NovelToon NovelToon

Istri Kedua Ustadz Zulfan

Jodoh Tak Memilih

Ning Ara (23 tahun) sedang membaca buku di teras rumahnya yang indah. Wajahnya tampak teduh dan tenang. Dia mengenakan hijab berwarna pastel yang lembut dan pakaian sederhana yang anggun.
Ning ara
Ning ara
(Menghela napas) "Masya Allah, indahnya ciptaan-Mu."
Ibu Ning Ara (50 tahun) masuk ke teras dengan senyum ramah. Dia membawa sepiring kue dan secangkir teh.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, sayang. Lagi baca apa?"
Ning ara
Ning ara
"Sedang baca buku tentang sejarah Islam, Bu. Membaca tentang para ulama yang hebat. Keren banget!"
Ibu Ning Ara meletakkan kue dan teh di meja. Dia terlihat sedikit gugup.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, Ibu mau bicarakan sesuatu."
Ning ara
Ning ara
(Merasa curiga) "Ada apa, Bu? Wajah Ibu kok agak tegang?"
Ibu Ning Ara duduk di samping Ning Ara. Dia menghela napas panjang.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, Ibu sudah bicarakan dengan Bapak tentang jodoh untukmu."
Ning ara
Ning ara
(Terkejut) "Jodoh? Maksudnya?"
Ibu Ning Ara tersenyum. Dia tampak lega karena akhirnya bisa membuka topik ini.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ibu sudah bertemu dengan keluarga Gus Zulfan. Mereka ingin melamarmu."
Ning ara
Ning ara
(Tercengang) "Gus Zulfan? Ustadz Zulfan, yang dikenal sebagai Gus Zulfan? Tapi..."
Ibu Ning Ara mengangguk. Dia tahu Ning Ara mengenal Gus Zulfan, seorang dai muda yang terkenal.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Iya, Ara. Mereka ingin kita segera bertemu dan membahasnya lebih lanjut."
Ning ara
Ning ara
"Tapi, Bu... Aku belum siap menikah. Aku baru lulus kuliah, dan masih ingin fokus berkarier."
Ibu Ning Ara mengusap tangan Ning Ara dengan lembut.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, Ibu tahu ini tiba-tiba. Tapi Ibu percaya Gus Zulfan adalah orang baik. Dia sholeh, cerdas, dan berakhlak mulia. Kamu pasti cocok dengannya."
Ning ara
Ning ara
(Merenung) "Tapi... aku belum siap menikah."
Ibu Ning Ara menatap mata Ning Ara dengan penuh pengertian.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, jodoh itu sudah ditakdirkan. Ini mungkin sudah jalannya Allah. Kamu bisa berdiskusi dengan Gus Zulfan, kenali dia lebih dalam. Ibu yakin, kalau kamu bertemu Gus Zulfan, kamu akan setuju."
Ning ara
Ning ara
(Menghela napas) "Baiklah, Bu. Aku akan bertemu Gus Zulfan. Tapi..."
Ning Ara terlihat ragu, tetapi dia berusaha tenang.
Ning ara
Ning ara
"Tapi, aku mohon, berikan aku waktu untuk memikirkan ini semua."
ibu Bunga
ibu Bunga
"Tentu, Ara. Ibu mengerti. Sekarang, makanlah kue ini. Ibu buat spesial untukmu."
Ning Ara menatap kue yang disuguhkan ibunya. Dia merasa tertekan. Dia harus memikirkan ini dengan hati-hati. Apakah dia siap untuk menerima takdir? Apakah dia bisa mencintai Gus Zulfan? Segala pertanyaan itu berputar di kepalanya.
Ning Ara tersenyum tipis kepada ibunya. Dia tidak ingin membuat ibunya khawatir.
Ning ara
Ning ara
"Terima kasih, Bu. Kuenya terlihat lezat."
Ibu Ning Ara tersenyum lega. Dia lega melihat Ara mau menerima perjodohan ini. Dia yakin ini adalah jalan terbaik untuk Ara.
Ning Ara diam-diam berdoa dalam hatinya.
Ning ara
Ning ara
"Ya Allah, bimbing aku dalam menentukan jalan hidupku."

Pertemuan Pertama

Ning Ara (23 tahun) duduk di ruang tamu rumahnya. Dia terlihat gugup, tangannya mengepal erat. Hari ini, dia akan bertemu dengan Gus Zulfan (27 tahun) untuk pertama kalinya. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Ning ara
Ning ara
(Berbisik) "Ya Allah, berikan aku kekuatan."
Ibu Ning Ara (50 tahun) masuk ke ruang tamu dengan senyum cerah. Dia mengenakan kebaya warna biru muda yang membuatnya tampak elegan.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, sayang. Gus Zulfan sudah datang. Ayo, kita ke ruang tamu."
Ning ara
Ning ara
(Berdebar-debar) "Baik, Bu."
Ning Ara dan ibunya berjalan menuju ruang tamu. Mereka disambut oleh Gus Zulfan dan kedua orangtuanya. Gus Zulfan mengenakan baju koko putih yang bersih dan rapi, dengan sorot mata yang hangat.
ummi Fatimah
ummi Fatimah
"Assalamualaikum."
ibu Bunga
ibu Bunga
"Waalaikumussalam. Silakan, silakan."
Gus Zulfan berdiri tegap dan tersenyum ramah kepada Ning Ara. Ning Ara terkesima dengan kecerdasan yang terpancar dari Gus Zulfan.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Assalamualaikum, Ning Ara."
Ning ara
Ning ara
(Terbata-bata) "Waalaikumussalam. Silakan duduk."
Mereka semua duduk berhadapan. Suasana terasa canggung. Ning Ara hanya bisa terdiam, sesekali melirik Gus Zulfan yang sedang berbicara dengan orang tuanya.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini. Semoga Allah meridhoi hubungan kita."
Ibu Ning Ara tersenyum bahagia. Dia yakin Gus Zulfan adalah pilihan yang tepat untuk anaknya.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Amin. Gus Zulfan, Ibu sangat senang bertemu denganmu. Ibu yakin kamu adalah orang yang baik."
Gus Zulfan mengangguk sopan. Dia merasa tertarik dengan Ning Ara, seorang santriwati yang cantik dan berakhlak mulia. Tapi, dia tidak ingin terburu-buru.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Terima kasih, Ibu. Saya juga berharap hubungan ini bisa membawa berkah bagi kita semua."
Suasana menjadi hening. Ning Ara merasa tidak nyaman. Dia ingin cepat-cepat mengakhiri pertemuan ini. Dia masih belum siap untuk membicarakan pernikahan.
Ning ara
Ning ara
(Berbisik pelan) "Bu...
Ibu Ning Ara menyentuh tangan Ning Ara dengan lembut.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, sayang. Bagaimana dengan Gus Zulfan? Apakah kamu merasa nyaman dengannya?"
Ning Ara terdiam sejenak. Dia harus jujur. Dia memang merasa Gus Zulfan adalah orang baik, tetapi dia belum bisa menerima perjodohan ini.
Ning ara
Ning ara
(Merenung) "Bu, aku... aku masih belum siap untuk menikah. Aku masih ingin fokus pada karirku."
Gus Zulfan terlihat sedikit kecewa. Tapi dia tetap berusaha tenang.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Saya mengerti, Kak Ara. Saya juga masih harus fokus pada dakwah saya."
Ibu Ning Ara terlihat kecewa, tetapi dia tetap tersenyum. Dia tidak ingin membuat Gus Zulfan tersinggung.
ibu Bunga
ibu Bunga
"Ara, sayang. Kita bisa bicarakan ini lebih lanjut. Bagaimana kalau kita makan malam bersama minggu depan?"
Ning Ara terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa terjebak di antara keinginannya dan harapan orang tuanya.
Ning ara
Ning ara
(pertemuan pertama)

Menggali Lebih Dalam

Ning Ara (23 tahun) sedang belajar di kamarnya. Dia merasa gelisah, pikirannya masih tertuju pada perjodohan dengan Gus Zulfan (27 tahun). Dia mencoba fokus pada buku yang dibacanya, tetapi pikirannya melayang.
Ning ara
Ning ara
(Berbisik) "Bagaimana aku bisa menerima ini?"
Hp Ning Ara berbunyi. Dia mengangkat telepon dengan hati-hati.
Ning ara
Ning ara
"Halo, Assalamualaikum."
Di seberang sana, suara Gus Zulfan terdengar ramah.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Waalaikumussalam. Kak Ara, ini Gus Zulfan. Maaf mengganggu."
Ning ara
Ning ara
"Tidak apa-apa, Gus. Ada apa?"
Gus Zulfan terdiam sejenak, seolah ragu untuk menyampaikan sesuatu.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Ning Ara, sebenarnya... Saya ingin mengajak Ning Ara bertemu lagi. Kali ini, saya ingin mengajak Ning Ara jalan-jalan ke taman dekat pesantren. Agar kita bisa lebih mengenal satu sama lain."
Ning Ara terdiam. Dia merasa dilema. Dia tidak ingin menolak, tapi dia juga belum siap untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Gus Zulfan.
Ning ara
Ning ara
"Gus, sebenarnya... aku masih belum siap untuk bertemu lagi."
Gus Zulfan terdengar kecewa, tapi dia berusaha tetap sopan.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Saya mengerti, Kak Ara. Tapi, bolehkah saya menanyakan satu hal?"
Ning Ara mengangguk. Dia penasaran dengan pertanyaan Gus Zulfan.
Ning ara
Ning ara
"Iya, Gus. Silakan."
Gus Zulfan berkata dengan lembut, seolah ingin meyakinkan Ning Ara.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Ning Ara, apakah Ning Ara keberatan jika saya mencoba mengenal Ning Ara lebih dalam? Bukan untuk memaksa, tapi untuk mencari tahu apakah kita bisa menemukan kebahagiaan bersama."
Ning Ara terdiam. Kata-kata Gus Zulfan menyentuh hatinya. Dia merasakan ketulusan di balik ucapan Gus Zulfan. Dia juga ingin tahu lebih jauh tentang Gus Zulfan.
Ning ara
Ning ara
(Menghela napas) "Gus, baiklah. Saya akan menemui Gus besok di taman dekat pesantren."
Gus Zulfan berseru dengan gembira. Dia sangat senang mendengar jawaban Ning Ara.
Muhammad Zulfan algifahri
Muhammad Zulfan algifahri
"Terima kasih, Ning Ara. Saya janji akan bersikap sopan dan tidak akan memaksa."
Ning Ara tersenyum tipis. Dia merasa lega karena akhirnya bisa bertemu dengan Gus Zulfan dan berbicara lebih terbuka. Mungkin, ini adalah kesempatan untuk membuka hatinya.
Ning ara
Ning ara
"Baiklah, Gus. Sampai besok."
Gus Zulfan mengucapkan selamat tinggal dan menutup telepon. Dia merasa gembira karena Ning Ara mau memberinya kesempatan. Dia berharap pertemuan besok bisa menjadi awal yang baik untuk hubungan mereka.
Ning Ara meletakkan teleponnya. Dia melihat buku yang dibacanya. Dia berdoa agar Allah membimbingnya dalam menentukan pilihan yang tepat untuk hidupnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!