Kota Hallam, 2010.
Dimalam yang gelap gulita, sebuah pasukan tim khusus diam-diam menyelinap ke sebuah rumah tua yang tak jauh dari pemukiman kota. Mereka mendapatkan informasi mengenai pimpinan teroris bernama, Omar Faruq yang berasal dari India. Omar dikabarkan sudah lama bersembunyi di kota Hallam sejak tahun 2008. Omar diketahui menikah dengan seorang janda anak satu dari kota Hallam. Keberadaan Omar sudah sangat lama sekali di incar dan di cari-cari oleh pasukan India.
Pasukan tim khusus bekerja sama dengan tim kota Hallam untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan Omar. Bahkan kota Hallam juga ikut memberi bantuan dengan mengirimkan beberapa anak buah mereka untuk menangkap Omar. Tim ini dibagi menjadi 4 bagian. Tim A, bagian Timur. Tim B, bagian Selatan. Tim C, bagian Utara. Dan tim D, bagian Barat.
Tim A diminta untuk masuk lebih dulu. Tim A terdiri dari 7 orang. Mereka semua berpencar memasang bom di setiap sudut kawasan Omar Faruq. Bangunan itu cukup lah besar, dan luas. Bahkan di penuhi dengan ratusan anak buah Omar yang masing-masing membawa senjata.
“Victor, masuk…” panggil salah satu anggota dari Tim A melalui earpice.
“Ada apa?”
“Sepertinya kita membutuhkan banyak pasukan khusus lagi. Aku khawatir kalau kita maju sekarang. Kita semua akan kalah, “
“Di copy, “ Victor langsung meminta anak buahnya untuk menghubungi pemerintah India. Victor meminta agar pemerintah India mengirimkan tim khusus mereka ke kota Hallam.
“Thomas, masuk.. “
“Bagaimana?”
“Mereka akan mengirimkannya. Tapi butuh waktu cukup lama, dan kemungkinan akan sampai ke kota Hallam besok pagi, “ perjelas Victor.
“Victor. Kita sudah masuk ke kandang harimau. Mau menunggu sampai kapan lagi?” Thomas yang kesal, tanpa sadar menekan sebuah tombol hingga menimbulkan ledakan. Mendengar ledakan itu, Omar langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari tau siapa pelakunya. Abiel yang begitu gegabah, langsung keluar dari persembunyiannya dan melakukan penyerangan. Seluruh tim A yang melihat Thomas maju, langsung ikut maju untuk melawan seluruh anak buah Omar.
Victor yang mendengar suara tembakan kesal. Victor tau kalau itu akan menjadi awal dari kekalahan mereka semua. Benar saja, Thomas dan tim mereka yang lainnya tertangkap. Mereka disiksa habis-habisan bahkan ada yang di potong lidahnya. Victor meminta tim B, tim C, dan tim D untuk mundur dan kembali berkumpul ke markas.
*****
Di markas pertahanan kota Hallam.
“Apa kalian lihat?
itu yang akan terjadi jika kalian tidak menggunakan akal pikiran sebelum bertindak,
Apa salahnya jika kita mundur beberapa jam sampai menunggu pasukan khusus dari India datang,
Tugas kita hanyalah membantu pasukan India untuk menangkap teroris di negara mereka, “ ucap Victor menasihati seluruh tim nya.
“Pak Victor. Sekarang bagaimana?”
“Tidak ada cara lain. Luncurkan bom dinamit ke kawasan itu, “
“Tidak bisa pak. Aku melihat ada beberapa warga sipil yang di sekap, dan di sekitar tempat itu juga banyak pemukiman warga sipil, “ bantah salah satu anggota Victor.
“Benar pak. Jangan karena masalah negara luar, warga kita jadi korban, “
Victor yang bingung memikirkan cara menangkap Omar, sampai terduduk lemas di kursinya. Ia memejamkan matanya sambil mengusap pelan kepalanya.
“Pak. Kenapa kita tidak minta bantuan Vicenzo?”
Mata Victor langsung terbuka setelah mendengar nama Vicenzo. “Bukankah dia prajurit paling tangguh, “ sambung anggota Victor.
“Kau benar. Vicenzo bukan cuma tangguh. Dia adalah iblis. Dia sangat kejam, jahat, dan keras kepala. Cuma dia saat ini yang bisa menangkap Omar, “ sahut Victor.
Tanpa pikir panjang, Victor langsung menelpon Vicenzo. Berkali-kali Victor menelpon, panggilan itu selalu gagal. Victor baru ingat, dia menelpon di jam 2 pagi dini hari.
“Bagaimana pak?”
“Dia pasti tertidur lelap. Dan mau tidak mau kita akan menunggu hari esok, “ jelas Victor. Mereka semua pun setuju, dan pergi untuk beristirahat ke tenda mereka masing-masing.
*****
Keesokan harinya.
Vicenzo bangun lebih pagi. Seperti biasa dia bangun, membereskan tempat tidur, menyiapkan sarapan, lalu ke kandang kuda kesayangannya.
“Good morning my little boy. Apa kau lapar?” Ucap Vicenzo sambil mengelus-elus kepala kuda tersebut.
“Ini. Aku bawakan rumput-rumput segar untukmu. Makanlah, “ ucap Vicenzo sambil berjalan pelan keluar pagar rumah. Seperti biasa, Vicenzo akan jogging pagi mengelilingi desa. Di tengah perjalanannya, dia melihat seorang gadis kecil yang sedang berlari-lari menangkap balon. Kebetulan balon itu terbang mengarahnya, maka dengan cepat Vicenzo menangkap balon itu. Gadis kecil itu berhenti berlari, karena sedikit takut dengan Vicenzo.
“Kemari lah. Dan ambil balon mu, “ ucap Vicenzo sambil memberikan balon itu. Gadis itu perlahan mendekati Vicenzo, dan mulai menerima balon tersebut. Vicenzo tersenyum sambil mengusap-usap kepala gadis kecil itu.
“Siapa namamu anak manis?”
“Daisy, “
“Daisy? Wow. Nama yang cantik untuk mu nak, “
“Terima kasih paman, “
“Jangan paman. Kak Vicenzo, “
“Kak Vi…cen…zo… “
“Ah begini saja. Kau panggil saja kak Enzo, “
“Woah. Nama yang mudah disebut. Baiklah kakak Enzo, “
“Daisy, “ panggil seorang wanita yang berlari mendekati mereka.
“Ibu, “
“Kamu dari mana saja nak. Ibu sudah bilang jangan jauh-jauh, “
“Aku hanya mengejar balon ku ini. Dan untungnya ada kakak Enzo yang menangkapnya untuk ku, “
“Terima kasih ya nak, “ ucap ibu Daisy pada Vicenzo.
“Sama-sama bibi, “ keduanya lalu pergi meninggalkan Vicenzo. Nampak senyuman terukir di wajah Vicenzo. Dia seperti merindukan seseorang. Ini baru pertama kalinya Vicenzo bertemu dengan Daisy. Tetapi, Vicenzo merasa seperti punya ikatan hubungan pada anak itu. Vicenzo melanjutkan lari paginya. Tetapi, baru beberapa langkah ponselnya berdering.
“Victor?”
“Tidak usah basa-basi. Langsung pada intinya, “ ucap Vicenzo sambil berlari. Victor tertegun mendengar Vicenzo.
“Kau dimana?”
“Masih di atas bumi, “
“Vicenzo, aku serius, “
“Aku sedang berada di tempat kau berada, “ jawab Vicenzo dengan senyuman kecil.
“Ma-maksud mu?”
“Aku berada pada tujuanmu saat ini, “
“Kau ini memang hobi membuat ku bingung. Katakan dengan jelas kau ini dimana?”
“Aku di kandang harimau, “
“Vicenzo, kau─
Tunggu. Maksudmu… kau ada di kawasan Omar?” Sambung Victor.
“Kau benar, “
“Sebulan yang lalu. Aku memutuskan untuk datang sendiri ke desa ini, “
“Baguslah. Vicenzo dengar… Tim kita ada yang tertangkap dan di sekap. Selain itu juga ada beberapa warga sipil yang ikut di sekap, “
“Lalu… Kau mau aku menyelamatkan tim kita, warga sipil, atau menangkap Omar?”
“Bisakah… kau menyelesaikan semuanya?”
“Lalu kau dan tim mu?”
“Uhm─ “
“Cih. Pengecut, “
“Baiklah. Aku akan pergi sekarang. Tolong aman warga sipil yang ada di kawasan itu. Pastikan tidak ada satu pun orang yang berada di area itu, “
“Baik. Apa kau mau di jemput?”
“Untuk apa, apa kau meremehkan Phillipus?” Panggilan berakhir dengan Victro yang nampak heran. Bukan heran dengan siapa itu Philipus. Tapi heran karena, apakah bisa Vicenzo menyelesaikan misi mereka.
*****
Setelah Vicenzo siap dengan tas besarnya, dia pergi ke kandang kudanya. “Phillipus. Are you ready?” Phillipus kuda kesayangan Vicenzo langsung melompat keluar dari kandang. Dia lalu membungkuk mempersilahkan Vicenzo untuk naik. Vicenzo bersama kudanya berlari begitu cepat untuk sampai ke kawasan Omar. Vicenzo berhenti di sebuah pohon yang sedikit jauh dari kawasan Omar. Dia mulai meneropong untuk melihat situasi di sana.
“5 mobil terparkir di halaman rumah Omar. Seluruh keluarganya berpakaian rapi. Biasanya sebelum pergi, pria yang lebih tua selalu minum secangkir teh sambil menunggu istri mereka bersiap. Jika tehnya saja sudah habis, dan istrinya sudah siap. Itu artinya sebentar lagi Omar akan pergi, “ Vicenzo meneropong ke sisi lain, di mana ada beberapa warga sipil dan tim pasukan khusus kota Hallam yang di sekap. Vicenzo lalu kembali menaiki Phillipus dan pergi untuk menyelamatkan warga sipil yang di sekap di sebuah bangunan tua. Jarak bangunan itu juga tidak begitu jauh dari rumah Omar.
*****
Vicenzo meninggalkan Phillipus di depan, dan dia masuk sendiri ke dalam. Vicenzo masuk tanpa sembunyi-bunyi. Dia masuk di saat anak buah Omar sedang menyiksa para tahanan.
“SIAPA KAU?”
Vicenzo hanya memasang wajah polos, seperti kebingungan. Entah apa yang direncanakan pria ini.
“BERDIRI. MASUK BARISAN, “
“Sabar dulu. Tas ku ini berat, biarkan aku menaruhnya terlebih dahulu, “ anak buah Omar memperbolehkan Vicenzo untuk meletakkan tasnya. Vicenzo meletakkan tasnya di sebuah meja dan mengeluarkan sebuah alat. Vicenzo nampak seperti menyambungkan sebuah kabel.
“Sedang apa kau?” Tegur salah satu anak buah Omar.
“Apa kau buta? Aku sedang menyambungkan kabel hitam dan kabel merah ini, “
“Supaya apa?”
“Supaya koneksi jaringan hilang. Coba kau periksa ponsel mu sekarang, “ anak buah Omar langsung memeriksa koneksi di ponsel mereka.
“HEI. UNTUK APA KAU MEMASANG JAMMER DI SINI?” Tegur anak buah Omar sambil menodongkan senapan ke kepala Vicenzo. Telinga Vicenzo yang mendengar suara bidikan siap menembak, dengan cepat langsung mengambil pisau dari tasnya dan memotong tangan anak buah Omar. Terjadilah perkelahian antara anak buah Omar yang jumlahnya hampir ratusan itu melawan Vicenzo seorang diri. Ketangguhan seorang Vicenzo memang tidak perlu diragukan lagi. Dia benar-benar menjadi iblis ketika sedang berkelahi. Bahkan semuanya bisa di habisi nya seorang diri.
“Kak Vicenzo, “ sapa Thomas yang sudah bebas.
“Aku dengar kalau Omar Faruq akan kembali ke India hari ini. Mereka akan berangkat 5 menit lagi, “
“Jumlah mereka sudah berkurang. Kau tangani semuanya, “
“Baik kak, “
Thomas bersama dengan beberapa anak buahnya langsung bergerak untuk menyelamatkan warga sipil, dan juga melawan beberapa anak buah Omar yang masih tersisa.
Kin Vicenzo sudah bersiap di atas bangunan untuk membidik Omar Faruq.
“Victor, “
“Pak Victor, ada panggilan dari kak Vicenzo, “
“Hallo Vicenzo, ada apa? Kami baru saja mengirimkan seluruh tim kesana, “
“Telat. Aku sekarang sedang berada di puncak bangunan. Menatap Omar Faruq yang akan pergi, “
“Apa yang kau lakukan sekarang?”
“Aku sudah siap dengan GAU-19/A di tangan ku, “
“Apa yang mau kau lakukan?”
“Menembak, “
“Dengar Vicenzo. Omar Faruq teroris India, jika kau membunuhnya negara dan kota kita dalam bahaya. Tangkap dia, “
“Aku tidak akan menembak pria tua itu. Aku hanya ingin menembak kendaraannya, “
“Dengan begitu… Omar tidak akan pergi meninggalkan kota ini dan kawasan ini, “
“Victor. Apa semua tim sudah sampai?”
“Sudah, “
“Pastikan semua area kawasan Omar tidak ada warga sipil sama sekali, “
“Baik Vicenzo, “
Victor menghubungi tim nya untuk memastikan tidak ada warga sipil di kawasan itu.
“Tim B aman pak, “
“Tim C aman pak, “
“Tim D juga aman, “
“Vicenzo. Semua sudah aman, “
“Apa kau yakin, Victor?”
“Tim B, Tim C, dan Tim D. Aku ulangi. Apa kalian yakin tempat itu sudah aman?”
“Siap aman pak, “ jawab ketiga tim itu bersamaan.
“Vicenzo, sudah aman, “
Vicenzo lalu mulai membidik senapan mesinnya, dan mulai meng─objek target. Sementara dari sisi Timur, sebuah keluarga sedang bersepeda bersama. Salah satu putri mereka tak sengaja melepaskan balon yang ia pegang. Iya, benar. Gadis kecil itu adalah, Daisy.
Daisy turun dari sepeda dan mengejar balon itu. Daisy terus-menerus mengejar balonnya sampai mendekati kawasan Omar Faruq. Tim Victor yang melihatnya ingin memberitahukan Vicenzo, tapi Victor menahan. “Lanjutkan. Jika operasinya sampai gagal. Kita akan kehilangan Omar lagi, “ ucap Victor pada anak buahnya. Hal itu membuat mereka tetap melanjutkan operasi, tanpa memberitahukan Vicenzo mengenai Daisy yang kini mulai mendekat.
“Tim B, dan Tim D bersiap untuk masuk dan menangkap Omar Faruq, “
Omar Faruq pun keluar bersama keluarganya. Vicenzo mulai menarik pelatuk senapannya.
Bom!
Ledakan pun memakan habis 4 mobil yang akan mengantarkan Omar Faruq. Di saat yang bersamaan, Tim B, dan Tim D masuk. Mereka dengan cepat melumpuhkan Omar Faruq dan menangkapnya. Vicenzo mengambil teropongnya untuk melihat bagaimana nasib dari Omar Faruq. Pandangan Vicenzo malah teralihkan pada balon yang melayang di udara. Mata Vicenzo langsung berubah saat melihat balon itu.
“Terima kasih kakak Enzo, “ kalimat yang keluar dari mulut Daisy pagi itu membuat Vicenzo sampai menjatuhkan teropongnya. Vicenzo langsung berlari untuk menghampiri Daisy.
Dengan mata yang memerah, dan keringat yang mulai memanas. Vicenzo berlari dengan tatapan fokus pada Daisy yang kini terbaring di pangkuan ibunya yang menangis.
“Da-daisy… “ ucap Vicenzo yang langsung merangkul Daisy ke pangkuannya.
“KENAPA KALIAN DIAM SAJA? AYO CEPAT BAWA DAISY KE RUMAH SAKIT, “ teriak Vicenzo. “Jika kami mempunyai motor, atau mobil. Sudah sejak tadi kami membawanya nak, “ ucap ibu Daisy sambil menangis. Vicenzo mulai bingung, bagaimana caranya mengantarkan Daisy. Sementara itu kondisi Daisy semakin parah.
“PHILLIPUSSS, “ teriak Vicenzo sekuat mungkin. Phillipus yang sedang makan rumput dari kejauhan, dengan cepat berlari sekencang mungkin. Setelah Philipus datang, Vicenzo menggendong Daisy dan membawanya ke rumah sakit. “Phillipus. Berlari lah secepat mungkin, “ ucap Vicenzo. Phillipus lalu berlari secepat mungkin untuk pergi ke rumah sakit kota.
“Ka-kak Enzo, “
“BERTAHANLAH DAISY. KAKAK DI SINI, “
“Sakit… “
“BERTAHANLAH DIK. KITA AKAN SAMPAI, “ ucap Vicenzo.
Singkat cerita, mereka sampai di rumah sakit dengan cepat. Vicenzo langsung turun dan berlari membawa Daisy masuk. “DOKTER. TOLONG SELAMATKAN ANAK INI. AKU MOHON, “ seluruh perawat yang siap siaga langsung menggendong Daisy dan dengan cepat memberikan pertolongan. Beberapa menit kemudian, ibu Daisy dan anggota keluarganya sudah tiba di rumah sakit.
“Pu-putriku akan baik-baik saja kan?” Tanya ibu Daisy pada Vicenzo.
“Dia pasti baik-baik saja, Bi, “
Dokter melakukan segala macam cara untuk menolong Daisy, namun sayangnya mereka tak bisa menyelamatkan nyawa Daisy. Seluruh keluarga Daisy menangis di hadapan Vicenzo. Tangisan itu terus mengiringi langkah Vicenzo yang perlahan meninggalkan rumah sakit. Vicenzo berjalan dengan tatapan kosong, dia bahkan sampai terus menyalahkan dirinya atas kematian Daisy.
...10 tahun kemudian...
...****************...
Kota Wilson, 2020.
"Good morning everyone. Sesuai janjiku, kalau channel YouTube ku mendapatkan 2 juta subscriber... Aku bakal siaran langsung untuk kalian,
Kenapa pagi sekali? Seharusnya tadi malam, tapi karena aku sudah tidur, jadi... Kita siaran langsungnya pagi saja. Sekalian temani aku siap-siap mau ke kampus, "
Neroica meletakkan ponselnya di tripod atas meja, sementara dia fokus untuk merias diri.
"Oh ya, pagi ini aku tidak bisa live lama-lama ya. Mungkin nanti malam... " sambung Neroica sambil membaca komentar.
Neroica coba kenalin kakak kamu dong!
"Ow, boleh-boleh. Tapi bentar ya, aku siap-siap dulu,
Aku itu punya 2 kakak. Kakak pertama aku laki-laki dan kakak kedua aku perempuan. Kami bertiga tetap hidup bahagia meski orang tua kami sudah lama meninggal, "
Sayang sekali. Apa kamu sedih Neroica?
"Kesedihan itu pasti ada. Tapi, ya... Mau bagaimana lagi... Namanya juga takdir, " jawab Neroica.
Ia memang tidak menangis saat membaca komentarnya, namun sorot matanya mengatakan kalau dia sangat merindukan kedua orang tuanya.
***
"Okey, finish! Yup.. Kita turun ke bawah dan bertemu dengan kakak-kakakku, "
Neroica mengambil tas nya lalu keluar kamar. Ia berjalan sambil mengangkat tinggi kamera ponselnya guna memperlihatkan seisi rumahnya pada followers instagramnya. Neroica berhenti melangkahkan kakinya, saat berada di kamar kakak perempuannya.
"Kalian dengar? Sepertinya kakak perempuan ku masih di dalam, " ucap Neroica yang kemudian langsung membuka pintu kamar kakak perempuannya.
"Kakak,
Guys. Lihat, nama dia Cordelia Petra Hilker. Dia adalah kakak aku yang pa...ling cantik.. Tapi, kedua setelah aku, hehehe, "
Cordelia atau biasa di panggil Lia sama sekali tidak merespon adiknya itu. Nampak wajah Lia begitu murung dan diam sambil mengemasi alat tulis kampusnya.
"Ihh kak Lia. Kenapa sih? Sapa followers aku dong, "
Lia memasang senyuman, lalu melambaikan tangan ke kamera. Senyuman itu hanya tertahan 3 detik, yang kemudian kembali ke wajah datarnya.
"Sorry ya guys. Kayaknya kakak ku lagi datang bulan, " ucap Neroica yang kemudian pergi meninggalkan Lia. Neroica lanjut turun, dan menghampiri kakak pertamanya yang sedang duduk di meja makan.
"Kakakk, " sapa Neroica girang sambil memeluk kakak pertama nya dari belakang.
"Good morning my sweetie Helen, "
"Ih kakak. Jangan sebut itu, "
"Kenapa? Bukan kah tidak ada orang di sini?"
"Tapi kan Helen lagi siaran langsung, " ucap Neroica.
"Sorry guys. Helen adalah nama panggilan yang di buat kakak ku untukku, " jelas Neroica.
"Oh ya guys. Kenalin, nama dia Tristan John Hilker. Kalian pasti kenal dengan kakakku ini?
Oh iya guys, karena ini udah waktunya aku berangkat ke kampus. Jadi stop dulu ya siaran langsung nya. Kita sambung nanti malam, " setelah berpamitan dengan followers nya, dia langsung duduk untuk sarapan bersama kakaknya.
"Dimana princess kita?"
"Hum?
Itu, " tunjuk Neroica saat melihat Lia turun. Tristan menoleh ke belakang dan menatap Lia dengan sorot wajah kebingungan.
"Delia. Kau kenapa sayang?"
"Kakak. I miss mom,
Hari ini kan hari ulang tahunnya. Tapi─"
"Lupakan itu. Sekarang... Kamu duduk lalu sarapan. Nanti sebelum ke kampus kita mampir ke makam ibu. Gimana?"
"Wah, ide bagus itu. Kebetulan Neroica juga pengen ke makam ibu dan ayah, "
Tristan tersenyum sambil merangkul Lia untuk duduk di kursinya. Nampak senyuman Lia kembali seperti sedia kala. Dia dan kedua saudaranya kembali ceria sambil berbincang-bincang kecil.
Sarapan pagi sudah selesai. Seperti biasa, Tristan selalu mengantarkan kedua adik perempuannya ke kampus. Tapi hari ini Tristan akan berkunjung ke makam orang tua mereka, untuk melepas rindu.
***
Singkat cerita, kini mereka sudah sampai di kampus. Seperti biasa Neroica hanya akan mengekori kakaknya, karena memang dia tidak punya teman kecuali kakaknya saja.
"Pagi Lia, pagi Neroica, " begitulah sapaan banyak pria untuk kedua wanita tercantik di kampus ini. Namun Neroica dan Lia cukup berbeda. Neroica membalas sapaan itu dengan senyuman manis, sementara Lia terus berjalan dengan wajah sedikit di angkat tanpa menoleh ataupun membalas sapaan itu.
"Kak Lia. Kenapa sih kakak gak mau senyum. Biar kita terlihat ramah dikit, " bisik Neroica.
"Kau dan aku itu sama. Kau balas saja sapaan mereka. Anggap saja sapaan dariku sudah kau wakili, "
"Kakak selalu begitu. Tidak per─" tiba-tiba langkah mereka berdua di hentikan oleh Dareen dan kawanannya. Dareen merupak pria tertampan dan terpopuler di kampus itu. Dareen terkenal sebagai pria tampan yang sangat nakal. Dia bahkan merupakan ketua dari kelompok anak-anak nakal di kampus itu. Dareen sendiri sangat mencintai Lia, bahkan dia rela melakukan apa saja untuk Lia. Tapi sayangnya Lia tidak suka dengan Dareen. Selain karena kepribadiannya yang cukup nakal, dia juga merupakan anak manja di keluarganya.
"Menyingkir dari jalan ku, " gumam Lia dengan pengucapan santai dan sorot mata yang tenang. Entah kenapa ucapan itu seperti membius Dareen, sampai-sampai membuatnya mundur dan memberikan jalan untuk Lia maupun Neroica. Lia lalu melangkah maju dengan penuh percaya diri meninggalkan Dareen dan juga kawanannya.
"Dengar. Jika kalian berani menggangu kakakku lagi. Aku akan melaporkannya pada kakakku, kak Tristan, " ancam Neroica pada Dareen.
"Helen. Cepat, "
"I─iya kak,
Lihat saja kalian, " Neroica lalu berlari menyusul Lia. Tanpa Neroica sadari, salah satu kawan Dareen diam-diam memperhatikannya. Namanya adalah Anthony, biasa di panggil Thony. Sungguh licik Thony ini, dia sedang merangkul mesra wanita di sampingnya tapi tatapannya justru fokus ke wanita lain.
"Thony sayang. Kamu lihatin apa sih?" Tegur Alice sepupu Dareen.
"Tidak ada, " jawab Thony dengan senyuman kecil. Thony kembali melayangkan pandangannya pada Neroica. Entah apa yang membuat Thony sampai terus memperhatikan Neroica walau posisinya sudah sangat jauh.
***
Kelas pun di mulai. Neroica dan Lia masuk ke kelas mereka masing-masing. Kedua saudari ini memanglah pelajar terdidik. Mereka begitu semangat dan aktif dalam pembelajaran. Bahkan hampir semua pertanyaannya yang di leparkan ke mereka berdua, bisa di jawab dengan mudah. Hal itu membuat kepopularitasan kedua saudari ini menaik. Bukan cuma kecantikan, pendidikan, mereka bahkan mempunyai bakat yang cukup menarik. Lia mempunyai bakat bermain biola, sementara Neroica mempunyai bakat menari. Keduanya bahkan pernah melakukan kolaborasi yang sangat menarik. Dimana sang kakak memainkan biola untuk mengiringi tarian indah sang adik. Tak heran jika keduanya sangat di sayang oleh para dosen kampus, di incar para buaya jantan kampus, bahkan di anggap saingan bagi para wanita-wanita yang iri dengki pada mereka berdua.
Hallo semuanya sebelum lanjut ke alur cerita VICENZO, Mimin mau kasih tau nih kalau VICENZO udah punya official Instagram ( @_story.vicenz0 ). Jangan lupa di follow ya, biar gak ketinggalan berita terbaru tentang novel VICENZO.
...***...
Jam istirahat, di kantin kampus.
Hari ini Neroica datang lebih dulu sebelum Lia. Dia duduk dan menunggu kakaknya sambil memakan bekalan makan siang yang sudah di siapkan oleh Tristan untuknya. Baru saja Neroica ingin menyuap bekalannya, tiba-tiba matanya terfokus pada Thony yang sejak tadi memperhatikannya. Neroica meletakkan kembali sendoknya ke kotak bekal nya. Dia sedikit menyandarkan dirinya dengan tangan menyilang di atas perut. Kedua sorot mata Neroica terlihat jelas kalau dia sedang merasa risih dengan tindakan Thony yang terus memperhatikannya?"
"Hum?" gumam Neroica pelan sembari mengangkat satu alisnya ke arah Thony.
Thony yang sadar hanya memberi sedikit senyuman sambil menggelengkan kepalanya. Neroica mengambil kertas dan juga pulpen dari tasnya. Ia lalu menuliskan sesuatu pada kertas yang sudah dia robek. Neroica juga meremas kertas itu lalu melemparkannya ke arah Thony. Ia kemudian memindahkan posisi duduknya membelakangi Thony.
"Aku tidak suka di perhatikan saat makan. Buang pandanganmu, atau aku yang membuangnya?"
Thony tertawa kecil saat membaca kalimat yang di tuliskan oleh Neroica. Ia kemudian mengambil pulpennya dan menuliskan balasan untuk Neroica. Setelah menulisnya, Thony melakukan hal yang sama. Ia meremas lalu melemparkan kertas itu tempat mengenai kepala Neroica.
"Aw─" keluh Neroica sambil mencari benda yang mengenai kepalanya tadi. Saat melihat kertas yang sama di lemparkan kembali, Neroica langsung berbalik badan menatap Thony dengan sorot wajah kesal.
"Maafkan aku. Lanjutkan makan siang mu, "
Neroica menoleh kembali ke arah Thony. Dan Thony pun membalasnya dengan senyuman sambil berjalan pergi meninggalkan kantin kampus bersama kawanannya. Neroica membuang kertas itu ke tempat sampah lalu kembali duduk dan menikmati bekalannya. Selang berapa menit setelah Thony keluar, Lia datang dengan kedua rekannya. Pertama ada Bianca, wanita yang terbilang cukup pintar dan jenius. Hanya saja Bianca ini orangnya seperti manusia kurang semangat hidup. Lia bahkan sering kali meminta Bianca untuk tidak memikirkan hal yang belum tentu terjadi, karena itu bisa saja merusak akal pikirannya. Selain Bianca, Lia juga punya satu teman pria kutu buku bernama Vinoct. Dia ini di kenal sebagai pria culun di kampus itu. Dia sangat pemalu bahkan penurut. Tidak heran jika dia selalu mendapatkan perundungan di kampus itu.
"Kakak lama sekali, " keluh Neroica.
"Maaf ya dik. Kakak tadi ada panggilan dosen, "
"Kenapa kakak di panggil?"
"Karena kakak mu terpilih sebagai ketua acara akhir tahun kampus kita, " sambung Vinoct.
"Wah, serius kakak?" Lia mengangguk dengan wajah penuh bahagia.
"Yes. Agenda kita apa nanti kak?"
"Belum di tentuin. Dosen bilang acaranya nanti di selenggarakan 4 hari berturut-turut. Kakak harus menentukan mau buat acara apa nanti, "
"Kak adain pesta dansa di kapal pesiar seperti tahun lalu, "
"Gak bisa dik. Cuaca lagi susah di tebak, "
"Gimana kalau acara bazar aja, " sambung Bianca.
"Kemarin ulang tahun kampus kita juga adain bazar, "
"Ahh kakak. Gimana kalau kemah? Kita sudah lama tidak kemah bukan?"
"Benar yang di katakan Neroica, "
"Uhm menarik, tapi─ apa yang akan kita lakukan selama 4 hari?"
"Banyak. Kita adakan berbagai permainan, lomba, serta acara-acara lainnya, "
"Tapi Neroica. Kalau kemah tidak ada air bersih, " ucap Bianca menyinggung alergi Neroica pada air kotor.
"Itu gampang. Aku bisa minta kak Tristan untuk membelikan air bersih khusus untukku, "
"Mentang-mentang orang kaya, " sahut Bianca.
"Ya sudah. Nanti biar aku pikirkan lagi, "
"Uhm kakak. Aku kayaknya pulang malam deh, "
"Ada kelas tari lagi?"
"Iya kak, "
"Ya sudah. Nanti malam kabarin kak Tristan 20 menit sebelum kamu keluar kelas. Mengerti?"
"Iya kakak, "
...***...
Singkat cerita, jam pulang pun tiba.
"Bye Thony, "
"Bye guys, " Thony terpisah dari kawanannya. Karena mereka semua membawa mobil sendiri. Hari ini Thony tidak bawa mobil karena kondisi fokusnya sedang kurang baik. Dia juga berniat mau ke perpus kampus dulu mengembalikan buku yang ia pinjam. Setengah perjalan, ponsel Thony berdering.
"Hallo, ada apa kak?"
"Kau di mana?"
"Aku masih di kampus kak, "
"Tunggu aku di sana. Aku akan datang menjemputmu, "
"Kau yang benar saja kak? Kau kan sedang di Cina, "
"Aku baru saja tiba. Apakah salah jika aku ingin segera menemui adikku?"
"Kenapa kau balik kak?"
"Apa kau tidak mau kakak mu ini balik?"
"Bukan begitu. Kau barus aja menyelesaikan S1 mu, apa kau tidak mau melanjutkan S2?"
"Pasti ku lanjutkan. Tapi untuk sekarang, aku ingi terjun ke dunia bisnis seperti kakak kita, "
"Wah. Aku senang mendengar kau sudah pulang kak Leo,
Baiklah. Aku akan segera menunggu mu di parkiran, "
Panggilan pun langsung di akhiri oleh Thony, dan bergegas ke perpus untuk mengembalikan buku.
Leonardo Ayer Beatriz, atau biasa di panggil Leo. Dia merupakan kakak Anthony. Setelah lulus sekolah menengah atas, Leo memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di negeri Cina dengan mengambil ilmu bisnis.
Leo sampai di parkiran lebih dulu.
"Kak Leo, aku tidak melihat adanya Anthony, " ucap Felix, asisten pribadi Leo.
"Kau jemput Thony ke dalam, "
"Kau kak?"
"Aku akan menunggu kalian di sini, "
"Baiklah kak, " Felix lalu keluar dari mobil dan pergi masuk ke kampus untuk mencari Thony.
...***...
Felix masuk bersamaan dengan Lia yang baru saja keluar. Dia terlihat menelpon seseorang untuk menjemputnya.
"Aduh kak Tristan kok gak aktif sih?" Gumam Lia yang terus berusaha menelpon kakaknya. Sementara itu, Lia di kejutkan dengan kemunculan Abraham bersama 4 anak buahnya. Abraham di kenal sebagai pria kaya raya yang sudah sering kali menikah lalu cerai, dikarenakan kebiasaannya yang selalu main kasar pada wanita. Kini dia mengincar Lia untuk dijadikan istrinya. Lia sering kali melaporkannya pada Tristan, namun Abraham seperti tidak takut dan terus menggangu Lia.
"Bos. Itu dia, " tegur salah satu anak buah Abraham.
"TANGKAP DIA, "
"Sialan, " gumam Lia yang langsung berlari untuk bersembunyi. Satu per satu mobil Lia buka, guna untuk bisa bersembunyi di mobil itu. Tapi sayangnya tidak ada satu pun mobil yang bisa di buka, semuanya di kunci. Sampai akhirnya dia melihat mobil hitam milik Leo. Lia mendekati mobil itu dan langsung membukanya.
"Siapa─"
"Syuttt, " potong Lia yang langsung menutup mulut Leo.
"Ku mohon tolong aku pak, " gumam Lia pelan. Leo menatap ke arah anak buah Abraham yang kini mulai mendekati mobil mereka. Leo membalikkan situasi dengan menukar posisi duduk mereka. Leo lalu sedikit mendorong Lia ke sisi pintu agar dia bisa menutupinya. Kini wajah Leo dan Lia begitu dekat. Leo terdiam saat menatap wajah Lia. Jantung seketika berdegup kencang. Sedangkan Lia yang ketakutan hanya memejamkan matanya. Yang di rasakan Lia saat ini hanyalah takut dan panik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!