NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah Kontrak Dengan Pewaris Tunggal

Pengenalan Karakter

Erina Zora

Dia adalah seorang wanita pekerja keras. Ibunya meninggal saat melahirkan Erina kedunia. Semenjak kepergian sang ibu, ayah berubah yang dulunya adalah seorang pria bertanggung jawab menjadi pria yang gemar berjudi dan mabuk-mabukan.

Ayahnya sebenarnya adalah pria baik-baik. Dan Erina benar-benar mendapat kasih sayang penuh hanya dari sang ayah. Dia juga suami yang tergolong setia. Buktinya, semenjak kepergian ibu, ayah tidak pernah berfikir untuk menikah lagi. Namun akibat ayah yang sering pulang dalam keadaan mabuk, membuat Erina dewasa sebelum waktunya. Dia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan pekerja yang giat untuk mencukupi hidupnya dan juga ayahnya.

Meskipun mereka hanya hidup di sebuah kontrakan sederhana di ujung gang, namun Erina tetap menjalani hidupnya dengan baik. Dia gadis yang ceria, jauh dari pergaulan bebas karena setiap harinya hanya dia gunakan untuk bekerja di sebuah toko baju milik sahabatnya, Nabilla.

Suatu hari, ayah yang bekerja sebagai sopir mobil box pengantar makanan secara tidak sengaja menabrak sebuah mobil mewah yang terpakir di depan sebuah cafe sampai ringsek parah. Yang mengakibatkan dia harus menganti semua kerugian dengan total 1 miliar lebih. Jika tidak maka ayahnya akan dihukum 5 tahun penjara.

Erina yang tidak tega berusaha memohon kepada pemilik mobil, agar dapat meringankan hukuman untuk ayahnya. Namun siapa sangka, jika sang pemilik mobil adalah seorang Presdir perusahaan terbesar yang ada di negara itu.

Usahanya memohon awalnya hanya sebuah kesia-siaan belaka. Namun entah karena suatu hal, sang presdir akhirnya mau mengabulkan permohonannya dengan satu syarat. Yaitu menikah kontrak selama 1 tahun dengannya.

Tidak ada pilihan lain bagi Erina selain menerima pernikahan kontrak itu. Meski dia tahu menikah dengan lelaki seperti itu sama saja memasukkan dirinya kedalam kandang harimau ganas yang siap menerkamnya kapanpun dia mau.

Kehidupan pernikahan yang sangat jauh dari apa yang di idamkan setiap wanita. Erina, yang sama sekali tidak mencintai lelaki itu terpaksa harus hidup bersama dalam satu atap. Diapun cukup tahu diri untuk berharap akan dicintai, mengingat dirinya hanyalah rakyat jelata yang tidak ada harganya di mata sang suami. Erina hidup tanpa cinta bersama suaminya, menyerahkan jiwa dan raganya hanya untuk menebus kesalahan sang ayah.

Benar kata pepatah, cinta datang karena terbiasa. Erina mulai menaruh hati pada laki-laki yang berstatus sebagai suami kontraknya. Meski dia tahu jika di hati sang suami hanya ada sang mantan kekasih. Tapi siapa yang mampu menggerakkan hati? Semakin lama dia semakin jatuh dalam jurang cinta yang dia gali sendiri. Meratapi dirinya dan mulai menyalahkan takdirnya.

Satria Arga Wiratama

Presdir Zenica Corpora, perusahaan terbesar yang bergerak dalam bidang jasa dan berbagai produk. Mulai dari makanan, peralatan rumah tangga, pakaian dan banyak hal lainnya. Dia laki-laki yang baik, pada awalnya. Namun semenjak kematian kedua orang tuanya yang di akibatkan kecelakaan. Membuatnya terpaksa harus menggantikan posisi sang ayah menjadi pemimpin utama di perusahaan.

Tuntutan pekerjaan membuatnya berubah menjadi lelaki yang dingin. Apalagi saat sang kekasih memutuskan pergi meninggalkannya tepat di hari saat kedua orang tuanya berpulang. Membuat Arga semakin frustasi hingga tumbuh menjadi seorang pemimpin yang tak punya hati. Bahkan tak peduli pada kehidupannya sendiri. Sampai akhirnya, sang kakek yang sangat dia sayangi jatuh sakit.

"Menikahlah Arga, kakek akan pergi dengan tenang, setelah kau benar-benar mendapatkan teman hidupmu" ucap kakek suatu ketika, terbaring lemah di bangsal VVIP sebuah rumah sakit yang masih berada dalam naungan Zenica Corpora.

"Jangan bilang begitu kek" Arga menggenggam erat tangan kakeknya "Kakek akan segera sembuh" Arga memalingkan muka, menyeka air mata di sudut mata agar tak terlihat oleh kakek jika dia tengah menangis.

Ya, laki-laki berhati dingin itu menangis. Karena di dunia ini hanya kakek lah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Yang selalu ada di sampingnya saat kedua orang tuanya pergi meninggalkannya.

Sebenarnya mudah saja baginya untuk memilih seorang istri. Wanita mana yang tidak mau jika dinikahi oleh seorang Presdir tampan dan kaya raya seperti Arga. Tapi Arga tidak mau salah dalam memilih. Dia masih belum bisa membuka hatinya untuk wanita manapun.

Sejak kepergian kekasihnya dia tak pernah berniat untuk membuka hati. Tapi setelah mendengar permintaan kakek, dia mulai menimbang-nimbang. Jika dengan dirinya menikah bisa membuat kakek sembuh dan sehat kembali, maka dia akan segera mengabulkan permintaan kakek. Segera, sebelum semuanya terlambat.

"May! Bawakan aku wanita itu" perintahnya pada Sekretarisnya. "Suruh dia melunasi semua ganti ruginya sekarang, jika tidak..." Arga menghentikan ucapannya, mengusap dahinya yang dipenuhi keringat dengan sapu tangan yang ada di saku jas nya. Kemudian dengan ragu mengambil beberapa lembar kertas yang tersimpan rapi di dalam laci meja kerjanya.

"Suruh dia membaca dan menandatangani ini" menyerahkan beberapa lembar kertas yang sudah di klip rapi.

May terkesiap, diantara ribuan gadis yang berseliweran di sekitar Tuan Arga. Kenapa malah wanita ini yang dia pilih? Wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya.

May tahu betul isi lembaran-lembaran kertas yang kini sudah berada di tangannya. Karena May lah yang membuat. Dan isi nya adalah surat perjanjian pernikahan kontrak dengan Tuan Arga selama 1 tahun.

Meski banyak sekali tanda tanya yang berputar di atas kepala May. Wanita itu sama sekali tak berani untuk menanyakannya secara langsung. Lebih-lebih itu bukan lagi mencakup urusan pekerjaan yang harus dia campur tangani. Ini masalah pribadi Tuannya, dan perintahnya adalah kewajiban yang harus segera dia jalankan.

"Baik Tuan" May menjawab singkat. Menganggukkan kepala sebentar kemudian berlalu meninggalkan Arga sendirian. Berfikir dalam ruangannya yang hening.

Dan siapa sangka, jika ternyata wanita yang dia pilih sebagai istri adalah Erina. Dengan melemparkan sebuah kontrak pernikahan dihadapannya. Membuat Erina terpaksa menerima kepahitan yang akan dia hadapi selama satu tahun kedepan.

Hanya satu tahun, maka semuanya akan selesai! Begitulah yang dia pikirkan pada awalnya. Tanpa dia sadari, jika sekali masuk dalam perangkap bernamakan pernikahan. Maka disitulah hati akan berperan. Segalanya tidak berjalan sesuai apa yang dia inginkan. Dia merasa dikhianati oleh hatinya sendiri, yang lambat laun semakin jatuh dalam jurang yang bernamakan cinta.

Terperosok ke dalam jurang yang kedalamannya tak pernah ia ketahui. Yang tak mungkin baginya untuk keluar lagi. Dia tak pernah berani untuk berharap akan di cintai oleh Arga. Dia cukup tahu siapa dirinya. Bagaimana mungkin seorang Presdir Zenica Corpora akan jatuh cinta pada wanita jelek seperti dirinya. Apalagi ayahnya seorang penjudi dan pemabuk akut, yang kerjaannya hanya menyusahkan saja.

Hadapi ini Erina, hanya 1 tahun dan semuanya akan kembali seperti semula.

.

.

(BERSAMBUNG)

Meminta Maaf

Erina sampai di depan sebuah hotel megah di tengah kota. Pemilik mobil itu bekerja disini, begitulah yang tertera di kartu nama yang diberikan pak polisi kepadanya.

Erina ragu hendak melangkah masuk, satpam yang berjaga sudah melihatnya dengan tatapan penuh curiga.

"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Satpam itu menghampiri Erina yang masih berdiri celingak-celinguk di depan pintu hotel.

"Saya mau bertemu dengan orang yang ada di kartu nama ini pak" menunjukkan kartu nama pada satpam.

Satpam itu mengernyitkan dahinya, memperhatikan penampilan Erina dari bawah sampai atas berulang-ulang kali. Membuat Erina salah tingkah.

Bagaimana mungkin wanita lusuh ini punya janji dengan Tuan Arga, aku yang sudah bekerja bertahun-tahun disini belum pernah sekalipun bicara secara langsung. Gumam-gumam dalam hati pak satpam.

"Apa anda sudah membuat janji?" Tanyanya lagi.

"Sudah! Katanya saya disuruh menunggu di lobby bawah" Erina menjawab tegas.

"Kalau begitu, silahkan masuk" Satpam segera membukakan pintu, mempersilahkan Erina untuk masuk.

Wah... Bagus sekali!

Kesan pertama yang tertangkap mata Erina. Hotel ini ternyata benar-benar megah, lantai marmernya mengkilap sampai bisa dibuat berkaca, lampu gemerlapan bergelantungan di atas sana. Orang-orang berlalu lalang, seperti tengah sibuk dengan urusannya masing-masing.

Erina masih terdiam, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk duduk sembarangan di sofa lobby. Takut jika ada debu menempel ikut terbawa dari mikrolet yang tadi dia tumpangi.

"Selamat siang, anda Nona Erina?" Seorang perempuan cantik mendekat ke arahnya. "Saya May, sekretaris Tuan Arga, pemilik mobil yang di tabrak oleh ayah anda"

Erina terbengong, cantik sekali!

"Silahkan ikuti saya Nona"

"B-baik" Erina menjawab terbata, kemudian melangkah mengikuti Sekretaris May yang sudah berjalan lebih dulu kearah lift. Wanita jenjang itu menekan beberapa tombol yang ada di dekat pintu lift. Erina hanya berani memperhatikan Sekretaris May dengan tatapan kagum bercampur iri.

Setelah pintu lift terbuka, mereka bergegas masuk kedalam ruangan. Sekretaris May mempersilahkan Erina untuk duduk di sofa.

"Mohon tunggu sebentar, tuan Arga sedang ada rapat di ruangan sebelah" May menganggukkan kepalanya, kemudian berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Erina.

Erina gemetar, dia berusaha mengingat-ingat naskah yang sudah dia susun di dalam mikrolet selama perjalanan kesini. Namun tetap saja, dia takut, bagaimana jika pemilik mobil tidak mau membebaskan ayahnya. Tangannya berkeringat, membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada dia atau ayahnya.

Cklek!

Suara pintu terbuka, Erina reflek berdiri. Ternyata May yang datang dengan nampan berisi secangkir teh dan semangkuk buah di tangannya.

"Kenapa berdiri Nona?" May memandang Erina heran.

"Sekretaris May" Erina menarik tangan May untuk duduk, membuat wanita itu sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Erina. "Apakah Presdir Zenica orangnya baik?"

May sedikit tercengang mendengar pertanyaan Erina, namun dia tetap berusaha menjawab sopan "Nanti anda akan tahu setelah anda bertemu langsung dengan Tuan Arga"

Jawaban May sama sekali tidak membantu, Erina semakin gemetaran.

Bagaimana ini? Aku bahkan belum pernah bertemu dengan Bos besar perusahan Zenica. Gak papa Erina, semua pasti baik-baik saja!

Tapi bagaimana kalau dia marah dan memukulku atau bahkan menghabisiku?

Ya Tuhan... Seharusnya aku tidak datang kesini.

Ayah... Kenapa kau selalu menempatkanku dalam masalah.

Erina merutuki perbuatan ceroboh ayahnya dalam hati.

Meski tidak sengaja, seharusnya ayah tidak membawa mobil box makanan dalam keadaan mabuk.

Cukup lama Erina menunggu, dia melirik May yang masih sibuk dengan kertas-kertas bertumpuk yang ada di mejanya.

Huft! Lama sekali! Aku harus menunggu sampai kapan?

Cklek!

Pintu ruangan terbuka, May segera berlari menyambut orang yang baru saja masuk kedalam. "Tuan Arga, Nona Erina sudah menunggu" May melihat Erina dengan sudut matanya.

Erina terbengong, ternyata Presdir Zenica sangat tampan. Dia tidak beranjak dari duduknya, masih melongo seperti orang kehilangan akal.

"Nona Erina!" Arga memanggil setengah berteriak sampai memenuhi langit-langit ruangan. Erina yang masih melongo seketika terlonjak kaget mendengar suara Arga. Nyalinya tiba-tiba menciut seperti butiran debu yang terbang terbawa angin.

"Bagaimana pertanggung jawaban anda atas mobil saya yang rusak?" Arga duduk dihadapan Erina, sedangkan May berdiri dibelakangnya tanpa ekspresi.

Erina mengelus dadanya, hampir saja jantungnya melompat keluar dari sarangnya mendengar bentakan dari Arga.

Apaan sih, aku kan gak budek. Kenapa dia berteriak sampai segitunya. Cih! Tampan-tampan ternyata menyebalkan!

"Silahkan jawab pertanyaan Tuan Arga, Nona Erina!" May ikutan bicara dengan nada tinggi. Membuat Erina tersadar dari lamunannya. Dan langsung mengerti akan kondisinya yang sedang berhadapan dengan Tuan Arga.

"Ma-maafkan kecerobohan ayah saya Tuan" Erina mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya, berusaha memohon ampunan dan belas kasihan Tuan kaya raya yang ada di hadapannya.

"Apa kau pikir dengan minta maaf semuanya akan selesai?"

Erina terdiam, bagaimana ini raut muka Tuan Arga sudah memerah menahan amarah.

"Saya tidak punya uang sebanyak itu Tuan, bisakah anda berbaik hati pada rakyat jelata seperti kami" Erina menunduk, memelas.

"Kalau ayahmu tidak bisa membayar uang ganti ruginya, berarti dia harus mendekam di penjara!" Arga menjawab enteng.

Erina mendongak menatap Arga, bingung. Dia mulai memutar otak bagaimana caranya agar orang didepannya bisa berbelas kasih padanya.

"Saya mohon Tuan. Jika tidak, ijinkan saya mencicilnya setiap bulan"

Huhuhu!! setiap bulan, gajiku saja tak seberapa. Sepertinya aku harus mencicilnya seumur hidupku. Erina menangis dalam hati.

"Baiklah akan aku beri waktu satu bulan untuk melunasinya"

"Apa!" Erina membelalak. Namun segera menutup mulutnya dengan tangan, sadar dengan siapa dia bicara " Maafkan saya Tuan, maksud saya akan mencicil 1 bulan sekali. Bukan mencicilnya dalam 1 bulan"

Dia ini bodoh atau apa sih, bagaimana mungkin rakyat jelata sepertiku bisa melunasi hutang 1M dalam jangka waktu 1 bulan.

"May, telfon kantor polisi sekarang, katakan Hermawan tidak bisa membayar ganti ruginya"

"Baik Tuan"

Erina tercekat, buru-buru dia berlutut, memeluk kaki Arga yang hendak pergi meninggalkannya. "Maafkan saya, maafkan saya, tolong jangan jebloskan ayah saya kepenjara!" Erina benar-benar memohon. Persetan dengan harga dirinya. Rakyat jelata sepertinya memang tidak pantas memiliki harga diri.

Arga mengeram, raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang teramat sangat.

Untungnya dia wanita, kalau laki-laki sudah kutendang wajahnya!. Arga.

May yang melihat wajah Tuan Arga tidak nyaman, menjadi sedikit panik, "Lepaskan tangan anda Nona Erina! Jangan keterlaluan!" Bentak Sekretaris May pada Erina. Namun Erina tetap tidak bergeming, bahkan butiran-butiran kristal mulai berjatuhan di pipinya.

May menarik paksa tangan Erina, agar terlepas dari kaki Arga "Tolong saya Tuan, jika perlu biarkan saya membayarnya dengan tubuh saya!"

May semakin membelalak melihat ketidak sopanan Erina. Erina yang menyadari kesalahannya dalam memilih kosa kata, segera memperbaiki "Maksud saya, saya bersedia menjadi pelayan anda Tuan tanpa digaji sepeserpun, tapi tolong lepaskan ayah saya"

Arga muak mendengar ocehan Erina, segera dia berlalu keluar ruangan dengan kaki jenjangnya. Meninggalkan Erina yang masih meraung-raung di lantai.

Erina kembali berdiri, menatap nanar kepergian Tuan Arga sambil mengibaskan-ngibaskan tangannya di lutut.

Cih! Sombong sekali Tuan Muda itu.

"Saya akan menghubungi Nona Erina lagi, lain kali jangan lakukan hal itu lagi Nona. Tuan Arga tidak akan menyukai hal itu"

May mempersilahkan Erina keluar dari hotel, dan mengingatkannya kembali bahwa dia harus melunasi semua biaya ganti rugi dalam jangka waktu 1 bulan. Jika tidak, maka terpaksa ayahnya akan ditahan.

Erina melangkah gontai setelah di usir secara halus oleh Sekretaris May. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Uang sebanyak itu tidak mungkin dia dapatkan begitu saja. Keringat mengucuri keningnya. Ibu, aku harus bagaimana?

Sesampainya di depan toko, Billa dan Dava segera menyerbu Erina. "Bagaimana? Berhasil?" Billa bertanya antusias, namun menyadari air muka Erina yang muram, dia melepaskan tangannya dari lengan Erina. "Gagal ya?"

Hanya dibalas anggukan oleh Erina.

.

.

(BERSAMBUNG)

Permintaan Kakek

Di sebuah rumah sakit paling bagus di ibu kota. Arga menghentikan mobilnya, memarkirkannya rapi di tempat semestinya.

30 menit yang lalu, dia mendapatkan kabar jika kakek sudah mulai sadarkan diri dari koma selama 3 hari karena penyakit tuanya. Arga yang sejak 3 hari lalu selalu kepikiran dan cemas seperti menemukan angin segar yang melintas di kepalanya, namun hatinya belum sepenuhnya lega. Karena dokter mengatakan jika keadaan kakek masih belum pulih sepenuhnya.

Pak Tan menyambut kedatangan Arga, menganggukkan kepala sebagai bentuk penghormatan, dan hanya dibalas gerakan tangan oleh Arga.

Dia segera naik ke lantai tujuh, bergegas melangkah dengan kakinya yang panjang menuju sebuah ruangan VVIP tempat kakeknya dirawat. Pak Tan mengikuti langkah Arga dibelakangnya.

Pintu kamar terbuka, Tante Sofia dan dua orang perawat berdiri dari tempatnya duduk menyambut kedatangan Tuan Muda Arga.

"Arga, akhirnya kau datang" Bibi Sofia segera menarik lengan Arga, mendekat ke arah ranjang. "Lihat! Kakek sudah sadar"

Arga menarik kursi tepat di sebelah ranjang. Kakek hanya bisa memandangnya dengan mata berkaca-kaca. "Mendekatlah" perintahnya pada Arga.

Arga menggenggam tangan kakek, diciuminya punggung tangan lelaki tua berumur 83 tahun itu. "Menikahlah Arga" ucap Kakek terbata-bata. Suaranya sangat lemah, hampir tak terdengar.

Arga membisu, tidak menjawab sepatah katapun. Kebingungan memenuhi isi kepalanya.

Hadeh! Mulai lagi dramanya. Orang tua kalau minta mantu apa harus sampai seperti ini.

"Carilah wanita baik-baik, Kakek ingin melihatmu menikah sebelum Kakek meninggal" ucap kakek lemah dengan nafas tersengal

"Jangan pernah menyinggung soal itu lagi Kek" Arga memalingkan wajahnya. Dia tidak pernah bisa jika harus menunjukkan rasa sedihnya pada kakek.

Bibi Sofia mendekat, meletakkan tangannya di atas bahu Arga. Mencoba menyemangati keponakannya. Arga tetap diam membisu, pikirannya berlari kesana kemari.

"Turuti lah apa yang dikatakan kakekmu Arga, dokter bilang kemungkinannya sudah sangat kecil" Bibi Sofia mengajak Arga bicara di luar kamar. Kakek sudah kembali tertidur setelah meminum obat yang diberikan perawat barusan.

Pak Tan di tugaskan untuk tetap di dalam ruangan, berjaga di samping kakek. Antisipasi jika kakek terbangun dan membutuhkan sesuatu.

"Arga" Suara Bibi Sofia mengurai lamunan Arga.

"Heemm" sejujurnya dia sendiri bingung, bagaimana mungkin dia akan menikah sedangkan memikirkan wanita saja dia tidak sempat. Terlalu banyak tekanan yang harus dia hadapi di posisinya yang sekarang.

"Berkencan lah, cari wanita terhormat yang pantas bersanding denganmu. Luangkan waktumu sebentar saja, urusan pekerjaan serahkan pada May dan Noah" Bibi Sofia menepuk pundak keponakannya.

"Bibi yakin, kemampuan mereka sudah cukup mumpuni untuk memegang perusahaan pusat, kalau kau sedang tidak bisa disana"

"Aku akan memikirkannya nanti Bi"

***

Di kantor polisi, tempat Hermawan di tahan sementara. Erina sudah duduk di ruang kunjungan, ini hari ke 2 setelah ayah di jebloskan disana. Masih sama, dia selalu menangis tersedu-sedu kala bertemu dengan Erina. Entah karena rasa penyesalan yang sangat amat, atau hanya sekedar berpura-pura agar anaknya berusaha membebaskan dia dari sana.

"Ayah sudah makan?" Erina menyodorkan kresek hitam yang berisikan roti di hadapan Hermawan. "Maaf, Erin hanya bisa bawa itu" Erina tertunduk dalam. Dia benar-benar tidak mampu menunjukkan mukanya pada ayahnya.

"Erin" Hermawan menggenggam tangan anaknya "Ayah mohon, maaf kan ayah nak" ucapnya sambil tersedu-sedu.

"Ayah mohon bebaskan ayah dari sini Erin, disini dingin sekali kalau malam. Napi-napi yang lain juga sepertinya tidak suka dengan ayah, ayah selalu di pukul dan di marah-marahi" tangis Hermawan semakin pecah.

Erina tidak mampu menjawab sedikitpun permintaan ayahnya. Dia bahkan tidak memiliki apa-apa untuk di bayarkan. Usahanya memohon pada Tuan Arga juga sia-sia.

Tapi ucapan ayah barusan sepertinya cukup keras menghantam hatinya. Tidak mungkin Erina membiarkan ayahnya mendekam dipenjara lebih lama. Meskipun menyusahkan, namun di dunia ini Erina hanya memiliki ayah.

"Erina, kamu mendengarkan ayahkan?"

Erina mendongak, memberanikan diri untuk menatap mata ayahnya.

"Iya, Ayah, tolong bersabarlah sebentar lagi ya, Erin akan berusaha sekuat tenaga agar Presdir angkuh itu mau membebaskan ayah" Erina membalas genggaman tangan Hermawan. Tersenyum selebar mungkin. Berusaha meyakinkan.

Maafkan Erin, Ayah. Mungkin akan butuh waktu lebih lama untuk membebaskan Ayah dari sini. Tapi Erin janji, Erin tidak akan menyerah.

Bertahanlah Ayah!

***

Di kantor pusat Zenica Corpora, Arga duduk menyenderkan punggungnya di sofa. Matanya terpejam, namun pikirannya masih berlarian kesana kemari mencari jalan keluar dari semua masalah yang tengah dia hadapi.

Kenapa harus menikah? Kenapa tidak yang lain saja? Hati Arga sudah lama tertutup rapat, dan sampai saat ini dia sama sekali belum berniat untuk membukanya.

"Wah... Wah... Wah... Apa seperti ini kelakuan Presdir Zenica yang sebenarnya? Bermalas-malasan setiap hari?"

Suara yang tiba-tiba datang, sama sekali tak mengejutkan Arga. "Tutup mulutmu! Keluar!" Arga mengayunkan tangannya mengusir kedatangan Noah yang dianggapnya mengganggu.

"Maafkan saya Tuan, saya sudah berusaha melarang Tuan Noah untuk masuk" Sekretaris May menundukkan kepalanya, sambil berusaha menarik lengan Noah agar segera keluar.

Noah mengendus kesal, melepaskan paksa tangan May dan dengan beraninya duduk di samping Arga tanpa meminta ijin terlebih dahulu. "Aku sudah dengar semuanya dari Bibi Sofia"

Arga melirik tajam wajah Noah,

Cih! Bisa-bisanya dia tersenyum seperti itu saat bos nya sedang dalam keadaan seperti ini. Arga.

"Kapan kau kerumah sakit?"

"Tadi, bersama Nyonya" Panggilan Noah pada Ibunya masih saja nyeleneh seperti biasanya.

"Apa kakek belum tahu kalau cucunya masih jomblo? Hahaha"

Arga memukul bahu Noah, agak keras rupanya sampai membuat Noah meringis kesakitan.

Sekretaris May yang berdiri di belakang Arga ikut menahan senyum. Berusaha menutupinya dengan tangan, takut jika Tuannya tidak terima ditertawakan oleh bawahannya.

"Atau jangan-jangan kau belum juga move on dari Clara?"

Arga melirik tajam Noah yang masih cengengesan. Agaknya benar tuduhan yang di lontarkan Noah barusan. Terbukti dari raut muka Arga yang terlihat semakin kesal.

Cih! Ternyata kau memang masih mencintai selebriti itu. Merana sekali hidupmu, dicampakkan begitu saja oleh wanita. Noah.

"Keluarlah! Jangan ganggu aku" Arga mengeram kesal, kemudian kembali menyandarkan punggungnya yang lebar di sofa.

"May"

"Iya, Tuan"

"Tugaskan Bajingan ini untuk mengurus kantor yang ada di Singapura beberapa bulan kedepan!"

Sialan! Dia mudah sekali tersinggung, baru seminggu kemarin aku pulang dari Korea, sekarang harus pergi lagi ke Singapura.

"Hei! Ayolah, jangan mudah tersinggung begitu, aku kan hanya bercanda Bos" Noah berusaha membujuk Arga, agar menarik perintahnya pada Sekretaris May barusan.

"Tugaskan dia satu tahun penuh!" Bukannya membatalkan, Arga malah menambahi masa tugas Noah disana.

"Baik Tuan" May segera beranjak menuju mejanya untuk membuat surat perintah penugasan Noah.

Noah yang melihat hal itu semakin panik, blingsatan. Tak dikiranya jika Arga benar-benar serius dengan ucapannya.

Noah melirik May dengan mata elangnya. Sekretaris dan Bos nya sama saja! Sama-sama menyebalkan. Pikirnya.

"Tunggulah di ruanganmu, surat penugasanmu akan di antar May sebentar lagi" Arga berbicara tanpa membuka matanya. Tampaknya baru kali ini Noah melihat jika Arga benar-benar kalut dengan pikirannya.

"Oke... Oke... Aku pergi"

Ya, ya, ya disini kaulah yang mulia raja.

Noah segera beranjak menyeret kakinya menuju pintu keluar setelah mengedipkan mata pada May. Kabur! Sebelum surat penugasannya direvisi jadi 10 tahun.

May hanya melengos melihat tingkah Noah, laki-laki itu memang terkenal tak punya rasa takut pada Arga. Meskipun dia masih termasuk sepupu jauh Bosnya, tapi cukup besar juga nyalinya untuk menggoda Arga di saat seperti ini.

"May"

"Iya, Tuan"

"Buatkan aku sebuah surat perjanjian kontrak"

Surat perjanjian kontrak? Kontrak apa? Kontrak kerja?

"Bukan kontrak kerja, tapi perjanjian kontrak nikah!" Arga menjawab enteng, seperti tahu isi pikiran May.

Apa!? Kontrak nikah?

.

.

(BERSAMBUNG)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!