“Kita jadi makan ice cream kan Mami?” tanya Sathya, anak umur 7 tahun yang sangat cerdas. Anak tunggal tapi tak kolokan. Mandiri dan juga tak cengeng.
“Jadi Sayank, kita akan makan ice cream kesukaanmu. Jadi,” jawab Febriana Rosalee Priyatama atau Ebbry, sang mami sambil mengunci pintu mobilnya, Ebbry seorang dokter kandungan. Putranya turun lebih dulu dari dia. Tentu Sathya tak sabar makan ice cream kesukaannya.
Ebbry langsung mengunci mobil dengan kunci otomatis, lalu mereka berjalan dari parkiran menuju gerai ice cream langganan mereka, akan makan siang karena di gerai makan itu juga ada makan siang seperti spaghetti dan lasagna dan jenis makanan kesukaan Sathya lainnya.
Hari itu Ebbry baru saja mengambil raport bayangan putranya. Persiapan untuk ujian semester agar bisa lebih bagus. Jadi kalau ada siswa yang kurang nilainya, mereka nanti akan diremedial agar ujiannya nilainya semakin bagus. Itu yang biasa dilakukan pihak sekolah, fungsi nilai raport bayangan untuk evaluasi.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
‘Ah kenapa tepat sekali?’ seorang perempuan di sudut parkiran sangat senang melihat Ebbry dan Satya turun dari mobil. Dia senang karena tanpa susah, target yang dia inginkan malah ada di depan mata, tentu dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas kali ini.
Dengan demonstratif perempuan muda tersebut memeluk lelaki setengah tua yang ada di depannya, tapi si laki-laki tidak suka dengan kelakuan itu dia menepis perempuan itu.
Tak mau menerima penolakan sedemikian rupa, Reshma Tearra Caraka atau Thea, perempuan muda berusia 22 tahun yang pekerjaannya marketing mobil langsung memeluk lebih erat dan mencium Bimasena Triyana atau pak Sena, papi Sathya, seorang pialang saham yang berusia 37 tahun.
Usia Sena hampir dua kali lipat usia Thea. Tanpa merasa bersalah dan tanpa malu, Thea melakukan hal itu walau itu di lakukan di ruang umum.
“Mami lihat, itu papi,” teriak Sathya, anak tersebut melihat papinya sedang dicium oleh perempuan di ujung parkiran sebelah sana. Tentu saja Ebbry maminya melihat dengan jelas karena tak ada benda yang menghalangi pandangan mereka. Tak ada apa pun.
Jelas suaminya sedang berciuman dengan seorang gadis muda dengan sangat mesra dan demonstratif. Benar-benar Ebbry tak percaya.
“Papiiiii …!” seperti kebiasaan anak kecil pada umumnya, tentu Sathya pun langsung ekspresif. Dia berteriak memanggil papinya, walau tangan sang mami berupaya menghalangi dengan menutup mulut Sathya menggunakan telapak tangan. Tapi sayang sudah terlambat, teriakan Sathya telah didengar Sena dengan jelas.
Sena, sang papi yang masih berada dalam pelukan perempuan muda jadi serba salah. Dia sungguh tak percaya tertangkap basah oleh anak dan istrinya sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja seperti ini. Tentu ini akan berdampak sangat buruk pada rumah tangganya kelak.
Sena sungguh tak percaya akan mengalami hal ini, di siang panas terik seperti sekarang.
“Sathya ayo kita langsung kembali lagi, kita cari tempat makan siang atau ice cream di tempat lain saja. Jangan di tempat kumuh seperti ini. Ini tempat para pedagang daging mentah dan mangsanya melakukan transaksi. Ayo kita pergi,” kata sang ibu. Sungguh tak percaya dia melihat suaminya seperti itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Si4lan kau sengaja ‘kan agar istri dan anakku melihat!” teriak Sena dengan amarah.
“Sengaja? Apa mungkin sengaja?”
“Kita di sini lebih dulu, kenapa jadi aku yang dibilang sengaja? Kita ke sini kan duluan. Aku mana tahu istri dan anakmu mau ke sini. Lagi pula kalau pun istrimu tahu nggak masalah. Karena memang kita benar-benar ada hubungan. Mengapa jadi harus takut seperti itu?” ucap Thea dengan penuh percaya diri.
“Kamu memang kurang ajar. Sejak bertemu denganmu nasibku menjadi buruk. Pertemuan denganmu adalah awal nasib burukku. Aku benar-benar tak menyangka,” balas Sena dengan geram.
Sena langsung berlari masuk ke mobilnya, langsung mengunci dan mengikuti mobil istrinya, tapi sayang mobil sang istri sudah tak nampak karena sudah beberapa kali lampu merah, jadi tak terlihat lagi ada mobil istrinya.
Thea hanya tersenyum, dia kembali masuk ke mobilnya. Sungguh Thea merasa hari ini adalah hari keberuntungannya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Nggak mungkin kan mereka pergi. Nggak mungkin kan?” teriak Sena. Lelaki tersebut mencari keberadaan istri dan anaknya tapi mereka tak ada di rumah.
“Di mana nyonya dan Tuan muda?” tanya Sena pada pembantunya. Dia tak melihat mobil sang istri ada di garasi.
“Mereka pergi sejak pagi. Tuan muda ke sekolah dan nyonya ke rumah sakit seperti biasa, sejak pagi tadi kanTuan. Mereka belum pulang, belum kembali,” kata pembantu.
“Oke. Kalau mereka kembali tolong kamu telepon aku dan jangan biarkan mereka pergi lagi. Aku ingin bicara dengan mereka,” Sena segera kembali ke luar rumah. Dia ingin mencari Ebbry dan Sathya.
“Baik Tuan,” jawab si pembantu. Tentu saja dia bingung karena nyonya dan Tuan muda ada di dalam rumah. Mobil nyonya tadi diminta suruh bawa oleh sopir agar tidak terlihat di rumah.
Ketika tuannya masuk, nyonya langsung sembunyi di kamar pembantu bersama dengan anaknya. Nyonya sudah membereskan barang-barang terutama surat-surat entah apa yang nyonya bereskan. Tapi tentu saja pembantu tidak ada yang berani memberitahu keberadaan sang nyonya seperti yang tuannya minta. Mereka sadar yang menggaji adalah nyonya mereka. Mereka tahu soal itu jadi mereka tidak berani melawan nyonya Ebbry.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Aku harus cari kalian ke mana Yank?” kata Sena dengan putus asa. Dia sudah bertanya ke rumah sakit tempat istrinya bekerja, semua yang dia tanya di rumah sakit mengatakan dokter Ebbry hari ini izin karena ada kegiatan di sekolah Sathya, jadi tidak masuk dan kebetulan tak ada jadwal operasi. Kalau hanya jadwal konsultasi di poli bisa digantikan dokter lain.
“Iya Sena ada apa?” tanya Martha ibu mertua Sena.
“Kalian mau menginap di sini?” tanya Martha penuh harap. Dari tiga anaknya baru satu yang menikah, dan baru Sathya cucunya. Jadi dia sangat berharap Sathya bisa menginap di rumahnya.
“Enggak Mi, Sathya belum liburan. Jadi kami belum bisa ambil liburan, karena kan dia harus mempersiapkan materi untuk ujian akhir semester. Tadi kami baru ambil nilai mid semester Sathya.”
“Oh Mami kira kalian mau ke sini Mami akan siapkan kamar kalian seperti biasa dan juga puding serta ice cream kesukaan Ebbry dan Sathya.
“Bagaimana cucuku? Apa dia sehat? Mana dia, Mami ingin bicara,” kata Martha.
“Dia sehat. Dia sedang mandi, itu sebabnya aku kasih tahu Mami dulu bahwa kami tidak bisa ke sana sampai akhir bulan,” Sena hafal, bila liburan Sathya akan bergilir menginap di rumah kedua oma-nya.
“Oke,” jawab Martha, walau kecewa tapi dia mengerti cucunya harus belajar giat, sebab Ebbry bilang kelas 4 nanti Sathya akan ikut ujian akhir. Tak menunggu kelas 5 apalagi sampai kelas 6. Sekarang diusia belum 7 tahun Sathya sudah kelas 3.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Kamu tanya apa?” tanya Martina pada Sena putranya.
“Aku tanya apa istri dan anakku ke situ?” Sena mengulang kembali pertanyaannya.
“Nggak ada. Mereka nggak ke sini,” jawab Martina tentu saja dia bingung Sena mencari istri dan putranya.
“Ada apa?”
“Enggak apa-apa Ma. Aku baru akan pulang. Tadi Sathya ‘kan habis ambil raport bayangan atau hasil mid smester. Aku ingin langsung bertemu mereka saja. Barusan aku tanya mami Martha mereka enggak ada di sana.”
“Ya sudah Ma, berarti mereka ada di rumah. Aku akan langsung pulang saja sambil bawa ice cream kesukaan Sathya,” Sena berupaya menjelaskan pada mamanya kalau tak terjadi hal yang mengkhawatirkan.
Sena benar-benar patah semangat, istrinya melihat dia sedang dicium oleh Reshma Tearra Caraka atau Thea. Perempuan marketing mobil yang sudah enam bulan ini selalu mengejar dirinya.
Ya enam bulan dia terjebak oleh Thea. Benar-benar terjebak karena dia tidak pernah punya niat apa pun pada gadis tersebut. Tapi ternyata dia tidak bisa lepas. Paling tidak untuk saat ini dia tidak bisa lepas. Karena Thea selalu mengancamnya. Sungguh dia terjebak.
“Aku harus cari kalian di mana?” ucap Sena. Dia benar-benar putus asa karena Ebbry dan Sathya tidak dia temui. Benar-benar tidak dia temui.
“Ya Tuhan aku harus bagaimana?” kata Sena saat sudah jam 11.00 malam istri dan anaknya belum juga tiba di rumah. Sedang di rumah kedua orang tuanya juga tidak ada.
Sena menyusuri jalan yang kemungkinan dilalui oleh istrinya, lelah mencari, dia memutuskan kembali ke rumah. Siapa tahu Ebbry sudah di rumah, walau sejak tadi ponsel istrinya tak aktif.
“Loh itu mobil nyonya ada. Mana nyonya?” tanya Sena ketika dia tiba di rumah mobil istrinya yang tadi digunakan ada.
Ebbry punya dua mobil dan satu mobil khusus Sathya yang diantar ke mana pun oleh sopir. Mobil yang digunakan istri tadi siang ada di depan pintu.
“Tadi mobil diminta dijemput di mall, dan saya menjemputnya Tuan,” kata pak Rajit, drivernya Sathya.
“Nyonya ke mana?” desak Sena.
“Saya nggak tahu Tuan. Petugas keamanan cuma kasih tahu saya diminta ambil mobil oleh nyonya. Suruh memperlihatkan KTP dan segala macamnya. Kalau Tuan tidak percaya ayo ke mall, buktikan bahwa memang saya mengambil mobil ini di sana,” kata pak Rajit. Padahal dia yakin Sena tidak akan mungkin mau melacak ke mall tersebut.
“Ya ampun, lalu nyonya dan Sathya ke mana?” tanya Sena putus asa.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Kamu tahu apa artinya apa?” tanya Ebbry pada Sathya. Ebbry yakin putranya tahu apa maksud yang dia tanyakan.
”Mami, aku tahu. Itu seperti yang mami Clara rasakan kan waktu papi Yohanes pergi sama Tante Debora dan katanya tante Debora sudah punya baby sama papi Yohanes,” ucap Sathya tentang adik sepupu maminya yaitu Yohanes yang kabur dengan perempuan lain bernama Debora meninggalkan adik iparnya Clara.
Sathya memanggil tante dan omnya dengan sebutan papi dan mami atau mama papa mengikuti anak-anak mereka.
“Iya Sayang seperti itu. Mami juga nggak bisa membohongi kamu. Kamu sudah besar, papi punya perempuan lain. Mungkin ada adik bayi atau tidak tapi setidaknya yang pasti papi punya Tante lain,” sakiiiiiiiiiiiiiiiiit Ebbry harus berkata itu pada anak tunggalnya. Tapi itu fakta yang harus Sathya sadari.
“Mami tidak mau mengharuskan kamu ikut Mami. Kamu boleh pilih kamu mau ikut Mami atau papi terserah. Mami tidak akan melarang karena itu hak kamu. Kamu lebih nyaman sama Mami atau sama papi. Itu yang harus kamu pilih. Tapi yang pasti tidak mungkin keduanya. Tidak mungkin karena Mami tidak akan pernah akan mungkin kembali dengan papi”.
“Memang ini sangat menyakitkan buatmu, karena membuat kamu terpisah dengan kami. Kamu harus memilih antara kami. Tapi tentu Mami nggak bisa munafik, kamu harus tentukan pilihanmu. Mami akan menerima kalau kamu memilih papi. Kapan pun kamu mau bertemu, Mami akan sediakan waktu untukmu,” Ebbry tak mau meracuni anaknya, biar bagaimanapun Sena adalah ayah terbaik Sathya.
“Aku ikut Mami. Ke mana pun, aku ikut Mami,” tegas Sathya. Dia tak mau ikut dengan orang yang bersalah. Dia juga tak yakin apakah mama baru akan sayang padanya. Beberapa teman mengatakan mama baru hanya sibuk dandan dan belanja. Ada yang bilang mama baru hanya sibuk dengan adiknya. Itu yang membuat Sathya tak mau memilih ikut Sena.
“Oke. Kita akan mulai berjuang ya. Mungkin nanti Mami akan pindah rumah sakit, mungkin nanti Mami akan pindah negara atau kota, jadi kamu terpaksa pindah sekolah. Kamu siap?”
“Siap asal aku bersama Mami,” ucap Sathya. Dia sudah hampir 7 tahun. Dua bulan lagi dia tepat tujuh tahun. Dia sudah kelas 3 SD. Bukan anak kecil. Rencananya di usia 8 atau 9 tahun dia akan ikut akselerasi ujian SD. Dia tidak mau lama-lama di sekolah dasar. Sesungguhnya dia ingin home schooling saja. Sehingga usia 10 sudah bisa tamat SMP. Tapi maminya selalu menekankan dia sekolah umum agar bisa sosialisasi. Untungnya dia di sekolah internasional. Jadi usia bukan patokan kemampuan siswa.
“Oke. Kita lihat kemungkinan dulu. Kalau masih bisa di sini ya kita bertahan di sini. Tapi Mami akan upayakan yang terbaik untukmu,” jawab Ebbry.
Malam itu Ebbry dan Sathya tinggal di hotel. Semua perbekalan sudah lengkap. Ijazah, paspor dan semuanya milik Ebbry dan Sathya sudah disiapkan. Juga surat nikah miliknya dengan Sena. Ebbry akan mengurus surat cerai. Dia akan minta sepupunya sekaligus pengacara untuk mengurus semuanya. Dia tak mau lagi bertahan dengan Sena yang jelas di depan umum, di ruang publik saja berani melakukan adegan tidak sopan seperti itu.
Kakak kandung Ebbry sebenarnya pemilik law firm, dia seorang profesor muda, tapi Ebby tak mau menggunakan jasanya, sebab tahu sebelum bang Arra mengurus surat cerai, tentu Sena akan dibuat jadi bubur lebih dulu oleh Arra. Ebbry tak mau itu terjadi. Dia tak mau nama besar kakaknya rusak karena kelakuan bar-bar yang kakaknya lakukan demi membela Ebbry, adik kandung yang disakiti Sena.
Ebbry yakin bang Arra akan meghukum Sena lebih dulu sebelum memproses oengajuan cerai adiknya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Malam ini Sena benar-benar tidak bisa tidur. Dia berada di rumah tanpa ada istrinya juga Sathya anak mereka.
Sena adalah seorang pialang saham sedang Ebbry adalah dokter bedah.
“Bagaimana mungkin aku mengkhianati kamu? Sedang untuk mendapatkan kamu saja aku bertaruh nyawa?” Sena ingat bagaimana dia harus memperjuangkan cintanya pada Ebbry yang saat itu sedang ditawan oleh anak-anak preman.
Ebbry sudah hampir dilucuti seluruh pakaiannya, Sena juga sudah tidak punya tenaga sama sekali tapi dia terus melawan agar bisa menyelamatkan Ebbry. Saat itulah datang keluarga Ebbry juga keluarga Sena serta polisi yang akhirnya menangkap para preman.
Sena yang banyak terluka harus dirawat di rumah sakit selama tiga minggu. Tusukan di perutnya banyak mengeluarkan darah dan hampir mengenai ginjalnya.
Ebbry setia menunggui Sena di rumah sakit. Dia akhirnya luluh dengan perjuangan Sena.
Sejak itu cinta mereka yang tadinya tidak terlalu direstui orang tua Sena akhirnya kedua keluarga merestui dan satu tahun kemudian mereka menikah. Waktu itu mereka masih sama-sama baru lulus S1 Ebbry akan terus melanjutkan mengambil spesialisnya dan Sena juga mengambil master di bidang ekonomi.
Saat awal pernikahan Sena dan Ebbry belum ingin punya anak agar kuliah mereka tak terganggu. Yang penting mereka sudah menikah.
2 tahun kemudian Sathya lahir. Ebbry bilang nanti kalau Sathya sudah 10 tahun baru mereka punya anak lagi. Entah itu laki atau perempuan habis itu stop. Sekarang Sathya baru 7 tahun.
“Apa kita akan punya anak ke-dua bila begini kejadiannya?” Sena memandang foto pernikahan yang terlihat jelas saat dia dan Ebbry berbaring di kamar tidur mereka sebab foto dipasang di dinding tepat seberang ranjang tidur. Foto dengan pigura sangat besar. Di sebelahnya ada foto Sathya berusia enam bulan dengan tawa lebar memperlihatkan dua gigi kelinci pertamanya.
Tetiba enam bulan lalu, Thea perempuan sampah itu masuk dalam kehidupan Sena. Thea adalah jebakan yang sangat disesalkan oleh Sena. Waktu itu dia sedang berada di Bandung bersama beberapa rekanan. Mereka memang akan membuat kesepakatan dengan banyak pemegang saham dari berbagai macam usaha.
“Kamu jadi beli mobil baru?” tanya seorang rekan Sena.
“Kenapa?” tanya Sena.
“Kemarin ada rekanku bilang dia punya rekomendasi orang yang jual mobil murah sih. Tapi ya nggak tahu juga. Nanti aku kasih tahu di Jakarta.”
“Kalau urusan begitu nanti urusan sama istriku sajalah. Aku males ngurus-ngurus kayak begitu,” jawab Sena ketika itu. Memang urusan beli mobil atau aset lain misal properti semua ditangani Ebbry. Sena hanya bagian b4yar.
Malam itu memang mereka sudah hampir pulang ke kota masing-masing, tapi karena terlalu larut banyak yang tidak berani pulang malam-malam. Kalau tidak bawa sopir lebih baik mereka menunggu tidur di hotel agar aman lalu meluncur ke kota asal pagi hari.
Entah bagaimana tiba-tiba Sena bangun sudah bersama seorang perempuan di dalam kamar hotel. Itu yang Sena sama sekali tidak pernah tahu siapa yang mengumpan dia dan bagaimana prosesnya. Yang dia tahu saat itu dia sudah terjebak dengan jeratan Reshma Tearra Caraka atau Thea.
Padahal Sena sadar, dia sama sekali tak minum alkoh0l, artinya dia tidak m4buk. Bagaimana mungkin dia sudah naked dengan seorang perempuan?
Pagi itu Sena pulang ke Jakarta. Dia sama sekali tidak menggubris Thea. Sungguh dia sama sekali tidak menyukai apa yang dia lakukan pada perempuan lain, karena memang dia tidak pernah ingin melakukan hal tersebut. Sungguh dia tidak pernah ingin melakukannya.
Tapi tidak demikian pada Thea sampai ujung dunia pun akan dia kejar Sena karena Sena adalah pria pujaannya. Pria macho. Umur sudah matang, keuangan matang tapi yang pasti jago bertempur di ranjang. Itu yang disukai oleh Thea. Lelaki lain tak seperkasa Sena.
“Silakan saja, aku tak takut ancamanmu!”
Satu lagi poin plus Sena. Lelaki itu menolak dirinya saat pagi mereka terjaga dan Thea memancingnya. Sena juga satu-satunya lelaki yang tak takut ancamannya.
Thea adalah supervisor marketing penjualan mobil yang waktu itu akan diperkenalkan pada Sena, tapi Sena tidak tertarik.
Thea bukan sales girl biasa, dia sudah tingkat supervisor walau belum manajer marketing. Tetap saja sudah lumayan lah tingkatannya.
Sejak kejadian Bandung itu Thea terus mengejar ke mana pun Sena pergi, walau ia tidak bisa setiap saat menemui lelaki pujaannya, tapi Sena terus dibayang-bayangi.
“Pak Sena-nya nggak ada Bu,” demikian Radif sekretaris Sena berkata.
“Aku lihat mobilnya ada.”
“Pak Sena kan nggak selalu pakai mobil itu Bu. Tapi kalau Ibu nggak percaya tunggu saja di sini sampai nanti malam. Apakah beliau akan keluar dari ruangan tersebut,” ucap radif selanjutanya. Dia terus bekerja tanpa terganggu kehadiran Thea yang selalu saja mengejar bozz-nya.
Thea pun duduk di lobby ruang kerja Sena. Ada beberapa tamu yang datang juga dikatakan bahwa Sena tidak ada. Tentu saja Thea jadi geram karena ternyata memang Sena tidak ada, walau mobilnya terparkir di area VIP parking.
Begitu yang sering Thea temui di lapangan bila mengejar Sena.
Kadang dia sengaja menunggu di lobby kantor Sena. Begitu Sena keluar dia akan mepet ke mana pun.
Seperti kejadian kemarin. Sena memang akan menemui istrinya di mall karena dia tahu istrinya akan membawa Sathya untuk makan ice cream kesukaan Sathya. Thea membuntuti. Mereka tiba lebih dulu.
“Ngapain kamu?”
“Aku kangen,” jawab Thea mendekat.
“Jangan macam-macam. Aku tak pernah punya ketertarikan sama kamu.”
“Bagaimana bila video pertempuran kita benar-benar aku kirim pada istrimu? Aku sudah punya nomornya.”
“Aku tak peduli,” balas Sena. Dia ingat harus segera memberitahu Ebbry kejadian di Bandung sebelum Thea bergerak. Dia harus mengakui dosa dan mengakui pada Ebbry kejadian sebenarnya. Dia tak pernah punya hubungan apa pun dengan Thea kecuali satu malam itu di Bandung.
Saat itu Thea melihat Sathya dan Ebby turun dari mobil, Thea baru tahu ternyata niat Sena ke mall ini ingin menemui anak dan istrinya. Itulah kesempatan Thea memperlihatkan siapa dirinya pada Ebbry. Dia langsung menjalankan aksinya dan hasilnya sesuai harapan Thea.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Kamu nggak serius kan?” ucap Victor kaget.
“Kamu nggak serius kan?” ulang Victor masih tak percaya. Victor sepupu Ebbry dari pihak maminya. Dia pengacara, tapi tak bekerja di kantor Prawara Ragah Priyatama atau Arra, abangnya Ebbry. Dia lebih enak jadi kroco di kantor orang lain daripada pegang jabatan tinggi di kantor abang sepupunya.
“Aku sangat serius. Sathya melihat sendiri kok mereka melakukannya di parkiran mall. Di ruang terbuka seperti itu saja mereka berani demontrative sedemikian rupa. Apa yang mereka lakukan di kamar bisa kita bayangkan ‘kan? Jadi sudahlah enggak usah bujuk aku,” balas Ebbry pada adik sepupunya yang usianya lebih tua dari dirinya.
Hari ini rencananya Ebbry akan membeli apartemen untuk dia dan Sathya. Niatnya yang tidak terlalu jauh dari sekolah Sathya. Ebbry tak bisa membayangkan tidur di rumahnya, dengan membayangkan saat itu suaminya berselingkuh dan pulang ke rumah dengan wajah innocent serta terus memeluk dirinya seakan diluaran tak terjadi hal konyol antara Sena dan perempuan muda itu.
Ebbry akan menjual tiga mobilnya, dan akan dia ganti dengan mobil baru. Dia akan menghapus semua yang mengingatkan kebersamaannya dengan Sena. Tahap awal dia hanya akan membeli satu mobil untuk dia dan Sathya.
Ebbry tidak ingin menambah pegawai untuk mengantar jemput Sathya. Dia akan antar jemput sendiri. Dia tadi menghubungi Victor hanya minta agar mengatur pertemuan dengan kedua orang tua Sena dan kedua orang tuanya besok malam.
Ebbry minta dua pasang orang tua bertemu dengan dia dan Sathya di rumah makan jam 07.00 malam. Tentu bersama Sena dan Victor. Hanya itu saja permintaan Ebbry karena dia tidak mau segala urusan pengajuan surat cerai dapat hambatan dari mana-mana. Besok dia minta kedua orang tua Sena dan kedua orang tuanya ada jam 07.00 malam bersama Victor.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!