NovelToon NovelToon

Hanya Wanita Kedua

Jadi Wanita Kedua

Suasana cukup tegang, ruangan ini terasa dingin seolah suhu ruangan turun beberapa derajat dari suhu normal. Tangan gadis itu bergetar, tubuhnya membeku di tempatnya. Sebuah kalimat yang baru saja keluar dari seorang wanita cantik di depannya adalah hal yang paling tidak pernah dia sangka.

"Jadilah wanita kedua untuk Chris dan lahirkan cucu untukku"

Apa ini? Seperti sebuah guncangan besar yang dia dapatkan. Apa dia harus jadi seorang istri bayaran? Rahim sewaan? Atau apa? Sungguh ini seperti masuk dalam dunia fiksi yang sering dia lihat.

Yulita masih merasa tidak percaya dengan ucapan Pak Ketua yang berada di depannya sekarang. Tuan Daniel Demitri, pemilik Perusahaan yang besar di Negara ini yang cabangnya ada di beberapa titik di dunia. Tidak ada yang tidak mengenal nama Daniel Demitri di Negara ini. Dan Yulita termasuk beruntung bisa bekerja di Perusahaan yang di pimpin olehnya. Meski hanya bagian karyawan biasa, tapi dia mendapatkan gaji yang lumayan dari dia bekerja di Negaranya sendiri.

"Maaf Pak, apa maksudnya?"

Baiklah, Yulita tidak bisa untuk tidak menanyakan tentang hal ini. Dia tidak bisa terus bergelut dengan pikirannya sendiri tentang ini.

"Kau menikah dengan Chris"

"Tapi Pak Ketua, Tuan Muda Chris sudah mempunyai istri"

Jika saja Chris belum menikah, mungkin Yulita akan mau-mau saja. Lagian siapa yang tidak mau menikah dengan pewaris utama Perusahaan besar di Negara maju ini. Tapi, kalau untuk jadi istri kedua, Yulita harus banyak berpikir. Apa dia akan bisa?

"Tidak masalah, istrinya sudah menyetujui itu. Kau hanya menjadi istri di balik layar, hanya untuk melahirkan keturunan untukku"

Yulita mengerjap kaget, bagaimana bisa istrinya menyetujui? Apa dia sudah putus asa karena terus di minta untuk mempunyai anak, sementara dia belum hamil juga sampai sekarang? Ya ampun, kasihan sekali, aku jadi ikut merasakan tekanan dia.

"Kau tidak masih bisa bekerja di Perusahaan, karena nanti Chris sendiri yang akan mengelola Perusahaan. Kau hanya akan berhenti saat kau sudah hamil, dan ketika sudah melahirkan, maka kau bisa kembali bekerja. Dan pastikan posisi kamu di Perusahaan, akan lebih baik"

Tangan Yulita saling meremas satu sama lain di atas pangkuannya. Bagaimana ini bisa terjadi, dia masih begitu terkejut. Menjadi wanita kedua? Apa itu keputusan yang benar?

"Ayahmu sedang bermasalah dengan Perusahaan tempat dia bekerja 'kan? Dan aku bisa menyelesaikan itu, dan dia tetap bisa bekerja disana"

Sial, Tuan Daniel memberikan sebuah penawaran yang sedikit memberikan ancaman juga. Ini benar-benar cukup mengejutkan, karena dia bahkan menyelidiki semuanya tentang Yulita. Tapi tidak heran, karena Tuan Daniel bisa melakukan apa saja dengan satu jentikan jari.

"Tapi, bagaimana jika saya tidak kunjung hamil?" Baiklah, mencoba untuk bernegoisasi, semoga Yulita bisa lepas dan tidak perlu menerima tawaran ini. Meski dia tidak yakin dengan itu. "Dan kenapa harus saya?"

"Tidak ada alasan, tapi jika kau tidak kunjung hamil dalam waktu 1 tahun, maka Chris akan kembali menceraikanmu"

Ya Tuhan, apa ini? Aku tahu jika aku gagal dalam mendapatkan pria yang aku cintai. Tapi, aku juga sudah melupakan itu. Apalagi aku sekarang berteman dengan istrinya. Tapi, apa kisahku harus berakhir menjadi wanita kedua Tuan Muda Chirs?

Tuan Daniel berdiri, merapikan jas yang dia gunakan. "Itu terserah pada keputusanmu. Karena Perusahaan tempat Ayahmu kerja, sudah berada di bawah kendaliku. Jadi, kau tahu apa akibatnya? Penggelapan uang yang Ayahmu lakukan, tidak sedikit, selain hukuman berat, dia juga harus ganti kerugian"

Tangan Yulita bergetar, pikirannya kacau. Dia tidak tahu apa mengambil keputusan ini adalah benar. "Pak Ketua, apa bisa saya mengajukan syarat jika saya menikah dengan Tuan Chris?"

Tuan Daniel langsung tersenyum penuh kemenangan, dia kembali duduk dan melihat Yulita dengan lekat. "Katakan!"

"Jika nanti saya berhasil memberikan keturunan untuk keluarga anda, tolong biarkan saya tetap menemui anak saya sesekali. Tidak papa jika dia tidak tahu saya adalah Ibunya, tapi tolong biarkan saya menemuinya sesekali dan melihat perkembangannya"

"Hanya melihat tanpa mengatakan kau Ibunya, baiklah. Aku menyetujui"

Yulita menghela nafas pelan, matanya memanas hanya karena dia membayangkan akan meninggalkan anaknya untuk keluarga ini tanpa bisa mengakui jika dia adalah Ibunya.

"Saya setuju untuk jadi wanita kedua"

Senyum menyeringai di wajah tegas itu membuat Yulita hanya diam menunduk, menatap tangannya sendiri yang saling meremas gemetar.

"Nanti malam, pernikahanmu akan dilakukan. Bersiaplah"

Yulita langsung mendongak dengan terkejut. Nanti malam? Bukankah terlalu cepat? Yulita pikir, dia akan bisa mempunyai waktu sekitar dua atau tiga hari paling sedikit. Tapi ini, tidak.

"Tapi Pak Ketua, bagaimana jika Tuan Chris tidak setuju itu saya?"

"Dia urusanku, yang terpenting aku hanya ingin keturunan untuk penerus keluarga ini!"

Yulita hanya bisa diam menatap punggung Tuan Daniel yang berjalan menjauh darinya.

"Aku tidak percaya, jika akhirnya aku memilih kehidupan yang seperti ini"

*

Yulita kembali ke Apartemennya, kepalanya terasa hampir meledak sekarang. Memikirkan jika nanti malam adalah pernikahannya. Sementara dia tidak mencintai pria itu, dan entah apa yang akan terjadi setelah pernikahan ini. Mungkinkah sikap suaminya akan baik padanya?

Saat Yulita baru saja akan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, suara bel terdengar. Yulita mend*sah kesal. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Ayah?"

"Kau sudah menyetujui permintaan Tuan Daniel 'kan?" ucap Ayah yang langsung menerobos masuk ke dalam Apartemennya ini.

Yulita menatap Ayahnya dengan mengerutkan kening. "Ayah sudah tahu?"

"Ya, Tuan Demitri sudah lebih dulu menemui Ayah. Dan kau menyetujuinya 'kan? Ayolah, menjadi menantu keluarga Demitri adalah hal yang diharapkan semua orang"

Yulita terdiam dengan tidak percaya atas ucapan Ayahnya barusan. Yulita tahu jika dia tidak pernah peduli padanya, tapi apa harus sejauh ini? Mengorbankan anaknya hanya demi uang?

"Yah, dia itu bukan orang biasa. Jika sedikit saja aku melakukan kesalahan, maka mereka bisa membuat hidup kita hancur"

"Ya, kau jangan sampai membuat kesalahan. Lagian, Ayah sudah meminta bayaran yang pas untuk itu. Kau akan melahirkan anaknya, dan pasti itu bukan hal yang mudah"

Yulita sampai ternganga mendengar ucapan Ayahnya. Ternyata memang dia sudah dijual oleh Ayahnya sendiri. Padahal awalnya Yulita menerima pernikahan ini, karena dia tidak mau sampai Ayahnya harus kesulitan lagi, meski memang itu juga karena kesalahannya yang menggelapkan uang Perusahaan. Tapi sekarang, Yulita bahkan tidak bisa berkata-kata, bagaimana bisa dia menjual anaknya sendiri.

"Ayah, aku anak Ayah. Kenapa Ayah tega melakukan itu?" teriak Yulita dengan air mata yang sudah mengalir.

Ayah berdiri, menghampiri anak perempuannya ini. Dia menepuk bahu Yulita. "Ini juga demi kebaikan kamu. Ketika kamu menjadi istrinya, kamu bisa meminta apa saja. Ayolah Yulita, berpikir dengan jernih, jika menjadi istri dari Crhistover Demitri adalah hal yang bagus"

Yulita tersenyum dengan menggelengkan kepalanya, air matanya mengalir. "Ternyata aku tidak seberharga itu untuk Ayah. Sebaiknya sekarang Ayah keluar dan pergi dari tempatku!"

"Baiklah, baiklah. Ayah akan datang di pernikahanmu nanti malam"

Yulita tidak menjawab apapun lagi, dia terduduk lemas di atas lantai. Tangannya menutup wajah yang menangis tersedu-sedu sekarang.

"Ya Tuhan, Ayah tega menjualku"

Yulita hanya menangis, meratapi nasibnya yang begitu pedih. Setelah hari ini, dunianya tidak akan lagi sama.

Bersambung

Tinggal Satu Rumah

Hanya sebuah pernikahan sederhana yang terjadi di halaman belakang Mansion keluarga Demitri ini. Hanya ada beberapa orang yang hadir, itu adalah orang-orang dekat saja. Dari pihak Yulita, hanya Ayah yang datang. Jangan tanyakan dimana Ibunya? Karena Yulita juga sudah lama tidak bertemu Ibu setelah orang tuanya berpisah.

Sebuah ikrar janji suci terucap lantang dari keduanya. Disaksikan istri pertama dari Chris. Bahkan, Yulita belum berbicara apapun dengan pria yang menjadi suaminya sekarang. Air mata Yulita menetes saat dia sadar, sekarang sudah masuk ke dalam perangkap keluarga kaya ini.

Ketika mereka berbalik dan saling berhadapan, Yulita baru melihat ekspresi jelas pria yang menjadi suaminya. Chris membuka kain tipis yang menutup wajah Yulita, tatapan tajam dari mata birunya membuat Yulita menciut.

Ketika tangan besarnya memegang bagian tengkuk lehernya, Yulita hanya bisa diam dengan tegang. Chris mendekatkan wajahnya pada Yulita, dan ini adalah adegan ciuman yang seharusnya menjadi adegan penuh kebahagiaan bagi pasangan pengantin baru. Tapi, tidak bagi Yulita. Dia malah merasa tegang dengan jantung yang berdegup kencang, tubuhnya membeku, kedua tangan mengepal erat di sisi tubuhnya.

Cup ... Apa ini? Ciuman itu tidak sampai ke bibirnya, Yulita langsung membuka mata dengan terkejut. Ternyata saat Chris memegang pipinya, dia gunakan Ibu jari untuk menjadi penghalang bertemunya bibir mereka.

Semua orang bertepuk tangan, kecuali seorang wanita cantik yang menatap tidak suka pada pasangan pengantin baru ini. Ya, dia adalah Corline, istri pertama dari Tuan Chris.

"Saya menyerahkan anak saya pada kalian, saya yakin dia akan menjadi menantu yang baik"

Yulita hanya diam saja melihat Ayahnya yang terlihat bahagia sekali dengan pernikahan ini. Karena dia yang sudah mendapatkan banyak uang dari keluarga kaya ini.

"Tuan Chris, saya permisi dulu. Tolong di bimbing anak saya biar bisa menjadi istri yang diharapkan"

Yulita menoleh pada pria tinggi yang berada disampingnya, sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun. Padahal setidaknya dia sedang berbicara dengan mertuanya, tapi dari sini Yulita bisa melihat jika sebenarnya Chris memang tidak akan pernah menganggapnya istri yang sesungguhnya.

"Dasar penjilat" Setelah Ayah pergi, Chris berkata dengan sinis, dia berbalik dan pergi meninggalkan Yulita yang masih kebingungan.

"Kau ikuti suami kamu, bukan hanya diam disini" ucap Tuan Daniel.

"Ah, baik"

Yulita berlari menyusul Chris yang sudah keluar dari Mansion ini. Langkah kaki Yulita terhenti saat melihat pemandangan di depannya sekarang, pria yang menjadi suaminya sedang berciuman dengan istri pertamanya.

Yulita tidak mencintainya, tapi dadanya sesak melihat adegan itu. Bukan karena cemburu, tapi karena dia merasa tidak dihargai sama sekali. Dunianya akan seperti apa setelah memasuki pernikahan ini?

Dia hanya wanita kedua yang tidak akan pernah mendapatkan posisi pertama dalam hal apapun.

"Chris sudah, lihat itu ada istri keduamu" ucap Corline yang mendorong tubuh suaminya. Menghentikan ciuman mereka. "Aku tidak mau membuatnya terluka juga"

Chris langsung menangkup wajah istri cantiknya. Mencium keningnya dengan lembut. "Kau tidak akan pernah bisa tergantikan, Honey. Aku hanya akan mencintaimu. Dan aku tidak peduli pada perasaan siapapun selain kau, dan aku melakukan pernikahan ini, hanya untuk menghentikan Papa yang terus meminta kau untuk segera hamil, jadi aku tidak mau kau terluka"

Corline mengelus lengan suaminya yang masih memegang wajahnya. "Terima kasih"

Dan semua adegan itu terlihat jelas oleh perempuan yang baru saja masuk dalam pernikahan diantara dua orang yang begitu besar saling mencintai. Dan saat itu, Corline melirik ke arahnya dengan senyuman penuh kemenangan.

Corline berjalan ke arahnya, menatap Yulita dengan senyuman sinis. Lalu menggandeng tangannya. "Ayo ikut dengan kami, kita akan tinggal satu rumah"

Satu rumah? Tidak! Ini tidak benar. Bagaimana bisa mereka tinggal satu rumah. Diantara istri pertama dan istri kedua tinggal satu rumah, adalah hal yang mustahil.

"Maaf Nona, tapi ak-aku bisa tinggal di Apartemen saja"

"Ah, tidak boleh dong Yulita. Kamu harus tinggal bersama kami"

Dan Yulita benar tidak bisa membantah lagi, dia melirik Chris yang hanya diam dengan wajah datar. Sama sekali tidak menunjukan keramahan pada Yulita.

"Tidak perlu membukakan pintu untuknya, Corline. Dia bukan Nona Muda di keluarga kita. Dia hanya wanita kedua!" tekan Chris saat dia melihat istri pertamanya membukakan pintu mobil untuk Yulita.

"Chris, tidak boleh seperti itu. Dia sekarang sudah menjadi bagian dari kita. Ayo masuk Yulita, jangan dengarkan ucapan Chris ya"

"Terima kasih Nona"

Corline menutup pintu mobil setelah Yulita duduk dengan nyaman, lalu dia menghampiri suaminya yang berdiri bersandar di pintu mobil. Chris masih terlihat dingin.

"Chris, tidak perlu marah. Aku hanya memperlakukan dia dengan baik, agar dia betah dengan kita. Jangan sampai nanti dia hamil anak kamu, dan dia malah kabur membawa anak itu"

Chris menghela nafas, dia mengecup kening istrinya dengan lembut. "Kau terlalu baik Sayang, dia hanya wanita kedua yang selamanya tidak akan pernah menggantikanmu sebagai yang pertama dalam segala hal dalam hidupku"

Corline hanya tersenyum saja, dia memeluk Chris dan menatap ke arah dalam mobil karena dia yakin Yulita pasti sedang melihat adegan ini. Corline tersenyum penuh kemenangan lagi sekarang.

Di dalam mobil, Yulita hanya bisa menghembuskan nafas berat. Melihat bagaimana Chris yang begitu mencintai Corline, sudah pasti dia tidak akan mudah menjalani kehidupan pernikahan dimana dia hanya menjadi wanita kedua.

Ketika pasangan suami istri itu masuk ke dalam mobil, Yulita langsung menegakkan tubuhnya. Hanya diam tanpa mengatakan apapun. Tiba-tiba saja tubuhnya berubah tegang saat mobil mulai melaju.

Ya Tuhan, bagaimana nanti? Kenapa aku harus tinggal bersama mereka? Kenapa aku tidak tinggal terpisah saja, aku hanya akan melayaninya sampai aku hamil. Setelah itu, tugasku hanya melahirkan anaknya dan pergi. Tidak perlu tinggal satu rumah seharusnya.

Ketika mobil sampai di pekarangan rumah mewah bergaya Eropa ini, jantung Yulita sudah berdebar kencang. Rasanya terlalu takut untuk dia melangkah keluar mobil dan masuk ke dalam rumah ini.

Corline kembali membukakan pintu mobil untuk Yulita, meski mendapatkan bantahan keras dari suaminya agar tidak melakukan hal itu. Dia menggandeng tangan Yulita dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"Disini ada satu kepala pelayan bernama Pak Gun, dan dua pelayan lainnya. Nanti aku kenalkan ya. Kamu bisa meminta bantuan mereka jika butuh sesuatu. Ada juga satu orang sopir"

Yulita hanya mengangguk saja, mereka sampai di depan sebuah kamar di lantai bawah. "Ini kamar kamu, dan sekarang kalian nikmati malam pertama kalian. Yuli, tolong berikan harapan untuk kami ya. Segeralah mengandung dan lahirkan anak untuk kami, aku janji akan merawatnya seperti anakku sendiri"

Seperti ada bongkahan besar yang menghimpit dadanya sekarang, terasa begitu sesak. Yulita tidak bisa membayangkan akan hari itu. Apa dia akan bisa baik-baik saja?

Yulita masuk ke dalam kamar, dan sebelum dia menutup pintu dia mendengar sedikit perdebatan diantara dua orang ini.

"Ayolah Chris, cepat lakukan dan setelah itu kamu bisa kembali padaku. Jangan merajuk seperti ini"

"Tapi Corline, aku tidak mau menyentuhnya"

"Demi anak kita, demi permintaan Papa dan Mama kamu"

Dan Yulita menutup pintu, tidak ingin mendengar perdebatan itu lagi yang hanya menyakitinya.

"Dia tidak ingin menyetuhku, seolah aku adalah perempuan yang membuatnya jijik. Ya Tuhan, apa harus seperti ini kehidupan yang aku lewati?"

Bersambung

Siap dengan kisahnya? Ayo bantu ramaikan.

Tidak Akan Jatuh Cinta

Entah apa yang terjadi lagi diluar sana, yang jelas Yulita langsung pergi ke kamar mandi untuk menenangkan dirinya sendiri. Berendam adalah hal yang cukup menenangkan.

"Seandainya dia tidak ingin pernikahan ini terjadi, kenapa juga harus setuju? Apa mungkin karena paksaan istrinya dan juga Pak Ketua?"

Kepalanya bersandar pada pinggir bak mandi, lalu dia memejamkan mata hanya untuk menenangkan pikirannya yang ribut sekarang ini.

Selesai mandi, Yulita segera mengambil pakaian yang di sediakan di dalam lemari di kamar ini. Yulita juga membawa beberapa pakaian miliknya, meski tidak semuanya, karena dia berpikir jika dia akan tinggal di Apartemen saja. Tapi ternyata, dia tidak bisa.

Saat Yulita keluar dari ruang ganti, dia terkejut melihat suaminya yang sudah duduk di atas tempat tidur. Yulita jadi ragu untuk menghampirinya, apalagi saat melihat wajahnya yang begitu dingin. Meliriknya dengan tajam, seolah Yulita adalah orang yang paling tidak ingin dia lihat.

"Kita lakukan dengan cepat, dan setelah itu aku harus kembali ke kamarku!"

Yulita tidak menjawab, dia hanya menunduk dengan perasaan sesak. Ucapan suaminya seolah memang dia adalah seorang wanita yang tidak berharga dan hanya dia nikahi untuk alat reproduksi saja.

"Kau masih ingin berdiri disana?!"

Suara tegas dan sedikit tinggi itu, membuatnya terkejut. Yulita terburu-buru menghampirinya. Berdiri gugup di pinggir tempat tidur, tangannya sudah dingin, bergetar tak karuan. Gemuruh di dadanya semakin kencang.

Ya Tuhan, benarkah aku harus memberikan kesucian ini pada pria yang tidak aku cinta. Tapi, dia adalah suamiku sekarang.

"Aku tidak akan memulainya, karena kau sudah di bayar mahal oleh Papa dan seharusnya kau yang memulai untuk memuaskan aku"

Ya Tuhan, kenapa ucapannya begitu menyakiti hati. Rasanya Yulita ingin pergi saja, menghilang dari dunia ini, jika takdir dan jalan hidupnya harus seperti ini. Ayahnya menjerumuskan dia dalam pernikahan ini, dan suaminya hanya menganggap dia tidak lebih dari seorang pemuas naf*su.

"Ma-maaf Tuan, aku tidak bisa. Ini adalah yang pertama untukku" lirih Yulita, dengan sekuat tenaga menahan air mata. Tangannya meremas gaun tidur yang dia kenakan.

Terdengar tawa mengerikan dari suaminya, membuat Yulita mendongak dan melihat Chris yang menatapnya begitu tajam dan merendahkan. Dengan satu gerakan, Chris berhasil menarik tangannya dan membuatnya terjatuh di atas tempat tidur dan Chris mengukungnya.

Sial, kenapa aku terpesona dengan mata birunya?

Yulita mengutuki dirinya sendiri dan pikirannya, saat matanya bersitatap dengan mata biru milik suaminya. Mata itu seolah membuatnya tenggelam dalam tatapannya. Membuat jantungnya berdebar kencang.

"Kenapa? Kau jatuh cinta padaku?" tanya Chris dengan membelai lembut pipi Yulita. Jangan lupakan senyuman merendahkan darinya. "Tapi sayangnya, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu. Kau hanya sebatas alat agar aku bisa mempunyai anak, dan istriku tidak terus mendapatkan tekanan dari orang tuaku untuk segera hamil. Aku tidak ingin dia terus bersedih"

Bolehkah aku berteriak marah sekarang? Dia memuji dan mengatakan sebesar apa cintanya pada Nona Corline, sementara dia sedang bersamaku, wanita yang nantinya akan mengandung dan melahirkan anaknya. Ya Tuhan, kenapa begini?

Tidak ada jenis permulaan apapun dalam permainannya, dia langsung pada intinya. Tidak ada ciuman seperti yang orang lain lakukan. Chris langsung membuka semua pakaian Yulita dan langsung pada intinya, membuat Yulita menjerit.

"Tuan, itu sakit!" teriak Yulita dengan meremas seprei kuat. "Aku sudah bilang, jika ini yang pertama untukku"

Chris terlihat cukup terkejut, saat melihat darah yang mengalir ke atas seprei. Dan baru sadar jika ini memang yang pertama untuknya. Sementara Chris tidak mempercayainya.

"Sial" gumamnya tanpa sadar, dia mengacak rambutnya sendiri. Menatap ke arah Yulita yang terlihat sangat kesakitan. "Baiklah, aku akan memulai dengan lebih lembut"

Dan akhirnya Chris mencoba dengan permulaan, seperti mencium leher Yulita dan memberikan sentuhan seringan bulu di atas tubuhnya. Namun, satu hal yang tidak dia lakukan, yaitu, menciumnya. Sebenarnya tidak masalah bagi Yulita, karena dia menganggap, jika ini bagus. Setidaknya jika nanti dia berpisah dari Chris, maka masih ada yang utuh dalam dirinya ini.

Dan perlakuan Chris benar-benar berubah lembut saat dia tahu ini adalah yang pertama bagi Yulita. Dan malam ini keduanya melakukan ini, meski tanpa adanya cinta. Ini hanya dilakukan karena sebuah ketentuan dan perjanjian sebagai timbal balik yang saling menguntungkan.

"Kau istirahatlah, aku kembali ke kamar istriku"

Yulita hanya diam, tubuhnya tengkurap lemas di atas tempat tidur dengan tertutup selimut hingga ke pinggang. Menatap suaminya yang sedang terburu-buru memakai kembali pakaiannya, lalu pergi meninggalkan dia yang sudah terkulai lemas. Perlahan air mata mengalir dari sudut matanya, mengenai banta.

"Aku tidak lebih dari seorang pela*cur. Hanya dia cumbu, lalu ditinggalkan begitu saja"

Yulita membenamkan wajahnya di bantal, meredam teriakannya. Menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya sampai bergetar.

*

Chris mengusap wajah kasar dan sedikit mengacak rambutnya sendiri saat dia menaiki tangga. Bayangan saat dia melakukannya dengan Yulita, masih terbayang sampai sekarang.

"Kenapa aku menikmatinya? Dan ya, aku menyukainya"

Bukan dalam arti dia menyukai Yulita, tapi dia menyukai hal yang baru saja terjadi dengan Yulita yang seharusnya dia lupakan sejak selesai melakukannya. Tapi, ini malah terus terbayang-bayang.

Masuk ke dalam kamar, Chris melihat istrinya sedang menerapkan beberapa krim perawatan wajah di depan meja rias. Chris menghela nafas pelan, dia berjalan mendekat dan langsung memeluknya dari belakang. Mencium pipi Corline dengan lembut.

"Em, wangi sekali"

"Chris, kenapa sudah kembali? Apa sudah selesai?"

"Sudah Honey, dan aku tidak mungkin tidur dengannya. Aku hanya akan memelukmu saat tidur. Bukan dia!"

Corlina berbalik jadi menghadap Chris, tersenyum pada suaminya itu. Mengusap wajahnya dengan tangan lentiknya. "Terima kasih karena selalu menghargai aku. Aku mencintaimu, Chris"

Chris mengecup kening istrinya dengan lembut. "Aku lebih mencintaimu"

"Kamu tidak akan berpaling padanya 'kan? Aku takut kau akan berpaling dan berpindah ke lain hati"

"Kau bicara apa Corline? Sampai kapanpun aku tidak akan pernah tertarik pada wanita bayaran itu. Dia hanya dibayar untuk mengandung dan melahirkan anakku, tidak lebih" tegas Chirs.

Corline tersenyum, dia berdiri dan merangkul leher suaminya. Tersenyum begitu manis. "Karena selamanya Chris hanya akan menjadi milikku"

"Tentu Honey, sekarang ayo kita tidur"

"Baiklah"

Mereka berjalan ke arah tempat tidur, dan malam ini tidak ada yang berubah selain Chris yang harus melakukan malam pertama dengan wanita keduanya, tapi dia tetap tidur berpelukan dengan Corline.

Sementara di kamar lain, Yulita berjalan tertatih ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Stamina keturunan Eropa memang jangan diragukan lagi. Bahkan Yulita sampai susah berjalan sekarang.

Air mata tidak berhenti mengalir, saat dia berendam di dalam bak mandi. Yulita melihat beberapa bekas kemerahan di dada dan lehernya. Dia memukul bekas ciuman itu. Memukul dadanya sendiri seolah dia jijik pada dirinya sendiri.

"Kenapa aku, Tuhan? Kenapa?"

Pertanyaan yang tidak mendapatkan jawaban apapun.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!