NovelToon NovelToon

Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Bab 1 Prolog

Disebuah ruangan yang terlihat sederhana dan minimalis, Seorang gadis cantik berkulit putih, mata berwarna kecoklatan dan rambut digulung keatas sedang bermain handphone menonton video yang menyiarkan berita terbaru terhot tentang artis cantik yang kepergok sedang berkencan dengan suami orang.

Itu adalah hal yang sering terjadi. Alasan nya karena butuh sponsor dari suami orang atau mungkin perasaan cinta terhadap suami orang atau mungkin suka sekali merebut milik orang lain.

Sang gadis hanya geleng-geleng kepala, Padahal didunia ini banyak lelaki yang muda, duda, tua dan yang masih belum ada pemiliknya.

Setelah gadis itu menonton video yang bisa membuatnya muak, dia langsung mematikan handphone nya dan langsung ke dapur karna perutnya sudah kelaparan.

Gadis itu membuka kulkas dan ternyata ... ia melihat isi kulkas tersebut kosong!

Dia lupa mengisi stok bahan makanan karena terlalu malas ke pasar, begitu lah hidup sendirian terlalu menyedihkan.

Ya, Gadis cantik itu bernama Sora Anggraeni, dia harus hidup sendirian, ia adalah gadis yatim piatu karena orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal setahun yang lalu.

Dia harus menghidupi kebutuhannya sendiri dan bekerja keras. Padahal warisan orang tua nya bisa menghidupi dia sampai seumur hidup, tapi karena gadis itu orangnya tidak mau boros dengan warisan orang tuanya dia harus berhemat dalam pengeluarannya.

...****************...

Kini Sora berada di Supermarket, dia membeli semua kebutuhan makanan pokok yang dibutuhkannya.

Setelah membeli bahan makanan Sora langsung masuk kemobilnya, menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya kejalanan.

Disepanjang perjalanan, jalan sangat sepi, Tidak ada satupun kendaraan bermotor atau mobil orang lain yang lewat di jalan, dikarenakan ini sudah hampir jam 11 malam.

Memang perjalanan dari rumah Sora ke supermarket kebanyakan hutan lebat dan hutannya masih sangat asri.

Inilah kenapa Sora selalu malas kalau mau keluar rumah, Supermarket juga lumayan jauh dari rumahnya. Sehingga Sora jarang keluar rumah.

Tiba-tiba disekeliling jalanan dipenuhi kabut asap tebal sehingga Sora tidak bisa melihat jalan dengan benar, Sora menyetir kendaraan nya dengan hati-hati supaya tidak menerobos jurang, memang disepanjang pinggir jalan ada jurang yang dalam sehingga Sora sangat ketakutan.

Dalam keadaan ketakutan Sora menutup matanya, dia merasa mobil nya melaju kearah jurang yang dalam, Seketika dalam detik itu juga Sora tidak sadarkan diri.

.

.

.

'Apa aku sudah mati?' pikir Sora.

Srak ... Srak ... Srak.

Sora mendengar suara di sekitarnya.

"Suara apa itu?"

Karena penasaran Sora mengintip dari celah matanya yang terbuka sedikit, melihat ada apa disekitarnya hingga terdengar suara aneh.

Sora terkejut! Dia langsung membuka kedua matanya. Matanya terbelalak melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

"Aku dimana?"

Wajahnya memucat, dengan mulut yang terbuka lebar.

Sora benar-benar terkejut melihat pemandangan disekelilingnya.

"Hutan lebat!"

Langit malam berbintang, bulan purnama yang bersinar terang. Dia berada didalam sebuah hutan rindang yang gelap tanpa ada penerangan apapun. Pohon-pohon besar dengan untaian akar yang menggantung. Lumut-lumut yang menutupi disekitaran pohon, serta dedaunan kering yang berguguran menutupi tanahnya.

Sora ingat betul kalau baru saja dia berada didalam mobil dijalan yang dipenuhi kabut tebal. Kini dia malah berada didalam hutan yang sepi dan gelap. Dan dimana mobilnya padahal didalam mobilnya penuh bahan makanan dan handphonenya!

Tapi kalau dipikir-pikir mobilnya pasti masuk jurang yang sangat dalam dan dia pasti setidaknya mengalami luka parah. Tetapi, seluruh tubuhnya terasa tidak sakit sama sekali?!

Sora mencubit pipinya, berharap kalau ini adalah sebuah mimpi dan rasa sakit bisa membuatnya terbangun.

"Akh! Sakit ..." rintih Sora.

Dia kembali mencubit pipinya, mengucek matanya, berusaha untuk bangun dari mimpi.

Tapi semua usahanya sia-sia. Dia masih ada di sana, didalam sebuah hutan. Semua ini bukanlah mimpi.

Tubuhnya kembali gemetaran, air matanya tiba-tiba mengalir. Hawa gelap dan sunyi membuatnya ketakutan.

"Tolongg!!"

"Tolongg!!"

"Apakah ada orang?"

Sora langsung berteriak memanggil orang agar ada yang bisa membantunya. Tetapi tak ada sahutan dari panggilannya, di sekitarnya sunyi senyap sehingga suara serangga terdengar nyaring ditelinga.

"Akh!"

Tiba-tiba sekelompok kelelawar terbang kearahnya. Sora langsung menundukkan kepala, menutupi kepalanya dengan tangannya. Mereka terbang diatas kepalanya, Sora mengibaskan tangannya berusaha mengusir kelelawar itu.

"Pergi dari sini!" Sora berteriak ketakutan.

Kelelawar itu tidak mau pergi. Mereka malah menyerangnya. Dengan kuku kakinya yang tajam, membuat lengan bajunya robek dan melukai tangannya.

"Pergi! Pergi dari sini!" Sora kembali berteriak dengan kerasnya. Tiba-tiba sekumpulan kelelawar itu pergi dengan tergesa-gesa.

"Hah? Kenapa kelelawarnya pergi tiba-tiba? Bodoamat lah yang penting selamat, hufff."

Sambil menangis Sora berpikir. "Sebenarnya aku ada dimana?"

Sora melihat sekeliling lagi, "Bagaimanapun aku harus keluar dari tempat ini." pikirnya.

Sora berfikir jika hanya diam di situ, mungkin besok akan menjadi hari kematiannya yang sesungguhnya.

Sora menghapus air mata dipipinya, dengan tubuh yang masih gemetaran ia melangkahkan kakinya Berjalan di kegelapan hutan. Beberapa kali kakinya tersandung akar pohon. Membuat luka dikaki dan telapak tangannya. Agak sulit berjalan ditempat yang gelap.

Beberapa selang waktu berlalu, Sora masih tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Dia seperti berjalan di taman labirin yang hanya berputar-putar.

Karena sudah terlalu lelah berjalan, Sora pun memutuskan untuk beristirahat. Dia bersandar dibawah pohon sambil meluruskan kakinya. membersihkan tanah yang menempel di lukanya menggunakan lengan bajunya.

Sora kembali melihat sekeliling "Hufh ...."

Sora menghembuskan nafas panjang. Selama hidupnya dia tidak pernah ikut acara kemah ataupun yang berhubungan dengan alam. Jadi dia tidak tahu bagaimana cara bertahan hidup atau keluar dari dalam hutan ini.

"Hufh ..." Sora kembali menghela nafas. "Apa yang harus aku lakukan?" Didalam benaknya dia berfikir untuk menyerah saja.

Sora meringkukkan badannya dan membenamkan wajahnya. Dia kembali terdiam sambil memikirkan kenangan manis dihidupnya.

"Sungai!" Tiba-tiba ada selintas ingatan di pikirannya. Dia teringat ia pernah membaca buku milik almarhum ayahnya. Sora tidak ingat judul bukunya apa tapi dia ingat apa yang tertulis di buku itu.

Dibuku itu tertulis sungai mengalir dari hulu ke hilir atau dari sumber air ke laut. Jika dia bisa menemukan sungai dan mengikuti arah arusnya mungkin dia bisa menemukan jalan keluar.

"Aku harus cari sungai." Sora berseru.

Dengan semangat yang kembali muncul,

Sora beranjak dari tempatnya dan kembali melangkahkan kaki sambil memasang telinganya. Dan berharap dapat mendengar suara air mengalir dengan cepat.

Srak ... Srak ... Srak ....

Suara gesekan daun kembali terdengar.

Suaranya terdengar seperti ada seseorang yang baru saja melewatinya.

"Siapa itu?" Sora berteriak. Dia merasa ada sesorang yang sedang melihatnya dari kejauhan. Tapi saat dia melihat ke arah itu tidak ada siapapun disana.

Bulu kuduknya kembali berdiri. Dia pun

mempercepat langkah kakinya.

"Sungai!"

"Ahh ketemu ...."

Sora langsung berlari saat mendengar suara gemuruh air. Dengan cepat ia berlari ke arah suara itu.

"Akhirnya aku menemukan sungai!"

Sora menghela nafas lega. Ia mendekati sungai, sungainya jernih dan bersih tanpa adanya sampah sama sekali. Sora mengambil air dengan telapak tangannya, membasuh wajahnya dan minum air.

"Apa ini?"

Sora melihat bayangan yang terpantul didalam sungai yang jernih. Ada hal aneh yang terpancar. Sora mengucek matanya, berfikir mungkin dia salah lihat.

Sora melihatnya lagi, menegaskan pandangannya. Ia melihat bayangan seseorang.

"Siapa kau?" Sora berteriak.

Seorang pria keluar dari kegelapan. Badannya tinggi jangkung kurus, warna kulitnya pucat serta matanya berwarna merah seperti darah. Wajah pria itu tampak keriput padahal tidak terlihat tua.

Rambutnya berwarna hitam pekat berantakan.

"Makanan lezat." gumamnya.

Bab 2 Dunia Asing

Suaranya rendah dan terdengar menyeramkan. Pria itu menyeringai hingga terlihat taringnya yang panjang yang mencuat keluar. la mengulurkan tangannya, Sora bisa melihat kuku-kukunya yang panjang dan tajam.

"Makhluk apa itu?"

Sora terus bertanya-tanya, bentuk tubuhnya seperti manusia pada umumnya tapi jika melihat bagian tubuhnya yang lain. la terlihat seperti bukan manusia biasa.

Pria itu berjalan mendekatinya, hanya dengan melihat mata merahnya membuat tubuhnya gemetaran. Ia merasa jika tertangkap olehnya bukanlah hal yang baik.

Sora langsung berlari tak tentu arah.

"Makanan lezat, kau takkan bisa kabur!" ucapnya.

Pria itu terus mengikutinya. Sekuat apapun Sora berlari, pria itu selalu dapat menyusulnya. Sora memutuskan untuk berlari kedalam hutan berharap dapat menemukan tempat bersembunyi.

Sora terus berlari hingga membuatnya terjatuh berkali-kali dan membuat luka di sekujur tubuhnya. Sora tidak menyerah dan terus melarikan diri.

Tapi mau berlari sejauh apapun, secepat apapun, atau bersembunyi dimana pun, pria itu selalu bisa menemukannya.

Sora kehabisan tenaga, disaat dia sudah mulai menyerah tiba-tiba Sora melihat sesosok pria berdiri membelakanginya, tanpa sadar Sora langsung berlari ke arahnya.

"Tolong aku!" mohon Sora. Tanpa disadari itu adalah keputusan yang salah.

Pria itu membalikkan badannya, seorang pria tinggi dengan mata berwarna merah. Sora langsung mendorongnya, berusaha melarikan diri lagi. Tapi Pria itu menarik tangannya.

"Lepaskan aku!" Sora terus memberontak tapi pegangan tangan pria itu sangat kuat.

"Lepaskan mangsaku, aku yang menemukannya duluan."

Suara berat dan menyeramkan itu terdengar tepat dibelakang Sora.

Sora terjebak diantara mereka.

"Aku akan bantu kau menyingkirkan makhluk rendahan itu." bisik pria didepannya.

Tiba-tiba pria didepannya memancarkan aura yang sangat menakutkan. Sora bisa melihat sebuah aura berwarna merah bercampur hitam disekeliling tubuh pria itu.

Sora merasa tubuhnya berat seperti ada sesuatu yang menindihnya.

"Akh!" Karena Sora berdiri di dekat pria itu sehingga membuatnya sulit untuk bernafas. Tekanannya terlalu berat.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya pria berambut hitam itu, ia juga merasakan tekanan itu.

Sora bisa melihat pria berambut hitam itu gemetar meskipun ia berusaha untuk menutupi ketakutannya.

Pria berambut hitam itu hanya tersenyum mengejek. "Jangan bilang kalau kau dari golongan itu? Darah Murni?" terka nya. "Ti ... tidak mungkin. Mana mungkin ada darah murni disini?" ujarnya. "Ka ... kau pasti seorang penipu, aku tidak akan terkecoh." ucapnya.

Pria berambut hitam itu langsung menyerang. Mereka berdua bertarung menggunakan cakar mereka yang panjang. Darah hitam berceceran dimana-mana.

"Akh!" Tiba-tiba pertarungannya berhenti.

"Jan ... jantungku. Kembalikan jantungku!" teriaknya. Pria berambut hitam itu berjalan menghampiri pria itu, berjalan tertatih-tatih sambil memegangi dadanya yang bercucuran darah.

"Kau memilih lawan yang salah." ucap pria itu.

Jantung yang ada di genggaman tangannya langsung ia hancurkan. Seketika itu juga Pria berambut hitam itu langsung mati dan menghilang menjadi asap.

'Pria didepannya telah membunuhnya!'

Tubuh Sora kembali gemetar, itu adalah pemandangan tak biasa yang pernah ia lihat.

"Pria ini lebih berbahaya, aku harus segera pergi." Sora pun langsung berlari menghindarinya.

"Akh!" Tapi pria itu berhasil menyusulnya.

Pria itu berjalan mendekati Sora, Sora berusaha mundur menjauh darinya. Tanpa sadar dia sudah terpojok.

Pria itu memegang tangannya dengan erat. Membuatnya sulit untuk melepaskan diri.

"Lepaskan aku!" Sora berteriak ketakutan.

Pria itu hanya tersenyum menyeringai, seperti sedang menikmati melihat nya yang sedang gemetaran.

Cahaya bulan menyinari, hutan yang tadinya gelap gulita kini menjadi sedikit terang. Sora kembali dikejutkan dengan apa yang ada didepannya.

Rambut silver yang bercahaya saat terkena cahaya bulan, wajahnya yang tegas layaknya patung kuno, hidung yang mancung serta kulitnya yang putih pucat serta matanya yang terlihat cantik seperti batu rubi. Wajahnya yang tampan membuat ia tak bisa mengalihkan pandangannya.

"Kau adalah milikku! ..." Suara yang berat berbisik ditelinganya, membuat tubuhnya bergidik ngeri. Nafas yang berat menjalar disekitar lehernya.

"Akh!" Sora terkejut saat pria itu menjilati lehernya. "Hentikan ..." Sora terus memohon, tapi pria itu tak mau melepaskannya.

"Ukh!" Ia merasakan sesuatu menusuk lehernya, sesuatu yang tajam menembus kulitnya. Rasa panas terasa disekujur tubuhnya.

"Ukh!" Sora merasakan darahnya dihisap.

"Darah manis!" Gumamnya sambil terus menyedot darahnya.

"Si ... siapa kau sebenarnya?" Sora bertanya, tapi pertanyaan itu tak dijawabnya, pria itu hanya sibuk menikmati menghisap darahnya.

"Kumohon hentikan." pinta Sora.

Sora merasa tubuhnya perlahan melemah semakin lama pria itu meminum darahnya semakin lemah tubuhnya. Pandangan Sora mulai kabur. Dia pun tak sadarkan diri.

"Kau adalah milikku, darah manis!"

.

.

.

"Akh!"

Sora bangun dalam keadaan ketakutan. Ingatan tentang dia jatuh dari jurang serta malam didalam hutan muncul di mimpinya.

Sora bernafas terengah-engah, keringat dingin mengucur, jantungnya berdegup kencang. Dia memegangi kepalanya yang sakit karena mengingat kejadian yang menyeramkan itu.

"Aku dimana?" Sora menyadari saat matanya melihat pemandangan yang berbeda.

Hamparan rumput hijau dan luas. Kini ia berada ditengah padang rumput. Langit biru berawan dihiasi matahari yang bersinar terang. Langit indah yang sulit untuk ditemui jika tinggal di kota.

Sora memegangi rambutnya yang berwarna merah muda - pink. Seperti tidak percaya dengan penglihatannya, Sora terus mengecek matanya. Lalu dia menyadari bajunya berubah. Ia memakai kemeja berwarna coklat, lengan panjang dengan pita. Rok setinggi dengkul yang lebar tapi tidak terlalu mengembang. Di beberapa bagian ada bordiran bunga yang cantik. Dia tidak pernah melihat pakaian seperti ini.

Luka-luka kecil di tangan dan kakinya hilang. Sora langsung mengecek bagian lehernya. Dia merasakan ada luka disana. Lukanya terasa seperti 2 lubang kecil.

"Kejadian tadi malam bukanlah mimpi?!"

Tubuhnya kembali gemetar mengingat kejadian itu. Sensasi saat digigit dan dihisap masih terasa.

'Mana ada manusia yang meminum darah manusia lain.' pikirnya.

"Jangan! Jangan!"

Sora teringat buku yang pernah direkomendasikan temannya ditempat kerja. Buku itu bercerita tentang makhluk berdarah dingin yang suka menghisap darah manusia lain hingga kering.

Sora kembali mengingat ciri-cirinya. Mata merah, taring panjang, kuku panjang, tangannya yang dingin serta penghisap darah.

"Tidak mungkin!"

Sora berusaha menolak kenyatan itu, tapi apa yang dijabarkan dalam buku dan apa yang sudah dia lihat semuanya terlihat sama persis.

"Mana mungkin makhluk itu adalah Vampire."

Vampire adalah makhluk mistis yang dipercaya hidup kembali dari kematian dan mengisap darah untuk bertahan hidup. Vampire hanyalah makhluk dongeng yang tidak mungkin ada.

'Wussshhh ....'

Tiba-tiba angin kencang berhembus, menghempaskan dedaunan kering dan mengibaskan rambut panjangnya. Bayangan besar muncul dan menutupinya.

Mata Sora kembali terbelalak saat mengetahui asal dari bayangan itu. Seekor hewan berbentuk ular besar yang memiliki tangan dan kaki serta sayap besar.

"Naga!"

Sora melihat seekor naga berwarna hitam, terbang tepat diatas kepalanya. Kibasan sayapnya menciptakan angin besar di sekitar. Naga itu terbang semakin menjauh hingga akhirnya tak terlihat lagi.

Sora memutar otaknya, semua pemandangan yang sudah dia alami adalah hal yang tak biasa.

Seorang manusia bermata merah dan bertaring, sekarang ada seekor naga.

"Sebenarnya aku ada dimana?" Sora berkeluh.

"Cepat!"

Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang.

Mendengar suara orang lain seperti mendapat sebuah pertolongan baginya. Ia menengok ke arah sumber suara itu berasal.

Dari kejauhan Sora melihat banyak orang berlalu lalang. Ia beranjak dari tempatnya, berjalan ke arah orang-orang itu.

Sora melihat hiruk pikuk, orang-orang tampak sibuk. Beberapa pria mengangkut sebuah karung yang terlihat berat. Seorang wanita membawa keranjang besar di kepalanya. Beberapanya lagi membawa keranjang kecil berisi sayuran ataupun roti. Kereta kuda juga ikut lalu lalang.

Sora berjalan kearah keramaian itu, ikut masuk melewati gapura yang terlihat seperti pintu masuk ke sebuah desa.

Bangunan berjajar rapi disepanjang jalan. Bangunan kotak yang rata-rata terbuat dari batu bata berwarna merah dengan ukiran unik. Jalanannya juga unik yang terbuat dari paving blok yang tersusun rapi.

Sora jadi teringat, tempat ini mirip dengan jalanan di Eropa. Bangunan tua, klasik dan cantik. Bentuk dari ciri khas Eropa. Jalanan tampak sangat ramai.

"Minggir ... minggir!" teriak seorang kusir yang sedang mengendarai kereta kuda. Sora langsung minggir ketepi jalan.

"Bahaya sekali." ujar seseorang.

"Hei! Jalanlah dengan benar!" teriak seorang pria. Matanya memandang Sora dengan pandangan aneh. "Dasar gadis Pulau." cibirnya.

Sora kembali melangkahkan kakinya. Beberapa orang memandanginya dengan tatapan aneh. Sora mengecek tubuhnya. Melihat apa yang membuat orang-orang memandanginya seperti itu.

Pakaian yang dia kenakan memang sedikit berbeda tapi bukan yang sampai beda jauh. Bahannya terlihat sama, hanya model pakaiannya saja yang berbeda.

Rata-rata orang disana memakai gaun panjang tanpa kerah dengan korset motif di pinggangnya. Ada beberapa yang memakai gaun dengan renda lucu serta gaun lebar seperti payung.

Ia mengabaikan pandangan orang-orang dan kembali melihat-lihat.

"Dugh!"

Bab 3 Dituduh Mencuri

Sora jatuh terduduk karena terlalu terkesima dengan pemandangan yang ada didepannya.

Sora tidak memperhatikan jalan dengan benar. Dia menabrak sekumpulan wanita yang memakai pakaian cantik dan terlihat mewah.

"Kau tidak punya mata ya!" marahnya.

Seorang wanita berambut merah dan mata berwarna hijau itu menatap Sora dengan sinis.

"Nona gaunmu kotor." timpal seorang wanita di belakangnya.

"Apa? Ini adalah gaun yang baru aku beli."

keluh wanita itu.

Sora melihat ada noda kecil karena terkena cipratan tanah. Nodanya kecil sekali tapi wanita itu bersikap seperti itu adalah noda besar.

Sora langsung bangkit, membersihkan bajunya dari debu dan membungkuk meminta maaf.

"Maafkan aku."

"Apa dengan minta maaf saja bisa memperbaiki gaunku. Kau tau berapa mahal harga gaunku ini. Jika kau bekerja seumur hidup pun tidak akan bisa membelinya." ucapnya sambil meremehkan.

Matanya menatap Sora dengan tajam, alisnya mengkerut. Darahnya memanas. la terlihat sangat marah.

Sora hanya terdiam. Jika dilihat gaun itu memang terlihat mahal. Mungkin terbuat dari bahan yang berkualitas. Apalagi saat ini dia tidak memiliki uang sama sekali. Ia memang tidak akan bisa memberikan uang ganti rugi.

"Lihat, nona. Pakaiannya terlihat aneh. Mungkin dia bukan orang sini." ujar seorang dibelakangnya.

"Benar. Pakaian itu terlihat aneh. Aku dengar baru-baru ini orang pulau berdatangan ke kota. Mungkin dia salah satunya." sahut yang lainnya.

Wanita berambut merah itu melemparkan pandangannya ke arah Sora. Memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pandangannya terlihat jijik.

"Sudahlah, nona. Untuk apa berurusan dengan orang rendahan sepertinya. Bikin sakit mata saja." sindir wanita lainnya.

"Benar, Bukankah kita harus segera pergi ke teater. Kita bisa terlambat." timpal yang lainnya.

Sora melihat 5 orang wanita yang berdiri dibelakang wanita berambut merah. Ketiga wanita itu memakai gaun yang mahal juga. 2 orang lainnya memakai pakaian yang lebih simpel. Sepertinya 2 orang itu pelayannya.

"Kau benar. Kau beruntung karena aku sedang sibuk." tuturnya. "Ayo kita pergi."

Wanita itu melangkahkan kakinya, berjalan pergi meninggalkan Sora diikuti 5 orang dibelakangnya. Mereka terlihat seperti seekor anak bebek yang mengikuti induknya.

"Gadis Pulau?" gumam Sora.

Sora kembali memperhatikan pakaiannya, mereka mengatakan pakaiannya aneh dan kemungkinan dia berasal dari pulau.

"Pulau? Pulau apa yang dimaksud?"

Sora berfikir untuk mencari tahu maksud dari perkataan para wanita itu. Tapi hal pertama yang harus dia lakukan adalah memikirkan cara untuk bertahan hidup disini. Ia tidak tau sedang ada dimana mungkin dunia lain tapi jika mau berusaha pasti ada hal yang bisa dia lakukan.

Hal pertama yang harus Sora lakukan adalah mencari pekerjaan. Jika memiliki uang dia tidak perlu pusing mencari tempat tinggal ataupun makan.

"Semangat! Aku pasti bisa melakukannya." ujarnya menyemangati dirinya.

...****************...

"Tunggu!" teriak gadis berambut merah yang belum berjalan terlalu jauh.

"Ada apa, nona?"

"Gelangku hilang?!" Wajahnya terlihat panik karena mendapati gelang ditangannya yang kosong.

"Gelang itu sangat berharga. Gelang itu pemberian tunanganku." ujarnya.

"Mungkin tertinggal di kamar nona." ujar pelayannya.

"Tidak! Aku yakin aku memakainya hari ini." kekehnya.

Semua orang mencari-cari keberadaan gelang itu. Mereka berfikir mungkin terjatuh disekitar.

"Tunggu!" Henti salah satu wanita lainnya. "Mungkin gadis pulau itu mencurinya. Dia sengaja menabrakmu untuk mengambil gelangmu." tuduhnya.

"Kau benar." setujunya. "Berhenti kau, Gadis Pulau." hentinya.

Dua orang wanita berlari kearah Sora dan menahan kedua tangannya.

"Apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" Sora memberontak.

Sora tidak mengerti apa yang diinginkan mereka. Bukankah masalah gaunnya sudah selesai. Tapi kenapa sekarang mereka menahannya.

"Kurang ajar!"

Wanita berambut merah itu menampar pipi Sora. Tamparannya sangat kuat membuat pipinya menjadi merah dan membuatnya terluka karena terkena kukunya.

"Dasar pencuri! Kembalikan gelangku!" tuduhnya.

"Gelang? Gelang apa yang anda maksud?"

Sora tidak mengerti gelang apa yang dimaksud wanita itu hingga membuatnya sangat marah.

"Jangan belagak bodoh. Aku tau kau sudah mencuri gelangku. Kau sengaja menabrakku agar aku bisa lengah dan dengan mudahnya mencurinya."

Sora membantah ucapan wanita itu. "Mencuri? Aku tidak mencuri apapun."

"Geledah gadis itu!" perintahnya.

Dengan kasarnya kedua wanita yang tadi memegangi tangan Sora langsung menggeledah tubuhnya. Merogoh kantung roknya.

"Maaf, Nona. Tidak ada." ujarnya setelah selesai menggeledah dan tidak menemukan apapun.

"Tentu saja tidak ada. karena aku tidak pernah mencurinya." Sora berusaha membela diri.

"Geledah yang benar." Wanita itu tidak percaya.

"Apa mungkin ia sudah memberikan ke temannya?" timpal yang lain.

"Benar. Itu sebabnya kita tidak bisa menemukannya." sahut yang satunya.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita bawa dia ke kantor keamanan. Kita bisa meminta bantuan penjaga disana."

"Kau benar. Bawa gadis itu."

Mereka menarik tangan Sora, berusaha menyeretnya ke suatu tempat.

"Tunggu. Aku tidak mencuri apapun."

Sora terus memberontak. Ini adalah hal yang tidak adil. Dia baru saja mengalami hal menakutkan semalam tapi sekarang ia harus mengalami hal buruk lainnya.

"Beri Jalan!"

Tiba-tiba datang segerombolan ksatria berbaju zirah datang. Di bagian terdepan terlihat 3 orang yang menunggangi kuda, mengawal sebuah kereta kuda yang tampak mewah.

Keretanya berwarna hitam dengan ukiran emas disekelilingnya. Dibagian pintunya ada sebuah lambang berbentuk ular yang melingkari pedang.

Di bagian belakangnya terlihat para pasukan prajurit membawa pedang dan tombak. Mereka berjalan mengikuti keretanya.

"Beri jalan!"

Semua orang menyingkir dari jalanan.

Berkerumun di tepian sambil bersorak memberi dukungan untuk mereka.

"Hei, bukankah itu kereta kuda milik Jendral Ashley?" ujarnya saat melihat lambang Keluarga di pintu kereta.

"Benar. Itu milik Jendral Ashley." sahutnya "Aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya."

"Seorang Jendral gagah berani yang sudah memiliki gelar duke sejak umur 15 tahun dan menjadi Jendral dari umur 17 tahun."

"Bukan hanya itu, wajahnya itu sungguh rupawan. Wanita mana yang tidak akan jatuh cinta dengannya."

Semua orang memuji-muji kehebatan serta ketampanannya dan bersorak-sorak saat keretanya lewat.

Rombongan pasukan itu tiba setelah dari kunjungannya ke istana kerajaan. Mereka adalah pasukan gagah berani yang baru saja berperang di utara. Melawan sekumpulan penyihir hitam yang mengendalikan para monster.

Kehadiran para penyihir hitam sangat

meresahkan. Mereka menyerang para warga tak bersalah, memporak-porandakan desa dengan mengendalikan para monster.

Dengan perintah dari Raja pasukan itu berangkat dari setengah tahun yang lalu dan membunuh para penyihir hitam serta para monster.

"Tunggu, Jendral!"

Tiba-tiba wanita berambut merah menghentikan pasukan itu.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak seorang ksatria berkuda. "Beraninya kau menghentikan kereta milik Jendral!" bentaknya.

"Saya sedang memiliki masalah. Maukah anda membantu masalah saya." ujarnya.

"Jendral sangat sibuk dengan urusannya.

Bagaimana bisa mengurusi hal kecil. Sebaiknya anda meminta bantuan petugas keamanan kota." tukas Ksatria itu.

"Katakan masalah apa yang kau miliki?"

terdengar sahutan dari dalam kereta. Suaranya berat dan tegas. Sora merasa suaranya tak asing didengar.

"Terima kasih karena anda mau mendengarkan masalah saya." ujar wanita itu, lalu berjalan mendekati kereta.

"Berhenti disitu! Jangan mendekat lebih dari itu!"

Sang ksatria turun dari atas kudanya menghentikan langkah wanita itu. Wajah wanita itu terlihat kesal dan memandang tajam ke arahnya ksatria.

"Perkenalkan nama saya Arabella Prison dari Count Prison." salamnya.

"Saya ingin meminta keadilan." ujarnya.

"Keadilan apa yang anda maksud?" sahut suara dari dalam kereta.

"Gadis itu telah mencuri gelang kesayanganku." keluhnya.

Jari telunjuk nya menunjuk ke arah Sora. Wanita ini benar-benar tidak mau mengakui kesalahannya. la tetap menuduhnya padahal tak ada bukti.

"Masalah sepele seperti ini. Kenapa Jendral harus membantumu. Masalah seperti ini petugas keamanan bisa membantumu!" seru sang ksatria.

Terdengar lagi suara dari dalam kereta. "Tak apa. Masalah ini tidak memakan waktu. Aku akan membantumu, nona." ujarnya.

"Bawa gadis itu mendekat!" perintahnya.

Kedua pelayan yang sedari tadi memegangi tangan Sora langsung mendorongnya ke arah kereta. Karena dorongannya terlalu kuat, membuat Sora jatuh terduduk dan melukai lutut kakinya yang membuatnya berdarah.

"Kau!" Sang ksatria menarik tangan Sora.

"Javier! Lepaskan!" hentinya. Volume suaranya meninggi. Ksatria itu langsung melepaskan tangan Sora.

Sekilas Sora melihat bayangan berwarna merah di mata ksatria itu. Sora memperhatikannya lagi tapi saat dia melihatnya matanya masih berwarna hitam.

'Sepertinya itu hanya halusinasiku saja.' batin Sora.

"Apa kau yakin gadis ini yang sudah mencuri barang milikmu?" Suaranya kembali normal. Berat dan tenang.

"Iya aku yakin!" sahut wanita itu.

Sora melirik ke arah kereta. Disela-sela tirainya, dia melihat sepasang bola mata hitam sedang memandanginya. Tatapannya tajam, membuat bulu kuduknya sedikit berdiri. Sora pernah melihat pandangan mata itu.

"Javier!" Panggilnya.

"Bawa gadis itu ke camp. Aku akan mengintrogasi nya sendiri!" perintahnya.

"Baik Jendral!" sahut Javier.

Ksatria itu membantu Sora berdiri, mengajak Sora masuk kedalam kumpulan pasukan prajurit dibelakang kereta.

"Tunggu, Jendral!" Arabella menghentikan keretanya lagi.

"Ada apa lagi?" Javier kembali menghadang Arabella.

"Apakah saya boleh ikut dengan anda."

pintanya. "Karena ini menyangkut barang milik saya, jadi izinkan saya untuk menjadi sanksi. Karena hanya saya yang tahu bagaimana bentuknya." jelasnya.

Terlihat jelas keinginan wanita itu bukanlah gelang itu, melainkan orang yang ada didalam kereta. Wanita itu ingin mendekati Jendral dan berharap bisa menjalin hubungan dengannya. la memanfaatkan kasus ini untuk bisa dekat dengannya.

"Tidak perlu!" tolaknya "Camp pelatihan bukanlah tempat yang cocok untuk wanita terhormat untuk anda." tutur suara dari dalam kereta.

Kekecewaan tampak jelas di wajah wanita itu. Ia mengerutkan alisnya sambil mengepalkan tangannya.

"Anda benar. Saya berterima kasih atas bantuan anda dan berharap anda dapat menemukan gelang saya." jawabnya.

"Javier, Ayo berangkat!"

"Baik!"

Javier naik ke atas kudanya dan kembali

Memimpin rombongan.

Wajah wanita itu masih cemberut. Apa yang diinginkannya tidak terwujud. Sora tertawa kecil.

Entah mengapa itu membuatnya senang bisa melihat wajah marah wanita itu.

Sora berjalan mengikuti rombongan, melewati hiruk pikuk orang-orang yang bersorak menyambut rombongan itu.

Semakin lama rombongan itu menjauh dari keramaian dan berjalan keluar kota. Mereka masuk kedalam hutan di sisi timur. Hutannya tidak begitu lebat, pohon-pohon pinus menjulang tinggi.

Jalanannya sudah ditata rapi sehingga kereta kuda bisa melewatinya dengan mudah.

"Kita mau kemana?" tanya Sora.

"Apakah kau tadi tidak mendengarnya? Kita mau ke camp pelatihan." sahut seorang ksatria yang berdiri disebelahnya.

"Camp pelatihan?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!