NovelToon NovelToon

Jejak Luka Diantara Kita

Bab 1 Pertemuan Tak Terduga

Bab 1: Pertemuan Tak Terduga

Langkah-langkah tergesa Randy menggema di sepanjang koridor Wijaya Kusuma Corp. Sebagai CEO, harinya selalu padat, dan pagi ini dia baru saja menghadiri rapat penting dengan klien besar. Pikirannya masih tertuju pada laporan keuangan ketika ia berbelok menuju ruangannya.

Namun, tiba-tiba—bruk!

Seseorang menabraknya cukup keras hingga ia terhuyung satu langkah ke belakang. Seorang wanita dalam seragam cleaning service tampak membatu di depannya. Ember yang dibawanya hampir saja tumpah, dan ia dengan panik berusaha menyeimbangkannya.

"M-maaf, Pak!" ucap wanita itu tergagap.

Randy mengangkat wajah, menatapnya sekilas. Wanita itu tampak muda, dengan rambut hitam yang diikat seadanya dan wajah polos yang kini dihiasi kepanikan. Tangannya menggenggam erat gagang pel, seolah takut akan konsekuensi dari kecelakaan kecil ini.

Suasana sekitar terasa hening. Beberapa karyawan yang melintas sempat berhenti, menunggu reaksi sang CEO. Randy dikenal sebagai pria tegas, dan kejadian ini tentu menarik perhatian.

Namun, alih-alih marah, Randy hanya menghela napas. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya.

"Hati-hati lain kali," katanya singkat, lalu melanjutkan langkahnya.

Wanita itu mengangguk cepat, kepalanya tetap menunduk dalam-dalam, seolah berharap bisa menghilang begitu saja.

Di dalam ruangannya, Randy membuka laptopnya, mencoba fokus pada pekerjaannya. Namun, pikirannya kembali pada kejadian tadi. Wajah canggung wanita itu terus terbayang di benaknya.

"Siapa dia?" gumamnya pelan.

Seorang karyawan baru di divisi cleaning service? Mengapa dia tampak begitu gugup?

Tak biasanya ia peduli dengan hal seperti ini. Sebagai pemimpin, ia terbiasa berinteraksi dengan banyak orang, dari rekan bisnis hingga bawahannya. Tapi entah kenapa, pertemuan singkat tadi meninggalkan kesan berbeda.

Sementara itu, di pantry lantai satu, wanita yang tadi menabrak Randy masih terlihat gelisah.

"Nadine, kenapa wajahmu tegang begitu?" tanya seorang rekan kerjanya, Rina.

Nadine, wanita yang baru saja bekerja sebagai cleaning service di Wijaya Kusuma Corp, menghela napas panjang.

"Aku… barusan menabrak Pak Randy."

Rina membelalakkan mata. "Pak Randy? Maksudmu, CEO kita?"

Nadine mengangguk pelan. "Iya. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku takut dia marah."

Rina tertawa kecil. "Kamu beruntung dia tidak langsung memecatmu. Katanya, Pak Randy itu dingin dan tegas. Tapi kalau dia cuma menyuruhmu hati-hati, berarti kamu masih aman."

Nadine masih merasa canggung. Pekerjaan ini baru dimulainya hari ini, dan kesalahan seperti ini bukanlah awal yang baik.

“Tapi…” Nadine menggigit bibirnya. “Aku merasa dia menatapku lama tadi.”

“Wajar saja. Kamu kan baru di sini.”

Nadine mengangguk, mencoba mengusir perasaan aneh yang mulai muncul dalam hatinya.

**

Hari-hari berlalu, dan Nadine mulai terbiasa dengan pekerjaannya. Meski demikian, setiap kali ia melewati kantor Randy, jantungnya selalu berdetak lebih cepat.

Randy sendiri mulai menyadari keberadaannya. Ia sering melihat Nadine di berbagai sudut kantor—di lorong, pantry, atau saat ia sedang membersihkan ruang meeting. Ada sesuatu dalam diri wanita itu yang menarik perhatiannya, meskipun ia belum bisa menjelaskan apa itu.

Suatu hari, tanpa sengaja, ia melihat Nadine duduk di taman kecil di belakang kantor saat jam istirahat. Wanita itu tampak serius membaca sesuatu—sebuah buku yang sudah lusuh.

Randy memutuskan untuk mendekat.

“Kamu suka membaca?” tanyanya tiba-tiba.

Nadine terkejut dan buru-buru menutup bukunya. “P-Pak Randy?”

Randy duduk di bangku sebelahnya. “Buku apa itu?”

Nadine tampak ragu sejenak sebelum akhirnya menunjukkan sampulnya. Itu adalah buku tentang bisnis dan manajemen.

Randy mengernyit. “Kamu tertarik dengan bisnis?”

Nadine mengangguk pelan. “Iya, Pak. Dulu saya kuliah di jurusan manajemen, tapi… karena suatu hal, saya harus berhenti.”

Randy menatapnya dengan lebih serius. Ada sesuatu di balik sorot mata Nadine yang mencerminkan semangat dan kesungguhan.

“Kamu ingin melanjutkan kuliah lagi?” tanyanya.

Nadine menunduk. “Tentu saja ingin. Tapi untuk sekarang, saya harus fokus bekerja dulu.”

Randy diam sejenak. Ia mulai mengerti bahwa wanita ini bukan sekadar cleaning service biasa. Ia memiliki mimpi, ambisi, dan tekad.

“Kamu tahu, banyak jalan untuk mencapai mimpi,” ujar Randy. “Jangan berhenti hanya karena satu hambatan.”

Nadine tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.”

Setelah itu, keduanya terdiam. Ada sesuatu yang berubah di antara mereka. Sesuatu yang mungkin akan membawa mereka ke dalam yang lebih rumit di masa depan.

Bab 2 Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy

Bab 2: Alya Menghampiri Ruangan Kantor Randy

Pagi itu, suasana di kantor Randy tampak tenang. Lampu meja yang terang menyinari layar komputer, sementara suara detik jam dinding terdengar jelas di ruang yang sunyi. Namun, ketenangan itu segera pecah ketika pintu kantor terbuka dengan cepat dan suara teriakan menggelegar terdengar.

“Randy!” teriak Alya, sambil melangkah masuk tanpa mengetuk pintu seperti biasanya. Alya, sahabat Randy sejak kecil, memang selalu begitu. Tidak ada jarak antara mereka berdua, dan Randy pun sudah terbiasa dengan tingkah Alya yang cenderung spontan dan tidak kenal aturan.

Randy yang tengah duduk di kursi kerjanya sempat kaget, tetapi hanya sekejap. Dia sudah terbiasa dengan reaksi spontan Alya. “Alya! Kenapa teriak-teriak begitu? Bisa bikin orang kaget, tau!” katanya sambil tersenyum dan menutup laptopnya. Wajahnya terlihat lebih cerah begitu melihat Alya yang berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar di wajahnya.

Alya tidak peduli dengan peringatan kecil Randy. Dia malah berjalan cepat menghampiri meja kerja Randy dan duduk di kursi yang ada di depannya. “Randy, kamu nggak tahu betapa senangnya aku! Aku akhirnya kuliah di universitas impian aku!” kata Alya, hampir tidak bisa menahan kegembiraannya.

Randy terperanjat mendengar kabar itu. Meskipun mereka sudah berbicara tentang hal ini sebelumnya, mendengar langsung dari Alya membuatnya merasa sangat bahagia. “Serius? Wah, aku senang banget dengarnya, Alya! Akhirnya impian kamu tercapai!” Randy berkata sambil menatap Alya dengan penuh kebanggaan. Sejak kecil, Alya selalu memiliki semangat yang besar untuk mengejar apa yang dia inginkan, dan kini dia berhasil mewujudkannya.

Alya tidak bisa menahan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. “Iya, Randy! Aku akhirnya bisa masuk ke universitas itu. Aku sudah mulai minggu lalu. Rasanya seperti mimpi jadi kenyataan!” Alya melanjutkan ceritanya dengan semangat. “Aku nggak sabar untuk belajar di sana, bertemu dengan orang-orang baru, dan tentu saja mengejar cita-citaku. Rasanya seperti perjuangan panjang akhirnya terbayar.”

Randy hanya bisa mengangguk dengan bangga. Dia tahu betul bagaimana perjuangan Alya untuk bisa sampai di titik ini. Selama bertahun-tahun, Alya selalu berusaha keras, belajar tanpa henti, dan menyiapkan diri untuk mewujudkan impian besarnya. “Kamu memang pantas mendapatkannya, Alya. Aku yakin kamu bisa melakukan yang terbaik di sana.”

Alya sedikit tertawa. “Tapi aku masih butuh waktu buat beradaptasi. Belum lagi, aku merasa banyak yang harus dipelajari dan dikejar. Tapi aku yakin, aku akan bisa.”

“Jangan khawatir, kamu sudah terbiasa dengan tantangan, kok. Aku yakin kamu pasti bisa melewatinya dengan baik. Kamu memang orang yang luar biasa.” Randy menambahkan, merasa sangat bangga dengan teman kecilnya itu.

Alya tersenyum mendengar kata-kata Randy. Meskipun dia sudah melangkah ke dunia baru, dia merasa tetap ada ikatan yang kuat dengan Randy, teman yang sudah mengenalnya sejak kecil. Mereka berbagi cerita, tertawa bersama, dan saling memberi semangat dalam setiap langkah hidup mereka. Keberhasilan Alya bukan hanya miliknya, tapi juga milik Randy yang selalu mendukungnya sejak awal.

Mereka pun melanjutkan obrolan ringan, berbicara tentang masa depan, dan segala hal. Randy merasa senang melihat Alya yang kini lebih dewasa, lebih yakin dengan apa yang dia jalani. Sungguh, dia bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan hidup Alya yang luar biasa ini.

***

*cerita baruku*🔥

Bab 3 Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan

Bab 3: Menyatukan Bisnis Dengan Perjodohan

Di sebuah kafe mewah dengan suasana hangat dan elegan, Laras duduk berhadapan dengan seorang pria berjas hitam yang penampilannya begitu berwibawa. Namanya Pangestu, seorang pengusaha sukses yang sudah lama menjadi rekan bisnis Laras.

Kopi hitam di cangkir Laras masih mengepul, sementara Pangestu dengan santai mengaduk kopinya. Mereka berbicara serius, tetapi sesekali senyum samar muncul di wajah mereka. Pembicaraan hari ini bukan sekadar urusan bisnis biasa, tetapi tentang masa depan anak-anak mereka.

Laras membuka percakapan dengan nada hati-hati, "Bagaimana rencana kita yang mau menjodohkan Alya dengan Randy, anakmu?"

Pangestu menyesap kopinya perlahan, lalu menatap Laras dengan tatapan penuh keyakinan. "Tentu saja, bisnis kita akan berjalan sangat baik jika perjodohan ini dipercepat," jawabnya mantap.

Laras mengangguk. Sejak awal, ia sudah mempertimbangkan semua kemungkinan. Alya, putri semata wayangnya, belum mengetahui rencana ini. Begitu pula Randy, putra kebanggaan Pangestu. Mereka berdua sama-sama tumbuh di lingkungan yang mapan, dengan orang tua yang berambisi besar menjaga stabilitas bisnis keluarga.

"Alya masih terlalu sibuk dengan kuliahnya," Laras berusaha mencari celah agar rencana ini bisa berjalan tanpa ada penolakan.

Pangestu tertawa kecil. "Begitu juga Randy, dengan pekerjaannya. Tapi kalau kita tidak segera mengambil langkah, mereka bisa saja jatuh cinta pada orang lain. Itu risiko yang tidak boleh kita ambil."

Laras terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Pangestu. Ia tahu, bisnis keluarganya sangat bergantung pada kemitraan dengan perusahaan Pangestu. Perjodohan ini adalah cara terbaik untuk memastikan semuanya tetap berjalan lancar.

"Apa menurutmu kita harus memberi tahu mereka sekarang?" tanya Laras akhirnya.

Pangestu meletakkan sendok kecilnya di atas piring cangkirnya, lalu bersandar. "Aku pikir kita harus mulai dengan mengenalkan mereka lebih dekat. Tidak langsung bicara soal perjodohan, tapi biarkan mereka terbiasa satu sama lain."

Laras mengangguk setuju. "Kita bisa mengatur makan malam bersama. Aku akan memastikan Alya hadir."

"Bagus," Pangestu tersenyum. "Aku juga akan meyakinkan Randy. Dia memang tipe yang agak sulit, tapi jika sudah mengenal seseorang, dia akan lebih terbuka."

Mereka melanjutkan obrolan, merancang skenario yang tepat untuk mempertemukan kedua anak mereka.

Alya dan Randy sudah menjalin pertemanan sejak lama tidak menyadari bahwa orangtuanya memiliki hati dan keinginan mereka sendiri. Apakah mereka akan menerima rencana ini begitu saja? Atau justru menemukan jalan mereka sendiri.

Di luar kafe, angin malam berhembus pelan. Dunia terus berjalan, tanpa ada yang tahu bahwa di dalam sana, sebuah perjodohan sedang dirancang dengan hati-hati.

Angin malam berhembus pelan. Dunia terus berjalan, membawa takdir yang belum diketahui oleh siapa pun.

***

Hai guys....

Ini cerita baruku share ya ❤️

Jangan lupa follow, komen ya guys hehe

ada banyak kejutan di setiap bab nya tungguin kelanjutan nya, maka dari itu follow dulu, dan bergabung ya

terimakasih yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini. Mohon dukungannya ya guys masih pemula nih butuh komentar dari kalian.

oh ya follow Instagram ku juga ya @sorekelabu___

Selamat menikmati, baca ceritaku yang lainnya juga guys 'sekretaris yang menggoda' share ke seluruh warga Indonesia hehehe

sekali lagi komen ya guys kasih kritik dan saran juga gak apa-apa, jangan sungkan-sungkan hehe

Update di usahakan setiap hari tapi tidak janji ya guys

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!