"Selalu ingat tujuanmu datang ke sana, jangan lupakan sakitnya mama karena perbuatan mereka, andai mereka tidak mencelakai kakek dan nenekmu maka mama tidak akan jadi seorang simpanan dan kamu tidak akan hidup untuk terus di sembunyikan seperti ini"
Kata-kata yang terus terngiang dalam pikiran seorang wanita muda itu agar terus memotivasinya menuntut balas atas luka yang harus sang mama dapatkan dan kehidupan memilukan untuk nya karena harus hidup dalam persembunyian sepanjang hidupnya karena ulah seseorang yang sudah menghancurkan hidup keluarga mamanya
"jangan lupakan penderitaan mommy kamu Danica" ujar seorang wanita bernama Danica Xaviera yang kini terus menyemangati dirinya sendiri untuk bisa segera mencapai tujuan hidupnya untuk saat ini
Langkah kaki Danica dengan pasti menyusuri jalanan menuju sebuah gedung besar dan cukup tinggi menjulang "kamu pasti bisa Danica " Danica terus menyemangati dirinya sendiri untuk bisa mencapai tujuannya
berbekal surat rekomendasi dari dosen pembimbingnya saat kuliah beberapa waktu lalu, Danica berjalan ke meja resepsionis " permisi nona " ucap Danica dengan sopan
"saya mau mengantarkan surat rekomendasi untuk bekerja di sini dari tuan Smith Jhonson " Danica menyerahkan satu map cokelat pada petugas resepsionis
Mendengar nama Smith Jhonson tentu membuat petugas resepsionis itu bersikap sopan dan ramah " ini akan di berikan pada siapa nona " tanya petugas resepsionis itu dengan sopan
"pada tuan Lionel, pimpinan King Group" balas Danica dengan senyum ramahnya
"kebetulan tuan Lionel sedang ada keperluan di luar jadi sepertinya anda akan percuma jika menunggu" ucap petugas resepsionis tersebut
"tidak masalah nona, saya hanya berniat menitipkan surat itu, tuan Lionel bisa menghubungi saya setelah beliau membacanya, saya sudah meninggalkan nomor kontak saya di bagian belakang amplop " tunjuk Danica pada amplop yang sudah berada di tangan wanita di depannya
Petugas resepsionis itu melihat bagian belakang amplop dan memang benar di sana terdapat sebuah nomor telpon lengkap dengan nama "baiklah akan saya sampaikan pada tuan Lionel" ucap petugas resepsionis tersebut
"terima kasih nona, saya permisi" di rasa sudah cukup, Danica pamit pergi dan akan menunggu dirinya di hubungi
Danica berjalan perlahan dengan pernah percaya diri "ingat Danica jangan terlalu kentara, kamu harus bertindak sepelan mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan apapun" Danica selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak gegabah dan selalu berhati-hati dalam bertindak
Usai mengantarkan surat rekomendasi untuk bekerja di King Group, Danica memutuskan untuk berbelanja kebutuhan apartemennya sebab ini adalah hari pertama ia menginjakan kaki di Indonesia, jadi ada banyak hal yang harus ia beli untuk melengkapi kebutuhannya selama tinggal di Indonesia
"di sini terlalu panas" gerutu Danica akan cuaca di Jakarta yang terbilang panas untuknya, berbeda sekali dengan Swedia, negara kelahirannya
Masih asyik memilih keperluannya, tiba-tiba ponsel Danica berdering dan saat Danica melihatnya, Danica langsung memutar bola matanya malas namun tak urung untuk tidak mengabaikan panggilan itu
" ya mom" ucap Danica ketika mengangkat panggilan dari wanita yang melahirkannya
"apa kamu sudah bekerja di sana" tanya mommy dari Danica yang bernama Brigitta
Danica berdecak kesal tanpa suara " ayolah mom, Danica baru satu hari di sini, tidak mungkin langsung bekerja di sana, apa mommy lupa dengan perkataan Mommy pada Danica saat Danica akan berangkat " tanya Danica
"maaf Danica" ibu dari Danica tersadar dari kesalahannya "mommy suka lepas kendali setiap mengingat kehidupan kita yang jauh dari kata baik-baik saja" ujar Brigitta dengan lirih
Saat mendengar suara lirih Brigitta hati Danica serasa di remas-remas "apa Daddy baru saja datang" tebak Danica yang langsung di jawab dengan tangisan pertanda tebakannya benar
"iya Danica, Daddy mu marah karena mommy mengizinkan kamu untuk pergi ke Indonesia, dia kesal pada Mommy karena tidak meminta izin padanya, tapi kamu kan tahu kalau Mommy tidak mungkin meminta izin padanya saat dia sedang di Inggris " isak Brigitta menceritakan kesedihannya ketika ayah dari Danica membentak bahkan tak segan untuk memukulnya
"Mommy lelah sekali Danica, tapi Mommy tidak bisa lari, Daddy kamu menahan Mommy dengan begitu kuat " ujar Brigitta dengan isak tangis
"itu karena Mommy terlalu bodoh, Mommy bodoh karena jatuh cinta pada Daddy yang jelas-jelas tidak mencintai Mommy sama sekali" ucap Danica dengan sinis
"dulu Daddy kamu sangat baik Danica, dia memperlakukan Mommy begitu lembut apalagi saat hadir kamu di rahim mommy setelah penantiannya bertahun-tahun untuk memiliki anak" suara Brigitta bergetar mengingat kenangannya dulu bersama ayah dari putrinya ketika masih awal mereka bersama
"tapi semuanya berubah setelah istrinya yang lama tidak bisa hamil, berhasil mengandung, bahkan sampai memberikan tiga anak untuk Daddy kamu " ucap Brigitta dengan lirih
Danica hanya bisa menghela nafas panjang "sudahlah Mom, jangan terlalu mengambil hati sikap Daddy, Danica di sini untuk menuruti keinginan mommy membalas dendam pada uncle Dario yang sudah menghancurkan hidup Grandpa dan Grandma sehingga Mommy terjebak dengan Daddy" ucap Danica dengan lembut
"maafkan Mommy Danica, demi membuat hati Mommy sedikit terobati, kamu harus datang ke negara asing untuk menuntut balas atas perbuatan mereka pada kedua orang tua Mommy " ucap Brigitta dengan isak tangis
"tidak masalah mom, yang penting hati mommy akan jauh lebih baik biarpun tidak bersama Daddy" balas Danica
"jika mommy harus memilih, mommy lebih baik mengejar cinta Daddy kamu, tapi mommy juga gak boleh egois Danica, sejak awal Daddy kamu sudah memiliki istri dan daddy kamu juga sudah menegaskan tidak akan meninggalkan istrinya biarpun mommy memberikan banyak anak untuk Daddy, ini salah mommy yang malah jatuh hati pada daddy kamu" Brigitta kembali terisak setiap mengingat dirinya mencintai suami orang biarpun ia sudah melahirkan anak untuk pria itu
"sudahlah mom, bukan salah mommy jatuh hati pada Daddy karena dulu Daddy sebaik itu memperjuangkan hidup mommy. Ini semua salah uncle Dario yang sudah membocorkan rahasia Grandpa sehingga kelompok Daddy bisa menyerang Grandpa dan membuat Mommy dan grandma jadi tawanan kakek" ujar Danica dengan menahan sesak di dadanya setiap mengingat kehidupan keluarganya yang terombang-ambing tak jelas
Dan kata-kata grandma nya pada sang mommy sebelum ajal menjemput juga terus terngiang di kepalanya "kamu harus menghancurkan keluarga Lucas dan Dario Brigitta, karena mereka hidup kita harus di pengasingan seperti ini dan Daddy kamu harus meninggalkan Mommy sendirian untuk menjalani hidup" ucap wanita paruh baya bernama Mona Ariadne Clarabella, mama kandung dari Brigitta
"Brigitta janji mom, Brigitta janji akan menuntut balas pada mereka yang sudah membuat hidup kita menderita mom" ucap Brigitta pada sang ibunda yang sedang menanti malaikat maut untuk datang menjemputnya
dalam hati Danica bertekad akan menuntut balas atas perbuatan Lucas dan Dario di masa lalu, yang mana itu membuat kehidupan keluarganya menderita "karena kalian aku harus hidup menjadi anak yang di buang dan tidak di anggap sama sekali oleh Daddy, aku di sembunyikan dan mommy ku hanya di jadikan seorang wanita simpanan selama bertahun-tahun " geram Danica penuh tekad untuk menuntut balas pada keluarga besar Lucas Barayev Efendi dan Dario Maxwell, orang yang ia targetkan sejak ia duduk di bangku sekolah
Danica merapihkan belanjaannya untuk di simpan di dapur, baru setelah itu ia membersihkan diri setelah bepergian dari luar dan merasa badannya lengket setelah cukup lama berada di luar
Danica melepas bajunya dan berjalan ke arah kamar mandi tanpa mengincinya, sebab ia merasa tak masalah untuk karena ia kan tinggal seorang diri di apartemen, tangannya ber geram memutar keran dan berdiri di bawa shower sehingga air turun mengguyur tubuhnya, pikirannya terus berkelana untuk memikirkan cara mendekati keluarga Lucas dan Dario yang jadi targetnya untuk balas dendam
"bagaimana caranya aku bisa mendapatkan kepercayaan mereka jika aku saja memulai dari bawah" Danica memang mendapatkan rekomendasi dari salah satu dosen tempat ia menempuh pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan Lionel tapi bukan berarti ia akan mendapatkan posisi di mana dirinya akan sering bertemu dengan Lionel karena memang ini adalah pengalaman pertamanya bekerja di negeri orang
Danica memang pernah bekerja di Swedia, tempat kelahirannya tapi itu tidak menjamin bahwa kemampuannya akan di akui di negara yang jelas tidak ia kenal sama sekali dan hanya tahu sebatas dari berita di dunia maya yang tidak bisa ia jamin kebenarannya seratus persen
"ah sudahlah" Danica mengenyahkan pikiran yang terus mengusiknya dan akan memikirkannya secara perlahan nanti agar ia tidak stress
***
Danica memakai pakaian santai dengan kaos oversize dengan celana pendek yang mempertontonkan kaki jenjangnya yang begitu mulus dan bersih
Satu yang mungkin ia syukuri dari sang ayah karena memberikan gen tinggi badan untuknya sebab jika mengikuti sang ibu ataupun neneknya, mungkin Danica tidak akan setinggi ini
walaupun mungkin di Swedia banyak yang setinggi dirinya, tapi untuk di Indonesia dengan tinggi 178 cm itu cukup membuatnya menonjol di banding wanita asli Indonesia yang kebanyakan hanya memiliki tinggi kisaran 150-170 cm
Danica mencepol rambut panjangnya agar bisa dengan mudah untuk memasak untuk makan siangnya yang di bilang cukup terlambat. Pasta menjadi pilihannya untuk saat ini, karena masakan itu yang menurutnya paling cepat dan mudah untuk di masak olehnya yang jarang memasak
masih sibuk memasak tiba-tiba ponselnya berdering "siapa ini" Danica tidak mengenal nomor kontak yang menghubunginya tapi tak urung menghentikan Danica untuk mengangkat panggilan itu
"Hallo" ucap Danica ketika mengangkat panggilan yang baru saja ia angkat dan belum ia ketahui siapa yang menghubunginya
"apa ini nona Danica " terdengar suara seorang pria muda menanyakan Danica
"iya, saya Danica, ini dengan siapa ya" tanya Danica dengan sopan
"saya Bara asisten tuan Lionel, tuan Lionel sudah membaca surat rekomendasi yang anda antarkan dan anda di minta untuk datang ke kantor besok pagi " ucap Bara langsung pada intinya
Danica cukup senang mendengar kabar itu dari Bara "baik tuan Bara saya akan datang ke kantor besok pagi " Danica cukup lega mendengar kabar dirinya untuk di minta ke kantor besok pagi
"besok anda minta pihak resepsionis untuk mengarahkan anda ke ruang HRD, nanti di sana anda akan di arahkan ke tempat kerja anda" ucap Bara lagi
"terima kasih banyak tuan Bara " ucap Danica dengan senyum lebarnya
"sama-sama nona Danica, kalau begitu saya tutup telponnya " ucap Bara
"tolong sampaikan rasa terima kasih saya pada tuan Lionel " ucap Danica
"baik nona, nanti akan saya sampaikan " panggilan pun segera berakhir
"Yes" teriak Dania dengan gembira karena satu langkah sudah ia pijaki untuk menuju tujuan utamanya demi menuntut balas untuk kehidupan mamanya yang di bilang kurang baik karena ulang seseorang
***
Danica yang sudah memakai setelan rapihnya, berjalan menuju kantor utama King Group dan langsung mengatakan pesan dari Bara agar dirinya di bawa ke ruang HRD pada petugas resepsionis
"anda akan di tempatkan di bagian marketing sesuai dengan bidang anda " ucap salah satu penanggung jawab di HRD ketika mengarahkan Danica ke ruang kerja baru Danica di bagian marketing
"selamat pagi semua " penanggung jawab HRD menepuk tangannya untuk mengkode para pekerja agar fokus pada dirinya
"perkenalkan ini Danica Xavier, pekerja baru di divisi satu " ucap penanggung jawab HRD itu
Penanggung jawab HRD menunjuk seorang pria muda dengan aura dingin tak jauh dari posisi mereka berdiri "dia adalah Dody, ketua divisi satu, semua pekerjaanmu ada di bawah kendalinya, jadi silahkan diskusikan semua pekerjaanmu padanya" petugas resepsionis tersebut langsung pergi setelah menyerahkan Danica pada Dody
Danica membungkuk hormat pada Dody " perkenalkan saya Danica Xavier" Danica memperkenalkan diri dengan nada sopan pada Dody yang jelas menatapnya tak suka namun Danica mana mau ambil pusing akan hal itu
Dody menatap Danica dengan tatapan sinis "bagaimana kamu bisa masuk kerja di sini padahal sekarang sedang tidak dalam masa merekrut pegawai baru, kamu pakai orang dalam ya" tuding Dody langsung pada intinya
Danica menampilkan senyum tipisnya, tak ingin terganggu dengan tudingan orang yang baru pertama kali ia temui "mungkin bisa di bilang pakai orang dalam karena saya masuk ke perusahaan ini atas rekomendasi dosen saya yang kebetulan juga pernah jadi dosen tuan Lionel " balas Danica
"kamu juga lulusan Cambridge " ada rasa tak percaya dari Dody bahwa Danica lulusan kampus yang sama dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja
Danica menggelengkan kepalanya " bukan kambus yang sama, saya lulusan University of Gothenburg, kebetulan tuan Smith Jhonson mengajar di kedua kampus itu " jelas Danica akan kampus yang ia tapaki untuk menyelesaikan jenjang S1 nya
"OH" jawab Dody singkat
Biarpun kampus Danica tidak sebagus kampus bosnya tapi bukan berarti itu kampus jelek, jadi ia akan mengawasi kinerja Danica dengan ketat setelah ini agar nantinya ia tidak perlu di repotkan jika ternyata Danica minim kemampuan
"ya sudah kamu duduk di kursi kosong itu" tunjuk Dody pada kursi kosong yang berada di bagian ujung
Danica melirik ke arah telunjuk Dody "baik tuan, terima kasih" Danica segera berjalan ke kursi yang kosong tersebut dan menyempatkan diri untuk berkenalan dengan teman di sebelahnya
Danica mengangkat tangannya untuk mengajak berjabat tangan "Danica, salam kenal " ucap Danica dengan ramah
Teman di sebelah Danica balas menjabat tangan Danica "namaku Ema, salam kenal juga Danica " balas Ema tak kalah ramah
"ini" Dody datang dengan setumpuk berkas dan langsung meletakan dengan kasar di depan meja kerja Danica "pelajari ini baik-baik, dan aku akan menguji sejauh mana kamu belajar " ucap Dody dengan datar
Danica melihat dari atas sampai bawah tumpukan berkas tersebut " sebanyak ini tuan " tanya Danica yang cukup terkejut melihat tinggi tumpukan di depannya yang mungkin ada 50 cm karena hampir menutupi kepalanya
"kenapa, gak bisa, kalau gak bisa tinggal keluar saja" ketus Dody menunjuk ke arah pintu "itu jalan keluarnya " lanjut Dody
"bukan seperti itu tuan, saya cuma mau memastikan saja " Danica memaksakan senyumnya kepada Dody dengan canggung
"ya sudah pelajari dengan baik, setelah saya mengetesmu besok baru saya akan memberikan pekerjaan apa yang sesuai untuk kamu " ucap Dody yang egera berlalu pergi dari pandangan Danica
"baik tuan" dengan terpaksa Danica mulai mempelajari setiap isi berkas di hadapannya
"sabar ya Danica" ucap Ema dengan wajah mengiba "pak Dody emang begitu kalau sama orang yang masuk dengan jalur koneksi, soalnya biasanya kalau yang masuk pakai jalur koneksi itu kerjanya lambat dan pak Dody biasanya minta di pindah atau di pecat bila perlu " ucap Ema dengan jujur
"emang perusahaan ini sering masukin pegawai jalur koneksi " tanya Danica
"ya begitu lah, tuan Lionel itu gak terlalu mengurus perusahaan ini, cuma sekedar tanggung jawab saja karena ini warisan kakeknya tuan Lionel, dia mah lebih suka hal yang menantang adrenalin " ucap Ema
"oh begitu " satu informasi baru akan ia catat baik-baik demi mendekati Lionel nantinya
Danica benar-benar menghabiskan waktunya untuk mempelajari berkas yang di berikan padanya, bahkan saat makan siang pun ia gunakan untuk tetap membaca agar tidak ada hal yang terlewat dan besok ia bisa lulus ujian dari atasannya
"apa kamu gak capek Danica" tanya Ema yang masih menikmati makan siangnya namun pandangannya sedikit terganggu karena Danica yang malah makan sambil membaca
"aku harus bisa mempelajari ini hari ini, soalnya aku harus lulus ujian tuan Dody agar pekerjaanku ini tetap bertahan " balas Danica tanpa mengalihkan fokusnya dari berkas yang ia baca
"kamu butuh banget pekerjaan ini ya Danica" Ema cukup penasaran dengan kegigihan Danica
Danica menoleh ke arah Ema "kebetulan aku menghidupi diriku sendiri sejak aku SMA jadi kalau sampai aku tidak dapat pekerjaan ini, aku nanti harus hidup dari mana" Danica sedikit mendramatisir ceritanya agar tidak terlalu banyak di tanya Ema
Karena biarpun benar adanya jika Danica sudah membiayai pendidikannya sejak SMA tapi bukan berarti ia tak bisa hidup jika ia tidak bekerja
sebab Valentino masih tetap memberikan biaya hidup untuk Danica dan ibunya yaitu Brigitta biarpun dari segi waktu Valentino hanya memberikan sedikit sisa waktunya, bahkan pernah satu kali dalam setahun Valentino datang berkunjung sama sekali padahal Brigitta sangat merindukan Valentino
"aku pikir di luar negeri gajihnya besar lah, kenapa kamu malah milih kerja di sini " tanya Ema yang cukup heran dengan pilihan Danica untuk bekerja di negara yang menurutnya memiliki gaji tak sebesar di negara tempat asal Danica
"aku ingin mencoba suasana baru saja, sedikit bosan dengan negara asalku" balas Danica dengan asal
"eh itu tuan Lionel " Ema menunjuk ke arah pria yang di ikuti dua orang dan kini sedang melintas di depan kantin tempat keduanya makan siang
Danica melihat ke arah telunjuk Ema " oh itu yang namanya tuan Lionel " jujur Danica baru pertama kali melihat wajah Lionel secara langsung biarpun jika dari segi foto ia sudah pernah melihatnya
sebab Danica memang mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai keluarga Lucas dan Dario hanya melalui internet saja dan berbekal apa yang di sampaikan sang nenek padanya
"iya, yang di belakangnya itu tuan Bara asisten tuan Lionel dan wanita cantik itu adalah Emira, sekertaris pribadi tuan Lionel " Ema menjelaskan satu persatu orang-orang yang ada di sekitar Lionel
"oh begitu" Danica hanya mengangguk saja akan penjelasan Ema
Emang kurang suka dengan tanggapan Danica yang terlihat biasa saja "tuan Lionel itu jadi idola di kantor ini loh Danica, tapi dia terlalu cuek orangnya, terkesan jijik gitu sama wanita, cuma mau dekat sama nona Emira saja " ucap Ema lagi
"oh begitu" Danica hanya mengiyakan saja ucapan Ema tanpa banyak menyahuti lebih lanjut
*
"tuan Lionel ada rapat di jam 2 nanti dan di jam 5" ucap Erma menjelaskan jadwal kerja Lionel pada sang atasan
"issh banyak amat lah Emira, gak bisa di kurangin apa sedikit saja" keluh Lionel akan banyaknya jadwal kerja yang harus ia lakukan hari ini
"ga bisa tuan Lionel, jangan bikin aku kena tegur ayahku lagi karena tidak bisa mengingatkan tuan akan pekerjaan tuan yang seharunya " ucap Emira dengan sinis akan tingkah bosnya yang selalu mengeluh dengan jadwal kerja yang sudah ia susun dengan baik
"ia sih" Lionel hanya memutar bola matanya malas mendapati teguran Emira untuk kesekian kalinya
"oh ya Bara, gimana wanita yang ngirim rekomendasi dari dosenku dulu itu " tanya Lionel tanpa menoleh ke arah Bara yang berjalan tepat di belakangnya
"anaknya sudah mulai kerja hari ini tuan, anda mau ketemu dia " tanya Bara
"enggak perlu ah, yang penting aku sudah menuruti keinginan pak Smith untuk menerima salah satu mahasiswa terbaiknya" tolak Lionel dengan cepat akan tawaran Bara
"tapi ngomong-ngomong kerja di bagian apa dia " tanya Lionel
"di bagian pemasaran kan itu bidangnya, dan itu juga usul yang di berikan dosen anda " balas Bara
" iya juga " Lionel tak mau ambil pusing lagi dan lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya "toh aku sudah menuruti keinginan pak Smith jadi sudah habis urusan, dan masalah dia bertahan atau tidak tinggal melihat kemampuannya saja " ujar Lionel dengan santainya
Sepanjang perjalanan Lionel selalu mendapatkan tatapan penuh kagum dari semua wanita yang bekerja di perusahaan yang di wariskan sang kakek sebelum meninggal padanya.
Dan itu wajar saja, karena selain Lionel yang adalah bos mereka, Lionel juga termasuk kategori pria tampan dan jelas kaya raya dan yang paling penting Lionel masih cukup muda, 24 tahun.... Usia yang masih di bilang baru mulai berkilauan bagi seorang pria
Hari ini Lionel harus mempercepat pekerjaannya karena dirinya sudah berjanji tidak akan telat di acara ulang tahun sepupunya yang kebetulan hanya memiliki selisih usia beberapa minggu saja dengannya
"Emira kamu sudah carikan aku kado untuk Safiya kan " tanya Lionel pada sekertarisnya
"sudah tuan, kemarin saya cari pas sekalian saya cari kado buat dia, dan kadonya sudah saya kirim terlebih dahulu ke rumah Safiya agar bisa langsung di pakai sama dia" balas Emira
"kamu kadoin dia apa" Lionel tidak ingin mendapat murka dari sepupunya lagi jika ketahuan bukan dirinya yang mencari langsung kado untuk sepupunya itu
"untuk kali ini saya memilih sepatu limited edition yang dia mau, fotonya sudah saya kirim via pesan pada anda, makanya anda baca pesan yang di kirim untuk anda biar gak ketinggalan informasi " balas Emira dengan sedikit ketus
"oh" Lionel langsung memeriksa ponselnya dan benar saja ada kiriman pesan dari Emira di mana terpampang foto sepatu yang sudah di beli Emira menggunakan kartu Lionel tentunya
"terima kasih banyak Emira" ucap Lionel, kembali menyimppan ponselnya
"Kalau gitu saya permisi ke ruangan saya tuan " pamit Emira
"ya" balas Lionel
***
Lionel berjalan santai memasuki kawasan rumah megah dengan hamparan dekorasi memukau untuk sebuah pesta ulang tahun seorang gadis muda yang kebetulan adalah sepupunya, anak dari kakak mamanya
"kalau bukan karena mama yang memaksaku ogah banget aku ikut acara beginian" gerutu Lionel yang terpaksa datang ke acara ulang tahun sepupunya yang terbilang cukup megah menurutnya
padahal kebanyakan saudaranya yang lain tidak suka menggelar acara mewah seperti ini, dan lebih suka menggelar acara sederhana yang hanya di hadiri orang terdekat saja, tapi entah kenapa sepupunya yang satu ini begitu suka keramaian yang lebih ke arah membanggakan diri dengan uang orang tua
"dasar anak manja " Lionel kembali menggerutu akan terlalu banyaknya tamu undangan di pesta sepupunya, padahal sepupunya itu belum masuk dunia kerja dan hanya mengandalakan uang dari kedua orang tua dari sepupunya itu
"Lionel" sebuah suara terdengar memanggil namanya
Suara yang paling ia hindari di setiap ada kesempatan mereka ada dalam satu momen bersama "ah sial sekali aku hari ini" geram Lionel akan sosok yang paling membuatnya malas ikut ke acara sepupunya itu
"aku harus kabur" buru-buru Lionel berjalan menjauh agar tidak menyapa seseorang yang paling membuatnya risih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!