NovelToon NovelToon

Alletta And 3 CEO

Bab 1

Niat hati ingin mengistirahatkan tubuh, gadis dengan kemeja navy dan rok span berwarna putih itu malah ditugaskan untuk lembur malam ini. Ulah siapa lagi kalau bukan bosnya?

"Semangat lembur, Ta. Semoga mata kamu baik-baik aja ya," ucap salah satu temannya sambil terkekeh kecil. Keyla namanya.

Alletta, gadis itu berdecak. "Pulang sana!" usirnya. Dia sedang bad mood sekarang.

Alletta Grizellyn namanya. Gadis desa yang merantau ke kota untuk bekerja di perusahaan besar, seperti yang dia impikan. Bermodalkan lulusan SMA, Alletta bisa bekerja di Ventus Company sebagai karyawan biasa. Memangnya jabatan apa yang dia harapkan di sana dengan ijazah SMA? Diterima bekerja di sana saja Alletta sudah sangat bersyukur, bahkan saking senangnya, kedua orangtuanya sampai mengadakan acara selamatan di rumah.

Sudah hampir 2 tahun dia tinggal di kota orang. Dia tinggal di sebuah apartemen yang tak jauh dari tempat ia bekerja. Apartemen yang sangat sederhana.

Selama bekerja di Ventus Company, Alletta cukup tertekan dengan kelakuan bosnya. Dia pikir, bosnya adalah orang yang dingin, cuek, keren, seperti seorang bos yang dia baca di novel-novel, tapi nyatanya...

"Alletta, buatkan saya kopi. Kamu gak dengar saya panggil-panggil dari tadi?"

Keandra datang tiba-tiba mengejutkan Alletta yang sedang fokus mengerjakan sesuatu di laptopnya. Sontak saja dia berdiri dan sedikit membungkuk untuk menyapa bosnya.

"E-eh, maaf Pak, saya gak dengar." Alletta tersenyum canggung.

"Ya sudah sana! Gak usah basa-basi!" Setelah mengatakan hal itu, Keandra langsung kembali ke ruangannya yang ada di lantai 10.

"Gimana bisa kedengaran, orang ruangan dia di lantai 10, sedangkan aku di lantai 4," gumam Alletta dengan sebal. Dia menghentakkan kakinya kesal, lalu segera menuruti perintah Keandra. Untung saja dia sudah biasa dengan tingkah Keandra yang sangat aneh dan menguji kesabarannya.

Padahal ada petugas dapur yang siap 24 jam, tapi Keandra selalu menyuruh Alletta untuk membuatkan kopi.

Itulah salah satu sifat Keandra yang sangat menyebalkan bagi Alletta.

Tak sampai 5 menit kopi buatan Alletta sudah siap. Gadis itu berjalan lesu menuju lift untuk pergi ke ruangan Keandra.

"Andai aja gaji di sini dibawah 4 juta, mungkin aku udah resign. Untung dia ganteng, jadi bisa cuci mata tiap hari," gumam Alletta.

Pintu lift terbuka, Alletta langsung melangkah ke sebuah pintu yang berbeda dari yang lain.

Tok tok tok

"Masuk!"

Alletta memutar gagang pintu, keningnya mengerut kala pintu tak bisa dibuka.

"Dia waras gak sih?" bisiknya dengan geram.

"Pintunya dikunci, Pak!" seru Alletta.

Tak lama kemudian, pintu tersebut terbuka, memperlihatkan wajah masam Keandra.

"Kamu ini manja banget, tinggal buka pintu apa susahnya?"

Alletta mengerjapkan matanya. "T-tapi kan pintunya dikunci dari dalam, Pak..."

Keandra mengambil gelas yang ada di atas nampan yang Alletta bawa. "Oh, saya lupa," ujarnya tanpa rasa bersalah, bahkan wajahnya sangat datar.

Setelah mengatakan itu, Keandra langsung masuk kembali ke ruangannya dan menutup pintunya lagi.

Alletta menarik nafas dengan dalam, lalu menghembuskan nya perlahan.

"Sabar Alletta, dia bos kamu..."

****

Keandra Agnibrata, seorang CEO Ventus Company berumur 26 tahun. Perusahaan yang dia pimpin saat ini adalah miliknya, bukan milik keluarga. 26 tahun umur yang cukup muda untuknya yang sudah sukses di dunia bisnis.

Tampan, berkharisma, kaya, minusnya hanya sifat jahil pria itu. Bukan jahil seperti tengil dan urakan, tapi jahil yang masih bisa terlihat cool. Keandra juga bisa galak dengan karyawan nya jika sedang bad mood. Intinya dia suka bersikap seenaknya, tapi masih tau batasan, kecuali dengan Alletta. Bahkan bisa dikatakan kalau Alletta lah yang selalu menjadi bahan kejahilan Keandra.

"PAK KEANNNN!!"

Keandra menahan tawanya mendengar pekikan Alletta. Pria itu bersembunyi di balik dinding.

Sedangkan Alletta sibuk meraba-raba meja untuk menemukan ponselnya, lalu ia menyalakan senter. Dia kaget karena kantor tiba-tiba mati listrik. Tentu saja, karena selama ini dia tidak pernah mengalami hal seperti sekarang.

"Kalau listriknya mati, lift juga mati dong?" gumamnya. Padahal dia berniat mendatangi ruangan Keandra.

"Ada orang di sini??" serunya. Tapi hanya keheningan yang menjawab, sangat sunyi.

"Aaaa mama...," rengeknya. Dia takut gelap. Sebenarnya bukan trauma, Alletta hanya takut saja, karena di keadaan gelap, dia tidak bisa melihat apapun.

"Apa aku telpon Keyla aja ya?" gumamnya.

Prang!

"Aaakkhhhh!"

"PAK KEANNN!!!"

Alletta memekik lebih keras saat mendengar suara benda jatuh. Bahkan dia sampai bersembunyi di bawah meja.

Dengan gemetar, Alletta berusaha menghubungi Keyla yang notabenenya adalah teman kantor nya.

"Pliss angkat teleponnya, Key," gumamnya. Dia menggigit bibirnya hingga terluka, saking takutnya.

Alletta hanya takut kalau ada maling dan tiba-tiba mereka membunuhnya.

"Hai—"

Dugh!

Keandra mengerjapkan matanya kala melihat Alletta tak sadarkan diri. Apa gadis itu terkejut saat mendengar suaranya?

"Alletta?" Keandra mengambil ponsel Alletta dan menyoroti wajah karyawannya tersebut.

"Dia pingsan?" gumam Keandra. Sontak saja dia berdiri. "Nyalakan listriknya!"

"Baik, Pak!"

Seketika ruangan jadi terang benderang. Keandra kembali berjongkok di depan Alletta, dia menepuk-nepuk pipi gadis itu berulang kali.

"Alletta, bangun," katanya. Namun sia-sia, Alletta tak kunjung membuka mata.

Tak ada cara lain lagi. Terpaksa Keandra menggendong tubuh Alletta dan membawanya ke ruangannya. Karena di sana ada tempat istirahat.

Sesampainya di ruangan, Keandra merebahkan tubuh Alletta ke atas ranjang. Dia berdiri sambil berkacak pinggang melihat wajah polos Alletta.

"Buka mata kamu, Alle. Jangan mengerjai saya."

Alletta membuka matanya dan menyengir lebar menatap ke arah Keandra. "Hehehe..."

"Bapak panik, ya? Makanya jangan ngerjain saya!" lanjutnya. Dia cemberut sambil beranjak duduk.

"Mulai kurang ajar ya kamu. Mau gajimu saya potong? Hm?" Keandra berdecak. Sebenarnya dia panik dikit saat melihat Alletta pingsan, namun, saat di dalam lift dia tak sengaja melihat Alletta tersenyum, meskipun sebentar, tapi Keandra adalah tipe orang yang peka dan selalu mengamati.

"Jangan dong, Pak. Kan kita 1 sama. Bapak ngerjain saya, ya saya ngerjain Bapak juga," balas Alletta.

"Beda. Saya itu bos kamu."

Alletta mencebikkan bibirnya. Dia berdiri di depan Keandra lalu membungkuk. "Maaf, Pak Kean. Lain kali saya gak begitu lagi. Tolong jangan potong gaji saya..."

Keandra mengabaikan Alletta, dia memilih keluar dari kamar dan duduk di kursi kerjanya. Dan Alletta mengikuti pria itu.

"Pijat punggung saya dulu, baru saya maafkan," titah Keandra. Dia melirik Alletta yang sedang tersenyum, senyum paksa lebih tepatnya.

"Baik, Bos!" sahut si gadis.

Padahal dia duluan! Kok gak adil banget?! Batin Alletta. Dia semakin kesal saat merasakan punggung Keandra terasa keras. Jadi, dia harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk memijat punggung lebar bosnya itu.

"Yang keras, Alle. Kamu belum makan berapa tahun emangnya?"

"Lima," jawab Alletta sebal.

"Pantas aja badan kamu kecil," balas Keandra tanpa ragu.

bersambung...

Bab 2

Setelah aksi pijat-pijat, Alletta dan Keandra makan malam bersama di dalam ruangan Keandra. Pria itu benar-benar mengejek Alletta tentang tubuh gadis itu yang kecil. Jujur saja, Alletta cukup sakit hati. Namun, ada untungnya juga karena dia bisa makan malam gratis.

Kapan lagi Keandra sebaik ini, kan?

Alletta tersentak saat Keandra tiba-tiba berdiri. Matanya mengikuti ke mana perginya sang bos, ternyata hanya mematikan komputer yang masih menyala.

"Sudah selesai?" tanya Keandra ketika melihat Alletta sedang membereskan bungkus makanan.

Dengan mulut yang masih mengunyah Alletta mengangguk.

"Bereskan semuanya, saya antar kamu pulang."

Alletta terbelalak. Buru-buru dia menelan makanannya. "Nggak usah, Pak. Apartemen saya gak jauh dari sini kok," tolaknya.

"Memangnya saya suruh kamu jawab?" Dia memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil memandang Alletta. "Cepat. Saya gak mau nunggu lama."

Sebenarnya dia kenapa? Kok beda dari biasanya? Alletta membatin. Dia bingung dengan sikap Keandra sekarang. Tapi, tak ada gunanya memikirkan itu. Setidaknya uangnya tidak berkurang untuk membayar ojek.

Buru-buru Alletta membuang sampah ke tempat sampah yang ada di sudut ruangan. Setelahnya dia berdiri di depan Keandra sembari tersenyum.

"Sudah, Pak."

"Bereskan barang-barang kamu di bawah. Nanti saya susul."

Alletta membungkuk. "Baik, Pak." Ia pun segera melakukan apa yang disuruh oleh bos nya.

Di dalam lift, Alletta hanya diam sambil menatap pintu yang tertutup. Naik lift jam segini ternyata membuatnya sedikit merinding.

"Aku gak yakin," bisiknya tiba-tiba. "Pasti besok Pak Kean bakal suruh-suruh aku lagi. Biasanya kalau dia baik, besoknya pasti hajar aku habis-habisan."

Siapa yang tidak curiga? Keandra yang biasanya jahil dan membuat tensi darah Alletta naik, kini malah berbuat baik padanya. Pasti ada niat jahat di baliknya.

****

Alletta adalah gadis sederhana. Semuanya serba sederhana. Apartemen yang bersih, tidak ada barang-barang tak berguna yang memenuhi. Apartemen Alletta ini termasuk pemandangan yang nyaman dilihat. Selain rapi, cat temboknya juga tidak terlalu mencolok. Cream dan coklat.

Apartemen itu terdapat ruang tamu yang menyatu dengan dapur, kamar tidur dan juga kamar mandi serta toilet. Sangat cukup untuk Alletta yang memang tinggal sendirian.

Pagi ini tidak ada matahari menyapa, membuat Alletta semakin bergelung dalam selimut tebal. Namun, sayangnya suara alarm membuat tidurnya terusik. Itu adalah bunyi alarm yang kelima.

Alletta menguap, tangannya meraba ponsel dan menyalakannya. Seketika dia melotot dan reflek langsung terduduk.

"JAM 9?!" pekiknya.

"Mampus! Aku bisa dimarahin Pak Kean kalau begini!" Dia hendak melempar ponselnya, namun sebuah notif pesan membuatnya urung.

Keandra

Hari ini kamu masuk siang aja, Alletta. Nanti langsung temui saya di ruang rapat.

Entah Alletta harus senang atau tidak. Dia diperbolehkan masuk siang, tapi nanti harus menemui Keandra di ruang rapat. Ada apa di ruang rapat? Perasaannya tidak enak. Pasalnya Alletta tidak pernah menginjakkan kaki di sana.

"Kok aku, sih?" gumamnya seraya menggaruk kepalanya.

Tapi, dia buru-buru membalas pesan Keandra yang dikirim sejak pukul 6 pagi.

^^^Alletta^^^

^^^Makasih, Pak. Nanti saya berangkat lebih awal dan temui Bapak di ruang rapat.^^^

Setelah itu dia melempar ponselnya dan kembali masuk ke alam mimpi. Tak lupa sebelum itu dia menyetel alarm jam 11 siang.

****

Beda dengan di apartemen, di kantor tepatnya di ruang khusus karyawan, teman Alletta kebingungan saat tidak mendapati Alletta di tempatnya.

"Coba kamu hubungi dia."

"Sudah. Tapi gak aktif! Apa dia sakit? Semalam dia disuruh lembur sama Pak Kean."

"Mending kita tunggu balasan dari Alletta aja. Siapa tau dia emang gak masuk dan masih tidur."

Keyla menghela nafas berat, dia mengangguk menyetujui ucapan Sella.

"Kenapa sih?" Seorang lelaki tampan menghampiri mereka berdua.

Dia adalah Faldo, salah satu karyawan yang juga menjadi teman Alletta dan Keyla serta Sella.

"Alletta belum datang. Aku khawatir," jawab Keyla.

"Halah, paling juga masih tidur. Santai aja kali," balas Faldo sembari meminum kopinya.

"Masalahnya dia gak ada ngabarin aku, Do. Dia tinggal sendirian, kalau kenapa-kenapa gimana?"

"Alletta itu kuat. Mending kamu berpikir positif aja, siapa tau dia beneran masih tidur."

"Bener kata Faldo, Key," sahut Sella pula.

Keyla mengangguk lesu. Dia memang harusnya berpikir positif saja. Lagi pula, kalau Alletta sakit, gadis itu pasti mengabarinya.

"Kalian udah sarapan? Aku beli sandwich di kantin." Faldo memberikan 2 bungkus sandwich pada Sella dan Keyla. Kedua perempuan itu menerimanya dengan antusias.

"Makasih!" ujar keduanya dan diangguki oleh Faldo.

Sesama karyawan, tentunya mereka sangat rukun. Tidak ada kata bersaing di antara pertemanan mereka. Yang ada saling mendukung satu sama lain. Itulah yang membuat Alletta betah di sana meskipun bos nya sangat jahil. Selagi uang mengalir dan juga memiliki teman baik, Alletta masih sanggup.

****

Sebelum alarm berbunyi, Alletta sudah bangun. Ia langsung mandi. Rencananya sebelum ke kantor dia ingin makan di luar saja. Terlalu malas untuk memasak siang-siang begini.

Setelah rapi dengan celana panjang hitam dan juga kemeja berwarna maroon, Alletta menyambar tasnya dan langsung pergi dari gedung apartemen.

Tidak terlalu panas, karena habis hujan. Alletta berjalan hendak menuju sebuah rumah makan langganannya.

Jalanan lumayan ramai karena sudah hampir memasuki jam makan siang. Alletta tersenyum pada orang-orang yang berpapasan dengannya. Dia tak sadar kalau sedari tadi diincar oleh seseorang berpakaian serba hitam dengan masker dan topi yang menutupi wajahnya. Dengan langkah pelan dia mendekati Alletta tanpa sepengatahuan gadis itu.

Dan saat orang itu menarik tasnya, Alletta terkejut. Dia berteriak sambil berseru, "MALING! MALING!" Ia berusaha menarik tasnya, dan terjadilah aksi tarik menarik.

Orang-orang mulai berlari ke arah mereka, si pria panik dan langsung mendorong tubuh Alletta sampai perempuan itu terjatuh. Namun, Alletta tak diam saja, ia kembali bangkit dan berusaha mengejar maling tersebut, dibantu oleh beberapa warga.

"BALIKIN TAS SAYA!" pekik Alletta.

Di dalam tas itu tentu banyak barang berharga miliknya, termasuk dompet dan juga jam tangannya yang mahal.

Tiba-tiba, seseorang berlari berlawanan arah dengan maling tersebut dan langsung menendang si maling sampai dia terjatuh. Sebelum maling kembali bangkit, pria itu lebih dulu menindih dan memberikan pukulan bertubi-tubi.

Alletta terkejut, dia tidak berani mendekat karena takut terkena pukulan. Matanya menatap tasnya yang tergeletak di dekat kedua pria itu.

"Telpon polisi!" seru salah satu warga.

Mata Alletta berbinar saat melihat pria tampan yang telah menyelamatkannya. Meski panik, Alletta tetap saja terpesona.

"Tolong amankan lebih dulu, tunggu polisi datang," ujar si pria pada warga yang menahan maling nya.

Suara bariton tersebut membuat Alletta semakin terpesona. Alletta tetap berdiri di tempatnya sampai di pria mendatangi dan menyodorkan tasnya.

Alletta tersenyum sambil menerimanya. "Makasih banyak, Pak." Ia membungkuk sebagai tanda hormat.

"Oh iya, sebagai gantinya saya traktir Bapak makan siang hari ini, gimana?" tawar Alletta.

"Tidak—"

"Jangan nolak, please... Ini sebagai bentuk rasa terimakasih saya," sela Alletta.

Pria itu tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Tapi makannya di rumah makan gak apa-apa, kan? Hehehe..." Alletta menggaruk kepalanya canggung.

"Selagi bisa dimakan, bukan masalah buat saya."

Alletta tersenyum lebar.

"Oh iya! Namanya siapa kalau boleh tau?" tanyanya.

Pria itu menyodorkan tangannya mengajak Alletta bersalaman. Alletta terbelalak kecil, dia tak menyangka pria di depannya ini dengan suka rela mengulurkan tangan.

Alletta mengusap tangannya ke celananya, seolah menghilangkan debu. Lalu dia menyambut tangan besar itu dengan lembut.

"Reygan Arkatama."

****

Kedua manusia itu memasuki rumah makan dan duduk di kursi kosong. Alletta dan Reygan memesan ayam bakar dan juga teh hangat.

"Bapak baru pertama kali makan di tempat kayak gini, ya?" tanya Alletta.

"Sudah sering," jawab Reygan.

"Serius?!"

Reygan tersenyum geli. "Kenapa kamu kaget? Padahal itu hal yang normal."

"Saya pikir Bapak sering makan di restoran bintang 5 daripada makan di tempat begini." Alletta tersenyum canggung. Jangan salahkan dia, tampang Reygan seperti CEO membuat Alletta salah paham. Dia pikir selera pria itu seperti restoran mewah.

Tunggu! Jangan bilang kalau Reygan beneran CEO?

"BAPAK CEO?!" Mata Alletta melotot.

Reygan terkekeh kecil melihat ekspresi Alletta yang menurutnya lucu. Dia mengangguk menjawab pertanyaan perempuan di depannya.

Alletta memejamkan matanya, dia menunduk lesu. Mimpi apa dia semalam bisa bertemu CEO setampan Reygan Arkatama.

"Kenapa, Alletta?" tanya Reygan kebingungan.

"Harusnya saya ajak Bapak ke restoran tadi. Aduh, gak sopan banget! Ayo, Pak, lebih baik kita pindah!" Alletta bersiap berdiri tapi Reygan segera menahannya.

"Gak perlu. Saya nyaman di sini. Saya manusia seperti kamu, jangan memperlakukan saya seperti raja, Alletta," ucap Reygan. Dia paling tidak suka jika seseorang memperlakukan nya begitu sepesial, padahal mereka sama-sama manusia, yang membedakan hanyalah jabatan.

"Tapi, Pak—"

"No. Tidak ada tapi-tapi. Bersikap seperti biasa, jangan terlalu berlebihan," sela Reygan.

Pada akhirnya Alletta memilih mengangguk saja. Meski hatinya merasa tidak nyaman. Terlebih sedari tadi dia mengoceh. Harusnya dia bersikap kalem saja tadi. Alletta jadi malu.

Reygan geleng-geleng kepala melihat Alletta yang diam saja sambil menunduk memainkan jari-jarinya. Secepat itukah dia berubah? Padahal Reygan suka mendengar ocehan Alletta yang bertanya ini itu.

Tak lama kemudian, makanan mereka datang. Alletta meringis melihat ayam bakar di depannya. Perlahan dia mendongak menatap Reygan.

"Pak, beneran gak apa-apa kan? Habis ini Bapak bisa sakit perut gimana?"

Reygan menghela nafas berat. Dia melipat tangannya di atas meja, badannya sedikit condong ke depan, matanya menatap lurus ke arah Alletta.

"Saya baik-baik aja, Alletta. Kamu tidak perlu berlebihan. Hm? Saya sudah sering makan di rumah makan seperti ini."

Suara lembut Reygan dan tatapan matanya yang tulus membuat Alletta mengangguk tanpa sadar.

Reygan tersenyum puas. Dia menyuruh Alletta agar segera memakan makanannya.

Mereka makan sambil berbincang sedikit agar tidak canggung. Meski baru kenal, Reygan merasa nyaman dengan Alletta. Dia suka perempuan seperti Alletta ini, karena Alletta tidak berusaha menjadi orang lain. Terlebih saat mendengar ocehannya, Reygan sangat suka.

"Alletta."

Alletta terkejut, dia melotot mendapati Keandra yang berdiri di belakang Reygan.

"Pak Kean?!" ujarnya sedikit memekik.

Keandra berjalan melewati Reygan dan langsung duduk di samping Alletta.

Reygan mengenali Keandra, tentu saja. Bahkan mereka sempat bekerja sama meskipun tidak lama.

"Pak Keandra?" sapa Reygan dengan ramah dan Keandra hanya mengangguk singkat, dia melirik sinis ke arah Alletta yang masih kebingungan.

"Tutup mulut kamu, Alle, hati-hati ada lalat masuk," cibir Keandra dan sontak saja Alletta menutup mulutnya.

"Bapak ngapain di sini?" tanya Alletta.

"Kenapa? Ini tempat umum kalau kamu lupa," balas Keandra.

"M-maksud saya—"

"Mending lanjutkan makan kamu," sela Keandra. Dia membiarkan seorang pelayan meletakkan pesanannya ke atas meja.

Alletta semakin terbelalak melihat Kendra memesan makanan. Apa-apaan ini?! Bahkan Alletta tidak lupa saat Keandra bilang, "Saya tidak sudi makan di tempat seperti itu. Banyak lalat dan tidak higienis!"

Dan sekarang apa? Wajar saja kalau Alletta kaget. Keandra itu pilih-pilih soal makanan, dia bisa sakit perut jika makan makanan sembarangan. Tentu Alletta tau, karena dia sering menemani bosnya itu makan di restoran mewah.

"Kalian saling kenal?" tanya Reygan sedari tadi diam menyimak.

"Iya, saya—"

"Alletta kekasih saya. Apa anda keberatan?"

Ingin rasanya Alletta menendang wajah tampan bosnya itu.

bersambung...

Bab 3

Wajib likeeeeeeee

***

Keluar dari rumah makan, Alletta langsung diajak Keandra untuk berangkat bersama. Niat hati balas budi dengan mentraktir Reygan, yang terjadi malah Keandra yang membayar semuanya. Dia malu sekali, terlebih pada Reygan. Mungkin lain kali Alletta akan membalas budi pada Reygan dengan cara yang lain.

"Pak, nanti turunin saya di halte aja. Jangan sampai masuk area kantor," pinta Alletta setelah cukup lama terdiam.

"Hm. Lagi pula saya gak niat ajak kamu sampai depan kantor," balas Keandra acuh. Dia tetap fokus menyetir tanpa menoleh ke arah Alletta.

Harusnya aku gak perlu bilang gitu tadi. Batin Alletta. Dia kesal campur malu. Keandra selalu berhasil membuatnya terdiam.

"Baik, Pak," ucap Alletta.

Hingga tak sampai 5 menit, Keandra menghentikan mobilnya di depan halte. Meskipun harus jalan kaki untuk ke kantor, Alletta tak masalah. Lebih baik jalan kaki daripada menjadi pusat perhatian para karyawan.

"Terimakasih, Pak."

"Hm." Setelahnya Keandra kembali melajukan mobilnya menjauh dari sana.

"Untung bos! Iiiihhhh kesel!" Tangan Alletta meremas-remas udara saking gemasnya. Dia kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Ia menghela nafas kasar, lalu segera berjalan menuju kantor yang sudah nampak. Hanya butuh waktu 4 menit untuk sampai di sana.

Sesuai arahan Keandra tadi pagi, ketika sampai, Alletta langsung menuju ruang rapat. Menurut saja dulu, masalah apa yang akan terjadi di sana belakangan saja.

"Alletta?"

Alletta menoleh saat namanya dipanggil. Dia tersenyum lalu membungkuk. "Bu Lea," sapanya.

"Ngapain kamu di sini?" tanya perempuan bernama Leana itu. Dia karyawan Keandra, tapi jabatannya lebih tinggi dari Alletta dan ruangan mereka pun berbeda lantai.

"Saya yang suruh," sahut Keandra. Dia menatap Lea sebentar lalu beralih pada Alletta. Ia menyerahkan sebuah map biru pada Alletta. Dengan ragu Alletta menerimanya.

"Ini apa, Pak?" tanya Alletta kebingungan.

"Nanti kamu presentasikan ini di depan."

Alletta melotot kaget, bukan hanya Alletta, tapi Lea juga terkejut dengan jawaban Keandra.

"Tapi, Pak. Rapat hari ini penting untuk perkembangan perusahaan. Bagaimana bisa Alletta yang mempresentasikan nya?" Lea menatap Keandra dengan tak terima.

Keandra balik menatap Lea dengan datar. "Siapa bosnya di sini? Kamu atau saya?"

Seketika Lea terdiam. Benar, yang punya kuasa di perusahaan ini adalah Keandra.

"Benar apa kata Bu Lea, Pak. Saya belum paham mengenai rapat hari ini," celetuk Alletta.

"Kamu menolak perintah saya, Alle? Belum bukan berarti tidak bisa, kan? Kamu masih ada waktu untuk memahaminya," balas Keandra seenak jidat.

Batin Alletta sudah berisik. Dia meneriakkan isi kebun binatang. Berbeda dengan wajahnya yang menerbitkan senyum yang terkesan terpaksa.

"Baik. Akan saya coba untuk pelajari lebih dulu," ucap Alletta. Dia kembali duduk di salah satu kursi dan mulai membuka map yang diberikan Keandra.

Keandra beralih menatap Lea yang menatap Alletta. "Keluar. Jangan ganggu konsentrasi nya," ujarnya.

Lea menoleh lalu mengangguk patuh. Dia pun keluar dari sana menyisakan Keandra dan Alletta yang sedang fokus.

"Kalau kamu berhasil, gaji kamu bulan ini saya naikkan 3 kali lipat," celetuk Keandra membuat Alletta mendongak dengan mata terbelalak.

"M-maksud Bapak?" tanya Alletta tergagap.

"Saya rasa, telinga kamu masih berfungsi dengan baik." Keandra menaikkan sebelah alisnya.

Ketika Alletta hendak bicara, pria itu segera menyerobot. "Sebaliknya. Kalau kamu gagal, gaji kamu saya kurangi 3 kali lipat."

Lagi-lagi Alletta terbelalak. Ini sebuah ancaman untuknya.

"Tidak usah terkejut seperti itu. Saya tau kamu mampu mempresentasikan nya. Itu bukan hal yang sulit," ucap Keandra.

Bukan hal yang sulit.

Andai Keandra memberi waktu Alletta selama 1 Minggu atau minimal 3 hari untuk memahami isi map itu, maka Alletta dengan percaya diri mempresentasikan nya. Tapi ini apa? Bahkan 1 jam tidak cukup untuk memahami isi map tersebut.

"Kamu masih ada waktu 1 setengah jam. Pelajari baik-baik." Setelah mengatakan itu, Keandra langsung keluar dari sana.

Alletta menjatuhkan kepalanya ke atas meja, dia merengek kesal. "Kenapa si tua itu makin semena-mena sama aku?! Aku bukan robot!"

Alletta kembali menegakkan tubuhnya. Dia menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan, berusaha untuk rileks.

"Tenang Alletta, kamu pasti bisa! Demi gaji naik 3 kali lipat! Setelah ini kamu bisa kirim uang banyak ke ibu!" gumamnya menyemangati diri sendiri.

****

Berkali-kali Alletta memukul kepalanya sambil bergumam tak jelas. Sekarang dia berada di dalam toilet. Rapat sudah selesai. Semuanya memang berjalan lancar, tapi, saat persentasi, Alletta sempat membuat kesalahan. Untungnya semua orang memaklumi.

Bukan kesalahan fatal sebenarnya, Alletta hanya salah baca saja, dia kurang fokus karena tatapan Keandra seakan ingin menelannya hidup-hidup.

"Aku gak mau lagi pokoknya!" ucapnya. Dia malu! Memang bukan kesalahan besar, tapi tetap saja malu! Dia berdiri di depan orang-orang penting masalahnya.

"Alletta!"

Alletta menoleh ke arah pintu, dia melihat Keyla yang tersenyum ke arahnya. Perempuan itu menghampiri Alletta.

"Kamu kapan datang? Kok aku gak tau?" tanya Keyla. Dia memang tidak tau jika Alletta ikut rapat hari ini.

Alletta menghela nafas berat. "Udah dari tadi, sih..."

Kening Keyla mengerut. Ia memperbaiki dandanannya sambil bertanya, "Muka kamu kenapa pucat banget? Sakit?"

Alletta menghela nafas lagi. "Aku habis disuruh Pak Kean persentasi buat rapat tadi, Key. Malu banget!"

"What?!" Keyla memekik. Dia menatap Alletta dengan kaget.

"Kok bisa?!" lanjutnya kebingungan.

"Kamu kayak gak tau Pak Kean aja. Gak tau, tiba-tiba dia suruh aku gitu aja. Bayangin, aku diberi waktu 1 setengah jam buat pahami semuanya. Apa gak stress aku?" Alletta menarik tisu untuk mengelap tangannya yang basah.

Keyla meringis. Pantas saja wajah Alletta terlihat tertekan.

"Kalau gitu kamu istirahat aja. Mau aku belikan makan?" tawar Keyla.

"Nggak perlu. Habis ini aku mau ke kantin kok," jawab Alletta.

Keyla mengangguk paham. "Kalau kamu butuh apa-apa langsung telpon aku ya, Ta."

Alletta mengangguk. "Aku ke kantin dulu," pamitnya dan diangguki oleh Keyla.

Sepertinya semangkuk sup ayam bisa memperbaiki mood nya.

Alletta tersenyum menyapa beberapa karyawan. Dia memang terkenal ramah di lingkungan kerja. Alletta ini tidak pernah murung berlebihan, ia selalu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Alletta baik, ramah, friendly, tapi dia juga tetap tau batasan. Seperti, jika ada orang yang tidak tau diri dia perlakukan baik, maka Alletta tak segan untuk berhenti memperlakukan orang itu dengan baik.

Alletta duduk di salah satu bangku dan mulai menikmati makanannya. Sup ayam tanpa nasi. Sengaja tidak pakai nasi, dia masih kenyang karena makan ayam bakar. Sekarang masih jam 4.

"Hai."

Alletta mendongak menatap seorang laki-laki yang berdiri di samping meja.

"Hai?" sapa Alletta ragu-ragu. Dia tidak pernah melihat manusia tampan di depannya ini.

"Boleh saya duduk?"

Alletta mengangguk berkali-kali. "Silakan."

Alletta masih diam. Dia bingung harus bagaimana. Entah dia kurang bergaul atau memang laki-laki di depannya ini adalah karyawan baru?

"Kamu pasti tidak mengenali saya, benar?" Si laki-laki tersenyum tipis.

Alletta tersenyum canggung, dia mengangguk kaku.

"Saya bukan karyawan baru. Saya karyawan lama, kita emang gak pernah ketemu, tapi saya sering lihat kamu." Dia mengulurkan tangannya pada Alletta dan disambut baik oleh gadis tersebut.

"Nama saya Lorenzo. Ruangan saya ada di lantai 8," ucapnya memperkenalkan diri.

Alletta terbelalak kecil. "Bapak satu ruangan sama Bu Lea?"

Lorenzo mengangguk. Dia melepaskan jabatan tangan mereka dan mulai mengaduk sup ayam miliknya.

"Panggil nama aja, gak perlu pakai embel-embel 'Bapak'. Saya gak setua itu, Alletta."

Lagi-lagi Alletta terbelalak, kali ini dia benar-benar terkejut. "Kok Bapak bisa tau nama saya?!"

Mereka baru kenal, tentu saja Alletta terkejut saat Lorenzo menyebut namanya.

"Siapa yang tidak kenal kamu? Saya rasa 80% karyawan di sini mengenal kamu. Karena kamu sering disuruh ini itu oleh Pak Keandra," jawab Lorenzo, lalu terkekeh kecil.

Ah, itu benar. Alletta memang selalu disuruh-suruh oleh Keandra, jadi dia terlihat sedikit mencolok.

Alletta mengangguk paham. Dia pun kembali memakan sup ayam nya.

"Kamu tinggal di mana?" tanya Lorenzo.

Alletta menelan makanannya sebelum menjawab. "Apartemen yang dekat pom bensin."

Lorenzo menaikkan kedua alisnya, sedikit terkejut. "Really? Saya juga tinggal di sana. Baru beberapa hari lalu pindah."

Kali ini Alletta yang terkejut. Lihat, dunia begitu sempit ternyata.

"Di lantai berapa, Pak?" tanya Alletta.

"Lantai 10. Kamu sendiri?"

"Saya lantai 5," jawab Alletta.

Lorenzo mengangguk paham. "Kapan-kapan saya boleh berkunjung ke kamar apartemen kamu?"

Alletta tak langsung menjawab. Dia terlihat berpikir. Sebenarnya selama ini dia tidak pernah mengajak lelaki manapun untuk singgah ke apartemennya. Dia takut, sekalipun itu adalah lelaki yang dia percayai, kalau tidak ada hubungan darah, tetap saja Alletta harus waspada.

"Alletta!"

Alletta kembali mengatupkan bibirnya yang terbuka. Dia menoleh mendapati Keyla yang berlari menghampirinya.

"Kenapa, Key?" tanyanya.

Keyla mengatur nafasnya. Dia melirik Lorenzo sebentar lalu kembali menatap Alletta.

"Hp kamu ke mana sih? Aku telpon dari tadi juga!" kesal Keyla.

Alletta merogoh ponselnya. Ah ternyata dia mengaktifkan mode silent. Pantas saja tidak ada notifikasi terdengar.

"Pak Kean panggil kamu ke ruangannya. Ayo cepet. Kayaknya Pak Kean lagi marah, deh. Aku gak tau apa penyebabnya," ujar Keyla sedikit panik.

Mendengar itu, Alletta pun langsung berdiri. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan rapat tadi. Dia menatap Lorenzo yang sedari tadi diam menyimak.

"Saya duluan ya, Pak. Permisi," pamitnya lalu segera pergi dari sana diikuti Keyla.

Lorenzo tersenyum tipis melihat punggung mungil itu mulai keluar dari area kantin. Dia menatap sup ayam milik Alletta yang masih banyak. Bahkan gadis itu tak menyelesaikan makannya dan malah memilih datang menemui Keandra.

****

Alletta membuka pintu setelah Keandra menyuruhnya untuk masuk.

Di depan meja kerja, Keandra sedang membuka-buka kertas dengan kening berkerut. Benar kata Keyla, sepertinya bosnya itu sedang marah.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Alletta.

Keandra menyandarkan tubuhnya, dia melempar map yang dia pegang ke atas meja. Matanya menatap tajam Alletta yang menunduk.

"Ini kamu yang kerjakan?" tanya Keandra sambil menunjuk map itu.

Alletta mengangguk kaku. "Iya, Pak."

"Semuanya salah dan berantakan. Ada apa dengan kamu, Alletta? Tidak biasanya kamu seperti ini," ujar Keandra.

"Perbaiki. Saya kasih waktu sampai besok. Minimal jam 4 sore sudah ada di tangan saya. Paham?" lanjutnya.

"Baik, Pak," jawab Alletta. Dia mengambil map biru itu dan menggenggamnya.

Menyelesaikan semuanya tidak mudah. Ini adalah hasil yang Alletta kerjakan saat lembur waktu itu. Padahal dia sudah teliti, tapi kenapa bisa ada yang salah? Pantas saja kalau Keandra marah, karena biasanya kinerja Alletta selalu memuaskan.

"Ada yang ingin Bapak sampaikan lagi?" tanya Alletta dengan sopan.

Keandra menggeleng. "Buatkan saya kopi, setelah itu silakan revisi."

Alletta mengangguk. "Baik. Kalau begitu saya permisi, Pak."

Keandra mengibaskan tangannya mengusir Alletta.

Alletta menghela nafas. Dia memencet tombol lift dan menyandarkan tubuhnya di dinding lift.

"Aku udah cek berkali-kali sebelum kasih ke Bu Lea. Semuanya pas kok," ucapnya. Dia memijat pelipisnya yang berdenyut. Malam ini terpaksa harus lembur lagi.

Setelah membuatkan kopi untuk Keandra, Alletta langsung duduk di kursinya dan mulai memperbaiki kesalahannya.

Keyla dan Sella saling menatap, mereka melihat wajah lelah Alletta dengan prihatin.

"Apa lagi kali ini, Ta?" tanya Faldo yang entah dari mana.

"Ada yang salah sama file yang aku kerjakan kemarin, Do. Pak Kean minta aku revisi dan besok jam 4 harus sudah ada di tangan beliau," jawab Alletta tanpa menoleh dan tetap fokus pada komputernya.

Mendengar itu, Sella dan Keyla menghampiri keduanya.

"Revisi? Selama ini kamu gak pernah revisi loh, Ta. Kenapa bisa?" tanya Keyla. Tentu mereka tau kalau Alletta ini adalah orang yang teliti. Salah sedikit, pasti akan langsung diperbaiki.

"Itu yang bikin aku bingung, Key," balas Alletta pula. "Malam ini aku mau lembur aja. Biar cepat selesai."

"Mau aku bantu?" tawar Faldo.

"Nggak perlu. Aku bisa sendiri kok," jawab Alletta. Dia tersenyum menatap ketiga temannya.

"Kalian kayak gak tau aku aja." Alletta terkekeh kecil.

Sella, Keyla dan Faldo menghela nafas berat.

"Mau kopi? Aku bikinin dulu, ya." Tanpa menunggu jawaban Alletta, Faldo berlalu dari sana.

"Bentar deh, Ta." Sella bersuara. "Kan sebelum dikasih ke Pak Keandra, kita kasih ke Bu Lea dulu. Nah, kalau ada kesalahan, Bu Lea pasti bilang. Ini kok gak ada?"

Alletta terdiam. Jari-jari yang menari di atas keyboard sontak terhenti.

"Bener juga!" celetuk Keyla. "Kayaknya ada yang gak beres."

"Hus, jangan gitu. Mana mungkin Bu Lea tega sama aku," ucap Alletta. Dia berusaha berpikir positif.

"Ya, siapa tau aja, kan?"

Alletta menggeleng. "Udah udah, kalian lanjut aja. Aku mau fokus dulu."

Keyla dan Sella mengangguk pasrah. Mereka pun duduk kembali dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

bersambung...

LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!