Seorang gadis cantik yang berseragam Sekolah Menengah Atas khas negara Jepang sedang berjalan kaki menuju ke rumahnya. Sekiranya pukul 17:00 waktu Tokyo, Jepang gadis tersebut baru selesai dengan kegiatan belajarnya di salah satu Sekolah Menengah Atas terbaik di kota Tokyo.
Dengan perlahan gadis cantik tersebut berjalan menyusuri jalanan Jepang yang sangat padat ketika jam pulang sekolah atau pulang kerja seperti ini. Walaupun gadis tersebut adalah anak dari salah satu pengusaha terkaya di negara Jepang, namun gadis tersebut lebih senang berjalan kaki karena jarak dari sekolah ke rumahnya yang tidak terlalu jauh.
Gadis cantik tersebut bernama Narahita Hideko Yamada, atau bisa di sapa dengan panggilan Nara. Nara masih berusia 16 tahun dan sekarang Nara masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas 11 di salah satu Sekolah Menengah Atas terbaik di negara Jepang. Nara ini merupakan gadis remaja tercerdas di negara Jepang. Bahkan tak jarang Nara memenangkan olimpiade Matematika, Sains, dan Bahasa Asing tingkat Internasional sebagai juara pertama.
Karena Nara terlalu fokus ketika sedang berjalan, bahkan Nara tidak menyadari ada seorang gadis yang seusia dengannya yang sedang mengikuti langkahnya. Nara baru tersadar ketika gadis tersebut menepuk salah satu bahu Nara dengan sedikit kuat.
"Kon'nichiwa Nara (Hai Nara)" sapa Aina Yoshida, sahabat yang sangat dekat dengan Nara.
"Ā, Aina. Odorokanai yō ni itta! (Astaga, Aina. Aku sudah bilang jangan mengagetkanku!)" ucap Nara sembari memegang dadanya yang terasa sakit karena di kejutkan oleh sahabatnya yang sedikit gila.
Sementara itu, Aina yang terkena ocehan dari sahabatnya pun hanya bisa tersenyum. Bahkan sampai kedua mata Aina hilang karena Aina tersenyum.
"Kareshi no Ryū to dēto shinai no? De wa, naze koko ni Aina ga iru nodesu ka? (Bukankah kamu akan berkencan dengan Ryu pacarmu itu? Lantas kenapa kamu ada di sini Aina?)" ucap Nara sembari melangkahkan kakinya dengan perlahan.
Terlihatlah Aina yang sedang melangkahkan kakinya dengan perlahan tiba-tiba menghembuskan nafasnya dengan kasar. Pertanda Aina sangat tertekan ketika mendengar pertanyaan dari Nara, sahabatnya sendiri.
"Watashi wa kare to dēto shimasen. Kare wa watashi jishin no menomaede uwaki shitanode watashi wa kare to wakareta! (Aku tidak akan berkencan dengannya. Aku sudah putus dengannya karena dia selingkuh di depan mataku sendiri!)" ucap Aina dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
Sadar bahwa emosi sahabatnya sedang tidak stabil, Nara berusaha menenangkan Aina agar sahabatnya itu tidak merasa frustasi lagi setelah putus cinta dengan Ryu, pacarnya.
"Aina, kinishinaide. Anata no bōifurendo ni naritai hito wa hoka ni mo takusan imasu (Aina, sudahlah. Masih banyak laki-laki lain di luar sana yang ingin menjadi pacarmu)" hibur Nara sembari menepuk lembut kedua bahu sahabatnya itu.
"Kiniiranai (Aku tidak menyukai mereka)" ucap Aina sembari menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"E e, demo anata wa dēto suru koto wanainode, naze ai no sekai ni tsuite watashi ni dōki o ataeru koto ga dekiru nodesu ka? (Emm, tapi kamu kan tidak pernah berpacaran, lantas kenapa kamu bisa memotivasi aku tentang dunia percintaan?)" tanya Aina yang sukses menusuk dalam di hati Nara, sahabatnya.
"Suimasu. Kono Aina wa kanojo no shitsumon de watashi o hontōni oitsumemashita (Menyebalkan sekali. Aina ini sangat bisa membuatku terpojok dengan pertanyaannya)" gerutu Nara di dalam hatinya.
Walaupun di dalam hatinya Nara terus menggerutu tentang sahabatnya yang sukses membuatnya terpojok dengan pertanyaannya, namun Nara tetap menyunggingkan senyumannya kepada sahabat satu-satunya itu.
"Daremoga Aina no ai no sekai de itsumo kōundearu to wa kagiranaikaradesu. Anata wa romansu ni tsuite motto keiken ga arimasuga, watashi wa romansu riron ni tsuitedesu (Karena tidak semua orang selalu beruntung di dalam dunia percintaan Aina. Kamu itu lebih banyak pengalaman tentang percintaan, sedangkan aku lebih banyak teori tentang percintaan)" ucap Nara sembari berjalan dengan perlahan sembari sesekali menghembuskan nafas dengan kasar.
"Daijōbu, dōki o nogasu. Ima, watashi wa wakaru (Baiklah nona motivator. saya mengerti sekarang)" ucap Aina sembari di iringi suara tertawa kecil.
Tak terasa sudah perjalanan pulang kedua pasangan sahabat sejati ini dari sekolah menuju ke rumahnya masing-masing. Kini Nara telah sampai di depan gerbang rumahnya. Begitu juga dengan Aina yang sebentar lagi akan sampai karena letak rumah Aina bersebelahan dengan letak rumah Nara. Ya, bisa di bilang mereka bertetangga.
"Aina, saisho ni kaerimasu. Mada michi o aruite ite mo,-ka ni tsuita bakaride wanai (Aina, aku pulang dulu ya. Tak kita terasa sudah sampai di rumah saja, padahal kita tadi masih berada di jalan)" ucap Nara dengan sedikit tertawa kecil pada akhir kalimatnya.
"Wa wa wa, anata wa masani Naradesu. Sate, anata wa soko ni anata no ie ni hairimasu. Nara ni mo kaeritai (Hahaha, kamu benar Nara. Ya sudah, kamu masuk ke rumahmu sana. Aku kan juga mau pulang Nara)" ucap Aina dengan sedikit tersenyum kepada sahabatnya itu.
"Dewa, saisho ni ie ni kaerimasu. Baibaihanī (Oke kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa sayang)" ucap Nara sembari melangkahkan kakinya, tak lupa Nara memberikan lambaian tangannya kepada sahabat setianya itu.
Setelah kepergian sahabatnya yang memasuki telah kawasan rumahnya yang megah dan mewah, Aina pun segera berjalan menuju rumahnya yang terletak di sebelah rumah keluarga Nara. Rumah keluarga Aina tak kalah megah dan mewah dengan rumah keluarga Nara.
Nara terus melangkah menyusuri halaman rumahnya yang terbilang sangat luas. Tanpa di sadari, ada seorang laki-laki yang melihat Nara sedang berjalan di halaman rumahnya. Laki-laki tersebut adalah kakak laki-laki dari Nara yang bernama Nandito Hikaru Yamada, atau yang biasa di sapa dengan panggilan Nandi.
"Bamu (Dor)" ucap Nandito sembari menepuk pundak sang adik dengan sedikit keras.
Karena sang kakak yang mengejutkannya membuat Nara membalikkan tubuhnya untuk menatap wajah sang kakak yang usianya hanya terpaut 5 tahun lebih tua dari Nara. Sekarang usia Nandito berusia 21 tahun dan sedang menjalani pendidikan tinggi di salah satu universitas terbaik di Jepang.
"Ē to, kono kyōdai wa watashi o odorokasu no ga suki (Hah, kakak ini suka sekali mengejutkanku)" ucap Nara sembari mencubit gemas kedua pipi sang kakak.
"Tonikaku, tonikaku watashi no imōto wa totemo kawaīdesu (Biarin, lagian adik aku ini sangat menggemaskan)" ucap Nandito sembari mencubit gemas kedua pipi sang adik yang sangat chubby.
"Sis wa kinishinai, watashi wa anata to asobu node wa naku shawā o abitaidesu (Sudahlah kak, aku ingin mandi bukannya ingin main sama kakak)" ucap Nara sembari menarik paksa tangan sang kakak, sedangkan sang kakak yang menjadi korban penarikan paksa oleh sang adik hanya bisa pasrah saja.
Tak sengaja sang Mama melihat adegan penarikan paksa antar kedua anaknya. Amaya Nakajima adalah nama Mama dari Nandito dan Nara.
"Naze kimitachi wa? Naze ie ni hairu toki ni kyōsei taikyo no shīn ga aru nodesu ka? (kalian ini kenapa sih? Kenapa masuk rumah langsung ada adegan penarikan paksa?)" ucap Amaya sembari menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anaknya itu.
"Nara wa mazu ie ni chokkō shite shawā o abitakatta. Shikashi nandi wa Nara o nayama seta bakarida. Kare no wakai kyōdai wa ie ni hairi *** ga, kawarini kare o hoho ni tsumande asobi ni izanau (Tadinya Nara mau langsung masuk rumah dan mandi Ma. Tapi kak Nandi gangguin Nara aja. Orang adiknya mau masuk rumah, eh malah ngajak main cubit-cubitan pipi)" ucap Nara sembari melepaskan tangan kanannya yang di gunakan untuk menarik tangan sang kakak dari tangan sang kakak yang tadinya Nara tarik.
"Shitagatte,-ka ni nyūrō to suru baai, saisho ni purei suru yō ni motomenaide kudasai. Otōto wa tsukarete iru Sis wa gakkō kara kaettekita (Makanya kalau adik mau masuk rumah jangan di ajak main dulu. Adik itu lelah Kak habis pulang dari sekolahnya)" ucap Amaya sembari mencubit gemas kedua pipi putra pertamanya.
"Mama, burazā, Nara wa mazu shawā o abitai (Mama, Kakak, Nara mau mandi dulu ya)" ucap Nara sembari berjalan perlahan menuju ke arah kamarnya yang berada di lantai 2.
"Nara, chottomatte (Nara, tunggu dulu)" ucap Amaya yang mencegah langkah putri keduanya yang akan melangkah menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2.
"Hai, nani ga machigatte imasu ka? (Ya, ada apa ma?)" tanya Nara sembari menghentikan langkahnya.
"Sonogo, kirei ni doresuappu shite kudasai. Kon'ya no gogo 8-ji ni, papa no puraibētojetto-ki o tsukatte Indoneshia ni ikimasu. Soko ni teijū shimasu (Nanti berdandanlah yang rapi. Nanti malam jam 8 malam kita akan berangkat ke Indonesia menggunakan jet pribadi papamu. Kita akan menetap di sana)" ucap Amaya dengan sedikit keraguan yang tersembunyi di dalam nada bicaranya.
"Dōshite Indoneshia ni irubekina no? Papa to mama ga yarou to shite iru koto ga aru ni chigainai (kenapa harus menetap di Indonesia? Pasti ada sesuatu yang akan di rencanakan oleh Papa dan Mama)" batin Nara sembari memejamkan kedua matanya secara perlahan-lahan.
"Nara to uma no gakkō ni tsuite wa dōdesu ka? Papa wa sudeni Nara to otōto no gakkō no subete no hen'nyū shorui o shori shimashita ka? (Bagaimana dengan sekolah Nara dan Kakak Ma? Apakah Papa sudah mengurus semua dokumen kepindahan sekolah Nara dan Kakak?)" ucap Nara dengan nada yang sangat lembut kepada sang Mama.
"Anata wa sore ni tsuite hachimitsu o kangaeru hitsuyō wa arimasen. Papa wa hitsuyōna mono subete o yōi shimashita. Shorui kara atarashī ie, kyōdai no tame no atarashī gakkō e (kamu tidak perlu memikirkanya sayang. Papa sudah mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan. Mulai dari dokumen-dokumen hingga rumah baru dan sekolah baru Adik dan Kakak)" ucap Amaya dengan nada tenang kepada putri keduanya.
"Ōraima (Baiklah Ma)" ucap Nara dengan nada yang sedikit menyiratkan keputusasaan.
"Naze watashitachi wa Indoneshia Ma ni teijū shinakereba naranai nodesu ka? (Kenapa kita harus sampai menetap di Indonesia Ma?)" tanya Nara sembari menatap wajah sang Mama dengan tatapan lembutnya.
"Mama to papa wa, papa no shin'yū no kodomo to issho ni anata o settoappu shimasu. Soshite asunoasa, anata wa kekkon shimasu (Mama dan Papa akan menjodohkanmu dengan anak dari sahabat Papa. Dan besok pagi kalian akan menikah)" ucap Amaya dengan sedikit ragu-ragu ketika mengatakannya.
"Nani? Kekkon suru? (Apa? Menikah Ma?)" ucap Nara dengan nada yang menyiratkan keterkejutan.
"Mochironda yo hanī. Kiraku ni yatte kudasai, anata ga matchingu shiyou to shite iru dansei wa hansamu de sumāto de, anata to onaji nenreidesu (Tentu saja sayang. Tenang saja, laki-laki yang akan di jodohkan denganmu itu tampan, pintar, dan seusia denganmu)" ucap Amaya dengan sedikit tertawa kecil pada akhir kalimatnya.
"Watashi to nani ga matchi suru nodesu ka? Ā, sore wa fukanō no yōdesu (Apakah yang akan di jodohkan denganku itu adalah dia? Ah, namun sepertinya tidak mungkin)" batin Nara sembari memejamkan kedua matanya secara perlahan.
"Ā, daijōbu mama (Ah, baiklah Mama)" ucap Nara dengan nada yang pasrah karena pasti Nara tidak bisa menolak rencana kedua orang tuanya dengan sahabat dari sang Papa.
Karena di rasa sang Mama sudah cukup berbicara dengannya, Nara langsung berjalan menaiki anak tangga yang akan membawanya menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2.
Sesampainya di depan pintu kamar Nara, Nara langsung membuka pintu kamar Nara yang berwarna putih tersebut. Dan terlihatlah kamar Nara yang bernuansa pink putih khas kamar anak perempuan.
Nara langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lengket dan lelah karena sudah 10 jam belajar menuntut ilmu di sekolahnya.
Sementara di belahan dunia lain
Di negara Indonesia, seorang laki-laki sedang duduk di bangku yang ada di taman belakang rumahnya dengan kedua adiknya dan juga sang Mama yang juga ikut menikmati indahnya sore hari di Indonesia. Jika di Jepang sekarang masih sekitar pukul 17:00, maka di Indonesia sekarang masih sekitar pukul 15:00. Indonesia dan Jepang sendiri memiliki perbedaan waktu 2 jam dengan waktu di Jepang yang lebih cepat 2 jam dari waktu di Indonesia.
Muhammad Rafardhan Abayomi adalah nama dari laki-laki tersebut. Rafardhan atau yang kerap di sapa dengan panggilan Rafa ini merupakan laki-laki tercerdas di Indonesia. Rafa kerap mengikuti berbagai perlombaan Sains, dan Matematika mulai dari tingkat Nasional, Asia, hingga tingkat Internasional. Rafa sekarang masih berusia 16 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di salah satu sekolah terbaik di Indonesia.
Rafa di temani oleh kedua adiknya yang bernama Muhammad Rafirdhan Abayomi yang merupakan adik kembarnya dan Myesha Raihana Abayomi yang berselisih 4 tahun lebih muda darinya. Serta tak ketinggalan sang Mama yang cantik jelita yang bernama lengkap Rania Syahlaa Abayomi.
"Kak Rafa" panggil Rania kepada putra pertamanya.
"Hmm, iya ma. Ada apa?" tanya Rafa dengan nada cueknya sembari kembali membaca novel fantasi yang ada di tangannya.
"Besok Kakak nikah ya? Calonnya nanti malam akan tiba di Indonesia. Dan nanti keluarganya akan tinggal di sebelah rumah kita" ucap Rania dengan antusiasme yang sangat tinggi.
Sontak saja Rafa melempar buku novel fantasinya hingga tercebur ke kolam renang yang ada di depan dirinya karena terkejut dengan perkataan sang Mama.
"Mama, kok Mama langsung bilang begitu sih? Mama ini sukanya dadakan banget deh. Masa besok Rafa di suruh nikah" ucap Rafa sembari menatap sang Mama dengan tatapan dinginnya.
"Lho lho lho, Mama ini serius kok. Calonnya udah ada. Dia itu cantik, pintar, dan seusia sama kamu. Harusnya kamu bersyukur Mama dan Papa jodohkan kamu sama calon Istrimu itu" ucap Rania sembari menyentil kening putra pertamanya.
"Apakah Mama dan Papa akan menjodohkanku dengannya? Rafa, kenapa kamu malah memikirkan hal-hal yang seperti itu?" ucap Rafa sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
"Ehem, ada calon manten nih" ledek Rafi kepada kakak kembarnya.
"Asyik, Rai bakalan punya kakak ipar nih" ucap Raihana sembari memeluk kakak pertamanya dengan sangat erat.
"Ma, apakah tidak bisa menikahnya nanti saja setelah Rafa lulus sekolah?" tanya Rafa dengan ekspresi datarnya.
"Tidak bisa! Besok kalian harus menikah. Nanti malam Mama akan kasih catatan kalimat ijab qabul ke kamu. Kamu kan cepat menghafal, jadi nggak perlu waktu lama untuk menghafalkan kalimat ijab qabulnya" ucap Rania dengan santainya.
"Ini Mama apa malaikat pencabut nyawa sih? Kok kejam banget sama anaknya sendiri. Mau nikah aja di paksa-paksa. Ini ceritanya pemaksaan bukan sih?" batin Rafa sembari memasang wajah datarnya.
Setelah kurang lebih 15 menit membersihkan tubuhnya di kamar mandi, kini Nara telah keluar dari kamar mandi dengan mengenakan stelan baju hoodie berwarna hitam putih dan rok yang sedikit panjang berwarna hitam yang menutupi setengah betisnya yang putih mulus.
Nara segera berjalan menghampiri meja nakas yang ada di sebelah tempat tidurnya untuk mengambil ponselnya yang terletak di atas meja nakas tersebut.
"Watashitachi ga sore o motonimodosu koto ga dekireba, watashi wa machigainaku Aina no dizunītēmapāku e no sanpo ni tsurete ikimasu. Kono nyūsu o kiku to, kitto anata wa totemo kanashiku kanjirudeshou. Kotowarenai nonara ato de kanashī Aina (Andai waktu bisa di putar kembali, aku pasti akan mengajakmu jalan-jalan ke taman bermain Disney Aina. Pasti kamu akan merasa sangat sedih ketika mendengar kabar ini. Jika saja aku bisa menolak, maka kamu nanti tidak akan bersedih Aina)" batin Nara sembari mengambil ponselnya yang berada di meja nakas sembari sesekali menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Nara menatap lekat pada ponselnya yang masih di genggamnya tersebut. Nara tidak tega untuk memberitahukan hal ini kepada sahabat tercintanya. Namun, jika tidak di beri tahu nanti Aina akan lebih merasa bersedih karena Nara tidak memberitahukan hal penting ini kepadanya.
"Itsunohika saikai shi, futatabi shin'yū no Aina to issho ni naru to omoimasu. Soshite sonohi ga kuru made machi tsudzukemasu. Aina o shinjite, watashi wa anata o kesshite wasuremasen (Aku percaya di suatu hari kita akan kembali di pertemukan dan bersama kembali Aina, sahabatku. Dan aku akan terus menunggu sampai hari itu tiba. Percayalah Aina, aku tidak akan pernah melupakanmu)" batin Nara sembari tersenyum getir menatap ke arah langit-langit kamarnya.
Pada akhirnya Nara mengirimkan pesannya kepada Aina, sahabatnya. Namun Nara akan memberitahukan hal ini kepada Aina secara perlahan agar Aina tidak terlalu terkejut dan sedih.
Narahita
"Kon'nichiwa Aina, imanani o shite imasu ka? (Halo Aina, kamu sedang apa sekarang?)"
Aina
"Kon'nichiwa Nara. Genzai, geitaidenwa ni insutōru shita apurikēshon kara romanchikkuna shōsetsu o yonde imasu. Nara wa nanishiteruno? (Halo juga Nara. Aku sekarang sedang membaca novel romantis dari aplikasi yang aku instal di ponselku. Kalau kamu sedang apa Nara?)"
Narahita
"Mochiron, ima Aina ni tekisutomessēji o okutte imasu. Hansamuna otokonoko ga takusan iru romanchikkuna shōsetsu o yonde irunode, wakakushite kekkon shitai koto ni chūi shite kudasai (Tentu saja aku sekarang sedang berkirim pesan denganmu Aina. Awas nanti kamu jadi ingin menikah muda karena membaca novel romantis yang banyak cowok-cowok tampan di dalam sana)"
Aina
"U ̄ n, anata wa Nara to iu kamo shiremasen. Kono ato, watashi wa hijō ni hansamuna otoko to kekkon shita to sōzō suru hitsuyō ga arimasu. Sōzō suru dakede īdesu yo ne? (Hmm, mungkin saja katamu Nara. Setelah ini mungkin aku harus membayangkan ketika diriku menikah dengan pria yang sangat tampan. Hanya mengkhayal saja tidak apa kan?)"
Narahita
"Sōzō suru dakede ī Ainadesu. Watashi mo tokidoki. Wa wa wa (Hanya mengkhayal saja tidak apa Aina. Aku juga terkadang begitu. Hahaha)"
Aina
"Kono romanchikkuna shōsetsu wa hontōni hitori no hitobito o kurushimeru (Novel romantis ini benar-benar menyiksa para orang-orang yang berjiwa kejombloan)"
Narahita
"Wa wa wa, anata wa tadashī Aina to iimashita. Aina-san to ohanashi dekimasu ka? (Hahaha, benar katamu Aina. Bolehkah aku berbicara sesuatu kepadamu Aina?)"
Aina
"Mochiron, watashi no shin'yū. Shikashi, anata wa watashi to hijō ni jūyōna hanashi o suru yōdesu (Tentu saja boleh sahabatku. Tapi kelihatannya kamu akan berbicara hal yang sangat penting kepadaku)"
Narahita
"Aina, gomen'nasai. Indoneshia ni hikkoshimasu. Soshite asunoasa, watashi wa papa, mama, soshite kare no shin'yū no papa to matchi suru watashi no shōrai no otto to kekkon shimasu (Aina, maafkan aku. Aku akan pindah ke Indonesia. Dan juga besok pagi aku akan di nikahkan dengan calon suamiku yang di jodohkan oleh Papa, Mama, dan sahabatnya Papa)"
Aina
"Nani? Kikon? Nara ga kon'nani hayaku kekkon suru nante omotte momimasendeshita. Anata no shōrai no otto wa Indoneshia hitodesu ka? (Apa? Menikah? Aku tak menyangka kamu akan menikah secepat itu Nara. Calon suamimu orang Indonesia?)
Narahita
"Hai, watashi no shōrai no otto wa Indoneshia hitodesuto mama wa iimashita (Ya, calon suamiku orang Indonesia kata Mama)
Aina
"Anata to anata no kawaī neko mayu no kinen shashin o tsukutte kuremasen ka? (Bolehkah aku meminta fotomu dan Mayu si kucing lucu milikmu itu untuk aku jadikan sebagai kenang-kenangan kita?)
Narahita
"Mochiron dekimasu, Aina (Tentu saja boleh Aina)"
Nara segera berjalan menuju salah satu pintu yang ada di kamarnya. Di pintu berwarna putih tersebut bertuliskan nama "Mayu" yang tak lain adalah nama kucing kesayangan Nara.
Nara segera mengambil Mayu dari box tempat tidurnya. Terlihat kucing berwarna putih tersebut sangat senang akan kedatangan pemiliknya yang menemuinya.
"Kon'nichiwa mayu. Anata wa Nara ga koko ni kitanode totemo shiawasedesu (Halo Mayu. Kamu sangat senang ya Nara datang ke sini)" ucap Nara sembari menggendong kucing kesayangannya tersebut.
"Meong" jawab Mayu seakan dia tahu perkataan sang pemilik kepadanya.
"Indoneshia ni iku mae ni mazu shashin o torimashou (Sebelum kita berangkat ke Indonesia, ayo kita berfoto dulu)" ucap Nara yang langsung mengatur pose Mayu agar terlihat sangat bagus dan menarik.
Cekrek
"Mā, ainaha machigainaku totemo shiawasena kibun ni narimasu (Nah, Aina pasti akan merasa sangat senang)" ucap Nara sembari tersenyum senang melihat hasil foto Mayu, kucing tersayangnya.
"Jidori suru bandesu (Sekarang giliran aku untuk berfoto selfie)" ucap Nara sembari mengarahkan kameranya ke arah wajahnya.
Cekrek
"Ā, kekka wa hijō ni manzokudesu (Ah, hasilnya sangat memuaskan sekali)" ucap Nara sembari melihat hasil foto selfienya sendiri.
"Mayu, mazuwa asonde mimasu. Nara wa atode mata mayu ni aimasu (Mayu, kamu main-main dulu ya. Nara nanti akan menemui Mayu lagi)" ucap Nara sembari menaruh kembali kucing kesayangannya di dalam box tempat tidurnya.
Nara segera berjalan keluar dari kamar kucing kesayangannya. Nara langsung menutup pintu kamar kucing kesayangannya dengan perlahan.
Nara pun segera mendudukkan dirinya di atas tempat tidurnya karena merasa sangat lelah.
Tring
Ada pesan masuk di ponsel Nara dari aplikasi Whatsappnya. Nara sudah menduga yang mengirimkan pesan adalah Aina karena tadi Nara dan Aina sedang berkirim pesan satu sama lain.
Nara langsung membuka pesan dari Aina yang masuk di ponselnya melalui aplikasi Whatsapp miliknya.
Aina
"Yā yā. Nara wa doko? (Halo, halo. Kamu di mana Nara?)"
Narahita
"Hai, watashi wa koko ni imasu (Ya, aku di sini Aina)
Aina
"Ā, anata ga doko ni iru no ka to omotta (Oh, aku pikir kamu sedang di mana)"
Narahita
~ Narahita ga shashin o okuru (Narahita mengirim gambar) ~
Aina
"A, Mayu-chan kawaī. Sonoaida, anata wa tenshi no yō ni totemo utsukushiku miemasu, watashi no shin'yū (Oh, Mayu terlihat sangat imut sekali. Sedangkan kamu terlihat sangat cantik seperti bidadari, sahabatku)
Narahita
"Ā, anata wa (Ah, kamu ini bisa saja)"
Aina
"Indoneshia ni hikkosu to shitara, Nihon de anata no kaisha o dare ga suru nodesu ka? (kalau kamu pindah ke Indonesia, lantas siapakah yang akan mengurus perusahaan kamu yang ada di Jepang?)
Narahita
"Itsumo no yō ni jīna-san ga watashi no Nihon de no mendō o mite kuremasu. Tōku kara kanshi shimasu. Indoneshia no shisha mo tantō shimasu (Seperti biasa, Kak Gina akan mengurus perusahaanku yang ada di Jepang. Aku akan memantau dari jauh. Dan juga aku akan mengurus perusahaan cabang yang ada di Indonesia)"
Aina
"Subarashī bijinesu josei. Mada gakuseidesuga, sudeni jibun no kaisha ga arimasu. Dakara kaisha no CEO wa shizukani mata (Mantap nona pebisnis. Masih pelajar tapi sudah punya perusahaan sendiri. Jadi CEO di perusahaan secara diam-diam lagi)"
Narahita
"Hasu, damare. Kore ni tsuite watashi no okāsan to otōsan ni hanasa senaide kudasai. Karera ni jibun de shira sete (Huss, sudah diamlah. Jangan sampai kamu bicara dengan Mama dan Papaku tentang hal ini. Biarlah mereka yang tahu dengan sendirinya)"
Aina
"Tomodachi o raku ni shite kudasai. Watashi o shinjite. Anata no himitsu wa subete watashitoisshoni anzen ni narimasu (Tenang saja sahabatku. Kamu bisa percaya padaku. Semua rahasiamu akan aman bersamaku)"
Narahita
"Ā, yoshi (Ah, baiklah)"
Setelah puas berkirim pesan dengan Aina, sahabatnya, kini Nara beralih untuk mengirim pesan kepada Gina Nakashima, Sekertaris Nara sekaligus Asisten Pribadi Nara di perusahaan Nara.
Nara mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan dan penerbitan buku. Karena Nara suka sekali membaca buku, baik itu buku fiksi maupun buku nonfiksi, maka Nara mendirikan perusahaannya tersebut. Bahkan perusahaannya sudah mempunyai beberapa cabang di beberapa negara seperti negara Korea, China, Malaysia, dan Indonesia. Nara baru mendirikan perusahaan ini setahun yang lalu, atau tepatnya ketika Nara masih berusia 15 tahun. Karena perusahaannya sudah terkenal hampir di seluruh dunia, maka Nara membuka cabang perusahaannya yang di namai N Corporation ini di beberapa negara di kawasan Asia.
Kedua orang tua Nara tidak mengetahui hal ini, bahkan sang Kakak pun tidak mengetahuinya. Hanya Aina yang mengetahui rahasia terbesar Nara saat ini.
Narahita
"Kon'nichiwa Sis jīna (Halo Kak Gina)"
Kak Gina
"Kon'nichiwa bosu Nara mo (Halo juga Bos Nara)"
Narahita
"Sis kinishinaide, sono yō na Nara o yobidasanaide kudasai (Sudahlah Kak, jangan panggil Nara seperti itu)"
Kak Gina
"Nara wa bosu dekimasen. Kono jōshi wa watashi no jōshinanode, jōshi ni reigi tadashiku (Tidak bisa bos Nara. Bos ini kan bosnya saya, jadi saya harus sopan kepada atasan)"
Narahita
"U ̄ n, mōshibun naku Sis. Shisujīna, sonogo shisujīna ga Nihon no kaisha o itsumo no yō ni atsukaimasu. Nara wa Indoneshia ni idō shimasu. Nara wa Indoneshia no shisha o kanri shimasuga, Nara no yōna butaiura wa chūō kaisha no mendō o mite kuremasu. Atode, Nara wa jīna-san ga chūō kaisha o shori suru no o tetsudaimasu,-sōdesu ka? (Hmm, baiklah Kak. Kak Gina, nanti Kak Gina seperti biasa handle perusahaan yang ada di Jepang. Nara akan pindah ke Indonesia. Nara akan mengurus perusahaan cabang di Indonesia tapi di balik layar seperti Nara mengurus perusahaan pusat. Nanti Nara juga akan membantu Kak Gina menghandle perusahaan pusat, oke?)
Kak Gina
"Daijōbu bosu Nara (Oke bos Nara)
Dari luar kamar, terdengarlah teriakan sang Mama yang terus meneriaki Nara agar segera bersiap-siap.
"Nara, isoide junbi shimashou. Papa ga watashitachi no hikō jikan o susumete irunode, watashitachi wa sugu ni shuppatsu shimasu. Isoide junbi o shite, mayu o tsureteitte kudasai. Bebīkā o motte mayu o tsurete kuru no o o wasurenaku (Nara, ayo cepat bersiap. Kita akan segera berangkat karena Papa memajukan jam terbang kita. Cepat bersiap dan bawalah Mayu bersama kita. Jangan lupa bawa Mayu pakai stroller miliknya)" teriak Amaya dengan keras dari luar kamar Nara.
"Ā, sorosoro Nihon o hanareru tokidesu. Aina, ima Indoneshia ni ikimasu. Jibun o daiji ni shite kudasai (Huh, sudah saatnya untuk pergi meninggalkan Jepang. Aina, aku akan pergi ke Indonesia sekarang juga. Jaga dirimu baik-baik)" ucap Nara sembari menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Yoshi Ma Nara wa sugu ni 1-kai de mama, papa, burazā ni aimasu (Baiklah Ma. Nara akan segera menemui Mama, Papa, dan Kakak di lantai dasar)" jawab Nara dengan sedikit berteriak dari dalam kamarnya.
Karena sudah mendengar jawaban sang putri yang akan segera bersiap-siap dan membawa Mayu, kucing kesayangannya, akhirnya Amaya pergi meninggalkan kamar putrinya.
Nara segera mengambil sepatu sneakers miliknya yang berwana putih. Nara tidak perlu repot-repot membereskan barang-barangnya karena sang Mama dan Asisten Rumah Tangga yang bekerja di rumah keluarga Yamada sudah membereskan barang-barangnya yang perlu di bawa.
Nara juga mengambil tas slempang berwarna putih untuk tempat Nara menyimpan ponselnya. Setelah itu, Nara langsung menuju ke kamar Mayu untuk membawa Mayu pergi menuju ke Indonesia bersamanya.
Nara segera mengambil stroller milik Mayu dan langsung meletakkan Mayu di atas stroller miliknya. Terlihatlah wajah imutnya Mayu, kucing kesayangan Nara yang sedang terlelap.
Setelah itu Nara segera mendorong stroller Mayu dan langsung menghampiri lift yang ada di antara kamar Nara dan kamar Mayu.
Nara pun segera memasuki lift tersebut. Lift tersebut di pasang di antara kamar Nara dan kamar Mayu untuk keadaan darurat misalnya jika kamar Nara sedang terkunci namun tidak bisa untuk di buka kembali.
Tring
Lift pun telah sampai di lantai dasar. Nara segera berjalan sembari mendorong stroller Mayu agar segera keluar dari lift.
Terlihatlah di sana sudah ada sang Papa, sang Mama, dan sang kakak yang sedang menunggu kedatangan Nara dan juga Mayu.
"Kawaī mono ga koko ni arimasu. Narahita ane to mayu-chan (Yang imut-imut sudah datang nih. Narahita adikku dan Mayu kucing kita)" ucap Nandito dengan sedikit menggoda sang adik yang sedang berjalan ke arahnya.
"Ē to, sorehanandesuka? (Ih, apaan sih kak?)" ucap Nara dengan nada yang menyiratkan betapa kesalnya Nara pada sang kakak kali ini.
"Dakara, Nara to mayu ga kimashita. Uraniwa ni ikou. Jetto wa junbi ga dekite imasu (Nah, Nara dan Mayu sudah datang. Ayo kita ke halaman belakang. Pesawat jetnya sudah siap)" ucap Naoki Yamada, Papa dari Nara.
"Daijōbu papa (Oke Papa)" ucap Nara sembari tersenyum lembut kepada sang Papa.
Naoki, Amaya, Nandito, dan Nara segera berjalan ke halaman belakang rumah keluarga Yamada. Karena halaman belakang rumah yang sangat luas, maka pesawat jet pun bisa lepas landas di halaman rumah keluarga Yamada.
Sesampainya di halaman belakang rumah keluarga Yamada, benar saja sudah ada pesawat jet milik Naoki yang sudah menunggu kedatangan keluarga Yamada ini.
Secara bergantian, Naoki, Amaya, Nandito, dan Nara memasuki pesawat dengan menggunakan tangga. Sebelum menaiki tangga, Nara sudah di bantu oleh beberapa kru pesawat untuk membantu menaikkan Mayu berserta strollernya ke dalam pesawat.
"Ā, kyō wa Nihon o hanarenakereba naranai to wa omotte imasendeshita. Sayōnara Nihon (Hah, aku tidak menyangka hari ini juga aku harus meninggalkanmu Jepang. Selamat tinggal Jepang)" ucap Nara ketika sudah berada di dalam pesawat.
Setelah beberapa menit melamun dalam keadaan berdiri di dalam pesawat, Nara memutuskan untuk menuju ke arah sang kakak.
Sesampainya di dekat posisi sang kakak yang sekarang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di dalam pesawat, Nara langsung menduduki kursi yang ada di sebelah kursi tempat sang kakak sedang duduk.
"Kon'nichiwa kyōdai, kare no geitaidenwa no saisei ni shōten o atete imasu. Watashi ga kuru made, ani wa watashi ni aimasendeshita (Hai kakak, fokus sekali bermain ponselnya. Sampai aku datang saja kakak tidak melihatku)" ucap Nara yang sengaja mengejutkan sang kakak yang sedang asyik bermain ponselnya.
"Ā, o nīchan no sukina onēsan. Nara wa itsu kara? (Oh, hai adik kesayangan kakak. Sejak kapan kamu di sana Nara?)" ucap Nandito sembari mengalihkan pandangannya yang semula menatap layar ponselnya kini menatap wajah cantik milik sang adik.
"Tada (Baru saja)" ucap Nara dengan ekspresi dan nada bicaranya yang sangat datang.
"Chūi! Chūi. Hikōki wa sugu ni ririku shimasu. Shītoberuto o sugu ni shimemasu (Perhatian, perhatian. Pesawat akan segera lepas landas. Segera Kencangkan sabuk pengaman anda)" ucap seorang kru pesawat yang memberi pemberitahuan karena pessawat akan segera lepas landas.
Berselang beberapa menit dari pemberitahuan yang di beritahukan oleh seorang kru pesawat, kini pesawat jet pribadi milik Naoki, Papa Nara dan Nandito sudah lepas landas dan terbang mengudara menuju ke Indonesia.
"Indoneshia no atarashī shō wa sugu ni Nara o kaishi shimasu. A, mada Nihon ni itai na (Lembaran baru di indonesia akan segera di mulai Nara. Ah, rasanya aku masih ingin tinggal lebih lama di Jepang)" ucap Nara sembari memejamkan kedua matanya dengan perlahan.
Tiba-tiba saja Nara teringat akan perihal Mayu, kucing kesayangannya. Nara bahkan tidak melihat stroller Mayu sejak Mayu dan strollernya di naikkan ke pesawat oleh salah satu kru yang ada di pesawat.
"Mayu ga dokoni ita ka mimashita ka? Kanojo to kanojo no bebīkā ga jōmu-in no hitori ni yotte hikōki ni nose rarete irai, watashi wa kanojo ni atte imasen (Apakah kakak melihat di mana Mayu? Dari tadi aku tidak melihatnya semenjak dia dan strollernya di naikkan ke pesawat oleh salah satu kru pesawat)" ucap Nara sembari menengok ke kanan dan ke kiri berharap dirinya bisa melihat Mayu yang masih berada di dalam strollernya.
"Sorehanandesuka? Nara mienai? (Itu apa? Apakah kamu tidak melihatnya Nara?)" ucap Nandito sembari menunjuk Mayu yang berada di dalam strollernya yang berada di dekat kursi tempat Nara sekarang duduk.
"Īe, mimasendeshita ne. Ima dake kanojo o mita (Tidak, aku tadi tidak melihatnya kak. Baru sekarang aku melihatnya)" ucap Nara sembari tersenyum kikuk karena ternyata Mayu sedang ada di atas strollernya yang berada di dekat kursi yang sedang Nara duduki.
"Mama, Nara no shōsetsu ya hon wa zenbu motte kimashita ka? (Mama, apakah Mama membawa semua novel-novel dan buku-buku milik Nara?)" tanya Nara kepada sang Mama yang duduk persis di depan kursi Nara.
"A, okāsan gomen'nasai. Mamade sae, mama no musume no hon ya shōsetsu wa motte imasendeshita (Ah, maafkan Mama. Bahkan Mama tidak membawa satupun buku atau novel milik anak gadis mama)" ucap Amaya dengan nada yang terdengar sangat bersalah kepada putri keduanya itu.
"A, ma~a ma~a. Sonogo, Nara wa Indoneshia ni tōchaku shita toki ni, yori ōku no hon ya shōsetsu o kōnyū suru koto ga dekimasu (Ah, tidak apa Ma. Nanti Nara bisa membeli buku dan novel lagi ketika sudah sampai di Indonesia)" ucap Nara dengan nada yang santai agar sang Mama tidak merasa bersalah kepadanya.
"Ā, Indoneshia no hon ya shōsetsu ni mo kyōmi ga arimasu. Hon ya shōsetsu wa Nihon no hon ya shōsetsu yori yoidesu ka? (Ah, aku bahkan penasaran dengan buku-buku dan novel-novel di Indonesia. Apakah buku-buku dan novel-novel di sana lebih bagus dari buku-buku dan novel-novel yang ada di Jepang?)" batin Nara sembari berfikir keras.
"Hon ya shōsetsu ga Nihon no mono yori yokattara, Aina ni yonde morau koto o o susume shimasu (Jika buku-buku dan novel-novel di sana lebih bagus dari yang ada di Jepang maka aku akan merekomendasikan untuk Aina membacanya)" ucap Nara sembari tersenyum senang.
Lama kelamaan Nara merasa bosan dengan berkelana di fikirannya sendiri. Nara sebenarnya ingin bermain dengan Mayu, kucing kesayangannya. Namun Mayu sudah tertidur dengan pulasnya di atas stroller miliknya membuat Nara mengurungkan niatnya.
Nara mengambil ponselnya di dalam tas slempang yang di kenakan oleh Nara. Nara memutuskan untuk membaca novel via aplikasi seperti yang di lakukan oleh Aina, sahabat terbaiknya. Namun Nara memutuskan untuk bertanya kepada Aina apa nama aplikasinya dan juga apa novel yang menurut Aina termasuk ke dalam golongan novel yang bagus.
Narahita
"Kon'nichiwa, Aina. Shōsetsu o yomu tame ni shiyō suru apurikēshon no namae wa nanidesu ka? (Halo Aina. Apa nama aplikasi yang kamu gunakan untuk membaca novel?)"
Aina
"******* to MangaToon de shōsetsu o yonda (Aku membaca novel di ******* dan juga MangaToon)"
Narahita
"Sate, Aina ni kansha shimasu. Indoneshia-go no shōsetsu wa arimasu ka? (Oke, terima kasih Aina. Apakah di sana ada novel yang berbahasa Indonesia?)"
Aina
"Aru yōdesu. Mondai wa, Indoneshia-go no sentaku ga izen ni arawareta kotodesu (Sepertinya ada. Soalnya tadi muncul juga pilihan bahasa Indonesia)"
Narahita
"Ī Aina. Watashi ga yomu tame no yoi atarashī suishō jikō wa arimasu ka? (Oke Aina. Apakah kamu punya rekomendasi novel yang bagus untuk aku baca?)"
Aina
"Arimasen. Saisho no shō o yonda dakedesu. Yomi oete inai toki ni, dōsureba o susume dekimasu ka. Wa wa wa (Tidak punya. Aku baru membaca bab awalnya saja. Mana bisa aku merekomendasikannya ketika aku belum selesai membacanya. Hahaha)
Narahita
"Sate, watashi wa saisho ni shōsetsu o yomitaidesu. Anata wa jibun no mendō o mite, watashi wa inai (Ya sudah, aku mau baca novel dulu ya. Kamu jaga diri ya di sana nggak ada aku)"
Aina
"Wakarimashita (Oke sayangku)"
Setelah berkirim pesan dengan Aina, sahabat terbaiknya, kini Nara membuka aplikasi App Store yang ada di ponselnya untuk mendownload aplikasi MangaToon. Karena Nara pengguna I Phone jadi Nara menggunakan aplikasi App Store untuk mendownload aplikasi MangaToon.
"Ā, sore mo tsuini daunrōdo sa remashita (Huh, akhirnya terunduh juga)" batin Nara sembari bernafas lega ketika aplikasi MangaToon sudah selesai di download.
Nara segera membuka aplikasi MangaToon miliknya yang sudah di download. Lalu dengan segera Nara mendaftar untuk membuat akun MangaToon miliknya. Tak perlu waktu yang lama, kini akun MangaToon milik Nara sudah berhasil di buat. Karena Nara ingin membaca novel Indonesia, maka Nara memilih bahasa Indonesia. Nara sebenarnya sangat fasih berbicara dengan berbagai bahasa, contohnya Jepang, Korea, China, Indonesia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan Malaysia.
Dengan segera Nara menscroll beranda aplikasi MangaToon miliknya untuk mendapatkan rekomendasi novel yang bagus. Ketika ada salah satu novel yang menurut Nara menarik, Nara langsung mendownload novel tersebut dan dalam waktu singkat novel yang Nara unduh sudah selesai terunduh.
Nara mulai membaca novel yang sudah di download olehnya tadi. Nara merasa terkagum-kagum dengan imajinasi para penulis Indonesia yang sangat cermerlang. Bahkan novel Indonesia menurut Nara lebih menarik dari pada novel yang ada di Jepang.
"Sono shōsetsu wa totemo yoi. Indoneshia no shōsetsu o zenbu kaitaidesu. Aina ni susumetara shōsetsu o kau tame dake ni Indoneshia e tobu kamo (Novelnya sangat bagus sekali. Aku ingin memborong semua novel yang ada di Indonesia. Kalau aku rekomendasikan untuk Aina mungkin dia akan terbang ke Indonesia hanya karena untuk membeli novel)" batin Nara sembari tertawa kecil di akhir kalimatnya.
Karena suara tawa Nara yang agak besar membuat Naoki, Amaya, dan Nandito menengok ke arah Nara. Bahkan Mayu juga ikut-ikutan menanyai Nara dengan kata "Meong" khas binatang kucing yang sangat lucu itu.
"Nara, nande hanī waratteru no? Nanikaokashīdesu ka, nani ka machigatte imasu ka? (Nara, kenapa kamu tertawa sayang? Apakah ada yang lucu atau ada yang salah?)" tanya Naoki dengan menatap lembut wajah putri keduanya yang sangat cantik.
"Hai, anata ga omoshiroi to omou mono wa arimasu ka? (Iya sayang, adakah hal yang menurutmu lucu?)" tanya Amaya sembari mengerenyitkan dahinya karena kelakuan putri keduanya yang tiba-tiba tertawa tanpa sebab.
"Nara, nande warau no? Fudan wa hitori de warau koto wanai (Nara, kenapa kamu tertawa tanpa sebab? Tidak biasanya kamu tertawa sendiri tanpa sebab seperti ini)" tanya Nandito dengan nada yang menyiratkan betapa besarnya kekhawatirannya kepada sang adik yang sangat Nandito sayangi.
"Meong, Meong" ucap Mayu dengan suara khas binatang kucing yang sangat lucu.
"Ē to, naze keisatsu wa yōgi-sha o jinmon suru no ga sukina nodesu ka? Mama, papa, burazā, soshite mayude sae, onaji shitsumon de watashi ni jinmon suru yō ni narimashita. Sore wa mayu ga omoshiroi neko no koe de kare o jinmon suru dakedesu (Hah, kenapa mereka ini seperti polisi yang sedang mengintrogasi tersangka? Mama, Papa, Kakak, bahkan Mayu ikut mengintrogasiku dengan pertanyaan yang sama. Hanya saja Mayu mengintrogasinya dengan suara khas kucing yang lucu)" batin Nara sembari menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Mīmu Ma, Pa, Sis o fukumu u~ebu saito o aite itanode, watashi wa izen ni waratta (Aku tertawa tadi karena aku sedang membuka website yang berisikan meme Ma, Pa, Kak)" ucap Nara sembari menyunggingkan senyuman di wajahnya.
"Ā, mama wa anata ga akuma o motte iru to omotta (Oh, Mama pikir kamu kerasukan setan)" ucap Amaya sembari tersenyum kikuk karena ucapannya sendiri.
"Haishu, kono mama (Haish, Mama ini)" ucap Naoki sembari menggelengkan kepalanya secara perlahan karena kelakuan Istrinya ini.
Setelah kekacauan introgasi yang menimpa Nara, kini Nara memutuskan untuk bermain dengan Mayu kucing tersayangnya untuk menghilangkan semua beban hidupnya.
"Kon'nichiwa Mayu-san, Nara-san ni asobi ni kite moraemasu ka? (Halo Mayu, apakah kamu senang jika Nara mengajakmu bermain?)" ucap Nara sembari menggelitiki tubuh Mayu yang masih berada di dalam strollernya.
"Meong" jawab Mayu dengan suara khas binatang kucing yang sangat imut dan lucu.
"Nara de kuni o ugokashi tari, shiawaseni shi tari shimasen ka? Indoneshia no mayu o sanpo shimasu (Kamu bahagia nggak nih pindah negara sama Nara? Nanti kita jalan-jalan di Indonesia ya Mayu)" ucap Nara sembari membelai lembut kepala Mayu kucing tersayangnya.
Setelah puas bermain-main dengan kucing kesayangannya, Nara memutuskan untuk kembali berkirim pesan dengan Aina, sahabat terbaiknya.
Narahita
"Kon'nichiwa Aina, imanani o shite imasu ka? (Halo Aina, kamu sedang apa sekarang?)"
Aina
"A, kon'nichiwa Nara. Watashi to kekkon suru hansamuna otokonoko o sōzō shite ita (Oh, hai Nara. Aku sedang membayangkan ada seorang laki-laki tampan yang menikahiku)"
Narahita
"Kore wa romanchikkuna shōsetsu o takusan yon dari, romanchikkuna dorama o mi tari suru koto no eikyōdesu ka? (Apakah ini yang di namakan efek dari kebanyakan membaca novel romantis dan menonton drama romantis?)"
Aina
"Watashitachi no yōna romansu o aisuruhito-tachi ni wa,`wa i' to ieru kamo shiremasen. Wa wa wa. Kareshi ni mata aitai, matawa atode anata no yōna otto ni aitai (Mungkin bisa di bilang iya untuk orang-orang pecinta romansa seperti kita. Hahaha. Aku jadi ingin punya pacar lagi, atau bahkan punya suami seperti kamu nantinya)"
Narahita
"Ē to, tabun onrain no deai-kei apuri wa Aina o tasukeru koto ga dekimasu (Umm, mungkin aplikasi kencan online bisa membantumu Aina)"
Aina
"Ā, sore wa totemo yoi kangaedesu (Ah, itu ide yang sangat bagus)
Narahita
"Mochiron Aina. Kareshi ni naritai kuni wa dokodesu ka? (Tentu saja Aina. Kamu ingin orang negara mana untuk menjadi pacarmu?)
Aina
"Kanōdeareba, Indoneshia-go. E e e (Kalau bisa ya orang indonesia. Hehehe)
Narahita
"Anata ga kono yume o hayaku tassei dekiru koto o negatte imasu. Ā, atode atarashī bangō ga todoitara, tekisutomessēji o sōshin shimasu. Atarashī bangō o hozon suru koto o wasurenaide kudasai (Aku doakan semoga impianmu yang ini segera tercapai. Oh iya, nanti jika aku punya nomor baru aku akan mengirimu pesan. Nomor baruku nanti jangan lupa kamu simpan ya)
Aina
"Hai. Mochironda yo hanī (Oke. Tentu saja sayang)
Setelah selesai berkirim pesan dengan Aina sahabat tercintanya Nara segera mematikan ponselnya. Karena perjalanan dari Tokyo, Jepang ke Jakarta, Indonesia itu memakan waktu cukup lama, yaitu paling cepat sekitar 6 jam perjalanan menggunakan pesawat dengan kecepatan 900 Km/Jam.
Nara segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas slempang yang di gunakan oleh Nara untuk menyimpan ponselnya. Setelah menyimpan ponselnya, Nara segera mencari posisi untuk tidur yang nyaman. Tak lupa untuk Nara berdoa sebelum tidur agar tidurnya Nara bisa menjadi nyenyak dan juga sekaligus sarana ibadah kepada Allah Swt.
6 jam kemudian
Pesawat jet pribadi milik Naoki, Papa Nara dan Nandito sudah mendarat dengan mulus di bandara pribadi milik Muhammad Raihan Abayomi yang tak lain adalah Papa dari Rafa yang akan menjadi besan Naoki dan Amaya.
"Nara-sama okite mimashou Indoneshia ni tsukimashita (Nara sayang, ayo bangun. Kita sudah sampai di Indonesia)" ucap Amaya sembari menggoncangkan tubuh putri keduanya dengan perlahan.
"U ̄ n, Indoneshia no Ma ni hijō ni hayaku tōchaku shita kanji (Hmm, perasaan cepat sekali sampai di Indonesianya Ma)" ucap Nara sembari mengucek matanya dengan perlahan.
Beberapa menit kemudian, Nara segera bangkit berdiri dari posisinya yang semula duduk. Nara segera berjalan dengan perlahan menyusul sang Papa, sang Mama, dan sang kakak yang sudah lebih dahulu keluar dari dalam pesawat. Barang-barang bawaan Naoki Amaya, Nandito, Nara, berserta Mayu dan strollernya sudah di turunkan terlebih dahulu dari dalam pesawat.
Nara berjalan menuruni tangga pesawat dengan perlahan. Hingga tibalah Nara di bawah dan Nara pun mendekat kepada sang Mama yang sedang asyik mengobrol dengan Rania, calon besannya.
"I never thought I would order with you Amaya. It feels like I just woke up from my long sleep (Aku tidak menyangka aku akan berbesanan denganmu Amaya. Rasanya aku baru saja bangun dari tidur panjangku)" ucap Rania sembari memeluk erat tubuh sang calon besan.
"Me too Ran (Aku juga Ran)" ucap Amaya sembari membalas pelukan sang calon besan dengan eratnya.
"Dōyara watashi no shōrai no gibo wa nihongo o hanasemasen. Kare wa eigo de mama to hanasu dakedeshita (Rupanya calon Mama mertuaku tidak bisa berbahasa Jepang. Untuk bicara dengan Mama saja dia menggunakan bahasa Inggris)" batin Nara sembari tersenyum tipis.
"Ah, you are my future son-in-law, right? Come on, immediately meet your future husband who wears the same hoodie as you (Ah, kamu Nara calon menantuku kan? Ayo segera temui calon suamimu yang memakai hoodie yang sama denganmu)" ucap Rania sembari menghampiri calon menantunya yang sedang terpaku di tempatnya saat ini.
"Nara, apakah kamu masih mengingatku? Ah, mungkin saja Nara masih mengingatku karena aku dan dia sering mengikuti olimpiade Sains tingkat Internasional. Tapi kenapa kita di pertemukan seperti ini dan besok kita akan menikah? Aku masih saja tidak menyangka" batin Rafa sembari terpaku diam di tempatnya.
"Ha~a rafa. Anata ga watashi no shōrai no ottodearu koto wa hontōdesuka? Kore ga subete watashitachi ni okoru to wa mada omoemasendeshita (Hah Rafa. Apakah benar kamu itu calon suamiku? Aku masih tidak bisa menyangka ini semua akan terjadi kepada kita)" batin Nara sembari terpaku diam di tempatnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!