NovelToon NovelToon

Kukira Rumah Ternyata Neraka

Pemilik cinta yang kembali

"Tugasmu menjadi pengganti sudah selesai, kamu bisa sesegera mungkin meninggalkan rumah ini!"

Amora Juliansany, wanita berusia 21 tahun itu meremas baju tidur yang dia pakai.

"A-apa maksud Mama bicara seperti itu?" tanya Amora dengan suara tercekat.

"Sunny Milea sudah bangun. Bukankah tugasmu sudah selesai? Apa kau tidak sadar? Sejak awal menikah hingga detik ini, Megan tidak pernah mencintaimu!" kata wanita paruh baya yang berpakaian modis itu. "Karena sejak awal yang ingin Megan nikahi adalah Sunny."

Amora terdiam dengan perasaan campur aduk. Ia ingin mengelak, tapi lidahnya mendadak kaku sebab ia tahu ibu mertuanya benar. Suaminya tidak pernah mencintainya.

Tatapan sinis dan senyum mencemooh Amora dapatkan dari Melinda yang merupakan ibu dari Megan Dramana suaminya.

Tampak sekali Melinda tidak menyukainya, sejak awal memang pernikahan ini terjadi karena Sunny yang mengalami kecelakaan tiga hari sebelum pernikahan berlangsung, karena desakan keluarganya Amora menjadi pengganti, semua karena permintaan ayahnya yang memiliki penyakit jantung, Amora tidak bisa menolaknya.

"Semenjak anakku menikahi mu, dia kehilangan kebahagiaannya. Lihatlah disana!" ujar Melinda ke arah bingkai foto sepasang manusia yang tengah saling beradu pandang dengan senyum penuh kebahagiaan. Itu adalah momen pertunangan antara suami dan adiknya sebelum dia dinikahi lelaki itu. "Bukankah mereka sangat serasi? Apakah Megan pernah menatapmu seperti itu?"

Amora menelan ludah. Kata-kata Melinda menohok nya, mencabik-cabik hatinya yang sudah dipenuhi luka dengan tega.

Belum reda sakit hatinya dari arah pintu utama suaminya datang dengan seseorang yang duduk di kursi roda. Dan wanita itu adalah Sunny adiknya yang menjadi cinta pertama sang suami.

Wanita muda itu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sang suami yang tampak begitu hidup malam ini, Megan memasuki rumah dengan sisa tawa di bibirnya.

Tawa di wajah Megan itu, baru pertama kali dilihat oleh Amora selama dua tahun menikah dengan pria itu.

Sambutan yang diberikan Melinda sungguh luar biasa, wanita paruh baya itu langsung menghampiri Sunny yang kini terlihat menatap Amora.

Saat Amora akan mendekat suara Melinda menghentikan langkahnya.

"Selamat datang kerumah Mama Sunny, Tuhan tidak akan memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai dengan mudahnya."

Amora terdiam sampai pada semua orang berlalu dari hadapannya. Meninggalkan dia sendirian seolah menegaskan bahwa ia tidak memiliki siapapun untuk berdiri disisinya.

'Apakah Megan akan kembali pada Sunny?' batin Amora getir. Dadanya sesak, seolah ada yang mencabik-cabik tepat di ulu hatinya.

Suara Megan menarik Amora dari lamunan.

"Tolong bantu Sunny ganti baju, aku belum boleh melakukannya."

Kernyit samar terbentuk di kening Amora kata 'Belum boleh' mengusik perasaannya. Tanpa banyak percakapan Amora menyanggupi permintaan suaminya, tetapi langkahnya berhenti kala melihat kamar siapa yang kini ditempati oleh Sunny.

Hancur sudah segala harapan yang sempat ia bangun. Bahkan suaminya sendiri tidak menghargai perasaannya. Bagaimana bisa kamar mereka diperuntukan untuk Sunny.

"Kak Mora." lirih Sunny ketika Amora mendekatinya, masih dengan senyuman yang sama, selalu tampak manis yang membuat siapapun terpikat dengan pesonanya.

"Senang sekali akhirnya kamu kembali ditengah-tengah kami." balas Amora kikuk.

"Terima kasih Kak. Aku kesini atas undangan Mama dan Kak Megan, mereka ingin aku tinggal disini selama pemulihan." jelas Sunny dengan wajah berseri-seri sambil menatap Megan yang berdiri di sebelahnya.

Amora hanya bisa memberikan senyuman tipis saat melihat Megan tak menyanggah perkataan Sunny.

Suasana sempat hening ketika Megan meninggalkan keduanya di kamar. Sebelum akhirnya Sunny membuka obrolan.

"Kaka tidak keberatan kan aku tinggal bersama kalian, bagaimanapun aku masih belum terima ketika mendengar pernikahan kalian disaat aku baru saja membuka mata." Tatapan iri itu Amora bisa merasakannya.

"Kaka sangat beruntung, bisa mendapatkan suami seperti Megan yang sangat hangat dan perhatian." kata Sunny lagi dengan senyum getir.

Amora hanya diam.

"Andai aku tidak kecelakaan, mungkin kita sudah bersama dan menjadi keluarga bahagia...," suara Sunny terdengar serak. " Aku sangat mencintai Megan, menghadapi kenyataan tidak bisa hidup bersamanya aku rasanya tidak ingin hidup." katanya sambil terisak.

Amora tersentak saat pintu kembali terbuka dan Megan tiba-tiba berjongkok dihadapan Sunny. Pria itu terlihat panik menghapus air mata di pipi Sunny. Sebuah perhatian yang tak pernah Amora terima dari pria itu.

"Jika tidak ingin membantunya katakan saja! Jangan membuatnya menangis!" Bentak Megan pada Amora. Hati Amora terbelah mendengar tuduhan itu, berbeda dengan Sunny yang terlihat senang karena perkataan Megan yang menyalahkan Amora.

Amora hanya bisa menunduk, menekan kuat rasa sedih di hatinya. Ia sadar ia bukanlah wanita yang diinginkan suaminya selama ini.

Amora tidak sanggup, dia berbalik pergi. Langkahnya terasa gamang. Sejak awal, pernikahan yang dijalankannya ini memang tidak pernah diwarnai rasa bahagia. Dan sekarang semuanya sudah berada di ujung tanduk.

Saat baru akan duduk di tempat tidur yang merupakan kamar tamu, pintu kamar pun tiba-tiba terbuka, muncul Megan yang masuk kedalam.

"Kamu keterlaluan, aku tidak suka dengan sikapmu hari ini, kuharap ini terakhir kali kamu membuatnya menangis." ujar Megan tanpa melihat Amora yang duduk di tepi ranjang.

Amora melihat punggung kekar suaminya yang sibuk membuka lemari.

Ia ingin bertanya mencari apa, tapi rasanya itu akan membuat suaminya marah, jadi Amora hanya menjelaskan jika Sunny menangis bukan karenanya.

"Sunny menangis bukan karena aku."

"Itu karena kamu tidak peka, dia adikmu, tidak bisakah kamu menghiburnya alih-alih memasang muka syok karena keberadaannya."

Amora menelan ludah kasar dan meremas jemarinya yang terasa dingin. Bagai di tabur duri di dalam hatinya kini.

Kata-kata Sunny seolah menjelaskan kehadirannya menjadi penghalang dia dan Megan, dan kini Megan juga menyalahkan dia yang lambat bereaksi. Siapa yang tidak terkejut melihat cinta suaminya kembali, disaat Amora sudah menyerahkan segalanya pada lelaki itu.

Megan keluar dengan membanting pintu. Amora menekan dadanya yang sakit. "Apa artinya diriku dan pernikahan ini untukmu, Megan?" tanya Amora yang di jawab keheningan.

Istri yang tak dihargai

Malam kian beranjak semakin larut. Hawa dingin di luar sana tak membuat Amora untuk masuk kedalam rumah. Ia lebih menyukai keindahan malam dengan kerlingan bintang, dari atas balkon kamar yang ia tempati. Sesekali ia menghapus air matanya sembari menghalau udara dingin diluar sana.

'Tugasmu menjadi pengganti sudah selesai, kamu bisa sesegera mungkin meninggalkan rumah ini!'

Amora kian tersedu mengingat ucapan ibu mertuanya itu. Dua tahun pengabdiannya tiada arti bagi mereka yang tak menginginkannya.

Kembali Amora menerawang jauh, mengingat kebersamaan nya dengan Megan. Bagaimana acuhnya pria itu, sikapnya dingin dan tak tersentuh.

Pada akhirnya seberapapun ia mengingat kebersamaan yang dijalaninya dengan Megan, tak sedikitpun dia menemukan kebahagiaan didalamnya.

Menjelang dini hari Amora memilih mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

Keesokan paginya....

"Bantu Sunny berpakaian, aku dan Mama akan mengajaknya pergi."

Suara Bariton berat dari Megan terdengar tegas pada Amora yang baru saja menuruni tangga.

Setelah semalam dia disalahkan, pagi harinya Megan kembali memintanya untuk membantu Sunny, padahal di rumah ini tidak kekurangan pelayan.

"Aku takut nanti dia menangis lagi dan aku kau salahkan." ujar Amora

Pria yang tampak gagah dengan balutan tuxedo hitam itu menjawab." Sunny sendiri yang ingin kamu membantunya!"

Amora terdiam sejenak, merasa kini hari-harinya menjadi sangat menekan. Selain dia dianggap bersalah karena sudah menjadi istri Megan, Amora mungkin akan semakin kesepian karena Megan juga akan sering menghabiskan waktu dengan Sunny.

"Megan, Mama sudah siap." suara Melinda mengalihkan perhatian Megan dari Amora yang menatapnya sendu.

Dengan wajah antusias Melinda menghampiri Sunny yang duduk di kursi roda dekat tangga. "Kamu belum siap sayang?" tanyanya penuh perhatian.

Perasaan Amora menjadi tak menentu saat melihat Sunny, tapi segera ditepisnya. Bagaimanapun, Sunny adalah adik kandungnya. Dan dia adalah cinta pertama suaminya. Amora tidak berhak menghalangi keduanya walau saat ini dia berstatus sebagai istri sah lelaki itu.

"Mama, aku mau Kak Mora membantuku bersiap, aku tidak nyaman jika di pegang-pegang oleh pelayan."

Megan langsung berjalan mendekati Sunny. Ia mengusap rambut panjang sunny yang terurai.

Ekspresi wajah Amora muram, merasa sedih melihat suaminya lebih memperhatikan Sunny dibanding dirinya.

"Kau tidak dengar apa yang Sunny katakan Mora? Apa kau iri karena Sunny kami ajak keluar? Picik sekali pikiranmu itu!"

"Bukan begitu, Ma... Tapi.."

"Apa kau keberatan Mora?" suara tegas Megan membuat Amora menoleh. Namun, ia kalah cepat dengan Sunny yang tegas mencekal lengan suaminya tersebut dengan wajah sedih.

"Nggak papa Megan jika Kak Mora menolak membantuku," ucap Sunny menangis. "Padahal aku hanya ingin dekat dengan Kak Mora, aku sangat merindukannya. Tapi kak Mora..." Sunny menangis menutup mulutnya. Sedangkan Amora menatapnya dengan kedua mata melebar, tidak menyangka Sunny akan membuat drama seperti ini.

"Amora.." desis Megan menatapnya tajam.

Gelengan kepala cepat Amora berikan.

"Bu-bukan begitu, Sunny! Aku tidak keberatan membantumu, aku hanya..."

"Sudahlah! Jelas-jelas kau keberatan membantu Sunny." Melinda tak membiarkan menantunya selesai bicara.

"Aku minta maaf Megan, jika kehadiranku membuat istrimu tak suka." ujar Sunny dengan air mata berderai.

Sandiwara yang Sunny lakukan membuat Amora terpojok. iris mata Megan berubah nyalang pada istrinya. Laki-laki itu menarik kasar lengan Amora dengan wajah marahnya yang jelas terlukis.

Amora menahan tangan sang suami. "Megan Sunny salah paham, aku tidak..."

"Berhenti bicara Amora!" desis Megan melepaskan tangan Amora dengan kasar.

"Tapi Megan..."

Ucapan Amora kembali tertelan saat sang suami memalingkan tatapan darinya, Megan berjalan cepat meninggalkannya dengan gesit menggendong Sunny dan membawanya masuk ke dalam kamar utama yang dulu adalah kamarnya bersama Amora. Meninggalkan Amora dan Melinda di ruang tengah.

Melinda lantas tersenyum miring dan menaikkan salah satu alisnya. "Amora sepertinya sebentar lagi posisimu akan tersingkirkan." bisik Melinda dengan pelan dan jelas.

"Lebih baik kau bersiap-siap karena Megan dan Sunny akan kembali bersama."

Amora terdiam dengan mata berkaca-kaca menatap ibu mertuanya.

"Sebaiknya kau sadar diri, Mora. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah pantas bersanding dengan Putraku."

Usai mengatakan kalimat bernada tajam itu. Melinda pergi. Hal itu membuat Amora terduduk di sofa menyembunyikan wajahnya pada telapak tangannya. Wanita cantik itu menangis sedih dan pilu dengan situasi yang kini menyerangnya.

Amora menepuk dadanya yang sesak, saat akan berdiri sakit kepala hebat tiba-tiba menyerangnya.

"Bi...!" Pekik Amora, berusaha memanggil pelayan di rumahnya.

Pelayan yang sejak tadi memperhatikan istri tuannya itu muncul dari ruang tamu dengan kemoceng di tangganya. Wanita itu membantu Amora yang melangkah tertatih.

"Astaga nyonya Amora..."

Hanya sebatas pengganti

"Bahkan telingamu belum tuli untuk bisa mendengar suara dari luar kamar ini, akan tetapi mengapa kau berpura-pura tak mendengar jika ada tamu yang datang?" sindir Megan tanpa melihat kondisi Amora yang tampak pucat.

Tiga jam lalu setelah merasakan sakit kepala hebat, Amora meminta pelayan untuk mengantarkannya kembali ke kamar tamu yang ia tempati sejak semalam. Amora benar-benar tidak mendengar suara apapun sebelumnya, mungkin karena dia yang tenggelam dengan rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Amora berdiam diri seorang diri tenggelam dalam kesedihan yang menyesakkan.

"Kau sengaja tak memberiku muka di hadapan kedua orang tuamu ya?" sinis Megan masih acuh dengan kondisi Amora.

Ternyata kedua orang tua Amora datang.

Suara ketukan pintu membuat Megan diam.

"Mora..." Dari balik pintu muncul wanita yang sangat Amora rindukan. Dia adalah Desi wanita yang sudah bertaruh nyawa untuk melahirkan Amora ke dunia. Di susul laki-laki yang menjadi cinta pertama Amora, orang yang menjadi alasan Amora berada di tempat ini. Tempat yang di sangkanya rumah tangga tetapi ternyata rumah duka, tak ada secuilpun kebahagiaan di rumah ini untuk Amora yang notabenenya seorang pengganti.

Sudut bibir Amora tertarik keatas, akhirnya ayah dan ibunya datang juga, pasti mereka akan membawa Sunny pulang.

"Ibu dan ayah datang untuk melihat keadaan Sunny, senang sekali akhirnya adikmu kembali berada di tengah-tengah kita, Mora ibu ingin mengucapkan terimakasih kepadamu nak, kamu begitu besar hati mau mengembalikan apa yang sebenarnya menjadi milik Sunny."

Amora belum dapat mencerna apa yang ibunya sampaikan.

"Apa maksud Ibu?" tanya Amora lirih sembari mengamati raut wajah ibunya.

"Ibu mertuamu dan suamimu sudah mengatakan segalanya, ibu bangga padamu, kamu rela merawat adikmu yang sakit dan membiarkannya tinggal bersama kalian demi kebaikannya."

Amora tertegun, anggapannya salah. Mereka tidak datang untuk menjemput Sunny, justru mendukung kedekatan adiknya dengan mantan calon suaminya yang kini sudah menjadi suami sah Amora.

Ternyata kehadirannya sama sekali tak berarti untuk suaminya. Apa benar perkataan cinta lama adalah pemenang yang sesungguhnya? Air mata Amora menetes, namun ia menghapusnya cepat. Tidak ada gunanya menampakkan wajah sedih, tidak akan ada yang berada di pihaknya. Bahkan kedua orang tuanya sekalipun.

Amora menahan diri agar tidak menangis. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada suaminya, juga pada pernikahannya yang sudah mulai goyah.

"Ibu jangan khawatir, Mora akan menjaga Sunny dengan baik, aku sendiri yang akan mengawasinya." ucap Megan tanpa perduli perasa Amora.

Tapi anehnya perkataan Megan justru melebarkan senyum di bibir kedua orang tua Amora.

Padahal perkataan itu menyakiti hati Amora,

Megan seolah tengah menegaskan bahwa meski menyandang status sebagai istri Megan Dramana, Amora tidak serta merta menjadi nyonya yang sesungguhnya, karena nyatanya dia hanya dianggap pengganti, dan nyonya yang sesungguhnya telah kembali.

Bagi Megan, Amora hanya orang asing mesti mereka sudah menikah selama 2 tahun.

Amora menelan ludah pahit. "Ibu jangan khawatir, Sunny aman bersama kami." tatapan tajam suaminya membuat Amora buka suara dan dia mencoba tegar.

Saat kedua orang tuanya pamit pulang Amora hanya bisa menatap kedua punggung itu sendu, sampai hilang dari pandangannya. ternyata sekali lagi perasaan Amora bukanlah prioritas mereka.

Amora melihat Megan yang ikut beranjak, dia buru-buru memanggil.

" Megan,..." pria itu menghentikan langkahnya, tetapi tidak berbalik badan.

"Apa besok kamu ada waktu luang?" tanya Amora mendongak menatap punggung lebarnya.

"Tidak, aku banyak pekerjaan. Jadwalku padat." Jawab Megan dingin seperti biasanya.

Amora terdiam, menenangkan hatinya yang layu karena jawaban Megan. Lalu ia melanjutkan...

"Tadinya aku ingin meminta waktumu sebentar untuk menemaniku..."

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, terdengar dengusan pelan dari Megan. Pria itu membalikkan badannya menatap Amora tajam.

"Jika ingin pergi, pergilah sendiri. Dirumah ini tidak kekurangan sopir untuk mengantarmu kemanapun. Aku jijik dengan perempuan manja!"

Kalimat menohok yang Megan lontarkan membuat nyali Amora turun. Ia bahkan belum sempat menyampaikan tujuannya pada pria itu, tapi langsung ditolak begitu saja.

"Baiklah. Mungkin di lain waktu kau bisa menemaniku saat kau tidak sibuk." kata wanita cantik itu dengan kepala menunduk.

"Hm." Megan menjawabnya dengan bergumam sambil lalu. "Aku akan pergi sebentar, gunakan telingamu baik-baik, kalau-kalau Sunny membutuhkan bantuan mu." Tanpa menunggu jawaban dari Amora lelaki itu pergi.

Tanpa komando rintik air mata Amora turun. Ternyata dimata suaminya sendiri ia tak jauh beda dari seorang pelayan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!