PROLOG
Alexander bersandar di ambang pintu, kemeja putihnya tidak lagi rapi, lengan bajunya tergulung, memperlihatkan otot lengannya yang tegas. Tatapannya menelusuri setiap inci tubuh Valeria, membuat napasnya tertahan.
"Kau menggoda, Valeria." Suaranya rendah, hampir seperti geraman yang menghantam langsung ke inti dirinya.
Valeria menelan ludah, lalu berbalik menatap pria itu. "Aku hanya... mencoba membiasakan diri."
Alexander melangkah mendekat, menelusuri rambutnya dengan jemari yang panas. "Masih takut?"
Valeria menggigit bibirnya, matanya menatap penuh waspada. "Aku tidak takut... hanya tidak ingin kau kasar."
Alexander menyeringai, tangan besar itu turun, menggenggam pinggangnya dengan kepemilikan. "Kau ingin aku lembut?"
Valeria mengangguk pelan, tetapi matanya menantang. "Aku tidak terbiasa dengan ini."
Senyuman pria itu memudar sedikit, digantikan dengan sesuatu yang lebih dalam. "Jadi, kau belum pernah...?"
Wajah Valeria menghangat. Dia tidak ingin menjawab, tetapi Alexander sudah membaca segalanya dari ekspresinya.
Dia mengangkat dagunya dengan dua jarinya, menelusuri kulitnya dengan sentuhan yang hampir menyiksa. "Kalau begitu, aku akan pastikan malam pertamamu tidak terlupakan."
Valeria hampir mundur, tetapi Alexander menahan pinggangnya, mendekatkannya ke tubuhnya yang keras. "Atau… kau bisa menghentikanku sekarang."
Tantangan dalam suara pria itu membuat Valeria kehilangan akal sehat. Dengan suara yang sedikit bergetar, dia berbisik, "Aku tidak ingin menghentikanmu, Alexander."
Alexander tersenyum miring, lalu menundukkan kepalanya, bibirnya menyapu leher Valeria dengan sentuhan yang lebih panas dari api. "Kau baru saja membuat keputusan yang sangat berbahaya, Mrs. Remington."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Valeria's POV
Tik tok tik tok..
Jam dinding berdetak bertalu talu seperti tahu isi kepalaku yang bimbang antara menyerahkan surat resign kepada si tua Thomas Lancaster pemilik Firma Hukum Lancaster & Associates, atau membuangnya ke tong sampah seperti yang sudah sudah.
Kubaca kembali setiap kata dan kalimat dalam surat resign itu. Tidak ada yang salah sedikitpun, semuanya pas dan sempurna. Tentu saja, karena yang salah adalah isi kepalaku yang bising menarikku ke dua arah berlawanan. Antara iya dan tidak.
Terbayang lagi diskusi dengan Jennifer di The Princess Cafe dua hari lalu. Masih terngiang di telingaku apa yang dikatakannya saat itu, ” Kau ini tolol Val. Firma Hukum Lancaster adalah yang terbesar saat ini di London. Kau bisa terkenal seperti sekarang itu semua karena jasa Si gila Thomas itu.”
Aku menghela nafas panjang untuk yang kesekian kalinya. Aku tahu mencari pekerjaan saat ini tidaklah mudah. Walaupun aku merasa diriku saat ini cukup punya nama dikalangan Firma Hukum London, karena keberhasilanku menangani Kasus Skandal Pengusaha Real Estate beberapa waktu lalu. Pengusaha itu berselingkuh dan menceraikan istrinya tanpa gono gini maupun uang tunjangan sepeserpun. Berkat keberuntungan dan juga kerja Tim, aku bisa membuktikan perselingkuhan dan tuduhan palsu si Pengusaha pada istrinya sehingga si istri akhirnya memenangkan gugatan dan memperoleh haknya berupa harta gono gini dan tunjangan hidup yang tidak sedikit. Paling tidak cukup baginya untuk hanya ongkang ongkang kaki seumur hidup, jika dia pandai mengelolanya.
Sejak saat itulah nama ku meroket dan bahkan aku mendapat julukan ‘Malaikat tanpa sayap’ yang membantu Wanita yang tertindas dalam perkawinan. Ahhhh, aku tidak butuh semua itu. Aku hanya ingin mandiri dan lepas dari bayang bayang si tua Thomas Lancaster yang kasar, intimidatif dan manipulatif.
Banyak sudah keuntungan yang aku berikan pada Firma ini berkat kesuksesan menangani kasus kasus besar yang menjadi buah bibir kuli tinta koran kuning London maupun tabloid ternama. Sial, tapi tetap saja tua bangka itu menganggap ku dengan sebelah mata, memperlakukanku seenaknya dan tidak sedikitpun menaikkan salary ku. Kerja keras bagai Kuli, belum lagi lingkungan yang toksik penuh iri dengki membuatku sampai pada keputusan ingin mengakhiri karir ku di sini.
Namun sekali lagi, perkataan Jennifer juga ada benarnya. Jika aku pergi dari perusahaan ini, kemana aku akan melabuhkan diriku? Mendirikan Firma sendiri tentu bukan pilihan yang bisa kutempuh. Selain aku belum cukup punya pengalaman mengelola Firma Hukum, juga karena aku tidak punya uang yang cukup untuk itu. Si Gila Thomas itu sengaja membayarku dengan murah, sehingga uang yang kumiliki hanya cukup untuk hidup sederhana sebagai warga negara kelas dua di London ini.
Tentu saja jika aku sudah bertanya pada beberapa kolega dan sahabat dekatku, dan rata rata mereka pasti menyarankan untuk berpikir seribu kali jika ingin keluar dan lepas dari Cengkeraman Lancaster. Pria tua tambun itu selain punya koneksi yang sangat luar biasa, dia juga seorang pendendam. JIka aku bekerja ikut Firma lain, bukan tidak mungkin dia akan menjelekkan namaku dan mengatakan bahwa dialah yang memecatku karena skandal tertentu sehingga aku bisa saja sulit mendapatkan job maupun kepercayaan dari perusahaan lain.
Adalah sebuah hal yang Mustahil bagi Pengacara Muda berbakat sepertiku keluar dari Firma hukum besar seperti ini hanya karena merasa tidak cocok dengan gaya kepemimpinan Lancaster. Diluar sana banyak sekali pengacara muda berbakat lainnya yang siap menjadi budak Lancaster bahkan menjadi gundiknya hanya untuk bisa mendapatkan Akses pada klien klien potensial dari kalangan pengusaha dan Aristokrat yang menjadi Link Lancaster selama ini.
Hampir saja aku mengurungkan niatku, ketika sesaat kemudian aku kembali teringat dengan sikap kasarnya yang melemparkan berkas perkara milik Suami Istri Deveroux yang bersengketa atas harta gono gini yang gagal ditangani salah seorang kolega kami di kantor ini dan dialihkan padaku.
Kata katanya sungguh menusuk hati karena diucapkan di depan klien. Masih kuingat dia berkata dengan arogan,” Urus perkara ini betina jalang, dan jangan sampai gagal seperti yang lainnya. Aku tidak menerima kata kata gagal, apa lagi dari jalang sepertimu yang mendapat julukan malaikat bagi Istri tertindas. Tunjukkan pada dunia bahwa kau bukan pecundang jalang tetapi malaikat tanpa sayap seperti yang sering disebut oleh The Times,”
Aku hanya bisa memunguti kertas yang jatuh di bawah kakinya dengan perasaan marah dan dongkol. Yup, cukup. Aku lebih baik kelaparan di luar sana karena menjadi pengacara gelandangan daripada harus menjadi budak tua bangka ini. Bergegas aku keluar dari ruang kerjaku membawa surat resign yang ingin segera kulempar ke muka tembem Kisut milik Lancaster.
Tepat saat aku berada di pintu Keluar, Mary Ann masuk dan berkata,” Oh dari mana saja kau Val? Mengapa sembunyi di ruangan gelap ini terus? Lancaster mencarimu. Tidakkah kau dengar suaranya yang menggelegar sejak tadi?”
“Tidak, aku tidak dengar. Mengapa dia mencariku? Ada apa?” jawabku singkat sambil setengah berlari mengikuti langkah kaki Mary Ann menuju ruang kerja Thomas Lancaster. Begitu sampai di sana Mary Ann segera mendorongku masuk dan menutup pintu ruang kerja Thomas dari luar.
“Ah ini dia. Kemana saja kau Sinclair? Aku sudah berteriak mencarimu sejak tadi.” ujarnya tanpa memandang ke arahku sedetik pun
Lalu dia melempar setumpuk berkas ke arahku sambil berkata,” Tangani kasus ini dengan baik. Dia seorang pengusaha baja Skala Internasional, tampan, muda dan kaya raya tentunya.”
“Aku tidak bisa mengurus perkara ini,” ujarku dengan nada sedikit bergetar menahan emosi.
Seketika tercipta keheningan panjang diantara kami. Aku sudah bersiap siap dengan ledakan amarah dari si gendut tua ini. Namun rupanya rasa herannya lebih besar dari amarahnya. Dia memutar kursinya dan menatapku dengan mata nya yang kecil dibalik kaca mata baca yang melorot.
“Apa kau bilang? Apa maksudmu tidak bisa? Kau ini bodoh atau bagaimana?”
“Tunjuk saja pengacara lain yang masih mau bekerja untukmu. Aku sudah tidak sudi lagi menjadi bawahanmu dan kau perlakukan seenaknya seperti babu,” ujarku sambil menyerahkan surat resign yang langsung dibacanya sepintas.
Tanpa kuduga dia malah merobek surat itu dan dengan santainya berkata,” Kau jangan bermimpi bisa begitu saja pergi dari kantor Firma hukum ku ini. Kau harus ingat bahwa kau akan dikenakan Penalti sebesar 10 kali salary terakhir yang kau terima dari berkas perkara suami istri Deveroux, yang kau tahu sendiri berapa nilainya itu, Valeria Sinclair ”
“Ap..apa maksudmu? Pinalti apa?” jawabku terbata
“Nona Sinclair, kau harus tahu bahwa setiap pengacara yang bekerja di Firma Hukum ini menandatangani perjanjian kontrak kerja selama 5 tahun. Dan kau termasuk yang baru saja menandatanganinya. Sebagai pengacara dengan reputasi gemilang, sangat ceroboh jika kau tidak membaca salah satu klausulnya yang mengharuskan membayar pinalti kerugian jika kau resign sebelum waktunya. Sudahlah jangan banyak bacot dan segera pergi menemui Tuan Alexander Remington yang saat ini sedang menunggu di Lobby Hotel The Savoy.”
Aku terpaku sesaat namun akhirnya menyerah dan dengan langkah gontai kutinggalkan ruang kerja Lancaster sambil membawa berkas perkara milik Remington.
*****
Dalam perjalanan menuju The Savoy, aku mengutuk diriku sendiri, mengapa aku tandatangani saja kontrak kerja itu dulu. Sial! Sekarang aku harus menjadi budak si tua bangka itu sampai kontrak itu selesai atau sampai dia mati mendadak. Huft. !
Pikiranku langsung kacau membayangkan hari hari panjang di kantor firma hukum sialan itu sembari mendengar teriakan parau Thomas saat memanggil kami.
“Nona, anda sudah tiba di pintu Lobby, silahkan turun,” ujar Johan supir perusahaan.
Tanpa banyak cakap, aku turun dan membanting pintu mobil itu dengan keras, seolah dia menjadi bagian dari kesialan yang harus aku hadapi. Bergegas aku masuk ke Lobby Hotel The Savoy dan bertanya pada receptionist tentang posisi Alexander Remington.
Seorang pegawai hotel segera mengajakku ke sebuah Hall yang sangat mewah. Batinku meronta, untuk makan dan menginap di Hotel ini, gajiku sebagai pengacara ternama di London ( budak Thomas Lancaster jangan lupa) tidak akan pernah cukup. Jika saja pikiranku lagi enak, aku tentu akan sangat senang menangani klien kaya raya seperti ini.
Aku masuk ke dalam Hall dan melihat dua orang pria menggunakan tuxedo yang sangat elegan tampak sibuk membicarakan sesuatu dan sepertinya mengabaikan kedatanganku.
“Hemm hem…Maaf, aku adalah pengacara Valeria Sinclair dari Firma Hukum Thomas Lancaster, eh..aku ingin bertemu dengan Tuan Alexander Remington.” ujarku canggung
“Oh kau rupanya Nona Sinclair yang terkenal itu. Silahkan duduk,” ujar seorang pria yang tinggi besar, dengan wajah yang sangat rupawan namun sedikit keras. Sementara pria satunya lagi segera pergi meninggalkan ruangan.
“Maaf jika saya membuat anda menunggu Tuan Remington.”
“Panggil saja aku Alex,” ujarnya sembari mencecap kopi hitam yang tampak sudah dingin. Pandangan pria ini sangat tajam seperti menelanjangiku. Mata birunya yang jernih seperti menganalisa diriku tanpa ampun seolah dia ragu aku mampu menangani kasusnya.
Aura pria ini sungguh mengintimidasi. Dia tidak membiarkanku merasa nyaman sedetik pun. Dia menatapku berulang kali seolah melakukan Scanning apakah aku layak untuk kasus yang sedang dihadapi perusahaannya atau tidak. Aku bisa merasakan betapa dia sangat dominan, dingin dan sepertinya tidak mudah untuk didekati.
Oh sialan mengapa tubuhku jadi bergetar hebat seperti halnya pengacara amatir yang baru pertama kali menangani kasus? Mengapa tatapan dingin pria ini membuat tubuhku menggelepar setiap kali dia memandangku? Aku tahu jelas ini bukan pertemuan yang mudah.
Dia pasti akan membuat segalanya menjadi sulit dan rumit. Aku bisa merasakan bahwa akan banyak keinginan atau perjanjian tak terduga yang dia ajukan untuk diurus dalam kasus tambang ini. Sesuatu yang tidak terduga dan rumit, sesuatu yang akan membuatku berpikir ribuan kali untuk menjawabnya. Oh Tuhan, semoga aku bisa melakukan yang terbaik kali ini, bisikku dalam hati.
*****
Valeria’s POV
Aku melihat Alexander Remington tampak tidak begitu sabar melihatku. Dan benar saja tak lama kemudian dia mengatakan sesuatu yang membuatku merasa down.
“Berapa lama kau sudah tergabung dengan Firma Hukum Lancaster?” Ujarnya sambil mendesah dan menggeser duduknya lebih dekat ke arah meja.
“Cukup lama Tuan,”
“O God, aku sungguh tidak percaya Lancaster mengirim anak buah seusia mu untuk menangani persoalan bisnis ku yang kompleks,”
“Saya mampu bertindak professional tuan, walaupun mungkin saya terkesan muda dan naif, tapi saya mampu menangani persoalan bisnis, ” ujarku dengan nada tegas.
Dia mendengus kesal, dan berkesan meremehkan. Aku jadi makin tidak tenang, tatapannya menusuk dan tidak lepas dari wajahku. Aku merasa ingin berteriak saat itu juga dan berkata Stop pandangi aku dengan mata sinis itu. Namun tentu saja aku tidak melakukannya. Aku tidak mau dipecat dan kehilangan pekerjaan karena gagal menangani sebuah perkara.
“Setelah saya pelajari perjanjian yang dibuat oleh Mitra bisnis anda, saya melihat ada beberapa kelemahan yang perlu anda pertimbangkan sebelum menandatanganinya, mengingat bisnis ini bernilai ratusan juta dolar,”
Dia hanya diam menatapku. Sepintas kulihat dia membasahi bibirnya yang merah dan menyentuhnya dengan ujung jempolnya. Fuck! Apa yang dia pikirkan!
“Apakah kau sudah menikah Valeria?” tanyanya tiba tiba
Aku tersentak dengan pertanyaan gila itu dan setengah mati menahan emosiku.
“Tidak, aku belum menikah tuan,”
“Dari Profil yang dikirim oleh Thomas padaku, usiamu sudah tidak muda lagi. Kau sudah 34 tahun. Mengapa kau tidak kunjung menikah?” ujarnya sambil terus melihat ke mataku dengan tajam
Jengah dengan tatapannya serta pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan ini, sontak aku menatap tajam ke dalam matanya yang biru teduh itu dan berkata sedikit meninggi,” Saya tidak akan menjawab pertanyaan anda karena hal itu tidak relevan dengan pekerjaan yang saat ini sedang saya coba untuk lakukan.”
“Oh Come On Sinclair, kita sedang tidak ada di ruang sidang. Dan aku bukan jaksa penuntut umum atau hakim. Santai sajalah, dan jangan terlalu tegang. Aku juga tidak begitu peduli dengan alasanmu untuk tetap sendiri di usia yang sudah cukup matang,” ujarnya sambil tersenyum sinis.
Aku mencoba tidak peduli dengan apa yang barusan dikatakannya, aku tetap Fokus pada dokumen perjanjian hukum yang diajukan oleh mitra perusahaan Remington Steel Corporation.
“Perjanjian ini bisa menyebabkan perusahaan anda berpotensi kehilangan keuntungan bersih sebesar 20 persen per tahun, sehingga jika anda tetap melakukan kesepakatan ini, ada baiknya anda memperhatikan hak yang akan anda terima sebagai akibat dari perjanjian ini, tuan Alex,”
Dia hanya diam dan tersenyum tipis lalu bertanya lagi,” Apakah kau masih perawan Valeria? Atau mungkin kau sedang menjalin cinta yang hangat dan liar dengan seseorang di luar sana?”
Aku menghembuskan nafas kencang lewat mulutku dan menatapnya tajam, namuan belum sempat aku membuka mulut untuk membalas dengan pedas pertanyaannya tadi, tiba tiba dia mengulurkan tangan dan mengambil semua dokumen yang ada dihadapanku lalu kemudian berkata,” Aku tidak ingin membahas ini. Tutup. Hentikan semuanya.”
“Ap..apa maksud anda Tuan? Aku masih belum selesai membahas perjanjian yang anda buat dengan mitra anda,” ujarku dengan nada terkejut.
“Stop …Stop..stop, diamlah kau tidak sudi mendengar ocehanmu,”
Lalu tiba tiba dia menepuk telapak tangannya sebanyak dua kali dan pria yang sebelumnya berbicara dengannya, tiba tiba masuk dan membawa sebuah map putih yang tampak Elegan. Lalu pria itu melirik sebentar padaku dan memberikan map itu pada Alex dengan sikap hormat, setelah itu dia pergi.
Tak lama kemudian Alex mengulurkan Map itu padaku dan berkata,” Aku ingin membahas perjanjian ini. “
Kuterima Map putih elegan itu dan membukanya perlahan. Disana tertera tulisan besar yang berbunyi Klausul Kontrak Pernikahan
📜 Klausul Perjanjian Pernikahan Kontrak
Antara Alexander Remington & Valeria Sinclair
PERJANJIAN PERNIKAHAN KONTRAK
Pada tanggal ___, bertempat di London, Inggris, perjanjian ini dibuat antara:
Alexander Remington (selanjutnya disebut sebagai "Pihak Pertama"), seorang CEO dari Remington Steel Corp, berkewarganegaraan Inggris.
Valeria Sinclair (selanjutnya disebut sebagai "Pihak Kedua"), seorang pengacara berbasis di London, Inggris.
Kedua belah pihak dengan ini sepakat untuk mengikat diri dalam pernikahan kontrak berdasarkan
klausul-klausul berikut:
PASAL 1 – TUJUAN PERJANJIAN
1.1 Pihak Pertama dan Pihak Kedua akan menikah secara sah di mata hukum sebagai bagian dari kesepakatan bisnis.
1.2 Pernikahan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan hukum atas warisan keluarga Pihak Pertama.
1.3 Tidak ada kewajiban emosional atau hubungan romantis dalam pernikahan ini.
PASAL 2 – DURASI PERNIKAHAN
2.1 Pernikahan ini akan berlangsung selama 12 bulan sejak tanggal pencatatan resmi.
2.2 Setelah durasi tersebut, pernikahan dapat diakhiri dengan perceraian tanpa persyaratan tambahan dari kedua belah pihak.
2.3 Jika salah satu pihak ingin mengakhiri pernikahan sebelum waktu yang ditentukan, maka pihak yang mengajukan perceraian harus membayar denda sebesar 5 juta pound sterling kepada pihak lainnya.
PASAL 3 – HAK & KEWAJIBAN MASING-MASING PIHAK
3.1 Hak & Kewajiban Pihak Pertama (Alexander Remington):
Memberikan fasilitas hidup mewah bagi Pihak Kedua, termasuk tempat tinggal, kendaraan, dan akses ke acara sosial.
Tidak boleh melakukan tindakan yang dapat mencoreng nama baik Pihak Kedua di mata publik.
Wajib hadir di acara sosial dan bisnis tertentu bersama Pihak Kedua untuk mempertahankan citra pernikahan harmonis.
3.2 Hak & Kewajiban Pihak Kedua (Valeria Sinclair):
Berperan sebagai istri sah Pihak Pertama di hadapan publik dan media.
Menghadiri acara-acara sosial dan pertemuan bisnis yang dianggap perlu.
Tidak diperbolehkan menjalin hubungan romantis dengan pihak ketiga selama pernikahan berlangsung.
PASAL 4 – BATASAN DALAM PERNIKAHAN
4.1 Tidak ada kewajiban hubungan fisik antara kedua belah pihak kecuali ada kesepakatan bersama.
4.2 Pihak Kedua tidak memiliki hak kepemilikan atas perusahaan atau aset Pihak Pertama.
4.3 Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat mengakibatkan pembatalan kontrak dengan sanksi hukum yang telah disepakati.
PASAL 5 – KEHIDUPAN PASCA PERNIKAHAN
5.1 Setelah pernikahan berakhir, kedua belah pihak sepakat untuk tidak mengungkapkan informasi atau rahasia terkait kesepakatan ini kepada pihak mana pun.
5.2 Pihak Kedua akan menerima kompensasi sebesar 20 juta pound sterling sebagai tanda terima kasih atas kerjasamanya.
PASAL 6 – KERAHASIAAN & SANKSI PELANGGARAN
6.1 Kedua belah pihak wajib menjaga kerahasiaan perjanjian ini.
6.2 Jika salah satu pihak membocorkan perjanjian ini ke publik, maka ia akan dikenakan denda sebesar 50 juta pound sterling.
PASAL 7 – PENUTUP
Dengan menandatangani perjanjian ini, kedua belah pihak mengakui bahwa mereka telah membaca, memahami, dan sepakat untuk menaati semua klausul yang ada di dalamnya.
🖋 Ditandatangani pada tanggal ___
Pihak Pertama
✒ Alexander Remington
Pihak Kedua
✒ Valeria Sinclair
Mataku terbelalak membaca isi Klausul itu dan kemudian menatap Alex dengan tajam,” Apa maksud semua ini Tuan Alexander Remington?”
“Anggap saja aku melamarmu untuk sebuah pernikahan Kontrak demi kepentingan Bisnis. Aku janji segala yang ada dalam Klausul perjanjian Pernikahan Kontrak itu akan aku tepati dan tidak ada satu pun yang akan kulanggar.” Kali ini matanya menatapku dengan pandangan yang susah diartikan lain, selain memohon.
“Tidak, ini tidak benar Tuan Remington, anda tidak mungkin membayar saya seperti seorang pelacur macam ini,” teriakku dengan nada tinggi.
Segera kukemasi semua barangku dan bermaksud pergi meninggalkan Alexander yang sekarang tampak seperti orang gila bagiku. Hanya beberapa langkah aku berjalan menjauhi meja, dia setengah berteriak mengatakan hal yang sungguh menusuk tepat di ulu hatiku yang terdalam.
“Valeri, ini adalah kesempatan bagimu untuk keluar dari tekanan pekerjaan yang kau alami di Firma Hukum milik Thomas Lancaster. Dengan uang ini kau bisa mendirikan Firma Hukum sendiri yang sudah lama kau impikan. Kecuali, ya…bila kau ingin tetap menjadi budak korporat di tempat Thomas tua dan gendut itu berkuasa. Ingat, dia bisa berbuat apa saja semaunya padamu, termasuk menidurimu bila perlu,” ujarnya dengan nada santai tapi menusuk.
Aku menoleh ke arahnya dan bertanya,” Dari mana kau tahu semua itu?”
Masih dengan senyum sinisnya yang tidak kunjung pergi, dia berdiri dari kursinya lalu mendekatiku dan sedetik kemudian sudah mendorongku ke tembok Hall dan mengunciku di bawah kungkungannya.
“Aku tidak tertarik padamu Valeria, perjanjian ini hanya untuk mendapatkan apa yang menjadi hak ku, yaitu warisan perusahaan keluarga Remington. Selebihnya tidak akan ada apa apa diantara kita. Aku jamin aku tidak akan menyentuhmu seujung kuku pun,” ujarnya sambil mengendus rambutku.
Aku memejamkan mataku tak mampu menahan aliran listrik yang bergetar di seluruh tubuhku akibat sentuhan bibirnya yang hangat dan lembut di rambutku dan terasa hingga ke tengkuk. Oh Tuhan ada apa denganku? Harusnya aku meninju wajah orang ini dan mencaci maki dirinya tanpa ampun. Tetapi, mengapa aku malah diam saja dan membiarkan jantungku berdetak kencang da nafasku memburu?
“Ak…aku akan memikirkannya, Tuan. “
“Alex…panggil aku Alex,” ujarnya
“Aku akan memikirkannya Alex,” jawabku sambil menelan ludah
Lalu begitu dia lengah, secepat kilat aku meluncur meninggalkan ruangan itu dan menjauh dari The Savoy Hotel dengan perasaan berkecamuk. Aku berlari terus dan terus menjauhi keramaian. Air mataku mengalir deras, sungguh aku tidak tahu mengapa aku menangis. Apakah mungkin karena aku merasa dilecehkan? Aku tidak punya jawaban pasti
******
Valeria’s POV
“Kau yakin dengan apa yang kau baca dalam kontrak itu? Dia benar benar mau menikah hanya karena persyaratan warisan?” tanya Jennifer bertubi tubi
Aku mencecap kopi pahit yang sudah mulai dingin dihadapanku sembari mencoba mencerna apa yang baru saja ku alami tadi
“Aku yakin aku tidak salah mengartikan kontrak itu. Aku membawanya di tas. Kau mau membacanya?” ujarku pada Jennifer yang spontan menganggukkan kepala.
Kubuka tas dan kuserahkan map putih Elegan yang diberikan Alex padaku. Jennifer membacanya dengan mata terbelalak lebar diikuti oleh mulutnya yang menganga.
“Gila, baru kali ini aku tahu ada orang macam ini,” ujarnya sambil tiba tiba menutup mulutnya dengan tangan.
Dia lalu meletakkan Map itu dan menatapku dalam dalam,” Kau tidak akan menerimanya bukan? Jangan cari penyakit Valerie. Kau bisa tetap bekerja dengan tenang di Firma Hukum Lancaster tanpa perlu kawin kontrak macam itu.”
“Jenni, diamlah, aku tidak sanggup berpikir jika kau terus menerocos macam itu,” sungutku.
“Oh, jangan katakan kau menerimanya karena kesepian. Atau karena kau ingin mencoba hal baru yang menantang,” sergah Jenni seperti tahu isi kepalaku.
“Aku sudah lama tidak punya pacar, kau tahu sendiri aku masih…Virgin hingga saat ini. Lalu tahu tahu ada orang yang mengajukan proposal macam ini, terus terang aku merasa tersanjung. Dan lagi aku butuh uang untuk keluar dari lingkungan toksik macam Firma Hukum Lancaster,”
“Oh My God, kau cantik dan bukan tidak mungkin kelak akan ada pria sejati yang mendatangimu dan bersedia menikah denganmu. Jangan putus asa macam ini Val,”
“Entahlah Jen, aku tidak bisa berpikir lain selain memandang Proposal itu sebagai tawaran yang menarik. Tinggal di Mansion mewah, ikut pesta pesta kalangan jet set, dan yang paling penting tidak lagi dimanfaatkan oleh si Tua bangka Thomas Lancaster,”
Jenni mengangkat bahunya tanda tidak paham pada apa yang kukatakan, “ Well, memang semua terlihat begitu menjanjikan. Tetapi kau harus tahu resiko dibalik itu. Bagaimana jika kau jatuh hati padanya, semantara dia tidak mencintaimu dan hanya murni memanfaatkanmu saja? Apakah kau siap dengan rasa sakit macam itu?”
Aku tertunduk, kubenamkan kepalaku dalam jaket dan perlahan membalas perkataan Jennifer, “ Lebih baik terlibat dalam perkawinan palsu berbayar puluhan juta Poundsterling, dari pada terlibat dengan pernikahan yang sebenarnya tetapi menyakitkan dan tanpa uang sepeser pun setelahnya.”
“Yah…seperti klien klien yang telah kau tolong selama ini. Begitu bukan? Pertimbangkan lagi Val, jangan ambil keputusan tergesa gesa. Aku tidak ingin kau kecewa dan menjadi janda berbayaran tinggi, sementara dia melenggang menikah dengan wanita idamannya. Kau khan tidak tahu apakah dia punya pacar atau tidak?”
Sekarang aku yang mengangkat bahu ku tinggi tinggi dan tersenyum sinis,” Entahlah, aku juga tidak punya rencana jatuh cinta pada pria itu. Aku hanya butuh uangnya untuk melepaskanku dari jeratan pekerjaan yang membuat stress di Firma Hukum milik laki laki tua bangka itu.”
Musik jazz mengalun pelan ketika makanan kami datang, dan akhirnya kami pun tenggelam menikmati makan malam di Cafe The Princess tanpa pernah lagi mendiskusikan masalah proposal konyol itu lagi.
*****
“Sinclair…cepat datang ke ruanganku,” teriak Thomas Lancaster memecah ketenangan suasana pagi itu.
Bergegas aku berlari kecil masuk ke ruang kerja yang selalu bau pomade milik Thomas.
“Ada apa Thomas, apa yang kau inginkan dariku?”
“Bagaimana pertemuanmu dengan Tuan Alex? Apakah dia setuju dengan perjanjian kerjasama yang kau rancang untuk Perusahaannya?”
Aku menunduk, bingung harus berkata apa. Sekenanya saja aku menjawab pertanyaan standar macam itu,” Ya nampaknya dia senang.”
Thomas memandangku dengan senyumnya yang menjijikkan.
“Apakah dia mengajakmu tidur? Aku lihat kau pulang larut semalam? Menurut Jacky penjaga gedung, kau baru masuk kantor lagi pukul 9 malam. Kemana saja kau Sinclair?”
Sungguh aku tidak tahan dengan ejekan Thomas dan ingin sekali ku tonjok muka tembem tuanya yang sama sekali tidak menarik itu.
“Aku makan malam dengan Jennifer. Pertemuan dengan Tuan Alex hanya berlangsung satu jam saja, tidak lebih,” jawabku ketus
“Hmm Sinclair, kau nampaknya kurang menikmati hidup. Coba lihat dirimu, kau satu satunya pegawaiku yang belum kunjung menikah. Apa kau tidak ingin menikmati kehangatan laki laki di malam malam yang dingin?” ejeknya dengan senyum memuakkan.
Aku memejamkan mata dan menahan amarah yang menggunung, lalu bertanya dengan nada tinggi padanya,” Apakah ada hal lain yang masih ingin kau tanyakan? Jika tidak ada, maka aku akan kembali ke mejaku.”
“Hahahah dasar wanita jalang, kembalilah sana ke meja mu dan bekerjalah sampai membusuk di meja itu. Ingat laki laki selalu menginginkan susu yang segar dan bukan yang hampir expired,” ujarnya mengejekku dengan suara kencang hingga seluruh pegawai lain mendengar dan menahan tawa.
Kupingku terasa panas dan ingin rasanya aku menyiram muka jelek Lancaster dengan kopi panas yang baru saja kubuat. Aku kembali ke mejaku dengan kepala tegak meskipun hatiku hancur berantakan mendengar tertawa cekikikan rekan kerjaku yang lain. Sialan memang mulut si tua bangka itu. Dan lebih sialnya lagi aku tidak bisa melawan perbuatannya yang tidak pantas, karena takut kehilangan pekerjaan yang nampaknya prestisius ini.
Ruth pegawai paling senior di kantor itu, menghampiriku dan memberikan piring kuenya seraya berkata,” Jangan dengarkan omongan Lancaster tua itu. Dia sudah pikun dan tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana terhadap perempuan. Ini makanlah kue buatanku, aku jamin hatimu akan damai.”
“Terimakasih Ruth,” ujarku seraya menerima kue pemberiannya.
Cukup lama suasana Kantor akhirnya bisa kembali Normal tanpa tawa cekikikan dan pandangan sinis rekan kerja di sekitarku. Baru saja aku merasa kembali tenang, tiba tiba Darel mendekat dan membisikkan sesuatu padaku.
“Aku tahu, kau mendapat kasus Tuan Alex Remington dari Thomas kemarin. Dan aku juga tahu pengusaha itu kaya raya dan tampan. Hemm apakah kau tidak menghabiskan malam mu bersamanya? Ayolah jujur saja. Dia pria yang tepat untuk menikmati keperawananmu. Apa lagi dia bisa membayar mahal.”
Hampir saja aku menyiram muka Darel dengan sisa sisa kopiku. Untunglah di saat yang sama, Jennifer menelpon dan mengajak ku bertemu untuk membicarakan kasus Pro Bono yang sedang kami berdua tangani.
“Oh maaf Darel, aku harus menerima telepon terlebih dahulu,” ujarku sambil menatapnya tajam.
Darel tersenyum sinis dan meninggalkan mejaku, Aku bernafas lega dan segera membicarakan detail perkara milik klien kami dan setelah itu aku ambil tasku dan melangkah pergi ke pengadilan untuk menghadiri sidang. Huft, setidaknya aku bisa menjauhi lingkungan toksik itu dan tidak berlama lama di sana.
****
Malam itu aku pulang agak larut. Sekitar pukul 22.00 aku baru masuk ke apartemenku yang kecil dan terasa membosankan. Setelah mandi dan mengenakan skincare sebelum tidur, aku duduk di meja kerjaku dan membaca kembali Klausul Perkawinan Kontrak yang di sodorkan oleh Alex beberapa hari lalu.
Ketika aku tengah membaca lagi satu demi satu Klausul itu, mataku tertuju pada imbalan berupa uang Terimakasih atas kerjasama sebesar 20 Juta Poundsterling. Dalam batinku aku berkata, jumlah ini cukup besar. Bahkan jika aku bekerja sampai mati pun di Firma Hukum Thomas Lancaster, aku tidak akan pernah mampu mengumpulkan angka sebanyak itu.
Aku juga mengingat ingat kembali uang gono gini yang diperoleh beberapa klien yang aku urus dari suami kaya mereka, tidak satupun menyamai angka uang terimakasih yang akan kuterima ketika nanti aku bercerai dari Alex. Aku harus jujur, tawaran Alex ini sungguh amat menggoda dan masuk akal. Dia mendapat apa yang dia mau dan aku mendapat apa yang aku butuhkan.
Bila perlu aku akan menambah satu lagi klausul, yaitu aku ingin dia memberiku linknya ke para pengusaha kaya dan kalangan aristokrat, sehingga aku tidak lagi bergantung pada Thomas Lancaster, aku punya link klien sendiri untuk menghidupi Firma hukum milikku kelak.
Baru saja aku berkhayal dan memikirkan apa yang akan aku terima dari Klausul Kontrak perkawinan itu, tiba tiba ponselku bergetar. Panggilan dari nomor tak dikenal. Aku enggan mengangkatnya. Namun tiba tiba nomor yang sama mengirim pesan singkat padaku.
“Angkat panggilanku, ini aku Alex Remington,”
Tak lama ponsel kembali bergetar, dan langsung kuangkat.
“Hallo,” ujarku perlahan
“Bagaimana Valerie ? Sudah kau pikirkan? Apa jawabanmu?” tanya Alex di ujung sana.
“Aku…aku masih memikirkannya,” jawabku singkat dengan suara bergetar.
“Tidak ada waktu lagi. Kau bersedia atau tidak. Besok aku tunggu kau di Hall The Savoy seperti kemarin, ingat pukul 10 pagi tepat. Kau sudah harus menandatangani kontrak itu,” ujar Alex seperti tidak sabar.
“Tetapi aku tidak bisa begitu saja resign dari kantor Firma Hukum milik Thomas Lancaster. Ada pinalti yang harus aku bayar jika…”
Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, tiba tiba Alex memotong dan berkata,
”Semua akan ditangani oleh staffku dan selesai sebelum pukul 10 pagi. Kau tinggal datang, menandatangani semuanya dan langsung berangkat ke Paris bersamaku. Semua urusan di London akan di handle sepenuhnya oleh orangku.”
Sumpah aku merasa sangat bingung, mau berkata apa. Tiba tiba Alex mengatakan sesuatu yang akhirnya membuatku menyerah.
“Aku serahkan semuanya padamu, apakah kau masih ingin tetap bekerja pada Lancaster atau ikut bersamaku ke Paris. Anggap ini sebagai tawaran pekerjaan yang datang padamu sekali seumur hidup. Setelah itu semuanya akan hilang. Aku bisa meminta Lancaster untuk mengirim rekan kerjamu yang pasti akan menerima dengan senang hati apa yang aku tawarkan ini,” ujar Alex ketus.
“Baiklah aku mau,” jawabku dengan cepat
“Good Girl, aku suka jawabanmu. Oke jika begitu, semua masalah selesai, malam ini persiapkan dirimu. Oya kau tidak perlu membawa baju bajumu, sedekahkan saja semuanya karena jelas itu tidak diperlukan di Paris. Kau cukup membawa dirimu, pakaian yang pantas dan perlengkapan Pribadimu.”
“Ba..baiklah Alex,” ujarku terbata bata
Lalu KLIK, dia mematikan ponselnya, meninggalkan aku termenung sendiri memikirkan apa yang baru saja kulakukan. Ya Tuhan aku baru saja menyatakan kesediaan untuk menikah dengan orang yang tak begitu ku kenal dan itu pun hanya pernikahan pura pura selama satu tahun.
OH Damn….semoga aku tidak melakukan kesalahan fatal untuk hidupku. Aku harus berkemas malam ini dan mempersiapkan segalanya untuk besok.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!