"Demi apapun, itu Kakak kelas gantengnya tiada tara. Bener-bener bikin gue klepek klepek deh. Oh My God!!!" Seru Gita semangat
"Siapa Git? Kak Rama? Lo suka sama dia? Udah deh, jangan suka sama dia. Banyak saingannya!" Sanggah Vina, teman Gita
Rama Hanggara, itulah namanya. seorang siswa kelas 3 di SMA Harapan. Siswa teladan dan favorit dikalangan wanita di sekolahnya. Sifatnya yang ramah membuat orang sangat menyukainya, termasuk Anggita Nindya, siswi yang baru masuk di SMA Harapan. Awalnya, Gita melihat Rama melewatinya kelasnya. Seperti ada tarikan magnet antara Gita dan Rama, saat itu pula Gita merasakan jantungnya berdebar melihat Rama, dan Rama pun tersenyum kepadanya. Sungguh, rasanya hati Gita ingin meledak ketika Rama memberikan senyum kepadanya.
Hari-hari disekolah Gita lewati dengan bahagia, seolah mendapat semangat baru. Ya, Rama adalah semangatnya. Melihat Rama, membuat Gita tersenyum bahagia. Parahnya lagi, setiap pulang sekolah Gita selalu membuntuti Rama dan teman-temannya sampai parkiran. Gita yang naik motor ketika berangkat sekolah, selalu sengaja membuntuti Rama, entah Rama sadar atau tidak, tapi sampai saat ini aksi Gita yang membuntutinya tak pernah ketahuan.
"Git, lo mau ngikutin kak Rama lagi? Buang-buang waktu aja lo. kalo mau deket ya kenalan lah, bukan buntutin terus kek gitu, kesannya lo tuh kayak intel tau gak!" ujar Vina
"Gue gak mau nyapa dia duluan, gue takut sakit hati, Vin. Lebih baik gue mandangin dia dari jauh, itu udah bikin hati gue Bahagia. Adem rasanya, liat wajah tampannya Kak Rama."
"Serah lo deh, suka-suka hati lo. Gue ngikutin aja!"
"Yasudah ayo, kita pulang!"
Gita dan Vina pulang bersama, karena jarak rumah mereka memang dekat. Sebelum pulang kerumahnya, seperti biasanya Gita selalu mengikuti kemana Rama pergi. Misalnya, ketika Rama pergi ke perpustakaan, ke cafe, ataupun ke mall Gita selalu mengikutinya dari belakang. Entah apa yang membuat dia bahagia, hanya melihat dan mengikutinya saja sudah membuat wajahnya cerah berseri-seri.
Ketika Gita dan Vina mengikuti Rama and the genk ke food court, tak disadari ternyata teman Rama melihat aksi Gita yang terus memperhatikan ke arah mereka.
"Emang kita ini pada ganteng kali ya? sampai-sampai itu cewek berdua liatin kita mulu. apa gue deketin aja kali ya? Noh, cewek yg rambutnya panjang, manis juga." ucap Dimas
"Itu sih lo aja yang gatel, Dim!" sanggah Andi
"Jangan gede rasa lu Dim, mungkin aja itu cewek kebetulan lagi liat kearah kita." Jawab Rama
Disisi lain....
"*Vinaaaaaaaaa, itu kak Rama gak salah kan ngeliatin gue? ngeliat kearah gua Vin! Ya ampun, cool banget sih dia!!!" bisik Gita
"Ini kesempatan, Git! Coba lu deketin Kak Rama, dia kayak udah ngasih sinyal tuh. Hihi" jawab Vina
Dimas berjalan menghampiri meja Gita dan Vina.
"Loh, kok? kenapa tuh orang jalan kearah kita? kok bukannya kak Rama sih? Git, kok bisa jadi salah sasaran?" tanya Vina
"Hai, cewek. boleh aku duduk disini? boleh dong ya!" Tanpa basa basi, Dimas langsung duduk di kursi sebelah Gita.
" Eh, iya kak! Boleh." Jawab Gita gugup.
"kalian adik kelas ternyata. Namanya siapa? boleh dong ya kenalan." Genit Dimas.
"Nama saya Gita, Kak" jawab Gita
"Saya, Vina. Salam kenal kak." ucap Vina
"Kenalin, aku Dimas, panggil aja Dim! Tapi, jangan panggil Mas, aku bukan Mas-mas. heheeee" canda Dimas
Akhirnya setelah perkenalan Dimas itu, Gita dan Rama jadi akrab. Meskipun hanya sebatas pertemanan saja. Gita tak berani menunjukan rasa sukanya pada Rama, ia takut Rama menjauh. Sampai pada akhirnya pertemanan itu harus terpisah ketika Rama telah lulus dari SMA Harapan.
-7 TAHUN KEMUDIAN-
Tak terasa, kini Gita telah menyelesaikan pendidikan S1 nya di Universitas terbaik di Bandung. Ia pun bersemangat membuat lamaran pekerjaan yang akan ia masukan ke berbagai perusahaan perusahaan ternama di Bandung.
Kembali lagi dengan kisah antara Gita dan Rama, meskipun mereka dekat karena telah saling kenal, tetapi itu hanya sebatas teman saja, sebatas adik kelas dan kakak kelas saja. Gita menyembunyikan perasaannya sejak awal, karena ia takut kalau Rama tahu Gita menyukainya, mungkin Gita tak bisa dekat lagi dengannya.
Gita takut perasaannya tak terbalaskan oleh Rama. Sampai Rama lulus pun, ia hanya berteman, tak lebih dari itu. Setelah Rama lulus dari SMA Harapan, dia menghilang begitu saja. Tak ada kabar darinya, Gita mencari-cari nama Rama di Universitas didaerahnya tetapi tidak ada nama Rama. Dulu, ia sangat malu meminta kontak Rama, karena baginya itu sangat lancang. Sayangnya, Rama tak meminta kontak Gita, kalau Rama meminta mungkin Gita akan dengan senang hati memberikannya.
Sudah 5 tahun lamanya, Gita tak membuka hati untuk orang lain. Rasanya, Rama telah memenuhi seluruh hatinya meskipun sampai saat ini tak pernah ada kabar terdengar mengenai Rama. Entah kenapa, Gita tidak ingin pacaran walaupun hanya sekedar iseng saja, dia masih ragu untuk memulai dan sibuk dengan aktivitas kuliahnya. Dengan Rama pun mungkin ia sudah sedikit melupakannya.
"Halo, selamat siang. Apa benar ini dengan saudari Anggita Nindya?" sapa suara di gawai Gita.
"Iya, benar. Ini siapa ya?" jawab Gita
"Saya Rudi, team HRD dari PT Angkasa Putra. ingin memberitahukan bahwa besok pukul 8 anda diharapkan datang ke perusahaan kami untuk melakukan interview. Silahkan bawa berkas-berkas asli dengan lengkap." Jawabnya.
"Wah, benar begitu pak? Alhamdulillah.. Baik, baik Pak. Besok saya akan datang. Terimakasih ya" ujar Gita
"Sama-sama. Jangan sampai terlambat."
Senangnyaaaaaaa.. Akhirnyaaaaaa.. Penantian ku tak sia-sia. Akhirnya aku bisa bekerja di perusahaan ternama itu. Perusahaan properti yang bergerak dalam bidang gedung pusat perbelanjaan. Tentu saja, sebagai pengembang properti terkemuka, PT Angkasa Putra menghasilkan laba yang fantastis. Kalau aku bisa bekerja di perusahaan ini, aku akan mendapatkan gaji yang lumayan. Gumam Gita
_____
"Selamat pagi, Pak. Saya karyawan baru yang akan Interview hari ini." Ucap Gita pada Satpam didepan pintu masuk.
"Oh iya, silahkan masuk mbak. ruangannya di lantai dua. di ruang A2."
"Terimakasih Pak." segera bergegas menuju lantai dua.
Sesi wawancara interview dijawab dengan mantap oleh Gita. Dengan kemampuan dan kredibilitasnya, ia yakin ia dapat diterima di perusahaan ini.
Suasana siang itu sangat gerah sekali, Gita menelepon Vina sahabat karibnya untuk membeli minuman di cafe tempat Vina bekerja.
"Gimana Interview lo, Git?"
"Semoga aja gak ngecewain deh, tapi gue yakin bakal diterima, katanya di sana lagi ngebutuhin staff accounting kan, sesuai sama jurusan gue. " jawab Gita penuh percaya diri.
Ternyata benar saja apa yang Gita pikirkan, dia menerima pesan masuk dari perusahaan dan diterima di perusahaan tersebut. Besok Gita akan mulai bekerja di hari pertama.
-Suasana pagi itu di kantor PT Angkasa Putra-
"Semuanya, hari ini kita meeting sama Direktur keuangan. semuanya harus bersiap. Tunjukan performa terbaik kalian." Ujar manager accounting yang bernama Bu Dian. Serentak pegawai langsung berjalan dengan tertib menuju ruang meeting karena meeting kali ini sangat spesial yaitu meeting dengan direktur keuangan yang notabene cucu dari pendiri PT Angkasa Putra.
Dan, ketika itu........
OH MY GOD. MIMPI APA GUE SEMALAM. DIRUT KEUANGAN ITU ADALAH KAK RAMA.......
KAK RAMA???????
Apakah ini takdirMu? Mempertemukan lagi aku dengannya.. Sungguh, sungguh aku rindu raut wajah manis dan senyum itu. Lihatlah aku, Kak! Ini aku, Gita. Adik kelas mu yang menaruh hati padamu. Sampai detik inipun hatiku masih untukmu, meskipun kau tak pernah tahu. Sungguh aku bahagia hari ini bisa melihatmu, melihat kau ada di hadapanku.
Bersambung..
KAK RAMA.. BENAR KAN INI KAK RAMA?
AKU TIDAK MIMPI KAN????
Gita terkejut melihat Rama berjalan menuju kursi diruang meeting tersebut. Mengedipkan matanya berkali-kali, takut kalau dia salah mengira, tetapi ternyata benar itu adalah kak Rama yang sangat ia rindukan. Rama sangat tegas, sorot matanya sangat tajam, sungguh menakutkan. Berbeda dengan Rama yang dulu ia kenal, ramah dan mudah tersenyum. Tak sedikitpun Rama menoleh kearah Gita, padahal pandangan Gita tak luput dari Rama.
Mungkinkah waktu dan keadaan telah merubah segalanya? Kak Rama, kau kan orang yang sangat aku rindukan? Lihat aku, tatap aku. Aku, adik kelas mu yang sangat amat merindukanmu. Apa kabarmu kak?
"Baiklah, untuk hari ini saya kira cukup. terimakasih atas kerja sama kalian. bekerja lah lebih giat lagi, jangan sampai ada kesalahan sedikitpun. Mengerti?" tegas Rama
"Mengerti, pak" Jawab semua Staff serentak
Rama meninggalkan ruang meeting tersebut dengan gagahnya. Wajah tampannya tak berubah sedikitpun, hanya senyum diwajahnya yang redup. Tak terlihat sedikitpun Rama menyunggingkan senyumnya kepada pegawai. Wibawanya sebagai Direktur utama membuatnya ditakuti oleh bawahannya.
Diruang Staff Accounting, Gita berkenalan dengan seniornya. Dan mendapat teman baru, Rani namanya.
"Mbak Rani, tau ga siapa nama Direktur tadi?" tanya Gita
"Sutttt, pelan-pelan kalau ngomongin Direktur. Kalo ketahuan, bisa dipecat kamu." ujar Rani
"Loh, emang kenapa mbak? Apa Direktur semenakutkan itu?" Gita heran
"Dia itu orang yang paling tidak suka banyak bicara, tegas dan galak. Jadi, jangan main-main sama dia. Namanya Pak Rama. selalu tundukkan badanmu kalau dia lewat, dia selalu ingin dihargai oleh bawahannya!" jelas Rani
"Tuh, kan. Bener! Itu Kak Rama, kakak kelasku dulu mbak! Tapi aku heran, dulu dia sangat manis sekali. Kenapa sekarang sifatnya sangat berubah?" Gita berkaca-kaca
"Serius kamu?" tanya Rani
"Serius mbak. Tapi sekarang aku heran sama sikapnya, kok bisa berubah seperti itu?"
"Asal kamu tahu, perusahaan ini tuh milik keluarganya, mungkin juga karena jabatan tinggi, dia jadi tidak mau disepelekan oleh bawahannya. wajarlah jika dia bersikap seperti itu" Jelas Rani.
Tapi aku merasa dia bukanlah Kak Rama. Dia orang lain yang memakai wajah Kak Rama. Jujur, aku ingin menyapanya. aku ingin berbincang dengannya setelah sekian lama kita tak bertemu. Tapi, apakah itu bisa terjadi? Setelah melihat sikap Kak Rama yang dingin itu? Apakah ia masih mengenalku? Oh Tuhan, ingin sekali aku menyapa kak Rama, tetapi karyawan biasa sepertiku apakah mungkin bisa bertemu dengannya? Kalau bukan meeting seperti tadi, aku pasti sulit bertemu dengannya.
***
Di rumah Gita, sepulang kerja ia melepaskan penat dengan minum teh hangat dan roti. Ia memikirkan bagaimana caranya agar Rama bisa melihatnya dan mengenalnya. Baginya, sangat sulit berbincang dengannya di kantor, tidak mungkin ia bertindak kurang sopan menyapa kepada atasannya meskipun ia telah mengenal Rama dari dulu.
Tapi, apakah kak Rama masih mengenalku? Dulu, yang akrab denganku dan Vina hanyalah kak Dimas. Kak Rama seperti biasa saja melihatku meskipun kita sering bertemu. Ya Allah, kenapa aku harus dipertemukan lagi dengannya? Bahkan hatiku pun tak mau mengingat rasa itu. Tapi, kenapa dia ada di kehidupanku lagi? Oh tidak.. tidak.. Aku yang memasuki dunianya, aku yang bekerja di perusahaan keluarganya. Hatiku, maafkan aku tak bisa mengontrol perasaan ini.
-Kantor PT Angkasa Putra-
"Udah waktunya jam makan siang. Ayok kita ke kantin!" Ajak Rani
"Yukk..Yuk.." Sahut Ajeng dan Intan
"Ayokk mba!" jawab Gita sambil mengikuti seniornya.
Suasana di kantin sangat ramai. hilir mudik karyawan yang akan makan siang. termasuk mereka berempat yang sedang menuju tempat duduk.
"Duduk sini aja, gak sempit." Ajak Intan
Mereka pun menyantap hidangan makan siang yang disediakan oleh kantin perusahaan. Tanpa disadari oleh Gita, ternyata ada seorang laki-laki yang memperhatikan gerak-geriknya. Lalu, dengan penasaran lelaki itu mendekati Gita dan temannya yang sedang makan siang.
"Gita ya? Nah, bener kan kamu Gita???" Tanya lelaki itu penasaran.
"Iya, siapa ya? Ehh, bentar bentar. Kak Dimas kan? Kak Dimas ini? Bener kan???" Tanya Gita
"Gita, kamu masih ingat gue ternyata. Iya, ini gue Dimas kakak kelas lu. kok kamu bisa ada disini sih Git?" jawab Dimas
"Aku karyawan baru kak disini. Kak Dimas kerja disini juga?"
"Iya, baru sekitar 2tahun yang lalu, pas gue baru lulus." jawab Dimas
"Eh Gita, baru beberapa hari aja udah punya kenalan cogan di kantor, kenalin dong sama gue hihiii" Intan bersorak semangat
"Eh, iya. Mbak Intan, kenalin ini namanya Kak Dimas, Kak Dimas ini namanya kak Intan, semuanya kenalin ini kakak kelasku dulu." jawab Gita
"Halo semuanya, panggil aja gue Dim ya. seneng bertemu kalian." sapa Dimas
"Kenalin, gue Rani. kenalin saya Ajeng" Jawab mereka berdua
"Seneng ketemu kalian disini. Oh, iya Git.. gue minta no hp lu dong? biar bisa kontekan nanti. udah lama kita lost contact kan ya.."
"Oh iya kak, boleh.."
"Thanks ya Git. Ntar gue telepon lo. Ya sudah, gue pergi dulu ya.. Bye"
Mimpi apalagi aku semalem? kemaren ketemu kak Rama, sekarang ketemu kak Dimas. Kenapa baru sekarang mereka muncul lagi? Senangnyaaaa hatiku. Aku bisa nanya-nanya soal Kak Rama ke Kak Dimas dong kalo gitu. Aduuuuuh.. kenapa aku bego ya tadi gak minya No hp kak Dimas. Ah, semoga saja dia cepat-cepat menghubungiku.
Keesokan harinya.
"Git, Bu Dian gak masuk hari ini. lo tolong gantiin dia ya. gue lagi banyak kerjaan nih. lo tinggal cek itu laporan keuangan dan pastiin semua data ga ada kesalahan sedikitpun. terus ntar lo serahin ke Pak Rama, dia yang akan cek laporan keuangannya. Itung-itung lo bisa ketemu dia kan Git?" Goda mbak Rani ketika ada kesempatan.
"Hah? aku mbak? aku takut nih. Gimana kalo aku salah? terus entar Kak Rama, Ehh.. Pak Rama marah sama aku? aku belum siap dimarahin mbak, meskipun dalam hati aku pengen banget ngobrol sama dia." tegas Gita
"Tenang aja, gak akan salah kok. Ntar gue bantu cek. Yang penting ntar lo keruangan nya, kalo ada salah dikit juga dia pasti maklum kok, lo kan anak baru! Bilang aja anak baru hihiii"
Akhirnya Gita pun melangkahkan kakinya dengan gugup menuju ruangan Rama. dengan hati yang berdebar tak karuan ia memberanikan diri menemuinya. Ketika sampai di ruangan Rama sang Direktur, Gita melihat sekretaris cantik nan sexy berada disebelah pintu Direktur.
"Selamat pagi Bu. Saya, Gita. dari staff accounting, saya ingin memberikan laporan keuangan bulan ini. saya yang menggantikan Bu Dian, karena ia tidak masuk hari ini." Ucap Gita sopan
"Oh, kamu anak baru? Pantas saya baru lihat. sebentar saya tanyakan dulu pada Pak Direktur." sambil menuju ruangan
"Iya bu, saya anak baru. Iya, silahkan." Jawab Gita ramah.
"Kamu boleh masuk." Seru sekretaris cantik itu.
"tokk..tokk..tokk.. permisi" Dengan Gugup Gita membuka pintu ruangan Direktur Rama.
"Masuk!"
"Selamat pagi pak, saya karyawan baru dari staff accounting ingin menyerahkan rekapan laporan keuangan bulan ini. Saya menggantikan Bu Dian yang kebetulan hari ini tidak masuk." Ucap Gita sambil menyerahkan berkas laporan.
Dengan tatapan yang sinis sembari melihat laporan, Rama menjawab :
"Siapa namamu? Kamu bisa kerja atau tidak? Kenapa membuat rekapan laporan seperti ini saja masih ada yang salah? baru berapa hari kamu kerja disini?" Jawab Rama dengan bertubi pertanyaan
"Ma..maaf Pak. Saya kira semuanya sudah benar. Saya Gita, baru 5 hari bekerja disini. maafkan saya kalau laporannya masih ada kekeliruan. " Ucap Gita sembari menunduk.
"Karyawan Bodoh!!! Seharusnya kau tunjukan kemampuanmu. Kau masih baru tapi sudah berani melakukan kesalahan. Apa kau memang ingin dipecat dari perusahaan ini? Saya tidak membutuhkan karyawan tak berguna sepertimu!!" Sambil menggebrak meja.
"Ma, maaf Pak! maafkan saya. Saya akan memperbaikinya. Tolong jangan pecat saya." mohon Gita pada Direktur Rama
"Sekali lagi kau melakukan kesalahan, tak ada ampun untukmu. Keluar dari ruangan ku sekarang juga. Brakkkkkkkkm" Rama menggebrak meja untuk yang kedua kalinya.
Gita keluar dari ruangan sambil berkaca-kaca. Menahan air mata yang ingin keluar dengan derasnya. Orang yang dia kagumi sejak dulu ternyata sekarang telah berubah. Dia tak menyangka Rama bisa membentaknya dengan begitu tega tanpa perasaan. Apakah Rama sudah tidak ingat padanya? apakah Rama memang membencinya? Kenapa dia harus kasar padanya?
"Mbak, jujur sama aku. kenapa mbak gak mau menghadap Pak Rama? kenapa aku yang harus kena dimarahin sama pak Rama mbak? aku salah apa? huaaaaa" ujar Gita sambil menangis keras
"Maafin gue, Git. Mbak kira kalau kamu yang menghadap Pak Rama, dia tidak akan semarah itu. Karena mbak kira kan dia kenal sama kamu. Mbak gak tau kenapa itu laporan keuangan bisa ada selisih sebesar itu. Jadi, mbak pakai kamu biar dia gak akan marah. Karena kan Bu Dian yang tau semua ini. Ga nyangka kok dia bisa semarah itu sama kamu. Maafin mbak ya Git" Sambil menepuk-nepuk pundak Gita.
Tak ku sangka, kau berubah amat drastis, kak. Kau yang dulu tidak kasar seperti ini. Dulu, kau begitu lembut dan penuh senyuman. Kenapa sekarang kau begitu kejam? Sungguh, aku sakit. Hatiku sangat sakit. Aku tak sangka waktu telah merubah semua.
HARUSKAH KU BUANG PERASAAN INI? HARUSKAH AKU BERHENTI BERHARAP DENGAN SEMUA INI?
Bersambung..
Jangan lupa like nya ya.. ❤
Memikirkan Rama saat ini adalah hal yang menyulitkan bagi Gita. Entah mengapa Rama bisa tak mengenalinya, apalagi sampai berani membentak karyawan baru seperti Gita. Perasaan sedih kian memuncak, teringat kata-kata kasar Rama yang dilontarkannya pada Gita. Pupus sudah semangatnya bekerja di perusahaan itu.
...🎵 don't stay awake for too long...
...don't go to bed...
...i'll make a cup of coffee for your head...
...i'll get you up and going out of bed 🎵...
Dering handphone Gita berbunyi dengan nada lagu death bed nya Powfu Ft Beabadoobee. Nomor siapa ini, nggak ada namanya, pikir Gita. Ia segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo, ini siapa ya?" Tanya Gita.
"Git, ini gue! Dimas." suara diseberang sana.
"Eh, kak Dimas. Ini no kak Dim? Aku save ya nomornya."
"Harus dong, Git. Oh ya, besok kita makan siang bareng yuk di kantin?" ajak Dimas
"Boleh, kak. Ntar kita janjian di kantin aja. Sekalian ada yang mau aku tanyain ke Kak Dim." Pinta Gita.
"Oke, peri cantik." Puji Dimas.
Gombalan Dimas sejak dulu sering Gita dengar, Gita sudah terbiasa untuk hal itu. Tak sedikitpun hatinya berdebar karena gombalan Dimas. Dibandingkan dengan gombalan Dimas, hati Gita lebih meleleh hanya dengan melihat senyuman Rama. Sebegitu spesialnya kah Rama di hati Gita?
***
"Git, lo gak apa-apa kan?" tanya Mbak Rani.
"Gak apa-apa mbak, emang kenapa?" tanya Gita lagi.
"Lo ga bakal mengundurkan diri kan dari perusahaan ini? Lo ga marah kan sama gua?" Cecar Rani.
"Nggak lah mbak, ngapain juga. Gak apa-apa kok, kejadian kemarin aku jadikan motivasi aja agar aku lebih baik lagi, lebih bisa bekerja dengan teliti. Karena, memang laporan yang kemarin aku kasih ke Pak Rama itu ada selisihnya. Setelah aku telaah perkataan Pak Rama emang bener kok. Justru dia baik banget perhatian sama aku, mbak!" ujar gita sambil senyam-senyum.
"Kayaknya lu suka deh sama Pak Rama? Dimarahin abis-abisan masih bisa belain dia? Gile bener dah.." Sindir Mbak Rani.
"Apaan sih mbak, nggak gitu juga kali." bela Gita.
Mereka tertawa bersama. Rani orang yang baik dan perhatian, Gita tak salah memilih Rani sebagai rekan kerjanya. Tak lama, handphone Gita berbunyi, sebuah pesan masuk dengan nama kontak Dimas memenuhi layar handphone Gita. Ia pun segera membukanya.
"Git, gua tunggu lu di kantin ya sekarang." Pesan Dimas.
Oh, iya. Aku lupa punya janji makan siang bareng sama Kak Dimas. Aku harus cepet -cepet nemuin dia. Kasian kalo dia nunggu lama. Batin Gita.
Gita segera menuju kantin, ia tak mau Dimas menunggunya terlalu lama. Sesampainya di kantin, Gita mencari-cari keberadaan Dimas.
"Git, Disini..!" Ujar Dimas sambil melambaikan tangannya.
"Udah lama nunggu kak? Maaf ya lama. aku tadi ngobrol dulu sama temen yang lain."
"Gak kok, santai aja lagi. Kayak ke siapa aja lu sungkan-sungkan begitu. Ayo makan dulu nih!" sanggah Dimas
Mereka makan bersama sambil berbincang bagaimana perjalanan mereka setelah lulus dari SMA, sesekali mereka tertawa ringan akan suatu hal. Sepertinya kerinduan akan kebersamaan mereka dahulu timbul disini, rindu itu memang hadir, disaat yang tepat.
"Oh iya, Kak Dim.. Kak Dim tahu kan kalau Kak Rama Direktur disini?" tanya Gita penasaran
"Ya jelas tau lah, dulu gua masuk kesini karena bantuan dia juga kan! Kok lu tau Rama direktur disini? Lo pernah ketemu dia?" Tanya Dimas lagi
Gita menceritakan awal mulanya ia bertemu Rama di perusahaan ini. sampai ia dimarahi habis-habisan oleh Rama, entah mengapa Gita berani mengatakan itu pada Dimas, padahal jelas-jelas Dimas adalah sahabat baik Rama.
"Apa dia gak ngenalin wajah aku ya kak? Kenapa juga dia sekarang jadi galak kayak gitu sih?" Tanya Gita penasaran.
"Ah masa sih Git? Mungkin karena lo karyawan baru aja kali, jadi dia kasih gertakan kecil biar lu hormat dan tunduk sama dia" Jelas Dimas
"Tapi dulu dia baik banget kak, beda banget sama sekarang."
"Kayaknya gue tau deh alasannya apa!"
"Apaan kak? Aku pengen tahu."
"Rama udah punya tunangan. Dan kayaknya Rama jatuh cinta banget sama tunangannya itu. Tunangan Rama itu bukan cewek baik-baik, dia banyak skandalnya. Kayaknya nih ya, dia gak sadar kalo itu elu Gita, Rama gak sadar kalo kemarin dia itu marahin lu Git. Kayaknya dia lagi emosi berat terus elu yang kena pelampiasannya. Karena setahu gua, Rama sama Siska itu sering banget berantem karena hal-hal sepele" jelas Dimas
Duarrrrrrrrrr..... Bagaikan disambar petir. Hati Gita yang semula merah merona kini jadi gosong bak roti panggang yang lupa tak diangkat. Apa? Kak Rama udah punya tunangan? 7 tahun bukan waktu yang sebentar. 7 tahun waktu yang lama, pasti sudah merubah sifat Rama, dan ternyata dia sudah bertunangan. Mimpi buruk macam apa ini?
Tak lama selang mereka berbincang, datanglah seseorang yang mengagetkan lamunan Gita. Lelaki yang tampan, dan penuh kharisma.
"Dim, siapa nih?" ucap seorang lelaki yang mendekati mereka.
Ternyata itu adalah Rama, sang Direktur perusahaan besar ini. Seketika Rama pun kaget karena wanita yang ia lihat adalah orang yang ia marahi tempo hari.
"Loh.. bukannya lo yang kemarin salah rekap laporan kan?" Tanya Rama lagi.
"Eh, Pak direktur. Sini, kita duduk bareng. Ngobrol bareng. Gue kenalin nih sama cewe gue!" cengir Dimas
"Eh, maksudnya apa kak?" Gita heran
"Ram, emang lo gak kenal siapa cewek ini? Coba deh lu perhatiin dia, masa lu lupa sama cewe secantik dia? Mana sampe lu marah-marahin lagi kemaren. Parah bener dah lu!" Sergah Dimas
"Ya wajar gue marahin masih karyawan baru udah salah, gimana kedepannya? Emang lo siapa? Emang Gue kenal sama lo?" ujar Rama
*Astaga, sakit hatiku. Ke*napa kak Rama dengan polosnya tidak mengenalku? Aku bahagia karena bisa bertatap muka langsung dengannya. Tetapi, kenapa hatiku sakit ketika mendengar ia tak mengenalku? Ternyata aku memang tak ada arti apa-apa untuk Kak Rama. Aku harus sadar, aku harus membuang jauh rasaku untuknya. Karena percuma aku pertahankan tapi ternyata dia tak sedikitpun mengingatku.
"Ya sudah, lo kenalan dulu sini. Namanya Gita, dia adik kelas kita dulu. Masa lo lupa sih? Dan Gita ini pacar gue. Jadi, lo jangan galak-galak ya sama dia. Meskipun lo pimpinan tapi gue minta jangan galak sama cewe gue. Oke bro?" Ucap Dimas polos.
"Kak, Dim. Kok?" Gita tak setuju.
Dimas mengarahkan ibu jarinya menutup mulut Gita. Gita pun terhenyak.
"Gita? Oh adik kelas yang dulu suka ngintilin lo ya? Hebat juga bisa masuk kesini. Oke bro, sorry gue gak tau kalo dia cewek lu. Kemaren gue lagi berantakan banget. Pusing gue mikirin Siska bikin naik darah terus. Makanya gue melampiaskan kekesalan gue kemaren ke cewek lo. Sorry ya!" Sambil berjabat tangan dengan Gita.
" Eh, Iya Pak. Maafkan saya juga"
Setelah perbincangan itu selesai, Gita tak terima dengan ucapan Dimas yang mengatakan bahwa ia adalah pacarnya. Tetapi, Dimas berdalih bahwa hal itu ia lakukan agar Rama tak bersikap kasar padanya. Karena Rama yang dulu dan sekarang berbeda. Sekarang Sifat Rama sangat dingin dan kejam. Untuk melindungi Gita, jadi ia berbohong mengatakan Gita pacarnya.
Gita sungguh tak menyangka pertemuannya dengan Rama akan serumit ini. Niat hati ingin membuang perasaannya jauh jauh, tetapi malah didekatkan lagi dengan Rama. Kenapa pula ia harus bertemu dengan Dimas, yang membuat keadaan menjadi semakin ruwet. Dia tak mengira kalau Dimas akan bertindak sejauh ini. Semuanya sungguh diluar dugaan Gita. Entah bagaimana dia bisa menerima kalau Dimas menjadikannya pacar bohongan.
Sore hari sepulang kerja di PT Angkasa Putra, Gita sedang menunggu angkot untuk pulang. Karena ia pulang terlalu sore, angkot yang lewat sudah jarang, bahkan sudah tak terlihat lewat. Gita bingung, harus bagaimana dia?
Apa aku naik Go Car saja ya? Oh tidak. Uangku tak cukup pastinya, apalagi ini tanggung bulan, dan aku pun belum mendapat gaji. Aku harus berhemat. Yasudah lah, tunggu saja. semoga saja ada angkutan umum lewat. Gumam Gita.
Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah lewat dihadapan Gita. Tak disangka, mobil itu berhenti tepat ditempat Gita berdiri.
"Lo ceweknya si Dimas kan? Kenapa gak pulang bareng dia?" Ternyata itu adalah Rama.
"Ehm, Oh itu tadi Kak Dimas bilang kalau dia ada urusan mendadak jadi saya disuruh pulang sendiri. Saya sedang menunggu angkutan umum pak." ucap Gita berbohong.
"Ini hampir petang. Jam segini mana ada angkutan umum lewat. Dimas parah banget, udah lu naik mobil gue aja. Gue anterin pulang, itung-itung tanda maaf gue kemaren udah marahin lu." Sinis Rama
"Terimakasih pak, tidak usah. Saya bisa pulang sendiri kok. Terimakasih atas tawarannya" Tolak Gita dengan halus
"Gue gak pernah ya berbaik hati gini sama orang asing, dan parahnya lu nolak tawaran gue? Gue rasa gak pernah ada orang yang bisa nolak gue. Lu kok seberani itu sih?" hardik Rama
"Ma-maaf Pak, bukan maksud saya begitu. Baiklah, saya akan ikut. terimakasih atas tawarannya" Gita pun masuk kedalam mobil.
DEGGG.. Tahukah bagaimana rasanya hatiku saat ini? Hatiku serasa dikoyak-koyak dan di ombang-ambing bak ombak dilautan. Aku gugup. Benar-benar gugup. Apa yang harus aku lakukan? kenapa hatiku berdebar begini?
Apakah aku keliatan gugup dihadapannya? Oh, tidak. Cinta... aku mohon menjauh lah.. Aku tak sanggup kalau aku harus mencintai Kak Rama, sekarang ia sangat angkuh. Bukan orang yang dulu kukenal. Pergilah perasaan menyedihkan ini......
bersambung
Hai sayang-sayangku.. Seperti biasa ya, setelah membaca, budayakan LIKE 🤗 Aku senang kalau kalian bersedia memberikan like nya, apalagi komentarnya. Itu buat aku tambah semangat menulis. Aku nulis ini khusus aku buat untuk kalian pembaca setiaku 😘💋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!