Naiya adalah gadis cantik yang masih berumur 4 tahun, dia dan pengasuhnya baru saja pulang dari sekolah Taman Kanak-kanak. Saat ingin masuk kedalam rumah Naiya melihat Ayahnya sedang berusaha menahan ibunya.
" Merry tolong jangan pergi, aku janji aku akan berusaha mendapatkan nya kembali. "
"Jika Kamu dan Naiya ada bersama ku aku akan berusaha semampuku untuk membahagiakan kalian berdua, aku tidak akan membiarkan kalian berdua mengalami kesulitan apapun, tapi jangan pergi" Kata Irwan ayahnya Naiya mencoba menahan tangan Merry istrinya.
" Maaf mas,,,,, "
" Aku tidak bisa bersama kamu dan Naiya lagi. "
" Aku tidak ingin hidup susah ditambah lagi aku tidak sanggup bertemu dengan teman-teman ku. Mereka akan mengejek dan menertawakan ku nanti karena aku sudah miskin. Aku tidak mau hidup miskin. " Kata Merry
" Tapi jika kamu pergi, bagaimana dengan ku dan Naiya? " Kata Irwan
" Aku tidak perduli mas, terserah kamu saja, pokoknya aku tidak ingin hidup dengan kalian lagi. "
" Aku masih muda, masa depanku masih panjang"
" Aku akan mengirim surat perceraian kita, sebaiknya kamu jangan menghalangi aku lagi " Kata Merry setelah mengatakan itu dia pun melepaskan tangan Irwan dan membawa kopernya. Saat melewati pintu dia pun melihat Naiya yang sudah berdiri di pintu dan mendengarkan percakapan mereka.
" Ibu.... Ibu mau kemana? " Kata Naiya
" Naiya.... Ibu akan pergi mencari pekerjaan, saat ini kamu tinggal lah bersama dengan ayah kamu. Jangan nakal dengarkan perkataan ayah kamu dan jangan pernah mencari ibu. "
" Jika ibu mau membawa kamu, ibu akan menjemput kamu suatu hari nanti. Kamu mengerti? " Kata Merry
" Baik ibu.... " Kata Naiya setelah itu dia pun hanya terdiam melihat ibunya pergi tanpa menoleh.
Naiya pun menghampiri ayahnya yang masih tertunduk diam.
" Ayah.... Ibu mau kemana? " Kata Naiya
" Ibu ada pekerjaannya di luar kota nak, jika pekerjaan ibu sudah selesai dia akan menemui kita" Kata Irwan menutupi masalahnya.
" Lalu kenapa ayah menangis? " Kata Naiya
" Tidak apa-apa nak, sekarang kamu ganti baju setelah itu kita akan pergi ke desa menemui kakek kamu"
" Untuk sementara waktu kita akan tinggal disana " Kata Irwan
" Lalu apa aku tidak bersekolah? " Kata Naiya
" Kamu bisa sekolah disana nanti, disana terdapat sebuah danau yang sangat cantik, kita akan naik perahu setiap harinya, selain itu kamu akan mendapatkan teman baru" Kata Irwan
" Hore.... Aku mau" Kata Naiya merasa sangat senang.
" Jika begitu kamu masuk lah kedalam kamar kamu dulu, ayah ingin bicara dengan bi Dina sebentar " Kata Irwan
" Baik ayah" Kata Naiya pergi masuk kedalam kamarnya.
" Bi Dina,,,,, "
" Maaf,,,mulai hari ini kamu tidak perlu bekerja untuk saya lagi. "
" Saya mengalami kebangkrutan dan saya tidak sanggup untuk membayar kamu lagi. " Kata Irwan
" Baik pak, saya mengerti" Kata Bi Dina
Kini Irwan pun membawa Naiya pulang ke kampung halamannya, dan mulai saat ini dia akan tinggal dan bekerja di kampung halaman bersama dengan anak dan ayahnya.
Beberapa tahun pun berlalu, kini Naiya sudah duduk di bangku SMP. Saat pelajaran berlangsung kini seorang guru memanggil Naiya dan segera menyuruhnya pulang.
Naiya pun bertanya kepada gurunya soal apa yang terjadi, gurunya pun mengatakan bahwa kini ayahnya Naiya meninggal dunia karena saat menyelam asam urat ayahnya kambuh sehingga tidak dapat menggerakkan kakiknya dan akhirnya meninggal dunia didalam danau.
Naiya pun sangat terpukul mendengar kabar tersebut, sementara selama ini hanya ayah dan kakeknya yang ia miliki karena sejak ayahnya bercerai dengan ibunya, ibunya bahkan tidak pernah memperdulikan Naiya.
Kini ayahnya sudah meninggal dan hanya tersisa kakeknya akan tetapi selama ini keadaan kakeknya pun sudah tidak sehat karena faktor umur membuat ketahanan pisik sudah sangat lemah.
Hari-hari pun berlalu kini Naiya sudah lulus dari SMA dan dia pun di terima di sebuah universitas terbaik yang ada di sebuah kota besar yaitu kota asal Naiya dulu.
" Apapun yang terjadi kamu harus kuliah Nak, ini demi masa depan kamu. " Kata Yusman kakeknya Naiya
" Tapi kita tidak memiliki cukup biaya Kek, walaupun aku dapat beasiswa nantinya akan tetapi itu tidak akan cukup di tambah lagi dengan kakek, siapa yang akan menjaga kakek jika aku pergi" Kata Naiya
" Kamu tidak usah khawatirkan kakek, kakek masih bisa mengurus diri sendiri. "
" Jika kamu tidak kuliah apa yang akan terjadi kedepannya. "
" Saat ini mencari pekerjaan tidak lah mudah"
" Jika kamu hanya seorang tamatan SMA, apa yang akan kamu lakukan. Kamu akan hanya dapat tinggal didesa ini dan sebagai nelayan penyelam seperti yang dilakukan ayah kamu dulu. " Kata Yusman
" Apa yang kakek katakan memang benar, tapi kek,,,,, "
" Biaya hidup tinggal di kota sangat lah mahal, semua serba beli. Bukan seperti di kampung ini"
" Semua tinggal ambil, jika ingin ikan tinggal pancing, jika ingin sayur tinggal petik diladang. "
" Kalau tinggal di kota, numpang toilet saja bayar"
" Naiya memang ingin mencari pekerjaan tambahan, akan tetapi sebelum kekota Naiya harus mengenal seseorang terlebih dahulu disana entah kerabat atau teman agar Naiya dapat tinggal disana sementara waktu sampai Naiya mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal" Kata Naiya
" Begini saja, sebenarnya kakek masih menyimpan nomor kontak ibumu "
" Ibumu juga masih tinggal di kota X, kamu hubungi saja dia siapa tahu saja dia dapat membantu kamu "
" Bagaimana pun juga, dia wali kamu saat ini dan kamu masih tanggungjawab nya. " Kata Yusman memberikan nomor ponsel kepada Naiya
" Baiklah Kek.... " Kata Naiya menerima nomor tersebut.
Naiya pun sejenak ragu-ragu untuk menghubungi nomor itu akan tetapi saat ini dia sangat membutuhkan bantuan ibunya. Naiya pun akhirnya merendahkan dirinya dihadapan ibunya agar ibunya membantunya.
Naiya pun menghubungi ibunya dan tidak berapa lama kini nomor tersebut pun terhubung dan dijawab seorang wanita.
" Hallo" Kata wanita itu
" Hallo.... " Kata Naiya dengan gugup
" Ini siapa ya.... " Kata wanita itu
" Apa ini dengan ibu Merry? " Kata Naiya
" Iya saya sendiri " Kata Merry
" Bu.... Ini aku Naiya.... " Kata Naiya mendengar itu Merry pun terdiam dengan waktu yang sedikit lama.
" Hallo.... " Kata Naiya kembali menegur ibunya karena ibunya tidak berbicara dengan waktu yang sedikit lama.
" I... Iya... "
" Ada apa Naiya... " Kata Merry gugup.
" Bu.... Aku diterima disebuah universitas yang ada di kota X, akan tetapi sudah sangat lama aku tidak dari sana dan aku sudah lupa dengan tempat itu. Dan selain itu, sebelum mendapatkan tempat tinggal aku tidak memiliki tempat tinggal. " Kata Naiya
" Naiya.... Ibu sudah menikah dan ibu juga sudah memiliki seorang anak."
" Aku tidak bisa membawamu tinggal bersama ku tanpa ijin suami ibu terlebih dahulu. "
" Ibu akan coba berbicara dahulu kepada suami ibu. Ibu akan menghubungi kamu nanti" Kata Merry mendengar itu Naiya pun merasa kecewa.
" Baiklah bu,,,, aku akan tunggu kabar dari ibu" Kata Naiya
Setelah panggilan itu terputus, Yusman pun menghampiri Naiya.
" Bagaimana??? Apa kata ibu kamu" Kata Yusman
" Ibu sudah menikah Kek, dan dia ingin berbicara terlebih dahulu dengan suaminya. " Kata Naiya
" Apapun keputusan ibu kamu, kamu harus menghargainya " Kata Yusman
" Baik kek.... " Kata Naiya
Setelah beberapa jam berlalu kini Merry kembali menghubungi Naiya.
" Naiya ibu sudah berbicara dengan suami ibu, dia setuju kamu tinggal bersama dengan kami dan selain itu dia juga bersedia menanggung semua biaya kamu. " Kata Merry
" Terimakasih bu... " Kata Naiya
" Berterimakasih lah kepada suami ibu nanti"
" Lalu kapan kamu akan kesini? " Kata Merry
" Sebenarnya kuliah mulai bulan depan akan tetapi aku ingin berangkat lebih awal satu bulan karena sebelum kuliah aku ingin mencari tempat tinggal dan pekerjaan untukku. "
" Jadi aku ingin berangkat hari sabtu" Kata Naiya
" Hari sabtu ibu dan keluarga ibu sedang keluar negeri, tapi tidak apa-apa, ada beberapa pembatu dirumah. Nanti Ibu akan menyuruh mereka mengurus kamu sampai ibu kembali" Kata Merry
" Baik bu... " Kata Naiya
Setelah panggilan terputus Yusman pun menghampiri Naiya.
" Bagaimana Nak,,,,, apa ibu kamu setuju" Kata Yusman
" Iya kek,,, ibu setuju" Kata Naiya
" Syukur lah.... "
" Nak.... Saat kamu tinggal bersama dengan mereka, kamu turuti semua perkataan mereka, apapun itu kamu harus mengalah kepada mereka karena bagaimana pun juga kamu menumpang dirumah itu. "
" Jika ibu kamu marah, kamu tidak usah melawan, bersabar saja sebentar sampai kamu dapat tempat tinggal" Kata Yusman
" Baik kek, aku mengerti... " Kata Naiya
Sebelum berangkat ke kota X Naiya pun pergi ke makam ayahnya untuk berjiarah. dan cuaca pun sudah mulai sore akan tetapi saat ingin pulang hujan pun turun begitu deras dan bersyukur Naiya membawa payung.
jarak pemakaman dengan rumahnya lumayan jauh, Naiya pun berjalan kaki menuju rumahnya hingga dia tidak sengaja melihat seorang pria dewasa sedang berteduh dibawah pohon.
Naiya pun melihat pria itu sepertinya bukan orang dari sini dan ditambah lagi wajah dan pakaiannya penuh dengan lumpur.
" permisi kak,,, apa kakak butuh bantuan? " kata Naiya melihat penampilan pria itu.
" oh... tidak... terimakasih " kata pria itu
" apa kakak benar-benar tidak apa-apa? " kata Naiya kata Naiya melihat keadaan pria itu saat ini.
" aku baik-baik saja" kata pria itu
" kakak tinggal dimana, mari aku antar" kata Naiya
" sebenarnya aku bukan tinggal disini, akan tetapi karena beberapa pekerjaan aku tinggal di Fila yang diatas gunung itu, akan tetapi aku ingin kembali ke kota jalanan sangat licin membuat mobil yang aku tumpangi sedikit kesulitan. "
" karena takut mobil jatuh, aku memilih berjalan kaki dan menunggu supir ku disni, hanya saja saat turun gunung jalanan begitu licin membuat kakiku terpeleset dan tidak sengaja terjatuh. namun setelah tiba di kota aku akan membersihkannya nanti" kata Pria itu
" jika begitu ambil ini untuk kakak, jarak kota dari sini cukup jauh. jika kakak terlalu lama terkena hujan kakak bisa sakit " kata Naiya memberikan payung nya kepada pria itu.
" lalu bagaimana dengan kamu? " kata Pria itu
" rumahku ada di kaki gunung itu dan tidak jauh dari sini, aku bisa berlari "
" kakak hati-hati dijalan, aku pergi dulu" kata Naiya memberikan payung nya dan berlari meninggalkan pria itu.
" tunggu dulu... " kata pria itu ingin bertanya siapa namanya akan tetapi Naiya sudah pergi berlari jauh.
Kini Naiya duduk di dalam pesawat, didalam hati Naiya dia sangat gugup karena ini yang pertama kalinya baginya untuk bertemu ibunya setelah bercerai. Dan sebenarnya dia belum siap bertemu dengan ibunya karena jauh didalam hatinya dia masih sangat membenci ibunya akan tetapi karena dia saat ini membutuhkan bantuan ibunya membuatnya harus terpaksa mengalah kepada ibunya.
Setelah beberapa jam berlalu kini Naiya sudah tiba di bandara kota X, dan sebelumnya Merry sudah memberikan nomor Naiya kepada seorang supir agar supir tersebut menjemput Naiya ke bandara.
Kini Naiya sudah bertemu dengan supir tersebut, supir itu pun membatu Naiya membawa kopernya dan setelah itu mereka meninggalkan Bandara menuju rumah ibunya.
Ibunya pun kembali menghubungi Naiya.
" Hallo" Kata Naiya
" Bagaimana,,, apa kamu sudah bertemu dengan orang yang menjemput kamu" Kata Merry
" Sudah bu,,, aku sudah berada di dalam mobil sekarang " Kata Naiya
" Iya sudah,,, oh iya,,, kakak kamu anak sambung ibu tidak ikut keluar negeri, dia ada dirumah. "
"Dia sedikit sensitif Kamu jangan menyinggung nya. "
" Namanya Ardin ibu sudah mengatakan kepadanya perihal kedatangan kamu. " Kata Merry
" Baik bu" Kata Naiya setelah mengatakan itu Merry pun memutuskan panggilan nya.
Setelah beberapa menit berlalu kini Naiya sudah tiba di sebuah rumah yang sangat besar dan tentunya sangat bagus.
" Ternyata selama ini ibu hidup dengan sangat baik " Batin Naiya memandang rumah tersebut.
" Non.... Tuan Ardin ada didalam " Kata supir tersebut sambil mengeluarkan koper Naiya.
" Terimakasih pak" Kata Naiya melangkah masuk ke halaman rumah, namun sebelum masuk kedalam rumah Naiya melihat seekor anjing berwarna coklat yang sangat cantik.
Naiya pun menhampiri anjing tersebut, duduk berjongkok dan ingin mengelusnya akan tetapi sontak saja anjing itu menggonggong dan melompat kearah Naiya. Naiya pun sangat ketakutan dan tanpa sadar dia pun perjatuh dan menjerit mengangkat kedua tangan nya melindungi wajahnya, kini anjing itu pun mencakar kedua tangan Naiya dan sambil menggongong.
Tidak lama kemudian kini seorang pria dewasa menghampiri nya.
" Brown,,, berhenti" Kata pria itu mendengar suara pria itu anjing itu pun langsung jinak dan kembali ketempat nya.
Naiya pun kembali duduk dan melihat luka di kaki nya akibat terjatuh dan kedua tangan nya juga terluka akibat cakaran anjing tersebut.
Pria tersebut pun terdiam sejenak melihat wanita yang dia pikirkan beberapa hari ini. kini dia sekarang berada dihadapan nya. dia adalah Risky Pradana.
" Kamu terluka " Kata Risky meraih kedua tangan Naiya. Naiya pun memperhatikan pria itu dan tidak menyadari bahwa dia adalah pria yang dia temui beberapa hari yang lalu.
" badannya sangat tinggi, kulitnya putih, bibirnya merah, hidung mancung, kedua matanya menunjukkan ketegasan dan wajahnya sangat dingin namun terlihat sangat tampan. "
" Apa dia kakak sambungku? " Batin Naiya
" Sebenarnya dia baik, hanya saja dia selalu waspada pada orang yang belum dia kenal. " Kata Risky.
" Apa kamu kak Ardin? " Kata Naiya
" Bukan... "
" Mari masuk aku akan obati luka kamu dulu." Kata Risky.
Risky pun membawa Naiya masuk kedalam rumah, saat tiba di rumah dia pun melihat seorang pria berbadan sedikit gemuk dan mengenakan kaca mata pria itu sedang berbaring di sofa, melihat Naiya masuk pria itu pun langsung mengubah posisinya untuk duduk.
" Kamu tunggu disini, aku akan ambilkan obat" Kata Risky berlari menaiki tangga.
" Hai.... Cantik " Kata pria gemuk itu
" Apa kamu kak Ardin? " Kata Naiya
" Bukan.... Aku Johan" Kata Pria itu memperkenalkan dirinya.
" Oh... " Kata Naiya
" Ardin sedang mandi sebentar lagi dia akan turun" Kata Johan dan tidak lama kemudian kini Risky kembali menghampiri Naiya dan membawa kotak obat.
Risky pun mengobati tangan dan kaki Naiya, Naiya merasa kesakitan dan dengan lembut Risky pun meniup luka Naiya.
" Sudah selesai,,, " Kata Risky
" Terimakasih kak " Kata Naiya
" Namaku Risky " Kata Risky memperkenalkan dirinya dan tidak lama kemudian kini seorang pria menuruni tangga dengan wajah judes dan tatapan nya menunjukkan rasa tidak suka terhadap Naiya dan dia juga sangat tampan.
Pria itu berdiri ditangga dan melipat kedua tangannya dengan tatapan dingin.
" Apa kamu Naiya? " Kata Ardin
" Aku Naiya "
" Apa kamu kak Ardin? " Kata Naiya
" Jangan memanggilku kakak, Kamu bukan adikku " Kata Pria yang bernama Ardin itu.
" Din.... Jangan bersikap begitu" Kata Johan
" Kami memiliki ayah dan ibu yang berbeda, sedikitpun kami tidak memiliki ikatan darah sampai kapan pun kami tidak akan pernah bisa menjadi saudara " Kata Ardin
" Sudah,,, tidak usah dengarkan dia, dia memang begitu sangat cerewet " Kata Johan melihat wajah Naiya dengan rasa kasihan.
" Apa kamu masih disitu ingin menggoda kedua temanku, masuklah kedalam kamar kamu. Kamar kamu ada dilantai dua, pintu kedua dari tangga " Kata Ardin
" Baik.... " Kata Naiya dengan kaki pincang menarik kopernya. Saat melewati Ardin, Naiya pun sangat kewalahan menarik kopernya.
" Din.... Kamu tidak lihat dia kewalahan, selain itu kaki dan kedua tangannya masih terluka " Kata Risky.
" Aku sudah memberikan tumpangan kepadanya, bukan berarti aku jadi buruh angkut nya juga kan" Kata Ardin
" Tidak apa-apa kak, aku bisa sendiri " Kata Naiya menarik kopernya akan tatapi Risky pun menghampiri Naiya.
" Mari aku bantu" Kata Risky mengambil alih koper Naiya dan lebih dulu menaiki tangga. Naiya pun menyusul Risky.
" Ini.... " Kata Risky meletakkan koper Naiya di depan pintu kamar yang akan ditempati Naiya .
" Terimakasih kak" Kata Naiya
" Sama-sama.... " Kata Risky lalu pergi meninggalkan Naiya. Naiya pun masuk kedalam kamarnya dan melihat sepertinya kamar ini tempat penyimpanan barang-barang yang tidak digunakan, terlihat disana terdapat beberapa kotak akan tetapi Naiya tidak mempermasalahkan nya karena dia madih bersyukur bisa tinggal disini tinggal walaupun hanya sementara. Naiya pun menyusun barang-barang nya. Setelah itu dia pun beristirahat.
Malam pun tiba, Naiya pun terbangun dari tidurnya, setelah selesai mandi dia pun menghubungi kakeknya, satu jam lebih berbicara dengan kakeknya kini panggilan pun terputus.
Naiya pun merasa lapar, saat ingin turun dia mendengar suara masih ramai di ruang tamu dan sepertinya ketiga pria dewasa itu masih ada disana. Karena merasa malu Naiya pun mengurung kan niatnya untuk turun dan memilih menahan lapar.
Naiya pun kembali tertidur dengan perut lapar, hari sudah pagi. Setelah selesai mandi Naiya pun ingin turun akan tetapi ketiga pria itu juga masih ada disana.
" Apa mereka tidak memiliki pekerjaan yang lain? " Kata Naiya berbicara sendiri
Kini sudah jam sebelas Naiya pun sudah tidak mendengar suara mereka, dengan pelan-pelan Naiya menuruni tangga dan melihat bahwa kini ruang tamu sudah kosong dan disana terdapat beberapa bungkusan cemilan berserakan di atas meja.
Naiya pun berjalan kearah pintu gerbang, dia pun bertanya ke petugas keamana, petugas keamanan mengatakan sekitar 100meter setelah tikungan yang ada di depan terdapat sebuah minimarket.
Sesuai petunjuk petugas keamanan Naiya pun berjalan dan setelah beberapa menit kini Naiya sudah melihat sebuah mini market di seberang jalan. Dengan kaki yang gemetar bercampur pusing karena kelaparan Naiya pun menyeberangi jalan tanpa memperhatikan jalan sebuah mobil mengarah kearahnya kini Naiya pun berteriak dan kemudian kehilangan kesadarannya sementara mobil tersebut pun tiba-tiba berhenti.
" Din.... Apa kamu menabraknya? " Kata Johan melihat seorang wanita dihadapan mereka terbaring tidak sadarkan diri.
" Tidak.... Aku tidak menabrak nya" Kata Ardin masih syok.
Risky yang duduk di bangku penumpang pun buru-buru melepaskan sabuk pengaman nya lalu keluar dari dalam mobil menghampiri Naiya.
" Mba.... " Kata Risky menepuk pundak Naiya dan belum menyadari bahwa wanita itu adalah Naiya karena wajah Naiya ditutupi rambutnya. Kini Johan dan Ardin pun menyusul Risky.
" Ki.... Bagaimana " Kata Ardin
" Kita tidak menabraknya bahkan mobil yang kita kendarai berhenti dengan jarak yang sedikit jauh. " Kata Risky melihat posisi mobil mereka.
Johan pun memeriksa denyut nadi Naiya.
" Denyut nadinya lemah, kemungkinan dia pingsan karena syok" Kata Johan
" Eh... Tunggu dulu bukannya itu adik kamu Din... " Kata Johan menyadari bahwa itu adalah Naiya.
" Kenapa dia ada disini" Kata Ardin
" Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit" Kata Risky menggendong Naiya masuk kedalam mobil. Johan dan Ardin pun menyusul.
Setelah tiba di rumah sakit dokter pun memeriksa keadaan Naiya, setelah pemeriksaan selesai kini dokter memberikan hasil pemeriksaan.
"Pasien mengalami penurunan gula rendah akibat makan terlambat, dan sepertinya pasien tidak makan satu hari penuh, karena kelaparan pasien pun lemah dan pingsan. " Kata Dokter
" Keluarga kamu bukan kekurangan uang kan, lalu kenapa dia bisa sampai kelaparan dirumah kamu. " Kata Risky
" Aku lupa bahwa dia ada dirumah, jadi tidak menyuruhnya makan" Kata Ardin
" Iya... Sejak kemarin dia tidak keluar dari dalam kamar" Kata Johan
"Bagaimana bisa kita melupakan hal itu, "
" Sudah,,,, kamu pergilah belikan beberapa makanan " Kata Risky kepada Ardin
" Baik " Kata Ardin
Setelah beberapa menit kini Naiya sudah sadar, dia pun menyadari saat ini dia berada di rumah sakit, dia pun melihat disana Johan dan Risky menemaninya.
" Apa yang terjadi, kenapa aku bisa disini. " Kata Naiya
" Kamu pingsan karena kelaparan, jika lapar kenapa harus menyiksa dirimu sendiri " Kata Risky
" Sejak semalam aku ingin membeli beberapa makanan, akan tetapi aku tidak tahu tempat warung. " Kata Naiya menyembunyikan alasan sebenarnya.
" Kamu bisa bertanya pada kita, semalaman kita ada dirumah " Kata Risky
" Tadi aku ingin membeli beberapa makanan ke minimarket tapi..... ", kata Naiya mengingat kejadian saat sebuah mobil ingin menabraknya.
" Ardin sudah membeli makanan untuk kamu, tunggu lah sebentar lagi dia akan tiba" Risky
" Jika kamu butuh bantuan jangan sungkan bilang kepada kita" Kata Johan
" Iya kak... " Kata Naiya dan kini Ardin sudah tiba dan memberikan makanan tersebut kepada Risky.
"Kamu makan lah dulu" Kata Risky memberikan makanan itu kepada Naiya akan tetapi Naiya merasa malu. Risky pun mengerti perasaan Naiya.
" Kami akan menunggu di luar" Kata Risky
" Baik kak.... " Kata Naiya
Kini mereka sudah kembali kedalam rumah Ardin.
" Aku akan ke kamar dulu" Kata Naiya pamit kepada ketiga pria itu.
" Lain kali jangan sampai kelaparan, kamu sengaja ingin mempermalukan keluarga ku. Apa kata orang nanti, mereka akan mengatakan bahwa keluarga ini mengabaikan tamu kelaparan hingga pingsan. "
" Dapur disebelah sana, asisten rumah tangga selalu menyediakan beberapa makanan disana" Kata Ardin dengan wajah yang sangat dingin.
Naiya pun tidak menjawab, setelah Ardin selesai berbicara Naiya pun masuk kedalam kamarnya.
" Apa kamu harus sekeras itu padanya? " Kata Risky setelah Naiya pergi.
" Dia bukan siapa-siapa, dia hanya orang lain yang menumpang sementara dirumah ini" Kata Ardin
" Tetap saja itu adik kamu " Kata Johan
" Dia bukan adikku, aku hanya memiliki satu adik"
" Dia anak dari mantan suami istri ayahku.' Kata Ardin
" Tapi sekarang ibunya menjadi ibu kamu juga. " Kata Johan
" Ibunya tidak akan pernah bisa menjadi ibuku, ibuku hanya ada satu yaitu wanita yang telah melahirkan aku" Kata Ardin
" Tapi kan saat ini ibunya sudah menjadi istri ayah kamu" Kata Johan
" Ayah ku bisa menikahi beberapa wanita yang dia inginkan, bukan berarti setiap wanita yang dia nikahi adalah ibuku" Kata Ardin
" Tapi kelihatannya wanita itu orang baik deh" Kata Risky
" Jangan percaya dengan penampilan luarnya, kita tidak tahu itu. Ditambah lagi dia dari kampung dan hidup di keluarga miskin. Mungkin saja dengan sengaja ibunya menyuruhnya kesini untuk merayu pria " Kata Ardin
" Kamu jangan berkata seperti itu, dia bisa mendengar nya"kata Risky
" Biarkan saja " Kata Ardin
"Dan menurutku dia tidak seburuk itu" Kata Risky
" Kamu boleh marah kepada ibunya akan tetapi semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan Naiya " Kata Johan
" Dia adalah putrinya bibi Merry, darah bibi Merry mengalir pada dirinya bisa jadi sifat dan kelakuan mereka sama" Kata Ardin
" Sudah,,,, sebaiknya kita Jangan membahas hal yang tidak penting, mari kita lanjutkan rencana kita selanjutnya. " Kata Risky menyudahi pembicaraan mereka.
Mereka pun membahas topik mengenai pekerjaan mereka. Tiga hari pun berlalu, selama tiga hari ini kedua teman Ardin tidak lagi berkunjung ke rumah, Naiya mendengar suara ramai di ruang tamu. Naiya pun turun untuk melihat ternyata kini Merry dan suaminya beserta anaknya sudah kembali ke rumah.
" Ibu.... " Kata Naiya menyalam Merry
" Naiya ini suami ibu" Kata Merry
" Paman" Kata Naiya menyalam suami Merry
" Enjel,,, ini kakak kamu Naiya, mulai sekarang panggil dia kakak" Kata Merry
" Jadi dia anak mamah yang tinggal di desa itu? " Kata Enjel berkata dengan ekspresi tidak suka.
" Enjel.... " Kata Merry
" Dia anak mamah, bukan berarti dia menjadi kakakku. "
" Aku keturunan keluarga Malik tetapi dia bukan, dia hanya gadis desa yang datang menumpang dirumah kita" Kata Enjel
" Enjel,,,, tidak boleh berkata seperti itu" Kata Indra suami Merry.
" Papah.... Papah bentak Enjel gara-gara wanita kampung itu? " Kata Enjel merengek setelah mengatakan itu diapun berlari masuk kedalam kamarnya.
" Naiya,,,, tolong maafkan sikap adik kamu, dia masih anak-anak dan umur kamu dengan dia berbeda empat tahun, kamu lebih tua jadi tolong maklumin sikap adik kamu" Kata Merry
" Tidak apa-apa bu" Kata Naiya
" Dimana Ardin? " Kata Indra
" Aku tidak tahu paman " Kata Naiya
" Mah.... Papah ke kamar dulu, papah ingin istrahat " Kata Indra
" Iya mas... " Kata Merry
Kini Indra pun meninggalkan mereka berdua.
" Naiya,,,, mari bicara dengan ibu sebentar. " Kata Merry mengajak Naiya duduk di sofa.
" Ada apa bu" Kata Naiya
" Begini.... Kamu tahu sikap adik kamu keras kepala. Ibu berharap pada kamu apapun perkataan adik kamu, kamu tidak usah menanggapinya. "
" Bagaimana pun juga dia putrinya mas Indra dan selama ini keluarga besar mereka sangat memanjakan dia karena dia satu-satu putri dari keturunan keluarga besar Malik. "
" Ibu tidak ingin gara-gara perselisihan kalian berdua nanti, ibu jadi kena imbasnya bagaimana pun juga saat ini dan dihari yang akan datang mereka lah keluarga ibu sekarang. "
" Aku harap kamu mengerti maksud ibu" Kata Merry, mendengarkan perkataan Merry Naiya merasa hatinya sangat sakit. Ternyata selama ini ibunya hanya menganggap dirinya masa lalunya.
" Baik bu aku mengerti"
" Kalau begitu aku kekamar dulu. " Kata Naiya
" Iya... " Kata Merry dan setelah Naiya pergi, Ardin pun masuk kedalam rumahnya karena sejak tadi dia mendengar percakapan Merry dengan Naiya.
" Kamu sudah pulang " Kata Merry
" Bibi,,,, Enjel mamang putri satu-satunya yang dimiliki keluarga besar Malik. Akan tetapi tidak sepantasnya bibi membenarkan semua tindakannya. "
" Bagaimana pun juga dia adalah putrimu, jadi sebagai orang tua bersikap adillah terhadap anak-anak bibi" Kata Ardin setelah mengatakan itu Ardin pun menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya.
Sementara Enjel pun menemui Naiya kedalam kamarnya.
" Kamu..... "
" Aku tahu niat kamu datang kerumah kami, kamu ingin merebut mamah kan dariku" Kata Enjel
" Tidak,,,, kamu tenang saja aku hanya sementara disini, setelah aku dapat tempat tinggal aku akan pindah " Kata Naiya
" Aku juga tindak ingin orang asing berlama-lama tinggal dirumah ini. Kamu jangan pernah berpikir bahwa aku akan menganggap kamu sebagai kakakku. Aku hanya memiliki seorang kakak. "
" Dan kamu tahu, jika aku mau aku bisa membuat papah mengusir kamu dari rumah ini. "
" Karena selama ini setiap permintaan ku tidak pernah ada yang menolak " Kata Enjel
" Oh iya,,, jika begitu kamu hanya seorang putri manja yang beruntung" Kata Naiya
" Tentu dong itulah enaknya memiliki keluarga yang sempurna" kata Enjel
"Anak kecil ini,,,, perkataannya tidak sesuai dengan umurnya mulutnya sangat tajam" Batin Naiya.
" Oh iya,,,, jika begitu banyak-banyak lah berdoa agar keluargamu tidak pernah bangkrut dan bercerai, karena jika itu terjadi aku tidak bisa menjamin apa kamu masih memilki keluarga yang sempurna " Kata Naiya
Mendengar itu Enjel pun sangat kesal, diapun pergi keluar dari dalam kamar Naiya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!