zea menuju kamar untuk membersihkan diri dan bersiap untuk pergi kuliah.
Setelah selesai dari aktifitas membersihkan diri zea turun menuju ruang makan untuk sarapan bersama ayah dimas dan mama rini.
"Ayah, mama... zea hari ini cuma satu mata kuliah nanti sepulang kuliah zea akan berkunjung ke rumah karin, boleh kan ma ?" zea meminta ijin pada orang tuanya.
"Boleh sayang tapi jangan pulang larut ya, mama sendiri lo di rumah." jawab mama
"Siip mama, zea tidak akan lama." zea senang karena mendapatkan izin.
Setelah selesai dengan aktifitas sarapan zea dan ayah dimas segera pergi ke tempat tujuan masing-masing, ayah dimas menuju kampus tempat mengajar dan zea menuju kampus tempatnya berkuliah. terlebih dulu dimas menangantarkan zea ke kampusnya.
Dimas dan zea sedang dalam perjalanan yang sedikit macet tepat di lampu merah saat dimas menghentikan mobil tiba-tiba saja ada sebuah mobil dari belakang yang menabrak mobil dimas, seseorang yang ada dalam mobil tersebut dengan spontan mengerem dan mengenai mobi yang di kendarai dimas dan zea.
Dimas segera keluar dari mobil dan mengetuk kaca pada pintu mobil itu.
"Apa anda baru belajar mengendarai mobil,, bisa bisanya kamu menabrak mobil saya." Emosi dimas sambil mengetuk pintu mobil yang tidak kunjung menampakkan sang pemilik.
Dengan segera orang yang di dalam mobil membuka pintu mobil dan keluar.
"Laki-laki brengsek." batin seseorang itu yang baru saja menampakan diri.
"Heii anak mudah, kenapa kamu diam apa kamu mengendarai mobil tidak melihat ke arah depan..?" pekik dimas dengan nada emosi. "Untung saya dan anak saya tidak kenapa-kenapa." sambungnya lagi.
Zea melihat ayahnya sedang memarahi seseorang, dia langsung keluar menghampiri ayahnya.
"Ayah, kenapa ayah lama zea sudah terlambat ke kampus." kata zea berusaha menenangkan ayahnya yang terlihat emosi.
"Iya sayang sebentar ayah harus memperingati anak ini agar tidak mengulangi kesalahannya lagi, bawa mobil tapi tidak tau aturan." saut dimas sedikit tenang ketika zea muncul.
seorang pemuda itu hanya diam tidak menanggapi perkataan yang telah di lontarkan oleh dimas, raut wajahnya yang datar. ada rasa emosi di dalamnya yang tidak bisa di tebak, dia mengamati ayah dan anak tersebut secara bergantian.
"Apa anda butuh ganti rugi.?" kata seseorang itu dengan santainya.
"Tidak perlu kak, maafkan ayah saya yang sudah emosi ayah hanya kaget saja. kalau begitu kami permisi.. Ayoo ayah kita pergi zea sudah terlambat ke kampus." ucap zea sambil menarik lengan ayahnya.
Dimas menuruti perkataan anaknya dan segera menuju mobil yang di kendarainya.
Selepas kepergian dimas dan zea, laki-laki itu kembali menaiki mobil dan segera menjalankannya.
"Baru hari pertama kembali ke indonesia sudah mendapatkan sial." gumamnya sambil tersulut emosi. "dan iya sekarang aku sudah menemukan laki-laki yang menyebabkan kedua orang tuaku berpisah."
Laki laki itu kembali menyeringai tersenyum sinis kala mengingat wajah dimas, wajah itu telah mengingatkan pada kejadian beberapa tahun silam sejak umurnya masih 7 tahun.
Alvaro Putra Aditama kembali mengingat kejadian yang dia rasa paling buruk, dia kembali mengingat ibunya yang menangis histeris meminta pertolongan kepada laki-laki itu.
"Ibu aku akan membalaskan dendam untuk ibu." Batin alvaro yang sedang di kuasai emosi.
Suara kelakson dari sekitarnya membuyarkan lamunan alvaro dan segera menjalankan kembali mobilnya ke tempat tujuannya yaitu pulang ke rumah.
★★★★
Alvaro adalah seorang pengusaha mudah yang berusia 25 tahun yang sudah menjalankan bisnisnya sejak usia 21 tahun dia berhasil menyelesaikan kuliahnya dalam waktu singkat karena dia memiliki IQ di atas rata-rata sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya secepat mungkin.
Alvaro tinggal bersama ibunya di inggris karena ibunya termasuk seorang pewaris perusahaan dari kakek alvaro yang berada di inggris.
semenjak kedua orang tua alvaro bercerai dia tinggal bersama ibunya di salah satu rumah mewah yang ada di jakarta. tidak lama setelah perceraian itu orang tua dari ibu alvaro menjemputnya dan akan di bawa ikut ke inggris untuk melanjutkan perusahaan yang akan di wariskan kepada rena yaitu ibu alvaro.
Semenjak itulah alvaro dan ibunya tinggal di inggris dan tidak lagi kembali ke indonesia.
Kali ini alvaro sedang menggantikan posisi ibunya untuk menjalankan perusahaan. Ada beberapa cabang perusahaan yang dimilikinya termasuk di indonesia. makanya alvaro sekarang berada di indonesia hanya untuk memeriksa sedikit masalah yang terjadi pada perusahaannya di indonesia.
alvaro membelah jalanan dengan kecepatan sedang dalam waktu 15 menit telah sampai di tempat rumah mewah yang pernah di tinggalinya sejak alvaro di lahirkan hingga berusia 7 tahun. rumah itu berdiri kokoh dan tetap di rawat oleh beberapa penjaga dan asisten rumah tangga.
Terlihat seorang penjaga laki-laki paruh baya segera berlari membuka gerbang ketika melihat mobil majikannya tiba.
alvaro segera memberhentikan mobilnya dan memberikan kunci pada seorang penjaga tadi untuk memasukkan mobilnya kedalam garasi mobil.
"Selamat datang tuan." Sapa bi yeni wanita paruh baya yang ada di rumah alvaro sebagai asisten rumah tangga.
"Apa keperluan saya sudah di siapkan semuanya bi.?" tanya alvaro karena waktu dalam perjalanan alvaro sebelumnya sudah menghubungi bi yeni untuk menyiapkan keperluannya termasuk air hangat untuk mandi dan baju yang akan di pakai.
"Sudah semua tuan." saut bi yeni.
Alvaro langsung melenggang pergi menaiki tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Setibanya di kamar alvaro mendudukan dirinya di atas tempat tidur yang berukuran king size, memeprhatikan setiap inci isi kamar tersebut yang sudah dia tinggalkan sejak usianya masih 7 tahun.
mungkin dia harus berendam untuk menenangkan fikirannya yang merasa tersulut emosi hari ini dan juga menenangkan tubuhnya yang sedikit kelelahan karena perjalanan yang cukup meguras tenaga pikirnya. dan langsung beranjak untuk segera membersihkan dirinya di kamar mandi.
30 menit waktu yang telah dihabiskan untuk berendam di dalam bathtub terdengar suara ponsel yang berdering, alvaro dengan buru-buru menyelesaikan mandinya dan segera menggunakan handuk yang tergantung di dalam kamar mandi.
alvaro segerah mengambil ponsel yang sudah berdering sejak tadi dan langsung menggeser ikon berwarna hijau.
"Kenapa lama sekali mengangkatnya nak, mama sudah cemas sejak tadi. apa kamu sudah sampai apa kamu sudah makan al..?" bertubi tubi pertanyaan yang di layangkan oleh rena di seberang sana. alvaro sudah menduganya hal ini akan terjadi.
"Sudah ma, sudah semuanya." dengan suara datar alvaro menjawabnya.
"Syukurlah sayang, jika urusanmu sudah selesai cepat kembali jangan berlama lama disana." ucap rena
"Baiklah ma, kalau begitu sudah dulu alvaro mau beristirahat." pamit alvaro ingin menutup sambungan telponnya dan di angguki oleh rena di seberang sana.
★
★
★
★
Bersambung...
Terimakasih sudah Setia membaca cerita pertamaku, maaf buat para readers jika masih ada kata yang kurang pas.. jangan lupa tinggalkan jejak ya readers dengan cara like, koment kasih saran dan juga jangan lupa berikan sedikit votenya 🤗😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!