NovelToon NovelToon

Aku Bukan Kupu-kupu

bab 1

.

1

.

Hai all.... 🤗

Ini adalah novel iseng author. Ini juga novel fantasi yang pertama author buat. Mungkin aneh, tapi namanya juga fantasi, pasti semuanya di luar nalar. 😅

happy reading 😉

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

"Yang mulia... Jika seperti ini terus, maka kerajaan kita akan hancur. Musuh kita bahkan terus menerus menekan kita untuk menyerah begitu saja." Ucap seorang pria yang dengan hormat berdiri di depan seseorang yang sedang duduk di singgasana kerajaannya.

"Yang mulia, tolong dengarkan apa yang penasihat kerajaan sudah katakan pada kita semua. Kita tidak bisa menunggu ramalan dari tetua guru oberon yang mengatakan hal omong kosong belaka. Kita tidak bisa mempercayainya yang mulia." Ucap yang lainnya.

Saat ini kerajaan sebuah pertemuan penting sedang di gelar. Di mana sebuah kerajaan yang sedang di desak untuk menyerahkan diri begitu saja. Pada kerajaan lawan mereka.

"Dari dulu kerajaan Awan Langit tidak pernah terkalahkan. Dan aku percaya pada apa yang tetua guru Oberon katakan tentang ramalan. Di mana akan ada kupu-kupu raksasa yang akan menyelamatkan kita semua dari krisis dan ketegangan ini. Saya Orion Janus raja dari kerajaan Awan Langit, tidak akan menyerah begitu saja.

Bagi kalian yang masih ingin terus mendesakku agar mau menerima permintaan dari kerjaan Awan Petir untuk menerima ajakan damai mereka dengan menyerahkan sebagian dari kerajaan ku! Aku tidak akan mengikuti keinginannya! Kita akan berperang jika itu harus! Walaupun kita kalah, kita tidak akan merasa malu pada keturunan kita di masa depan!" Tatapan keyakinan terlihat jelas di mata pria yang sudah berusia lebih dari enam puluh tahunan itu.

"Penasehat kerajaan Triton, sepertinya anda begitu ingin agar kita menyerahkan sebagian dari kerajaan kita pada lawan kita?" Ucap seorang pria muda dengan sarkis. Tatapan matanya begitu tajam, seolah-olah dia mengetahui apa yang sedang di pikirkan pria dengan tongkat kayu mengkilat di tangannya, yang terus terlihat begitu gelisah.

Cloud menyeringai ketika pria tua di hadapannya itu menurunkan tatapannya.

"Iya, sepertinya panglima perang Perseus juga sangat tidak sabar untuk menyerah. Apa itu hanya pendapatku saja? Bagaimana menurutmu Cloud?" Tanya seorang pria muda yang berdiri di sebelahnya sedari tadi. Dia merangkul adiknya yang dia panggil dengan nama Cloud itu tadi.

"Tentu saja kak Sky... Mereka berdua sangat terburu-buru ingin menyerahkan kerajaan kita pada lawan kita." Jawab Cloud kakaknya kandungnya, yang bernama Sky.

"Kita akan berperang dengan mereka walau apapun yang akan terjadi nantinya. Aku percaya pada takdir dan ramalan dari tetua guru Oberon. Dia tidak pernah menghianati kita selama ini. Kita akan melawan mereka semua dengan sekuat tenaga kita!" Ucap Cloud dengan begitu penuh percaya diri dan juga tekad yang kuat.

"Ayo kita berperang, kita pertaruhkan seluruh hidup kita untuk kerajaan kita! Tidak ada yang bisa menghalangi tekad kita semua. Walaupun kita kalah, kita akan kalah dengan terhormat!" Tambah Sky.

Orion Janus tersenyum melihat kedua putranya begitu gigih membela kerajaannya, walaupun mereka berdua tahu jika kerajaan lawan mereka bukanlah kerajaan yang bisa di kalahkan dengan mudah.

Penasehat kerajaan Triton dan panglima perang Perseus saling menatap satu sama lain, seolah memberikan sinyal untuk tidak mengatakan apapun lebih jauh lagi.

"Sudah di putuskan! Kita akan berperang melawan kerajaan Awan Petir untuk memperjuangkan kerajaan kita!" Keputusan akhir raja Orion Janus yang harus di setujui, di hormati dan juga di laksanakan oleh seluruh rakyatnya.

"Kita akan melakukan penyerang itu besok pagi. Sekarang persiapkan semuanya! Pertemuan kali ini selesai!" Tambah raja Orion Janus.

"Baik yang mulia raja." Jawab semua para petinggi kerajaan yang hadir dalam pertemuan mendesak itu.

Mereka semua mulai keluar dari aula pertemuan, menyisakan raja Orion Janus dan juga ke dua putranya.

"Sky... Kamu sudah mempersiapkan semuanya?" Tanya Orion pada putra sulungnya.

"Iya ayah. Saya susah menyiapkan semuanya. Panglima perang Perseus dan penasehat kerajaan Triton sudah bekerja sama dengan musuh, aku yakin jika mereka akan melakukan sesuatu. Kita harus berhati-hati." Jawab Sky dengan sikap santainya.

"Apa yang sudah kamu siapkan Cloud?" Kali ini Orion Janus bertanya pada putra bungsunya yang kini tengah duduk dengan santainya di kursi yang ada di sana.

"Sudah semuanya ayah. Kita hanya tinggal berangkat saja." Jawab Cloud yang berusia lima tahun lebih muda dari Sky. Saat ini usia Sky adalah 27 tahun, itu berarti usia Cloud saat ini adalah 22 tahun.

Orion Janus berjalan mendekati kedua putranya. Dia tersenyum lebar dan penuh rasa bangganya. Namun dia juga terlihat sedikit khawatir.

"Kalian harus hati-hati. Aku tidak ingin kehilangan salah satu dari kalian. Kalian harus pulang dengan membawa kemenangan." Ucapnya.

"Pasti ayah." Jawab keduanya.

.

.

Di dimensi lain.

Sebuah kota metropolitan dengan berbagai kebisingan terdengar dimana-mana, bahkan kejahatan juga di mana-mana. Ditambah dengan jalanan yang macet.

"Miss Vivi, untunglah hari ini hanya ada satu pemotretan saja. Setelah itu kita bisa kembali untuk beristirahat. Karena besok kita akan ada acara jumpa fans." Ucap seorang gadis yang sedang duduk di kursi kemudi menatap pada layar tablet yang ada di tangannya, karena jalanan begitu macet.

"Iya, kepalaku juga pusing. Apalagi tadi aku bertemu dengan gadis rubah itu. Aku sangat jijik padanya!" Jawab gadis yang dipanggil dengan nama Vivi itu.

"Kamu adalah 'Sylvina angel' yang begitu luar biasa. Dewi Silvyna Bellatrix, Miss Vivi. Aku sampai bingung harus memanggilmu bagaimana, kamu terlalu sempurna bagiku. Wanita j*lang sepertinya tidak akan bisa mengalahkanmu! Lihat saja penampilannya, muka plastik gitu. Dia enggak nyadar kalau hidungnya itu miring." Ujar gadis muda yang sekarang duduk di sebelah Vivi atau biasa di panggil dengan nama Nilam.

"Nilam, Kamu bawa mobil aku aja. Udah malem, enggak bagus cewek pulang sendirian. Kalau mau, kamu bisa nginep di rumahku." Ucap Vivi. tanpa menjawab gerutu dari mulut Nilam tadi.

"haisssh..." kesal Nilam yang hanya bisa meredam kekesalannya itu. dia tahu kalau boss' nya itu adalah gadis yang sama sekali tidak memperdulikan tentang bagaimana dia di nilai oleh orang lain.

"Jangan di pikirkan. aku tidak masalah sama sekali. lagi pula... aku sangat tidak ingin membuang waktu berharga ku untuk orang-orang sepertinya itu." Jawab Vivi dengan santainya, "sebaiknya pikirkan dirimu sendiri. bagaimana kamu akan pulang di waktu yang sudah sangat malam ini." lanjutnya.

"Tidak Miss Vivi, aku tidak bisa menginap di rumahmu. Aku akan pulang saja. Kamu sudah sangat baik padaku. Aku tidak mau mengambil lebih dari itu. Kamu adalah Dewiku, yang selalu membantuku sejak dulu." Jawab Nilam.

"Kamu itu manager sekaligus assisten pribadi aku, kalau kamu kenapa-napa aku tidak tahu lagi harus bagaimana, hanya kamu yang aku percaya Nilam. Kamu juga udah aku anggep seperti adikku sendiri." Ujar Vivi.

"Aku yang sangat berterimakasih padamu Miss, karena kamu sudah membantuku selama ini. Aku hanya yatim-piatu yang tidak punya apa-apa. Tapi kamu memberikan aku tempat dan pelukan hangat sehingga aku bisa menyebutnya sebagai rumah dan keluarga." Nilam meletakkan tablet dari tangannya dan mulai memegang stir mobilnya untuk melaju karena jalanan sudah mulai lenggang.

"Sudah jangan bahas itu lagi. Sebentar lagi aku sampai. Kamu bawa mobil aku aja. Motor kamu biarin di tempatku." Vivi menepuk pundak Nilam seraya tersenyum lebar padanya.

"Siap Miss Vivi." Jawab Nilam dengan semangat.

Nilam membawa mobil Vivi menuju ke rumahnya yang bak istana.

Dewi Sylvina Bellatrix , atau Vivi adalah gadis berusia 20 tahun, dia putri dari seorang pengusaha besar dan juga seorang musisi ternama. Namun setelah menikah, ibu Vivi memutuskan untuk mengakhiri karirnya di dunia tarik suara. Dia lebih memilih mengikuti suaminya untuk terjun ke dalam dunia bisnis. Keluarga juga sepertinya juga memiliki sebuah rahasia yang tidak di ketahui oleh siapapun. Namun Vivi tidak ingin mencari tahu apa itu, karena dia pikir jika itu akan dia ketahui jika keluarganya mengizinkannya.

Saat ini, kedua orang tua Vivi sedang berada di luar negeri untuk waktu yang lama, karena mereka harus mengurus beberapa bisnis keluarga mereka yang sedang di bangun disana.

"Miss, selamat malam. Besok aku akan datang pagi-pagi sekali." Ucap Nilam setelah sampai di halaman rumah Vivi.

"Iya, kamu juga hati-hati." Jawab Vivi.

"Siap Miss"

Vivi membawa tasnya di pundaknya dan berjalan dengan anggun menuju ke rumahnya.

"Selamat malam Miss Vivi." Ucap asisten rumah tangga yang membukakan pintu untuknya.

"Selamat malam bik Ani. Vivi ke kamar dulu ya bik, bibik istirahat aja. Vivi juga udah makan." jawab Vivi dengan ramah.

"Iya Miss Vivi" Bik Ani menutup pintu dan kembali ke kamarnya.

Vivi berjalan menaiki anak tangga sembari membuka jam tangannya. Setelah itu dia membuka pintu kamarnya dan segera memasukinya.

Vivi menjatuhkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk dan memejamkan matanya merasakan kenyamanannya.

"Rasanya sangat melelahkan hari ini. Aku ingin berenang malam ini. Rasanya sungguh tidak nyaman. Setelah itu baru aku melakukan misiku kali ini."

Vivi segera melepaskan high heels miliknya dan membuka semua pakaiannya, menyisakan pakaian dalamnya saja. Setelah itu, dia melemparkan semuanya ke keranjang pakaian kotor yang ada di sudut kamar mandinya.

Vivi memakai bathrobe dan mengambil handuk, setelah itu dia keluar dari kamarnya untuk menuju ke kolam renang yang ada di belakang rumahnya.

"Ini akan sangat menyegarkan." Gumamnya.

Vivi melepaskan bathrobe yang menutupi tubuhnya dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang hanya memakai pakaian dalamnya saja.

Byuuurrrrr...

Vivi melompat ke kolam renang dan mulai bergerak kesana-kemari mengitari kolam renang itu.

Vivi terkejut saat merasakan jika ada seseorang yang menarik kakinya.

"Ini... Apa ada monster kolam renang?" Tanya Vivi pada dirinya sendiri.

Vivi membalikkan badannya dan langsung membelalakkan matanya, saat melihat seseorang dengan pedang panjang di tangannya sedang menahan kakinya.

"Aaaaaah!!!" Teriak Vivi

"Jangan teriak seperti itu! Atau aku akan membunuhmu saat ini juga!" Ancamnya sembari mengulurkan pedangnya di leher Vivi.

"A-a-ku ti-tidak a-a-kan be-be-berteriak lagi. A-ku jan-ji" jawab Vivi dengan terbata-bata.

'Sial! Aku tidak membawa senjata apapun! Ikuti maunya saja dulu! Aku akan memberinya pelajaran nanti.' batin Vivi kesal.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Vivi seraya melihat sosok tinggi di hadapannya. wajahnya sama sekali tidak terlihat karena tertutup oleh masker hitam yang dia pakai. Vivi hanya bisa melihat rambut panjang dari pria itu yang di ikat rapi.

"Pergi denganku ke suatu tempat. Menjadi kupu-kupu di sana." Jawab pria itu.

"kupu-kupu?! Kamu gila! Aku tidak mau!" Tolak Vivi.

"Kamu adalah keturunan dari Dewi kupu-kupu tercantik di dunia. Namamu Dewi Sylvina Bellatrix bukan, itu berarti aku benar. Kamu adalah keturunan murni dari kupu-kupu bersayap transparan Sylphina Angel. Kupu-kupu dengan sayap yang transparan dengan garis hitam di bagian luarnya. Bagian ekor sayapnya memiliki warna reflektif hijau, biru dan pink. Kamu adalah dia." Jawab pria itu.

'dia gila!' desis Vivi setelah mendengar ocehan pria yang masih mengarahkan pedang panjangnya ke lehernya.

"Bersiaplah!" ucap pria itu lagi tanpa memperdulikan tatapan mata Vivi yang sudah terlihat sangat kesal padanya.

"Bersiap katamu?!! Dan apa itu kupu-kupu?! Aku sama sekali tidak tertarik pada ajakan gila mu!" tolak Vivi keras.

"Tapi kamu tidak memiliki pilihan lain. kamu hanya memiliki satu pilihan untuk ikut dengan ku dan menjadi kupu-kupu di sana."

"Kupu-kupu lagi? Aku bukan kupu-kupu! Seenaknya saja! Aku bukan kupu-kupu malam seperti pikiran kotormu itu brengsek! Aku model terkenal! Aku juga pemilik sabuk hitam dari bela diri karate! Aku pemanah, penembak, dan penunggang kuda terbaik. Aku juga sangat berbakat. Aku juga koki terbaik dalam keluarga ku. Aku sangat sempurna dalam segala hal, untuk apa aku menjadi kupu-kupu malam! dasar mesum!" Vivi merasa tidak terima saat dirinya di panggil kupu-kupu oleh pria aneh. Vivi mencoba untuk melepaskan diri, namun pedang pria itu begitu panjang dan begitu dekat dengan lehernya, itu sebabnya dia hanya diam saja.

"Itu sebabnya jika aku ini benar. Kamu adalah keturunan murni dari Dewi kupu-kupu Silvyna. Bukan kupu-kupu malam!" Jelas pria yang belum diketahui namanya itu.

Vivi terkejut mendengar penjelasan dari pria itu, jika dirinya tidak akan di jadikan sebagai kupu-kupu malam, tapi dia masih tidak mengerti kenapa pria itu mengatakan jika dirinya adalah keturunan murni dari kupu-kupu Sylphina angel.

"Kamu di takdirkan sebagai Dewi Sylvina, yaitu kupu-kupu terbaik dan tercantik, kamu memiliki tugas penting dalam hidupmu yang tidak dimiliki oleh siapapun." Jawab pria itu.

"Apa maksudmu?" Tanya Vivi yang mulai tertarik dengan pembicaraan itu.

"Lihat ini...."

Vivi terkejut saat dia merasa tubuhnya seperti sedang melayang semakin tinggi.

"A-a-ku terbang?" Tanyanya.

Vivi melihat ke belakang tubuhnya, dia semakin terkejut saat melihat sayap besar seperti kupu-kupu yang di jelaskan oleh pria tadi ada di tubuhnya. Dia juga melihat pakaiannya sudah berubah, dia terlihat seperti peri mariposa dalam animasi Barbie yang pernah dia tonton di televisi.

"Jadi, aku benar-benar kupu-kupu?" Tanya Vivi lagi masih tidak percaya pada apa yang dia lihat.

Vivi semakin terkejut saat pria memakai topeng tadi juga memiliki sayap besar yang mirip sepertinya, hanya saja berwarna hitam keemasan dan sangat berkilauan.

"Kamu memang keturunan murni Dewi kupu-kupu Silvyna. Garis takdirmu adalah untuk membantu menghentikan sebuah tragedi besar yang akan terjadi di sebuah tempat yang teramat jauh , dan bahkan berada di dimensi lain. Jelas pria itu.

"Maksudnya, aku harus menghentikan tragedi besar yang akan terjadi? Yang benar saja! Aku bukan ibu peri yang hanya tinggal menggerakkan tongkat saktiku untuk menyelesaikan semuanya! Aku tidak mau!" tolak Vivi.

"Kamu akan memiliki lebih dari itu." jawab pria itu.

Mendengar itu Vivi terkejut, dia tidak begitu jelas mendengarnya, namun sepertinya pria itu mengatakan jika dirinya memiliki sesuatu yang lebih dari sekedar tongkat sakti.

"Maksudmu, aku juga memiliki kekuatan?" tanya Vivi.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Jangan lupa kritik dan sarannya. like juga kalau berkenan...😝

bab 2

.

bab 2

.

"Bukan hanya kekuatan, tapi kamu memiliki semua yang kamu butuhkan." jawab pria itu.

"Aku tidak mengerti apa jalan pikiranmu saat ini. Dan itu menyebalkan! Aku harus menyelesaikan misi atau tragedi apalah itu namanya, tapi aku hanya memiliki sayap ku saja? Untuk apa! Aku tidak mau! Bisa-bisa aku mati konyol!" Vivi terbang merendah dan kembali ke berdiri di dasar kolam. Dia tidak ingin berlama-lama mengobrol yang tidak berfaedah dengan pria yang bahkan tidak di kenalnya dan juga tidak di ketahui asal mulanya.

Walaupun pria itu mungkin terlihat tampan, karena suaranya terdengar begitu maskulin, tapi bukan berarti dia juga pria yang baik. Setidaknya itu yang Vivi pikirkan saat ini.

"Kamu akan menyesal jika tidak melakukan apa yang aku katakan." jawab pria itu.

"Aku hanya menyesal satu kali, yaitu karena harus bertemu dengan pria aneh sepertimu!" Vivi tidak mau lagi berurusan dengan pria yang kini bahkan dengan beraninya mengancamnya begitu saja.

"Aku tidak takut padamu!" tambah Vivi seraya bersiap untuk keluar dari kolam renang dan ingin segera ke kamarnya, namun sayap besar yang ada di punggungnya itu tidak juga menghilang dari tubuhnya.

"Ini... Bagaimana cara menghilangkannya? Orang-orang akan pingsan saat melihat ku seperti ini!" tanya Vivi dengan ketus.

"Pikirkan sendiri!" jawab pria itu dengan acuh.

"Hei! kamu yang memunculkannya! Bukan aku! Bagaimana cara untuk menghilangkannya?!" teriak Vivi seraya kembali terbang mendekati pria yang masih melayang di posisinya sedari tadi.

"Patuh padaku! Maka aku akan memberikan segalanya untukmu!" tatapan matanya begitu tajam, tidak menyiratkan sama sekali jika dia sedang bercanda atau semacamnya.

"Lalu... Apa yang harus aku lakukan?" tanya Vivi merendahkan suaranya. Saat ini dia hanya memiliki satu pilihan dan itu patuh pada apa kata-katanya. Atau dia akan selamanya menjadi manusia aneh, yang tiba-tiba saja memiliki sepasang sayap di punggungnya. Bisa-bisanya seluruh dunia akan membicarakannya dan bahkan mungkin akan menjadikannya penghuni museum!

'Itu tidak akan aku biarkan terjadi! Sekarang ini lebih baik menurut saja padanya, jika ada kesempatan aku akan kabur darinya!' batin Vivi.

"Selesaikan apa yang akan aku perintahkan dan turuti semua yang aku katakan." jawab pria itu yang masih saja terdengar begitu dingin.

"Baiklah, lalu apa yang harus aku lakukan? Apa menghentikan tragedi seperti yang kamu katakan tadi?" tanya Vivi.

"Iya... Kamu hanya perlu bertindak seperti apa yang kamu pikirkan. Lakukan apa saja untuk melindungi dirimu sendiri. Karena apapun yang akan terjadi padamu, bukan tanggung jawab dariku." Jawab pria itu uang membuat Vivi merasa semakin jengkel padanya.

"Maksudnya adalah aku harus menyelesaikan misi itu dengan mempertaruhkan nyawaku sendiri? Sedangkan kamu tidak akan membantuku? Bahkan jika aku mati, maka kamu tidak akan peduli?" Tanya Vivi lagi dengan nada marahnya. Namun sepertinya itu sama sekali tidak merubah apapun yang ada di pikiran pria dingin itu.

"Iya. Memang seperti itu.Kamu harus menyelesaikan sebuah misi sendirian, menyelamatkan sebuah tragedi buruk yang akan terjadi. Kamu juga harus melindungi dirimu sendiri. Dan itu bukan tanggung jawab ku!" jawabnya masih saja begitu dingin.

"Kamu membicarakan sebuah nyawa manusia, tapi terkesan sangat tidak peduli. Aku heran orang-orang seperti apa kamu ini, yang bahkan tidak memiliki hati." Vivi tersenyum menyeringai pada pria yang tidak dia ketahui siapa namanya, dari mana asal usulnya dan seperti apa keluarganya, apa motif dan tujuannya. Vivi sama sekali tidak mengetahui semua hal itu.

"Itu adalah takdirmu."

Lagi-lagi Vivi hanya bisa tertawa kering mendengar apa yang di katakan pria itu.

"Takdir P*ntatmu!" desisnya.

"Kamu memilik satu kehidupan dan satu misi. Jika kamu tidak menjalankan misi itu, kamu juga akan mati." jelas pria itu.

"F*ck! Langsung ke intinya saja! Aku sangat malas untuk berbicara panjang lebar denganmu! Jadi bagaimana aku bisa menghilangkan sayap ini, dan apa saja yang harus aku lakukan?! Katakan saja sekarang! Tidak perlu basa-basi lagi! Tidak ada gunanya juga! Jika intinya aku hanya berjuang dengan nyawaku sendiri!" jawab Vivi dengan geram.

Pria itu menatap Vivi yang terlihat begitu membencinya, bahkan dia melemparkan tatapan permusuhan padanya. Namun pria itu masih saja begitu tenang.

"Lakukan apa yang aku katakan. Maka kamu akan bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jangan khawatir, ada banyak keuntungan yang kamu dapatkan, dan kekuatan yang mana kamu tidak akan merasa jika kamu berada di dunia lain, karena itu semua berisi perintah yang di sesuaikan dengan tempat asalmu. Kamu juga bisa menggunakan sayap mu kapanpun kamu mau, kamu hanya perlu membayangkan saja, maka itu akan keluar dan menghilang dengan sendirinya, saat sudah berada di tempat yang seharusnya." Jelas pria itu yang kini terbang di hadapannya Vivi

"Apa misinya? Lalu, kekuatan apa itu? Aku sebenarnya masih tidak mengerti. Tapi untuk apa aku melakukan itu semua? Apa ada keuntungan lainnya untuk ku, selain aku bisa menghilangkan sayap ini?"

"Mm... tentu ada keuntungannya. Aku juga akan menjelaskan semuanya."

Mendengar itu mata Vivi berbinar-binar, dia tidak lagi kesal seperti tadi, dia bahkan lupa jika itu menyangkut nyawanya sendiri.

"Apa keuntungannya? Jelaskan semuanya!" tanya Vivi dengan begitu bersemangat.

Tersungging sedikit senyuman di wajah pria itu, jika di lihat dari sudut matanya yang mengerut, itu biasa terlihat saat seseorang tersenyum.

"Misi khusus dimana harus menghentikan sebuah ketidakadilan. Kamu akan kembali kemari setelah menyelesaikan misi itu. Jika kamu tidak bisa menyelesaikannya, maka kamu akan mati di sana saat itu juga. Karena setiap keturunan murni Dewi kupu-kupu Silvyna memiliki satu tugas khusus yang harus di selesaikan seumur hidupnya, jika tidak dia akan mati dengan segera. Jadi, pergi atau tidak pergi sama saja kamu akan mati juga." Jelas pria itu.

"Apa kamu bercanda? Apa-apaan ini? Kenapa seperti ini? Di mana keuntungannya! Seperti menemukan buah silamakama saja!"

"Simalakama!" Ucap pria itu membenarkan.

"Bukan urusanmu! Yang jelas aku masih tidak percaya dengan ini. Apa kamu benar-benar serius?" Tanya Vivi tidak percaya dengan apa yang pria itu jelaskan padanya.

"Kamu boleh membuktikannya jika kamu mau." Jawab pria itu dengan begitu dingin.

Melihat kesungguhan di matanya, Vivi merasa jika dia tidak berbohong sama sekali.

"Baiklah, anggap saja aku percaya! Aku juga sudah melihat hal yang lebih tidak masuk akal, bagaimana aku bisa terbang seperti sekarang ini. Lalu, apa aku benar-benar akan memiliki kekuatan seperti peri?" Tanya Vivi.

"Kekuatan itu akan memenuhi setiap keinginanmu, tentang apapun benda yang kamu butuhkan. Mulai dari makanan, sampai senjata, bahkan barang elektronik. Jika memang kamu menginginkannya. Semuanya akan terpenuhi hanya dengan membayangkannya saja dan itu akan muncul begitu saja di hadapanmu. Mau mencobanya?" Pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan Vivi.

Vivi masih tidak percaya pada apa yang dia dengar, terlebih itu adalah hal yang berhubungan dengan nyawanya sendiri yang begitu berharga. Namun jika tidak menurut padanya, itu juga sebuah kerugian baginya.

'****! Ini benar-benar seperti menemukan buah simakalama, atau simalakama, atau apapun itu!' gerutu Vivi dalam hatinya.

"Kamu tidak mau membuktikan ucapanku?" tanya pria itu membawa pikiran Vivi kembali ke realita.

"Baiklah! Apa yang harus aku lakukan! Katakan saja!" Vivi kembali memperlihatkan kekesalannya pada pria menyebalkan itu.

"Pikirkan apel." Perintah pria itu.

"Baiklah." Vivi terkejut saat tiba-tiba di tangan pria itu ada apel merah besar seperti apa yang dia pikirkan.

"Sekarang kamu percaya? Itu adalah bekal untukmu selama menyelesaikan misi ini. Jika kamu gagal, maka kematianmu adalah hadiah untukmu, tapi jika kamu berhasil, maka kamu akan mendapatkan satu harapan terbesarmu. Tapi dengan kemampuan yang kamu miliki, aku memiliki keyakinan, jika kamu akan bisa melakukan semuanya ini dengan sangat baik." Jelas pria itu.

"Aku mulai mengerti. Lalu, apa keuntungan untukku?" tanya Vivi memastikan jika ada hal yang setidaknya bisa dia dapatkan.

"Kamu memiliki satu kesempatan untuk mengajukan satu permintaan, apapun itu. Dan aku pasti akan mengabulkannya dengan segera. Bahkan jika itu sesuatu yang tidak mungkin..." jawab pria itu dengan kesungguhan di matanya.

Vivi terdiam mendengar apa yang pria itu katakan tentang keuntungan yang bisa dia dapatkan dari misi bodoh itu, dia memang memiliki satu keinginan yang mustahil untuk bisa di wujudkan.

"Aku menerimanya." jawab Vivi.

"Bawa aku kemana saja yang kamu katakan, tapi kamu harus benar-benar menepati janji mu untuk mengabulkan satu permintaanku." tambahnya.

Pria itu menganggukkan kepalanya pada apa yang Vivi katakan, "baik" jawabnya.

"Sekarang aku akan membawamu ke tempat di mana kamu seharusnya berada untuk saat ini..." Lanjut pria itu.

"Tunggu! Siapa namamu? Kamu juga apa... atau siapa?" Tanya Vivi.

"Sekarang belum saatnya kamu mengetahuinya. Kamu hanya perlu mengingat namaku. Kamu bisa memanggilku Auzora." Jawab pria yang mengaku bernama Auzora itu.

"Sekarang kita harus segera pergi." Tambahnya.

"Tunggu... Aku tidak bisa meninggalkan rumah begitu saja." Ucap Vivi.

"Waktu di sini dan di sana sangat berbeda. Satu jam disini berarti satu tahun di sana." Jawab Auzora

Walaupun masih belum begitu percaya, tapi pada akhirnya Vivi menganggukan kepalanya untuk ikut dengannya. Jika benar dia bisa mewujudkan apapun yang dia inginkan, bahkan jika permintaan itu termasuk dalam keinginan yang sangat tidak mungkin terjadi secara logika. Dia memiliki sesuatu yang ingin dia wujudkan selama ini.

'sepertinya dengan menyelesaikan misi ini, aku akan bisa bertemu dengan dia kembali. orang yang tiba-tiba saja menghilang dari hidupku' batin Vivi penuh harap.

"Baiklah, aku siap. Aku juga tidak ingin mati begitu saja. Walaupun aku pada akhirnya akan tetap mati, setidaknya aku melakukan sesuatu untuk itu sebelumnya." Jawab Vivi.

"Pejamkan matamu, saat kamu mendengar suara ku untuk membuka matamu, maka kamu harus segera melakukannya dan memulai misimu. Sampai saat aku menjemputmu, itu berarti misimu sudah selesai, sebelum itu terjadi, itu berarti kamu masih belum menyelesaikan semua misimu. Mengerti?" Auzora menatap wajah cantik Vivi yang segera menganggukan kepalanya padanya.

"Aku mengerti dan aku siap!" Jawab Vivi.

"Mari kita mulai. Pejamkan matamu sekarang."

Vivi memejamkan matanya dan bersiap untuk apapun yang akan terjadi padanya nantinya

Dia merasakan semilir angin dingin yang menerpa wajahnya, kemudian berganti dengan udara yang terasa begitu panas, sampai dia juga merasakan sesuatu yang menghantam dirinya begitu keras, namun dia berusaha untuk tetap memejamkan matanya seperti apa yang telah di instruksikan oleh Auzora, sampai nanti Auzora mengatakan padanya untuk membuka matanya.

"Kehidupan baru! Aku siap!" teriaknya dengan tetap memejamkan matanya.

.

bab 3

.

3

.

Clank...! clank...! clank...!

Suara pedang berbenturan terdengar begitu keras, bahkan bau amis darah tercium dari begitu kentara, karena banyaknya jumlah korban yang mati dalam peperangan yang sedang terjadi di sebuah Medan perang.

"Hahaha...Lihatlah Cloud... Pasukanmu sudah ku pukul mundur! Jadi, sebaiknya kamu juga menyerah saja, dan mengakhiri hidupku sendiri!" Tawa pria dengan pedang panjang di tangannya yang sudah berhasil melukai seorang pria dengan tatapan matanya yang begitu tajam seperti elang.

"Walaupun aku mati di sini, aku tidak akan pernah menyerah padamu. Aku tidak akan pernah tunduk padamu Rain! Aku adalah pangeran kerajaan Awan Langit. Bukan seperti kamu, pria yang dipungut dari tempat sampah oleh ayahku! Yang dia besarkan dengan kasih sayangnya, tapi kini menghianatinya bahkan ingin membunuhnya! Walaupun kini aku kalah karena kamu telah mensabotase semuanya. Tapi aku akan datang lagi kesini untuk merebut semua apa yang seharusnya menjadi milikku darimu!" Jawab Cloud.

"Itu benar! Aku tidak akan membiarkan pria seperti dirimu menguasai seluruh kerajaan awan langit. Bahkan jika itu berarti aku harus sampai mengorbankan nyawaku sendiri!" Tambah Sky.

Rain adalah anak angkat dari Orion Janus, yang merupakan saudara angkat juga bagi Sky dan Cloud, tapi dia menghianati semuanya dan melakukan pemberontakan sampai-sampai mereka harus berperang seperti ini dan membuat mereka semua kehilangan banyak pasukan, dan kali ini mereka juga harus berusaha mati-matian untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya, dan juga untuk sesuatu yang bernama sebuah harga diri.

Rain tertawa keras. Dia menyeringai pada dua saudara yang masih terus memperjuangkan kerajaan mereka dari seorang penghianat yang tengah melakukan pemberontakan terhadap kerajaannya.

"Hahaha... Lucu sekali. Bahkan di hari kematian kalian ini kalian masih bisa mengancam ku! Aku, Rain thunder akan mengakhiri semuanya, hingga tidak ada lagi yang berani mengancam ku di kehidupan ku kelak. Dan aku akan menjadi raja bagi seluruh daratan kerajaan Awan Langit." Jawab Rain.

Rain kembali mengayunkan pedangnya ke arah Cloud yang sudah siap untuk menahannya dengan pedangnya.

"Kalian berdua bahkan tidak tahu seperti apa rasanya menjadi anak pungut! Kalian berdua mendapatkan apapun yang kalian inginkan, tapi aku, aku tidak pernah berani untuk meminta apapun dari pria yang mengatakan jika aku boleh memanggilnya dengan sebutan ayah. Menggelikan! nasib sial seperti ini, siapa yang akan mau menerimanya?!" Rain menatap tajam ke arah Sky dan Cloud yang sedang bersiap siaga untuk menyerangnya atau menahan serangan darinya.

Clank...! Clank...! Clank...!

Pedang mereka berdua berbenturan, hingga pedang milik Rain terjatuh ke tanah.

"Kamu salah Rain! Ayahanda selalu menganggapmu sebagai putranya, dia tidak membedakan antara kita. Tapi kamu justru melakukan sesuatu yang membuatnya merasa sangat kecewa padamu! Kamu diam-diam mencuri semua pasukan kami, hasil panen rakyat kami, kekayaan kami, hanya karena kamu ingin mendirikan kerajaan mu sendiri yang bahkan hanya mengandalkan dari kerajaan kami. Itu sangat memalukan!" teriak Cloud dengan kemarahannya.

"Ini hari kematianmu Rain!" tambah Sky yang sama-sama begitu penuh amarah.

"Ha ha ha... Kalian hanya seperti seekor kecoa bagiku. Akan sangat mudah untuk membunuhnya!" jawab Rain masih dengan tawanya yang terus saja menggema di Medan perang, walaupun kini dia dalam keadaan yang tidak menguntungkan baginya.

"Sudah ku bilang, jika aku yang akan membunuhmu terlebih dahulu!" geram Cloud seraya mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaganya untuk menebas kepala Rain yang sudah tidak bisa menghindarinya lagi.

Blesss!!!

Cloud terhenti untuk melakukan itu, karena ada seseorang yang tiba-tiba memanah lengannya hingga pedang yang ada di tangannya hampir saja terjatuh.

"Sial! Siapa yang berani melakukan ini!" Teriaknya. Seraya melihat ke arah datangnya panah tadi.

Cloud membelalakkan matanya, saat melihat ribuan pasukan perang di bawah perintah Rain sedang berdatangan ke sana. Begitu juga dengan Sky yang tidak menyangka jika akan ada penghianatan sebesar itu di kerajaannya yang selalu damai dan tentram.

Kini justru menjadi kerajaan yang mengerikan dan penuh darah dan mayat di mana-mana.

"Itu panglima perang Perseus! Mereka benar-benar menghianati kita!" Teriak Sky dengan geram.

"Hahaha... lihat baik-baik Cloud... Sky... Kalian saudara yang sangat di sayangkan akan mau begitu saja. Sekarang kalian tamat! Selamat tinggal saudara ku. Aku yang akan memimpin kerajaan ini, jadi kalian bisa tenang setelah kematian kalian berdua. Aku jgia akan berdoa untuk kalian berdua saat aku ingat." Ucapnya.

Cloud dan Sky mengepalkan tangannya kuat-kuat dan berjalan mundur mendekati tebing tinggi yang ada di belakangnya.

"Kak.... Maaf." Ucap Cloud pada kakaknya seraya menggenggam tangannya.

"Tidak apa-apa, kita sudah berjuang keras mengerahkan seluruh kekuatan kita, tapi kita kalah karena sebuah penghianatan. Ayah akan tetap bangga pada kita." Jawab Sky dengan senyumannya. Walaupun Sky sendiri juga sedang merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi tanah kelahirannya dan juga kerajaan milik keluarganya yang sudah ribuan tahun selalu dalam kedamaian.

"Menyerah dan berlutut di bawah kakiku, aku akan mengampuni kalian." kata Rain dengan kesombongannya.

"Aku lebih memilih untuk mati secara terhormat daripada harus berlutut di bawah kakimu. Aku tidak tertarik untuk mendapatkan pengampunan darimu!" jawab Cloud dengan senyuman menyeringainya.

"Aku juga tidak sudi untuk melakukannya." jawab Sky yang juga sama sekali tidak ingin melakukan apa yang Rain katakan.

"Cih! Mau mati saja masih sombong! Aku akan memperlihatkan pada kalian berdua, bagaimana cara mati seorang pangeran yang terhormat. Aku akan memakai darah kalian berdua untuk mandi saat penobatan ku menjadi raja dari daratan kerajaan awan langit dan awan Petir. Ha ha ha...." lagi-lagi Rain tertawa begitu keras, dia benar-benar sudah tidak sabar untuk segera melihat kematian sky dsn juga Cloud.

"Habisi mereka berdua!" Perintah Rain pada pasukannya.

Sky tersenyum pada adiknya yang juga sedang tersenyum padanya.

"Kita akan berakhir di sini." Ucapnya.

"Mm... Kita akan pergi bersama." Jawab Cloud.

Cloud dan Sky memejamkan matanya saat mereka berdua terus bergerak mundur sampai merasakan jika mereka sudah sampai di ujung tebing.

Boooomm!!! Boommmm!!! booommm!!!

Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang begitu besar, dan bahkan sangat memekakakn telinganya.

Ledakan begitu hebat, hingga memusnahkan ribuan pasukan yang sedang bergerak untuk menyerang Sky dan Cloud.

Sky dan Cloud segera membuka mata mereka, dan mereka berdua terbelalak saat melihat sesuatu yang sangat membuat keduanya merasa tidak percaya pada apa yang mereka lihat.

Booommm!! Boommmm!!! Boommmm!!!

Kambali terdengar lagi ledakan itu, sampai pasukan Rain semuanya tergeletak tanpa nyawa.

Kini tinggal Rain, panglima perang Perseus dalam pasukan mereka, karena mereka berhasil melindungi diri mereka dari ledakan itu.

"Apa yang terjadi!" teriak Rain begitu murka.

Dia dan Perseus melihat ada bayangan yang terlihat jelas di tanah Medan perang itu. Mereka segera mendongakkan kepala mereka untuk melihat apa yang sebenarnya ada di langit hingga bayangannya begitu besar terlihat jelas di tanah.

Begitu juga dengan Sky dan Cloud yang merasa sangat penasaran dengan apa yang sudah membuat semua pasukan Rain tergeletak tak bergerak di tanah.

"Itu...." Mereka semua melihat kupu-kupu raksasa yang terbang di atas mereka semua.

"Kupu-kupu raksasa? Itu nyata?" tanya Cloud dan Sky bersamaan.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!