NovelToon NovelToon

Wanita Di Atas Kertas

Pengenalan Tokoh dan Ambisi Awal Naya

...Nayara Hutama (21 Tahun)...

Putri satu-satunya keluarga Hutama, merupakan seorang mahasiswi semester III di jurusan Manajemen Bisnis. Cerdas, populer, mandiri. Naya juga merupakan seorang supervisor muda di perusahaan fashion retail. Sejak menginjak usia 18 tahun Naya sudah menikah dan tak lama berpisah dengan Alvin yang kini mantan suaminya. Mereka di karunia seorang putra bernama Sean Michael Sanjaya.

...Lettu dr. Brian William Sp.B (K) Trauma (31Tahun)...

Putra seorang perwira tinggi dan guru besar kampus ternama di kotanya. Brian merupakan dokter militer yang tergabung dalam pasukan khusus. Brian juga bertugas di Rumah Sakit Pusat Militer yang bertanggung jawab dalam pengelolaan trauma center. Sikapnya dingin dan tegas.

...Lelisa Gisel William (21 Tahun)...

Putri keluarga William, adik dari Brian dan juga sahabat Naya. Lembut, penyayang juga ceria. Lisa merupakan mahasiswi tingkat akhir kampus yang sama dengan Ibu nya mengajar.

...Alvin Sanjaya ( 25 Tahun )...

Mantan suami Naya, ayah dari Sean. Merupakan engineer lulusan kampus ternama dan berprestasi. Alvin bekerja di sebuah perusahaan milik negara. Mapan tampan dan sangat mencintai Naya.

...****************...

Setiap hari adalah tentang tanggung jawab, ekspektasi dan menjadi versi terbaik dirinya - untuk orang lain.

" Kita menolak dipandang lemah hanya karena lembut, dan menolak disebut berlebihan hanya karena berani bersuara. Kita tidak akan membiarkan ketakutan mengunci mulut kita, atau kebiasaan patriarki merantai pikiran kita." Ucap Naya dalam forum peringatan hari Kartini di kampusnya yang jatuh setiap tanggal 21 April.

Riuh tepuk tangan menutup sambutan yang di berikan oleh Naya selaku Presiden Mahasiswa di kampusnya. Naya merupakan Presiden Mahasiswa pertama di kampus tersebut, sehingga nama Naya begitu sangat di kenal dan dijadikan inspirasi oleh banyak mahasiswi disana.

" Terimakasih kepada Presiden Mahasiswa yang telah menyampaikan sambutannya, untuk selanjutnya marilah kita saksikan penampilan kreasi seni .. " Ucap seorang MC yang memandu jalannya acara.

Naya kembali duduk di kursi barisan VIP bersama mendampingi rektor dan tamu undangan lainnya. Namun tak lama, hanya sekitar 10 menit.

" Izin Bapak saya permisi ke toilet sebentar. " Ucap Naya lembut kepada Rekotornya yang duduk tepat di sampingnya.

 " Silahkan Nay. "

" Terimakasih Prof. " Naya tersenyum menganggukan kepalanya lalu bangkit menuju ke toilet terdekat.

Perut Naya bergejolak hebat, mual hingga keringat dingin bercucuran. Keadaan ini acapkali terjadi setelah Naya berada di kerumunan dengan ratusan mata tertuju langsung padanya. Naya mengepalkan tangan, berusaha tidak kehilangan kendali pada jemari yang terlihat bergetar tak karuan. Pandangannya berkabut, terhalang air mata yang hendak berjatuhan namun ditahan sekuat tenaga.

" Aku gak boleh kaya gini, aku gak boleh kelihatan lemah." Naya menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Terus diulang sampai dirinya merasa tenang.

Naya menatap cermin, memastikan penampilannya tidak terlihat menyedihkan. Sesekali ia menyeka air mata. Di tambahkan nya riasan di wajahnya, untuk menutupi bekas air mata dan ekspresi kecemasan yang ia rasakan tadi. Setelah selesai dengan riasannya, Naya kembali menatap cermin dengan senyuman. Memastikan bibirnya tak bergetar hanya untuk sekedar menyunggingkan sebuah senyuman.

" Okey, semua udah baik " Monolog Naya dengan wajahnya yang berada di cermin.

Naya kembali menuju aula, dengan penampilan yang baik seperti semula saat ia meninggalkan ruangan itu. Acara berlangsung cukup lama, menguras tenaga dan pikirannya. Belum lagi setelah acara selesai Naya harus menegarkan hati untuk sekedar bertegur sapa dan memberikan salaman hangat pada seluruh orang.

" Naya .. " Panggil Lisa, sahabatnya.

Naya dan Lisa sudah saling mengenal semenjak SMA karena mereka dari satu sekolah yang sama. Namun, Naya memilih untuk menunda pendidikannya karena masalah ekonomi keluarga yang sedang tidak baik, sedang Lisa langsung melanjutkan pendidikan di kampus tempat Ibunya mengajar sebuah Universitas besar dan ternama.

Hari ini setelah tiga tahun lamanya mereka terpisah, Naya dan Lisa bertemu sebagai sesama aktifis dari kampus masing-masing. Lisa mendapat undangan untuk mengikuti forum peringatan Hari Kartini yang diselenggarakan oleh kampus Naya.

" Ica .. " Naya menyambut kedatangan Lisa lalu saling berpelukan.

" Kamu keren banget Nay " Lisa mengacungkan kedua jempol sebagai tanda apresiasi pada keberanian Naya.

Naya hanya tersenyum getir, teringat bahwa dirinya bisa berdiri disana bukan tanpa pengorbanan. Melainkan melalui hal-hal yang menyedihkan bahkan mungkin bisa dibilang mengorbankan dirinya sendiri.

" Kenapa Nay ? " Lisa menangkap sinyal kesedihan dari ekspresi Naya.

" Nope, gue terharu bisa ketemu Lo disini. Gimana kabar Lo ca ? "

" Baik banget, apalagi sekarang bisa ketemu Lo Nay. Lo sendiri "

" Seperti yang Lo lihat .. " Naya mengangkat bahu dan tersenyum manis.

" Lo selalu, dimanapun jadi primadoana. gue iri sama Lo dan seluruh ambisi lo yang bisa Lo capai saat ini. Gue denger Lo kerja juga ? "

Naya menarik tangan Lisa, lalu mengajaknya duduk di kantin.

" Mau pesen apa ? " Tanya Naya.

" Asik di jajanin sama kerja "

" Haha berisik deh lo Nay "

Merekapun lanjut bertukar cerita dengan suasana yang lebih nyaman ada makanan dan minuman yang menemani. Panjang lebar cerita yang disampaikan hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.20. Sudah saatnya Naya pulang. Keluarga kecil nya saat ini menunggu di rumah.

" Lo nginep dirumah gue aja ya Ca, kebetulan gue udah gak sama orangtua. Cuman ada gue sama anak gue. " Ajak Naya.

" What ? Terus Laki Lo kemana ? " Tanya Lisa sambil mengerutkan keningnya.

Naya hanya menggelengkan kepalanya. " Nanti gue ceritain dirumah ".

Tiga Tahun Lalu Part I

Sesampainya dirumah, waktu menunjukkan pukul 18.20. Sudah saatnya pengasuh Sean pulang. Sean merupakan putra Naya. Disana Lisa tidak banyak berbicara, Lisa lebih fokus mengamati dan mengikuti alur. Tiga tahun ini banyak hal berubah dari kehidupan sahabatnya itu. Lisa berusaha lebih peka untuk membiarkan Naya berbicara sendiri mengenai kehidupan pribadinya.

" Mau makan apa ca ? " Tanya Naya membuyarkan lamunan Lisa yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya yang baru saja berusia 21 tahun namun terlihat sanat dewasa dan keibuan.

" Bebas gue ikut Lo aja Nay. "

" Oke, gue pesen nasi goreng aja ya. Double telor kan ? "

" Haha Lo masih inget aja Nay makanan kesukaan gue " Tiba-tiba Lisa melipat bibirnya, hidungnya terlihat memerah seiring air mata nya yang menggenang.

" Lo kenapa ? "

" Kenapa sih Lo ngilang tiga tahun kebelakang ? Padahal hidup Lo sesulit ini Nay. Kalo gue tau, sekalipun gue gak bisa bantu, gue pengen ngehibur Lo. " Air mata tak lagi terbendung mengalir di pipi Lisa.

" Ica .. Hmm " Naya segera memeluk Lisa dan membiarkan bayi berusia 9 bulan itu duduk di playing mate.

" Sorry Nay, gue terlalu malu dan terpukul. Bahkan kalo Lo tau sampe sekarangpun sebenernya gue masih ngerasain cemas dan gugup berlebihan pas didepan umum. Gue terlalu khawtir dengan penilaian orang-orang. "

" Termasuk tadi ? " Tanya Lisa

" Ya, termasuk tadi. Setelah ngisi sambutan gue langsung mual dan muntah ke toilet. Tangan gue gemeteran, keringit dingin."

" Terus kenapa Lo paksain ? Kenapa Lo malah milih posisi sekarang yang ngeharusin Lo berhadapan sama banyak orang. " Lisa makin merasa iba.

" Gue bisa apa Nay ? Gue anak terakhir yang semua mimpi dan harapan keluarga harus gue tanggung di bahu gue. Lo tau seberapa ambis orangtua gue. Gue udah cukup nyoreng wajah keluarga Hutama dengan memutuskan menikah muda lalu cerai karena diselingkuhi saat gue hamil 8 bulan. " Jelas Naya singkat.

" Lo harus ceritain semuanya dari awal Nay abis Sean tidur. Sekarang Lo fokus dulu ke Sean. Gue gak mau nyita waktu berharga kalian, gue tau Lo harus kerja pagi besok. " Ucap Lisa menyudahi pembicaraan mereka untuk sementara waktu.

Naya dan Lisa pun menikmati hidangan makan malam yang telah dipesan melalui ojek online. Malam semakin larut, Sean pun sudah terlelap di box bayinya. Naya mematikan lampu kamar lalu kembali ke ruang tengah menemui Lisa yang pasti sudah menunggu kelanjutan cerita hidup Naya tiga tahun terakhir.

Naya membawa album foto yang ternyata berisikan foto pernikahannya dengan seorang lelaki bernama Alvin. Naya tak tahu harus memulai darimana, mungkin yang bisa dilakukannya adalah menceritakan kisah asmara nya hingga akhirnya memiliki Sean kini.

" Gue Ceritain dari sini ya Ca .. " Terlihat Naya menarik nafas dalam.

FLASHBACK TIGA TAHUN LALU ..

Setelah mendapatkan surat kelulusan, Naya dengan perasaan bangga dan bahagia karena meraih nilai yang cukup tinggi pun pulang ke rumahnya untuk memeberikan surat itu kepada kedua orangtuanya. Orangtua Naya merupakan pegawai negeri, keluarga Hutama cukup dikenal dan dihormati di wilayah itu karena sebagai pegawai negeri, orangtua Naya termasuk tokoh masyarakat yang aktif dalam setiap kegiatan sosial yang ada di wilayahnya. Sayang saat itu ekonomi keluarga Naya memang sedang tidak baik karena sesuatu hal yang tidak diketahui oleh orang lain bahkan sampai saat ini aib ini masih ditutup rapat oleh keluarga Hutama. Yaitu kenyataan bahwa Gunawan Hutama memiliki istri lain selain Sarah Ibunya Naya.

" Maafkan saya Sarah. Saya tidak bermaksud menduakan mu. " Ucap Gunawan ketika kenyataan pahit itu terbongkar oleh Sarah sendiri dari ponsel suaminya.

" Sudah berapa lama Gunawan ? Sudah berapa lama kamu mengkhianati saya ? " Isak Sarah.

" Empat tahun, saya tidak berkhianat Sarah. Saya hanya tak bisa meninggalkan dia. Dia melahirkan putri saya seorang diri. Anak itu kini membutuhkan identitas ayahnya untuk masuk sekolah. Saya tidak bisa membiarkan anak itu hidup sebagai anak tanpa ayah. "

" KAMU GILA GUNAWAN ! Kamu bersikeras merasa tidak mengkhianati sedang kamu dengannya sudah memiliki seorang anak ! "

" 12 tahun lalu, saat kamu memutuskan ingin berpisah dengan saya karena ingin fokus mengejar pendidikan dan karirmu, saat itulah saya bertemu dengan dia. Dia yang selama 2 tahun menemani kekosongan saya, saya lelaki normal Sarah. Saya masih mencintaimu oleh karena itu saya tidak memutuskan untuk menikah dengannya. Tapi saya akui, saya salah karena melampaui batas. Saya khilaf. Tapi saya bersumpah itu terjadi sebelum kita rujuk. " Jelas Gunawan.

" Lalu untuk apa kamu meminta saya kembali, padahal kamu sudah bersama wanita lain. Kenapa kamu setega itu pada kami " Sarah memukuli dada Gunawan.

" Sudah saya bilang Sarah, saya hanya mencintaimu dan ketika kesempatan untuk kembali itu terbuka lebar. Saya segera mengambilnya tanpa saya tau dia sedang hamil anak saya. Yan saat itu saya pikirkan hanya kamu, Naya dan Rangga. Saya ingin membuat keluarga kita kembali utuh " Gunawan bersimpuh penuh sesal, dari sorot matanya tidak ada kebohongan.

" Bagaimana sekarang Gunawan ? Bagaimana saya harus menjelaskan pada anak-anak. Kita terlilit hutang karena wanita itu. Rangga selangkah lagi menyelesaikan pendidikannya dan membutuhkan banyak biaya, lalu Naya dia pun sudah diterima di fakultas kedokteran dan uang masuknya tidak main-main. Tapi di saat genting seperti ini, tabunganmu habis untuk menutupi hutang wanita itu. Belum lagi kamu pun harus membiayai anak mu dengannya. " Ucap Sarah setengah gila dibuat Gunawan.

" Saya mohon Sarah, ampuni saya. Saya akan berusaha memperbaiki keadaan ini. Saya akan menceraikannya. Saya dengannya sudah selesai. "

" Baiklah Gunawan, baiklah ! Saya terima maaf mu itu, saya anggap itu pun ada andil dari saya yang terlalu berambisi dulu dan membuat mu terjebak dalam keadaan ini. Tapi kamu jelaskan sendiri pada Naya. Dengan berat hati Naya harus berkorban karena kita sudah tidak punya tabungan untuk mendukung pendidikannya. " Sarah terisak memegangi dadanya, rasa sakit luar biasa karena perasaan bersalah.

Tanpa mereka sadari, Naya sedari tadi sudah mendengarkan pertengkaran mereka di balik pintu. Naya tak bergemin, Naya hanya menangis. Tubuhnya membeku, Naya sudah cukup dewasa untuk mrmahami keadaan apa yang terjadi dalam kehidupan keluarganya yang awalnya begitu hangat lalu tiba-tiba dihadapkan petaka sebesar ini. Mendengar suara langkah kaki mendekati pintu, Naya bergegas lari masuk ke kemarnya. Naya mengurung diri seharian itu, sampai pada malam harinya Gunawan mengumpulkan seluruh keluarga di ruang tengah.

Naya melangkah gontai ketika yang lain sudah duduk dan menunggu kedatangannya.

" Naya kamu kemana saja. Ayah panggil dari tadi kamu tidak menjawab, apa kamu baru pulang ? "

" Hmm .. " Naya menyeringai masam.

" Ekspresi apa itu Naya ? Tunjukkan rasa hormat mu pada orangtua " Ucap Gunawan dengan nada tinggi.

" Naya ! " Rangga menatapnya tajam.

" Seorang yang telah melakukan hal tercela tidak layak mengajarkan etika, bahkan pada anaknya sendiri. " Jawab Naya lantang namun suaranya bergetar.

" Apa maksud kamu Naya ? "

" Ayah tidak perlu berpura-pura depan saya. Saya sudah mendengar semua yang Ayah dan Ibu bicarakan di kamar. Saya sudah pulang semenjak tadi. SAYA TAU SEMUANYA ! " Ucap Naya yang semakin meledak emosinya.

" Dosa apa saya yah ? Kenapa saya yang harus mengalah demi wanita lain yang Ayah nikahi ! Demi anak lain yang bahkan saya tidak tahu siapa dia dan kenapa saya harus punya sodara lain selain Bang Rangga ! " Naya menangis sesenggukan, kekecewaannya mencapai puncak.

" APA ? " Rangga berdiri.

" Apa yang dimaksud Naya Yah ? Apa itu benar ? "

Gunawan membisu, lidahnya kelu seakan tak bisa mengucapkan apa-apa.

" Itu benar Bang ! Naya mendengar dengan telinga Naya sendiri. " Naya ambruk bersimpuh dilantai.

" Ya Tuhan ! Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa Ayah dan Ibu tidak menjelaskan pada saya. Saya anak tertua kalian, mengapa hanya saya disini yang seperti orang bodoh "

" Rangga, maafkan Ayah " Ucap Gunawan lirih.

" Maaf ? MAAF AYAH BILANG ! Setelah Ayah menghancurkan keluarga kita, hanya maaf yang bisa Ayah sampaikan ? "

" Demi Tuhan Rangga Ayah menyesal, Ayah dengannya sudah selesai. Ibu mu pun sudah memaafkan dan menerima kenyataan. "

" Itu Ibu, bukan kami ! " Rangga memegang bahu Naya seraya membopongnya untuk berdiri.

Rangga membawa Naya pergi dari ruangan itu lalu mempahnya menuju kamar. Disana panjang lebar Naya menjelaskan bagaimana kronologi yang Naya dengarkan dari pembicaraan kedua orangtuanya tadi. Rangga kehabisan kata untuk berkomentar, Rangga hanya mengepalkan tangan kecewa.

" Abang akan cuti kuliah Nay, biar abang cari kerja untuk menyekolahkanmu. Abang akan cari cara biar kamu bisa melanjutkan kuliah. " Ucap Rangga sambil menggenggam tangan Naya.

" Jangan .. Bang Rangga hanya tinggal menyusun skripsi lalu wisuda. Kurang dari satu tahun lagi Bang. Naya mohon, biar Naya yang kerja untuk kuliah Naya sendiri. Nanti setelah Bang Rangga lulus, Abang bisa membantu Naya. Itu lebih baik buat kita. " Pinta Naya.

" Tapi Nay .. "

" Udah Bang, Naya gak papa. Perjalanan Naya masih panjang. Naya juga belum mulai apapun sedangkan Bang Rangga hanya tinggal satu tahap. Biar kali ini Naya mengalah dulu, tapi nanti kita pasti bisa sama-sama berhasil Bang. " Bujuk Naya.

" Naya .. Maafkan abang Nay " Rangga memeluk adik kecilnya, perasaan bersalah ini sangat mencabik hati Rangga. Namun apa daya, yang diucapkan Naya benar. Rangga akan bisa lebih membantu setelah pendidikannya selesai dan mungkin nanti akan mendapatkan peluang kerja yang lebih baik dengan epndidikan yang dimilikinya.

Karena masalah inilah, Naya akhirnya harus mengorbankan mimpi dan harapannya untuk sementara waktu. Naya memilih bekerja untuk mencukupi kebutuhan pribadinya dan menabung untuk pendidikannya. Jujur saja, Naya sudah merasa muak untuk sekedar menerima pemberian apapun itu dari Ayahnya. Maka Naya hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.

Tiga Tahun Lalu Part II

Susah payah Naya mencari kerja setelah kelulusannya dari seoklah menengah, Naya mengubur mimpinya demi menghidupkan mimpi saudaranya terlebih dulu. Dalam waktu tiga bulan setelah kelulusannya, Naya mendapatkan pekerjaan sebagai Pramuniaga.

" Selamat siang dengan Naya, silahkan .. " Sapa Naya pada seorang pelanggan yang memasuki area toko nya.

Seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan berisi, kulitnya putih bersih membalas sapaan Naya dengan senyuman.

" Silahkan Kak, t-shirt nya kita sedang ada promo 20%. Kakaknya cari kaos polos atau motif tertentu ? " Ucap Naya ketika melihat lelaki itu menyetuh display t-shirt.

" Saya nayri polos sih mba, yang warna nya gelap tapi gak gerah. "

" Boleh Kak sebelah sini, banyak pilihan warna juga dari bahannya itu cotton Kak jadi adem dan menyerap keringat. Cocok dipakai di Kakak apalagi kalau Kakak banyak kegiatan outdoor. "

" Kok tau sih ? Saya kebetulan lagi magang di PU jadi banyak kegiatan yang mengharuskan kontrol ke lapangan. "

" Ah begitu, baiklah Kak. Kakak bisa coba ini, atau mau sekalian saya pilihkan celananya yang nyaman untuk kegiatan outdoor ? " Tanya Naya menggali lebih dalam tentang kebutuhan pelanggannya.

Alvin yang tadinya berniat untuk membeli kaos saja, tapi karena pelayanan dan penjelasan Naya yang sangat nyaman menjadi tertarik untuk melengkapi kebutuhan lainnya dari brand yang Naya jual di toko tersebut. Akhirnya Alvin selesai transaksi dan berhasil membawa pulang 2 t-shirt dan 1 celana jeans.

Waktu berlalu hingga sampai tiga bulan kemudian, Alvin membawa kedua temannya untuk berbelanja kebutuhan pakaian ke toko yang sama. Alvin berpikir sudah sangat cocok berkomunikasi dengan Naya sehingga tidak akan canggung lagi bertanya perihal masalah fasion.

" Mba Naya .. " Panggil Alvin yang sudah mengetahui nama Naya dipertemuan sebelumnya.

" Ah iya kak, udah lama baru kesini lagi. Gimana kabarnya kak ? "

" Aku baik, Kamu gimana Naya ? Rame ? "

" Baik Kak, udah mulai rame karena sebentar lagi memasuki season akhir tahun. "

" Ah iya kamu benar Nay. Ini aku sama temen-temen aku. Mereka juga butuh pakaian yang bisa kamu rekomendasiin. Maklum kami gak paham fashion, jadi aku langsung ajak aja mereka " alvin memperkanalkan teman-temannya.

Pertemuan kedua itu berhasil mendekatkan Naya dan Alvin bahkan sampai bertukar nomor ponsel karena Alvin beralasan jika suatu saat ada promo ingin Naya mengabarinya. Naya pun menyambut hangat bantuan Alvin untuk merekomendasikan brand nya ke teman-teman satu project Alvin.

Hubungan yang awalnya antara pelanggan dan pramuniaga itu pun perlahan berubah. Naya yang tengah kehilangan sosok lelaki dalam hidupnya menjadi mudah luluh oleh kelembutan Alvin. Belum lagi ketampanan dan potensi karir yang bagus membuat Alvin nampak seperti lelaki mapan dengan masa depan yang baik dipandangan Naya.

Alvin memiliki latar belakang yang baik memang, orangtuanya merupakan engineer lulusan luar negeri. Ayahnya bekerja di kapal pesiar sehingga jarang sekali pulang, sedang Ibu nya bekerja di perusahaan milik negara. Alvin sendiri anak tunggal yang segalanya sangat di sokong baik oleh orangtuanya.

Dalam waktu lima bulan pendekatan, Alvin dan Naya pun menjalin hubungan kasih. Alvin hanya selangkah lagi untuk menyelesaikan pendidikannya. Dengan prestasi yang dimilikinya, bahkan dari sebelum wisuda Alvin sudah memiliki tawaran kerja dari perusahaan-perusahaan ternama. Terlebih ada privilege orangtuanya yang memiliki banyak relasi memepermudah Alvin melangkah.

Akhirnya tibalah waktunya Alvin wisuda. Naya menghadiri acara tersebut yang dilakukan dengan meriah, turut hadir juga kedua orangtua Alvin yang sangat susah payah untuk dapat berkumpul di momen itu.

" Kemari Nay kita foto bersama. " Ajak Alvin.

" Aku sungkan Kak. " Jawab Naya ragu.

" Gak papa, orangtua aku udah tau tentang kamu. "

Naya pun melangkahkan kaki nya lalu memberanikan diri untuk menyapa.

" Ini Naya ya ? " Tanya Ibu Alvin

" Iya tante saya Nayara Hutama. "

" Cantik sekali Naya. Ayo sini foto dulu Naya. Alvin ini, ada gadis cantik ko gak di ajak ketemu ke rumah. "

" Hehe kan Alvin mau selesaiin dulu kuliah Bun terus memastiin udah dapet kerja sebelum bawa Naya biar Bunda gak ragu buat ngasih restu. "

" Bagus kalo gitu, sekarang kan Al udah lulus udah dapet kerja juga cepet aja di seriusin. Bunda udah gak muda, Bunda juga pengen dong ngerasain ngemong cucu. "

" Alvin sih mau mau aja Bun, tapi Naya nya kasihan baru  mau 19 tahun masih muda banget. "

" Oya ? Naya masih kuliah dong ? "

" Enggak tante, kebetulan saya kerja. " Jawab Naya ramah.

" Luar biasa mandiri sekali. Ikut ke rumah yu Naya. Tante masih pengen ngobrol banyak sama Naya. "

Naya pun mengangguk malu, tak enak juga jika harus menolak. Kebetulan dirinya sedang libur sehinga ada cukup waktu untuk datang ke rumah Alvin.

Setelah selesai acara, Alvin pun membawa Naya ke rumahnya. Jaraknya dari kampus tidak terlalu jauh, sekitar satu jam perjalanan. Rumah Alvin cukup nyaman dan tentu lebih besar daripada rumah Naya. Terparkir dua mobil disana miliki Alvin dan Ibunya. Karena ayahnya jarang pulang, sehingga hanya membutuhkan dua kendaraan.

Naya menatap sekeliling, ragu karena ternyata Alvin lebih darpada apa yang dipikirkannya. Jujur saja Naya minder, meskipun latar belakang keluarganya sama sama dari keluarga yang cukup terhormat.

" Sini duduk Naya. " Ajak Desi, Ibu Alvin.

" Naya boleh saya ngobrol tentang keluarga kamu atau kehidupan pribadi kamu ? " Tanya Desi.

" Boleh tentu saja Tante. "

Panjang lebar mereka berbicara mengenai latar belakang keluarga, pendidikan sampai pekerjaan dan alasan mengapa Naya harus bekerja meskipun memiliki orangtua yang nampak berkecukupan. Tentu saja Naya tak menceritakan bagian aib keluarganya. Naya hanya beralasan orangtuanya kena tipu seorang kenalan. Kejujuran dan tekad Naya membuat Desi menjadi iba.

" Naya maaf saya menanyakan ini dan itu yang mungkin membuat kamu tidak nyaman. Tapi bukan tanpa alasan Nay. "

" Iya Tan ? "

" Saat ini tante sedang sakit, Cancer stadium 2. Mungkin masih awal dan tante pun sedang mengusahakan berobat sebaik mungkin. Tapi Naya, usia tidak ada yang tahu. "

" Ya Allah tan, terus gimana keadaan Tante sekarang ? "

" Ya seperti ini, gak nampak sakitkan ? Semua karena bergantung pada pengobatan tanpa henti. "

" Tante .. Naya berdo'a semoga tante segera diberi kesehatan dan kemudahan dalam pengobatan Tante. "

" Terimakasih Naya " desi menggenggam tangan Naya.

" Tapi Nay ada satu hal yang ingin tante sampaikan ke kamu. "

" Iya tante ? "

" Mungkin ini akan terkesan berlebihan di pertemuan pertama kita, namun setelah melihat kedekatan Naya dengan Alvin dan mengetahui latar belakang Naya, Tante jujur merasa lega Alvin memilih gadis yang tepat. Usia kalian mungkin  masih muda, tapi Nay kalau kamu bersedia, lebih baik hubungan kalian segela di lanjutkan pada jenjang yang lebih seruis. "

Naya terpaku,tidak dapat menjawab.

" Tante berharap tante masih punya waktu buat mendampingi Alvin sampai memiliki keluarganya sendiri. " Tambah Desi.

" Tapi tante .. Saya berniat melanjutkan pendidikan, takutnya saya jadi gak fokus merawat keluarga. '

" Tidak masalah Nay. Bahkan mungkin dengan menikah, Alvin pun bisa membantu pendidikan kamu secara finansial. "

" Beri Naya waktu untuk berpikir dan berdiskusi dengan Alvin ya Tan .. Terimakasih tante sudah memberikan kepercayaan yang begitu besar pada Naya. " Naya membalas genggaman tangan Desi yang langsung dibalas senyuman oleh Desi.

Malampun tiba, setelah menyantap makan malam bersama Alvin mengantarkan Naya pulang ke tempat kostnya. Semenjak kejadian buruk yang menimpa keluarganya, Naya enggan menginjakkan kembali kakinya ke rumah untuk sekedar bertemu Gunawan.

" Nay .. " Panggil Alvin lembut sebelum Naya turun dari mobilnya.

" Aku tau yang Bunda bicarain sama kamu. Maaf ya kalo Bunda terkesan mendesak hubungan kita. Bunda terlalu khawatir sama kesehatannya padahal kita juga lagi usahain biar Bunda sehat lagi. "

" Gak papa Kak, orangtua sewajarnya khawatir apalagi dengan keadaan tante Desi sekarang bukan sakit yang ringan .. "

" Iya aku paham Nay, tapi aku gak mau permintaan Bunda jadi beban buat kamu, buat hubungan kita. Aku sadar juga kamu masih terlalu muda buat sampai ke tahap itu. "

" Kalau aku menolak, Tante gimana ? "

" Nanti aku yang bicarain baik-baik sama Bunda. "

" Gimana kalau tante malah bersikeras buat kamu segera nikah Kak ? "

Alvin mengerutkan keningnya, bingung memang.

" Aku gak tau Nay. Yang pasti aku cuman mau nya sama kamu. "

" Aku juga kayanya gak akan sanggup kalau lihat kamu sama cewek lain Kak. Apalagi kalau sampai lihat kamu nikah. Hmm .. Tapi kalau gini, gimana aku mau kuliah ? " Satu sisi Naya tidak ingin kehilangan cintanya, satu sisi lagi Naya tak ingin kehilangan masa depan pendidikannya.

" Naya .. Kalau kamu mau mengabulkan permintaan Bunda dan memeprtahankan hubungan kita, kita bisa nikah dan kamu tetap bisa lanjut kuliah. Aku janji gak akan melarang kamu buat dapatin pendidikan. Sebaliknya, aku bakal dukung kamu dengan segala yang aku punya. "

" Kamu yakin Kak ? "

" Ya Nay, aku gak bakalan banyak nuntut kammu. Dengan kamu bisa mengabulkan permintaan Bunda pun aku udah sangat bersyukur dan berterimakasih. Apalagi di usia kamu sekarang, rasanya aku akan berhutang banyak karena minta masa muda kamu. " Alvin berusaha meyakinkan.

" Aku mau Kak " Naya mengangguk mantap setelah mendapatkan keyakinan itu dari Alivn.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!