Under The Same Moon [Felix+Hyunjin+Bangchan] [Hyunlix/Chanlix]
Chapter 1
Apartemen mewah di pusat kota. Bangchan duduk di sofa dengan secangkir kopi di tangan, menatap pemandangan malam melalui jendela kaca besar. Cahaya lampu kota berpendar di bawah sana, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain.
Minho
Kau terlihat berbeda akhir-akhir ini. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?
Bangchan
Aku tidak tahu... Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang. Tapi aku bahkan tidak tahu apa itu.
Minho
Kau sudah punya segalanya.. perusahaan sukses, uang, pengaruh. Apa lagi yang kau cari?
Bangchan
Itu masalahnya. Aku tidak yakin apa yang kucari. Aku hanya... merasa kosong.
Minho
Mungkin kau hanya terlalu sibuk bekerja. Sudah lama sejak terakhir kali kau benar-benar bersantai, bukan?
Bangchan
Mungkin. Tapi ini bukan sekadar kelelahan. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak bisa kujelaskan.
Minho
Apa ini ada hubungannya dengan... sisi lain dirimu?
Bangchan
Setiap bulan purnama, aku bisa mengendalikannya. Aku sudah terbiasa dengan siklus itu. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa berbeda. Seperti ada sesuatu yang menarikku keluar dari rutinitas ini.
Minho
Mungkin instingmu sedang mencoba memberitahumu sesuatu. Kau hanya perlu mencari tahu apa itu.
Bangchan
Bagaimana jika aku tidak siap untuk mengetahuinya?
Minho
Kau bukan tipe orang yang lari dari sesuatu, Chan. Jika ada sesuatu yang menunggumu di luar sana, cepat atau lambat, kau pasti akan menemukannya.
Bangchan menatap kembali langit malam. Minho ada benarnya. Cepat atau lambat, ia akan menemukan jawabannya. Tapi pertanyaannya, apakah ia siap menghadapi apa pun yang menunggunya di luar sana?
Minho
Hyung, kau tahu kita punya rapat dengan investor baru siang ini, kan?
Bangchan
Tentu saja. Aku sudah melihat profil mereka.
Bangchan
Kau duluan. Aku ingin mendengar analisismu.
Minho
Kalau kau suka mendengar orang bicara omong kosong sepanjang hari, mereka pilihan yang bagus. Tapi kalau kita bicara serius, mereka terlalu tidak stabil. Terlalu banyak janji manis, terlalu sedikit bukti nyata.
Bangchan
Pikiran kita sama. Aku tidak ingin bekerja sama dengan mereka jika mereka hanya ingin menempel pada reputasi perusahaan kita.
Minho
Wow, aku baru pertama kali melihatmu mengambil keputusan secepat ini. Biasanya kau suka berpikir berhari-hari.
Bangchan
Jangan terlalu bangga. Aku masih memikirkan beberapa hal lain.
Minho
*menyerahkan undangan dengan sampul elegan
Kalau begitu, ini tambahan untuk daftar hal yang perlu kau pikirkan. Malam ini ada gala amal besar. Kau diundang.
Bangchan
*Menerima undangan itu dengan malas
Haruskah aku datang? Aku tidak terlalu suka acara seperti ini.
Minho
Hyung, ini lebih dari sekadar pesta. Kau tahu bagaimana dunia bisnis bekerja. Kau perlu tetap terlihat, menjaga koneksi.
Bangchan
Aku tahu, aku tahu. Tapi tetap saja… terlalu banyak basa-basi yang melelahkan.
Minho
Jangan khawatir, aku akan ada di sana untuk memastikan kau tidak bosan. Dan siapa tahu? Mungkin kau akan bertemu seseorang yang menarik.
Bangchan
Kau terdengar seperti sedang merencanakan sesuatu.
Minho
Aku? Tidak sama sekali. Aku hanya berkata, kadang-kadang hidup membawa kejutan.
Chapter 2
Aula gala yang megah dipenuhi dengan tamu-tamu penting. Bangchan, mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, berjalan memasuki ruangan bersama Minho. Musik orkestra mengalun lembut di latar belakang, sementara suara obrolan dan gelas beradu mengisi atmosfer elegan malam itu.
Minho
Tenang saja, hyung. Kau terlihat luar biasa. Sekali-kali nikmati saja malam ini. 🙂
Bangchan
Aku lebih suka rapat intens daripada acara seperti ini. Tapi, ya, kau benar. Mungkin ini ada gunanya.
Minho
Ya, setidaknya bisa bertemu dengan orang-orang berpengaruh. Atau… mungkin seseorang yang menarik? 😉
Bangchan
Aku di sini bukan untuk itu. 🤨
Minho
Kita lihat saja nanti. 😉
Bangchan mulai berkeliling, berbincang dengan beberapa tamu penting. Namun, di tengah kebosanannya mendengar percakapan bisnis yang terlalu formal, matanya tiba-tiba menangkap sosok yang berbeda dari yang lain.
Seorang pria berdiri agak terpisah, mengenakan setelan serba hitam. Rambutnya jatuh dengan sempurna di sekitar wajahnya, dan ekspresinya begitu tenang, seakan tak peduli dengan keramaian di sekitarnya. Kamera tergantung di tangannya, dan dia tampak fokus menatap layar, mengecek hasil jepretannya.
Bangchan
*Berbisik pada Minho
Siapa dia?
Minho
*Melirik sekilas
Ah, itu Felix. Seorang fotografer terkenal. Dia sering diundang untuk acara-acara besar seperti ini.
Bangchan
Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.
Minho
Dia bukan tipe yang suka menonjol. Jangan harap bisa berbicara panjang dengannya, hyung. Katanya dia tipe yang tidak suka basa-basi.
Bangchan
Justru itu yang membuatnya menarik. 😏
Felix tampaknya tidak menyadari tatapan Bangchan. Dia tetap sibuk dengan kameranya, sesekali berpindah tempat untuk mendapatkan sudut terbaik. Sebelum Bangchan sempat mendekat, Felix sudah bergerak ke sisi lain ruangan, menghilang di antara para tamu.
Minho
Kau sepertinya tidak bisa mengalihkan pandangan darinya 😕
Bangchan
Aku tidak tahu, Minho. Ada sesuatu tentang dia. Sesuatu yang… berbeda. 😕
Minho
Mungkin ini awal dari sesuatu yang menarik, hyung. Kau hanya perlu membiarkan waktu yang berbicara. 🙂
Bangchan
*Melangkah mendekati Felix
Sepertinya kau sudah mengambil cukup banyak foto. Apa kau selalu bekerja sekeras ini di setiap acara? 😊
Felix
*tanpa mengalihkan pandangan dari kameranya
Tugas seorang fotografer adalah menangkap momen terbaik. Dan momen tidak akan menunggu.
Bangchan
Menarik. Tapi kau sepertinya tidak tertarik dengan interaksi sosial, ya? 😊
Felix
*melirik Bangchan
Aku hanya di sini untuk bekerja, bukan untuk bersosialisasi.
Bangchan
Jadi, kau selalu menjaga jarak dengan orang lain? Bahkan dengan mereka yang tertarik padamu?
Felix
Aku tidak melihat alasan mengapa seseorang harus tertarik padaku. 🤨
Bangchan
Mungkin karena kau berbeda. Kau punya aura yang sulit diabaikan. 😊
Felix
*Menekan tombol shutter, lalu menurunkan kameranya
Kau terlalu banyak bicara. 😑
Bangchan
Dan kau terlalu tertutup. Tapi aku rasa kita akan sering bertemu lagi, Felix. 😊
Felix
Kita lihat saja nanti.
Jalanan sepi di pusat kota diterangi lampu neon yang berkedip redup. Felix dan Beomgyu berjalan berdampingan, menyusuri trotoar dengan langkah santai. Meski gedung-gedung tinggi di sekitar mereka penuh kehidupan, suasana di dunia malam mereka terasa jauh lebih sunyi.
Beomgyu
*Melirik Felix, memainkan kameranya
Kau terlalu serius malam ini. Biasanya kau tidak sependiam itu di acara-acara semacam ini.
Felix
Tidak ada yang menarik.
Beomgyu
Benarkah? Kupikir aku melihat seseorang yang terus memperhatikanmu sepanjang malam. Seorang pengusaha. Aku rasa namanya Bangchan. 😏
Chapter 3
Beomgyu
Orang biasa, ya? Aku ragu. Ada sesuatu yang berbeda di antara kalian tadi. Dia memperhatikanmu seolah-olah dia sudah lama mengenalmu.
Felix
*Berhenti berjalan, menatap Beomgyu
Apa maksudmu? 🤨
Beomgyu
*Mengangkat bahu
Aku hanya berkata bahwa mungkin ada sesuatu yang lebih dari pertemuan itu.
Beomgyu
Kadang, manusia memiliki perasaan yang bahkan mereka sendiri tidak mengerti.
Felix
*Menghela napas, kembali berjalan
Aku tidak tertarik.
Felix
Manusia hanya urusan bisnis atau kebutuhan sesaat, tidak lebih.
Beomgyu
Tentu, kalau itu yang ingin kau percaya.
Mereka tiba di studio kecil mereka, sebuah ruangan sederhana yang dipenuhi foto-foto hitam putih—pemandangan kota, ekspresi manusia, dan detail kecil yang hanya bisa ditangkap oleh mata terlatih.
Felix duduk di depan komputer, mulai mengedit hasil jepretan dari malam gala, sementara Beomgyu bersandar di kursi di seberangnya, menatap layar dengan puas.
Beomgyu
Aku rasa ini sudah cukup bagus untuk malam ini. Kau tidak perlu repot-repot terlalu lama.
Felix
*tetap fokus
Kau tahu aku suka hasil yang sempurna.
Beomgyu
Kau sudah lama hidup dengan rutinitas ini. Tidak bosan?
Beomgyu
Mungkin sudah saatnya mencoba sesuatu yang baru.
Beomgyu
Siapa tahu, orang seperti Bangchan bisa membawa warna baru dalam hidupmu yang abadi ini.
Felix
*Berhenti mengetik, menatap Beomgyu dengan tajam
Felix
Aku tidak butuh manusia untuk mengisi hidupku.
Beomgyu
*Tertawa kecil, bangkit dari kursinya
Tentu saja tidak.
Beomgyu
Tapi jangan terlalu cepat menutup pintu untuk hal yang tak terduga.
Beomgyu
Hidup abadi kadang-kadang membutuhkan kejutan untuk membuatnya tetap menarik.
Bangchan
*duduk termenung di balkon, menatap bintang-bintang.
Minho
*Muncul di pintu balkon
Masih memikirkan fotografer itu?
Bangchan
*Tidak langsung menjawab, masih menatap langit
Bangchan
Aku tidak tahu. Ada sesuatu tentang dia… sesuatu yang berbeda.
Minho
Mungkin ini awal dari sesuatu yang menarik, hyung. Kau hanya perlu membiarkan waktu yang berbicara.
Felix duduk di depan layar komputer, matanya menatap tajam pada hasil foto yang baru saja diambil dari malam gala. Wajahnya tetap datar, nyaris tanpa ekspresi, tetapi Beomgyu yang duduk di seberang meja dapat merasakan sesuatu yang berbeda.
Beomgyu
Felix, kau tahu...
Beomgyu
Kau terlihat seperti seseorang yang membawa beban dunia di bahunya.
Felix
*melirik sekilas sebelum kembali fokus pada layarnya.
Felix
Kita semua membawa beban masing-masing.
Felix
Bedanya, aku sudah terbiasa.
Beomgyu
Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda, bukan?
Felix tetap diam. Jemarinya mengetuk ringan meja, tanda pikirannya tidak sepenuhnya ada di tempat itu.
Beomgyu
Jangan bilang kau sedang memikirkan seseorang. 😏
Felix
*menoleh, menatap Beomgyu dengan ekspresi datar.
Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.
Beomgyu
Oh, ayolah. Kau terus-terusan melirik satu orang selama gala tadi. Aku bahkan bisa merasakannya dari kejauhan.
Felix
*menghela napas, lalu bersandar ke kursinya.
Bangchan, ya?
Beomgyu
Dia bukan hanya sekadar orang biasa, kan? Kau juga merasakannya, kan?
Felix
*mengusap pelipisnya
Aku tidak tahu. Dia... berbeda. Tapi aku tidak yakin apakah itu berarti sesuatu.
Beomgyu
Jadi, seorang Felix akhirnya terganggu oleh seseorang? 😏
Felix
*mendengus.
Jangan berlebihan.
Beomgyu
Kita lihat saja nanti. 😏
Beomgyu
Aku penasaran... apakah seorang pengusaha seperti Bangchan bisa mengguncang dinding yang sudah kau bangun begitu tinggi? 😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!