Rumah yang bisa di bilang cukup mewah dan bagus walau agak terpencil karena kiri kanan hanya ada pohon pohon cemara saja, memang amat sepi dan kesan nya agak menakutkan bagi yang jiwa nya penakut. tapi tidak bagi Sela, justru di tempat ini lah dia menemukan kedamaian dan bisa tidur nyenyak setelah lelah bekerja seharian.
Sendirian tinggal di sini sama sekali tidak membuat Sela merasa bosan dan ingin punya teman atau pun pasangan hidup, masa lalu nya lumayan buruk dan dia juga enggan menikah lagi. pernikahan pertama di angan nya hanya sebuah permainan saja, bahkan sekarang pun ia sudah tak saling kenal satu sama lain dengan mantan suami.
Sela juga tidak menyalahkan suami nya atas semua ini, karena memang dia dan keluarga nya yang punya masalah sehingga pantas saja bila orang tua Bastian sang mantan suami tidak menerima. masih terbayang di ingatan nya saat Mama Bastian mencaci maki dia, namun saat itu Sela memilih diam saja.
Selain yang marah juga adalah orang tua, Sela juga sadar bahwa memang ini salah dia dan Ibu nya. bahkan seharus nya Sela harus berterima kasih penuh pada Bastian, sebab pria itu sudah menolong diri nya lepas dari jerat pesugihan yang Ibu Sela anut untuk memperkaya hidup.
"Hahhhh!" Sela tersentak bangun dari tidur nya di jam satu malam.
Bayangan kelam saat dia sedang bertarung dengan para iblis pesugihan Ibu nya tetap saja tidak mau hilang, bahkan kadang kala Sela merasa ada yang sedang memperhatikan dia dengan seksama. namun kata orang yang sudah menolong nya, iblis itu tidak ada lagi dan itu cuma rasa takut Sela semata.
Padahal Sela sengaja pindah kekota dan walau rumah ini masih agak hutan juga, namun bukan hutan lindung karena tidak jauh dari sini juga ada rumah seperti ini lagi. memang di buat dengan gaya para manusia yang suka akan kesepian dunia, beda dengan kota yanh sangat ramai.
Sudah di coba juga oleh Sela untuk tinggal di apartement dekat kantor nya kerja, namun malah semakin tidak bisa tidur semalam full. itu sudah Sela jalani selama beberapa tahun ini semenjak kejadian itu, dia menjadi orang yang sangat susah untuk tidur malam atau pun siang.
Apa bila mata tertutup maka mimpi buruk akan datang menghampiri nya, kejadian nya seolah terus saja berulang ulang. tidak peduli walau Sela membawa teman sekalipun, maka tetap saja dia bermimpi hal yang sama, Purnama orang yang menolong nya mengatakan bahwa itu memang sudah terlanjur menjadi kutukan untuk Sela dari iblis yang Rosana puja dulu nya.
"Kau mimpi buruk lagi?" Amara juga bangun karena malam ini ia menginap di rumah Sela.
"Rasa nya setiap aku memejamkan mata, selalu mimpi buruk yang datang." lirih Sela.
"Bukan kah sudah ku katakan sebelum nya, kau butuh psikolog." Amara mengucek mata nya yang buram karena ngantuk berat.
"Mereka juga tidak memberi solusi, aku sudah pernah konsultasi dan pada akhir nya tetap saja begini." sahut Sela bangkit dari tempat tidur nya.
"Aku ngantuk sekali, kau tidak ingin tidur lagi?" Amara sungguh tidak tahan akan kantuk nya.
"Tidur lah, aku akan keluar." Sela membenahi piyama nya dan segera keluar.
"Ada apa lah dengan mu itu, kau jadi phobia tidur." keluh Amara kasihan juga melihat teman nya.
"Jangan banyak omong, kau besok harus menemani Pak Handoko kelapangan." tukas Sela masih mendengar.
"Huaaaam, astaga aku ngantuk sekali memang." Amara langsung ambruk kembali.
"Orang lain bisa tidur dengan nikmat, aku tidur lima menit saja sudah menjadi momok menakutkan." keluh Sela menyeduh coklat panas agar hati nya tenang.
Usai membuat coklat panas, Sela berdiri di depan jendela kaca yang transparan sehingga bisa melihat gelap nya malam karena banyak pohon. hanya pemandangan begini yang membuat hati nya sangat tenang, sudah berkecimpung dalam urusan ghaib tapi tidak membuat Sela takut akan kegelapan.
"Apa saja kira kira yang ada di dalam gelap nya hutan itu?" Sela bicara sendiri menatap daun yang bergoyang.
Suara hewan malam membuat dia tersenyum tenang, duduk di kursi dan membaca buku. sepanjang malam apa bila sudah terbangun, hanya ini lah yang Sela lakukan, karena dia sudah tidak punya keberanian untuk memejamkan mata lagi, menurut orang lain mungkin saja akan sangat tersiksa sekali. namun bagi Sela yang sudah biasa, rasa nya memang agak sedih tapi dia sudah berdamai dan menerima kenyataan bahwa ini tidak bisa mau di perbaiki lagi selama nya.
Groosaaaak.
"Apa itu?" Sela kaget dan langsung bangkit, jarak nya agak dekat dari dia duduk.
Bila tadi Sela duduk di atas maka sekarang pindah di teras, maka nya bisa mendengar suara tersebut. dia tidak takut karena di sekitaran sudah di pasang lampu dan malah kelihatan sangat indah sekali, lagi pula hutan ini sudah di pastikan tidak ada binatang buas nya.
"Tidak ada apa apa, tapi tadi ada suara kok." Sela mendekati nya dan menatap sekitar rumah yang di terangi lampu.
"Hahhh, ada saja yang mengganggu ketenangan." keluh Sela berdiri di dekat pohon.
Cahaya bulan masih terang karena tadi adalah malam purnama, Sela tersenyum melihat bulan yang begitu indah. walau keindahan nya hanya untuk beberapa saat, namun begitu banyak orang yang mengagumi nya.
"Aku ingin menjadi seperti bulan saja." Sela mengulurkan tangan seolah ingin menyentuh bulan.
"SELAAA!" Amara berteriak dari atas balkon saat melihat Sela di luar.
"Apa?!"
"Malam malam begini kau malah di luar, masuk sini." teriak Amara yang penakut.
"Bulan nya indah, kau tidur lah saja." Sela duduk di bawah pohon depan rumah.
"Kau memang sudah gila ya, cepat kesini." Amara kesal sekali.
"Apa, Ra?" Sela berjalan pelan menuju rumah mereka yang cahaya kuning kemerahan.
Ayah tiri Sela memang sengaja memilihkan warna itu, karena kata nya bisa membuat Sela tenang. tapi memang indah kelihatan nya dan Sela menurut saja, Reza memang baik pada anak sambung nya dan ingin mengayomi sebagai Ayah kandung.
"Apa sih?!" Sela kesal juga lama lama karena Amara agak memaksa.
"Gil kau! sini lihat, tadi ada mata merah di balik gelap gelap itu." Amara menunjuk.
"Mana?"
"Loh kok enggak ada!" Amara jadi bingung karena tadi jelas melihat nya.
"Heh kau ini, malah lebih parah dari padaku." rutuk Sela mengabaikan Amara jadi nya.
"Demi tuhan aku tadi melihat nya!" Amara berseru keras.
Namun Sela sudah mengabaikan karena menganggap Amara hanya halusinasi saja, apa lagi Amara yang dasar penakut, mendengar suara jangkrik saja sudah membuat dia ketakutan setengah mati.
Hallo guys, selamat membaca dan semoga suka dengan kisah yang ini ya.
buat yang nanya apa kah ada purnama dan geng, tentu saja jawab nya ada.
kecuali nanti novel satu yang akan datang, itu kisah nya enggak ada Purnama ya. nanti tak spil judul, pokok nya nikmatin aja yang ini dulu🥰
Rosana bahagia sekali karena hari ini jadwal mendatangi kediaman Sela yang ada di kota, dia memang pisah rumah dengan anak semata wayang dari suami pertama nya itu. bukan karena Rosana menikah lagi sehingga Sela sampai pindah rumah, tapi memang untuk ketenangan nya yang agak terganggu akan kejadian di masa lalu.
Rasa nya sebagai Ibu dia amat merasa bersalah atas apa yang sekarang Sela alami, anak nya menjadi begini karena kesalahan dia yang tidak tahan hidup miskin sehingga harus mencari pesugihan. sial nya pesugihan itu malah mengincar sang anak untuk di jadikan istri, karena Sela lahir di malam selasa kliwon yang sangat sakral.
Untung nya ada orang yang menolong mereka sehingga Sela dan Rosana bisa selamat, walau suami dan anak bungsu nya harus meninggal dalam kasus ini. untuk yang sekarang harus di syukuri saja walau Sela masih mati matian menahan bayangan yang menghantui tidur nya, bahkan ia tidak bisa tidur dengan aman.
Karena hal itu pula lah akhir nya Rosana mengizinkan sang anak untuk tinggal sendiri di kota, nama nya saja kota, tapi itu adalah tipe rumah hutan yang rasa nya sangat adem. sehingga saat libur masih bisa tidur siang Sela di sana, itu pun juga di hantui oleh mimpi buruk nya. hari ini Rosana dan Reza sang suami akan kerumah Sela, maka nya semua sudah siap siap.
"Sudah siap semua kan, itu lauk pauk untuk Sela enggak ketinggalan?" Reza Ayah sambung Rosana siap di kemudi.
"Udah tadi, semua udah siap." angguk Rosana yang memang memasak dulu.
"Bismillah, kita berangkat." Reza segera meluncur menuju rumah anak nya di kota.
"Rea baru berangkat saja sudah tidur begitu, niat banget dia." Rosana melihat anak nya yang masih satu tahun tidur di kursi belakang.
"Enggak apa apa, nanti sampai rumah biar bisa main sama Kakak." jawab Reza fokus mengemudi.
"Kakak libur kata nya hari nya, kan tanggal merah ya." Rosana mengecek ponsel nya.
"Iya, bisa puas nanti kita ngobrol sama dia! sekalian tanya, apa masih dia mimpi buruk setiap malam nya." ucap Reza yang memang perhatian walau pada anak sambung.
"Kalau ingat itu aku rasa nya sangat bersalah sekali, seolah seumur hidup Sela akan di hantui dengan mimpi buruk nya." lirih Rosana yang merasa sedih.
"Pokok nya kita akan berusaha agar Sela bisa sembuh, pasti ada nanti yang membuat dia ceria dan tidur tenang." Reza memberi semangat untuk istri nya.
"Semoga saja ada, aku juga tidak bisa tenang sebelum anak ku tenang, Mas!" Rosana mengusap mata nya yang berembun.
"Insya Allah ada lah, mana mungkin tidak ada." jawab Reza pelan.
"Kalau mengingat derita nya Sela, rasa penyesalan ku sangat besar. tapi cuma bisa berandai andai saja dan semua pun sudah terjadi sehingga tidak bisa mau di rubah!" keluh Rosana.
Reza paham akan kecemasan istri nya yang sekarang, anak nya sama sekali tidak punya rasa tenang. bahkan tragis nya lagi, Sela sudah jadi janda di saat usia nya baru dua tiga tahun, mungkin karena pernikahan pertama di lakukan atas dasar keterpaksaan saja sehingga harus pisah, namun yang bermasalah bukan Bastian nya kala itu saat mau pisah.
...****************...
Amara tidak mau lagi tidur di rumah Sela malam ini, sehingga saat pagi datang dia sudah beres beres baju nya dan nanti agak siangan akan pulang saja. sebab rasa nya jelas sekali tadi malam ia melihat dua mata merah menyala di dalam semak gelap itu, tapi Sela saja yang tidak percaya.
Dari pada ketakutan tidak jelas dan memang dia tidak cocok akan tempat yang agak seram begini, maka lebih baik pulang saja di kost nya yang sempit. walau pun sempit namun setidak nya tidak ada rasa takut akan setan, di sana ramai banyak orang dan juga teman kost yang baik.
Sela baik dan niat nya mengajak Amara tinggal di rumah nya juga baik, namun tempat nya yang tidak baik sehingga Amara tidak sanggup lagi mau bertahan, sebelum nya juga pernah tidur sini dan sudah ada perasaan tidak enak karena rasa takut. tapi baru tadi malam Amara melihat sesuatu yang sangat seram, sorot mata merah yang sangat pekat.
"Kamu tuh berlebihan takut nya, padahal tidak ada apa apa kok." Sela ingin menahan Amara.
"Enggak, kali ini aku sudah sangat yakin kalau itu memang hantu!" Amara yakin sekali.
"Karena kamu takut jadi berpikir kemana mana, itu kalau tinggal di kost pun nanti akan takut." ujar Sela.
"Mana mungkin lah, kost ku saja ramai." tukas Amara sudah siap semua tinggal pergi saja.
"Ya sudah, aku mau cek kesana lah apa benar ada sesuatu." Sela bangkit dan keluar dari rumah.
"Padahal dia tidak tidur sampai pagi, tapi masih saja tetap fit." Amara kadang juga heran dengan Sela yang sanggup menahan kantuk nya.
"Mau ikut atau di sini saja? nanti udah sibuk teriak teriak!" Sela sudah di halaman rumah.
"Ini ni yang membuat ku tidak suka, di dalam takut apa lagi di luar!" kesal Amara yang serba salah mau tinggal atau mau ikut keluar.
"Buruan!"
Amara tidak punya pilihan lain selain ikut saja, dari pada tinggal sendirian di dalam rumah. mending ikut Sela saja, setidak nya ada teman walau mereka mau masuk kedalam semak yang kata Sela sangat adem itu, di bawah pohon cemara memang sangat adem sekali rasa nya apa bila duduk santai.
"Aku tadi malam duduk sini, terus kamu lihat nya di mana?" Sela bertanya pelan.
"Itu di semak sana, mata nya bisa menembus gelap nya malam." Amara sangat semangat untuk cerita.
"Mata apa sih yang warna merah, ku rasa mata anjing." tebak Sela melangkah kesana.
"Masa sih anjing mata nya merah kalau malam?" Amara agak tidak percaya.
"Ya kan bisa jadi, kucing warna nya biru kalau kena senter." sahut Sela sekena nya saja dan menelusuri bawah pohon cemara.
"Ambil lah dulu foto ku di sini, kayak nya seru juga." pinta Amara.
"Hih kau ini." Sela kesal tapi mau juga mengambil foto Amara.
"Bisa buat pamer di story, mereka pasti ngira aku liburan." Amara tertawa pelan.
"Buruan, dasar mau foto saja pakai sibuk mengurus mata merah." Sela bersiap mengambil gambar.
Amara segera mengambil gaya agar foto nya bagus dan menawan, pemandangan nya memang sangat bagus sekali. Sela mengambil banyak agar bisa di pilih sendiri, nanti kalau cuma sedikit malah protes saja.
Usai mengambil foto nya Amara, Sela segera berjalan lagi untuk melihat keadaan sekitar mencari jejak apa bila memang ada sesuatu di dalam semak belukar ini. sebab dia pun juga punya rasa penasaran yang besar, kalau sudah terbukti tidak ada maka nya rasa nya jauh lebih aman dan tentram apa bila tinggal sendirian tidak punya teman.
Amara masih sibuk dengan foto foto yang sudah ia dapat sehingga lupa akan rasa takut nya, malah dengan anteng duduk di bawah pohon dan tertawa senang karena sedang chating dengan teman nya atau bisa juga di sebut pria yang sudah lama ia taksir di kantor tempat mereka kerja.
Sela berjalan sendiri mencari jejak apa yang sudah Amara lihat tadi malam, yang membuat ia makin penasaran itu karena ada bekas rumput yang seperti sesuatu bergulung gulung di sini. padahal tempat lain tampak bagus, cuma bagian sini memang rusak dan sebagian rumput ada yang tercabut keluar dari tanah.
"Atau babi hutan ya tadi malam di sini." gumam Sela memperhatikan dengan seksama.
Tapi bila memang babi hutan tapi tidak ada bekas jejak kaki nya, entah kenapa dia makin penasaran dan ingin tau lebih lanjut. di tinggal kan saja Amara yang sibuk sendiri, rumput yang lecek itu saja ia ikuti sampai masuk kedalam semak yang bukan daerah milik nya lagi.
"Sampai sini batas nya, eh apa lagi ini?" Sela kaget karena menemukan benda merah bentuk segi tiga.
Batu merah menyala seperti warna darah dan itu bentuk nya juga sangat bagus, Sela yakin ini akan sangat mahal apa bila di jual. maka segera di ambil dan di masukan kedalam kantong celana, agak cepat gerakan nya karena ada suara lagi di ujung semak.
"Siapa itu?!" Sela berteriak agak keras agar di jawab.
"Apa, Sel?!" malah Amara yang kaget dan segera mendekat.
"Enggak, cuma kayak nya ada suara di sana." Sela juga tidak tau itu apa.
"Agak seram kan memang, aku yakin memang ada yang tidak beres kok." Amara mengusap lengan nya.
"Kau itu selalu saja agak seram yang jadi andalan, giliran dapat tempat bagus langsung foto!" sewot Sela.
"Ih kan lumayan kalau buat koleksi." Amara menjawab sambil tertawa pelan agar Sela tidak makin sewot.
Sela tidak mendengarkan nya lagi, maju satu langkah malah mendapati darah yang sangat kental. Amara juga datang mendekat dan menutup mulut nya, di perhatikan keadaan sekitar yang terasa mencekam, berarti memang ada sesuatu tadi malam di dalam semak ini. sebab sekarang saja ada darah, sudah jelas sosok itu pasti terluka.
"Babi ini palingan, ayo lah kita pulang saja." Sela mengajak Amara pulang.
"Benar cuma babi? apa ada babi di sini, kan babi juga bahaya ya!" celoteh Amara.
"Nama nya juga semak, pasti ada lah binatang yang agak seram." jawab Sela sekena nya saja dan terus berjalan keluar semak.
"Pantas saja mata nya merah, karena babi kan mata nya merah kalau malam." Amara percaya bahwa itu babi.
Tidak tau saja bahwa sebenar nya sskarang Sela mendadak merinding, perasaan takut seperti saat dia masih gadis berusia belasan tahun kembali muncul. lebih tepat nya saat ia sedang berusaha menghindari iblis pujaan Rosana, sama persis rasa nya sehingga Sela langsung memilih keluar ini.
"Ibuuu!" Sela yang kaget karena Rosana dan Reza sudah datang pula.
"Jangan lari lari begitu, kalian dari mana kok masuk semak sana?" Rosana mencium anak nya.
"Cuma cari cari sambil lihat keadaan sekitar, biar lebih merasa aman." jawab Sela.
"Adem memang di sini, Ayah juga betah rasa nya." Reza nyaman dengan rumah Sela.
"Serem lah, Om! aku tidak berani lagi tidur sini, Sela saja yang sangat pemberani." ujar Amara setelah bersalaman.
"Kamu yang penakut, ayo masuk kedalam semua nya." ajak Sela menggandeng Ibu nya agar masuk kedalam rumah.
Mereka pun masuk kedalam rumah, Reza yang menggendong Rea. mereka ngobrol bareng sehingga tidak sadar sama sekali bahwa dari semak yang barusan Sela datangi ada sesosok mahluk tinggi sedang terluka dan menatap Sela, ia tidak terima karena Sela mengambil batu milik nya yang terjatuh.
...****************...
Bastian menarik nafas berat karena lagi lagi ia harus menghadapi perjodohan yang sudah Mama nya buat, tentu dengan anak gadis teman Mama nya juga. padahal sudah berulang kali Bastian menolak, tapi tetap saja dia di ajak ketemu dan ujung ujung nya Bastian harus bad mood karena tidak cocok dengan gadis pilihan Mama nya.
"Sudah lah, Ma! aku bisa cari sendiri nanti kalau memang sudah mau." kesal Bastian.
"Mau cari yang bagai mana? seperti gadis yang Ibu nya punya pesugihan itu!" geram Mama Linda.
"Jangan bawa bawa Sela lagi lah, Ma." Bastian kesal sekali kadang dengan Mama nya.
"Kamu itu sudah mau jadi dosen loh, Bas! tamatan S dua tapi masih saja jomblo." rutuk Mama Linda.
"Usia aku saja baru dua puluh tiga jalan dua empat, wajar lah masih jomblo karena memang belum mau pacaran." Bastian membela diri.
"Kamu nikah sama anak pesugihan itu saja saat usia mu baru enam belas tahun, masa sekarang sudah dua puluh tiga masih tidak punya pasangan." sindir Mama Linda.
"Sela! nama nya dia Sela, tidak perlu Mama menyebut nya begitu." tukas Bastian tidak senang.
"Lah memang dia anak pesugihan, lihat noh Ibu nya yang sekarang bahagia sama suami baru nya dan punya anak! kemana coba sekarang si Sela itu, ku rasa sudah di jadikan tumbal." ketus Mma Linda.
Bastian mengusap wajah nya kasar karena dia sungguh tak habis pikir dengan sikap Mama nya, Sela sama sekali tidak salah dan mereka memang pisah saat baru enam belas tahun. sekitar delapan tahun sudah mereka pisah, namun masih saja di ungkit oleh Mama Linda.
"Pokok nya kamu harus pacaran sama Inara, dia gadis baik dan Mama yakin keluarga nya juga baik." Mama Linda yakin sekali.
"Puji saja lah dia, pusing aku sama Mama." Bastian menyambar kunci mobil nya dan segera pergi.
"Awas saja kalau sampai dapat pacar tidak benar, gila ya kamu punya masa lalu yang bisa membuat Mama selalu ketar ketir." rutuk Mama Linda.
Sudah tidak di dengar lagi oleh Bastian karena mobil nya saja sudah menjauh pergi, tinggal Mama Linda yang mengoceh sendiri akibat rasa kesal nya. punya anak satu tapi begitu susah menuruti mau nya, tapi kadang orang tua juga tidak memikirkan perasaan anak.
Emak mau belanja dulu ya kepasar, buat cari perlengkapan puasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!