Ayah nya bernama Rayan, dia adalah seorang peneliti/ilmuan, dari kecil dia sudah sering mengikuti dan melihat Ayah nya yang sedang melakukan penelitian di laboraturium. Ibu nya sudah meninggal sejak melahirkan dia ke dunia, dia hanya tinggal bersama Ayah nya. Ayah nya memiliki satu orang teman yang bekerja sama dengan nya, dia juga seorang ilmuan, Ayah nya yang sangat terkenal dan hasil penelitian yang banyak berhasil membuat para ilmuan di dunia ingin bekerja sama dengan nya, tetapi dia menolak dan lebih memilih untuk bekerja sama dengan teman nya itu.
"Hey yan, apakah cairan yang kamu teliti itu berhasil di uji coba?" Tanya teman Ayah nya
"Belum, aku masih belum berhasil menciptakan cairan yang akan menjadi kekuatan umat manusia, kamu tunggu saja, aku pasti akan berhasil" sambil mencampurkan bermacam cairan yang akan menciptakan sebuah cairan yang sedang di teliti.
Ayah nya tiap hari tiap malam, terus bekerja untuk menciptakan sebuah cairan, belum tau apa gunanya cairan itu, dan apa gunanya untuk umat manusia.
Anggara
Dia adalah anak dari seorang ilmuan yang terkenal itu, dia masih berumur 9 tahun, dia selalu melihat apa yang sedang Ayah nya kerjakan, dia sangat pintar, di sekolah dia selalu mendapatkan juara umum.
Saat sedang di laboraturium dia bertanya pada Ayah nya
"Apa yang sedang Ayah lakukan, gara lihat Ayah tidur hanya sebentar, di malam hari Ayah bergadang untuk mengerjakannya lagi"
"Jika ini berhasil, kamu akan tau apa kegunaannya Anggara"
"Teman ayah di mana? sudah dua hari ini gara tidak melihat nya yah?"
"Tadi Ayah telpon, dia sedang sakit, jadi dia tidak datang ke sini"
"Ayah, di sekolah ada lomba lukis, dan gara memenangkannya"
"Benarkah, anak Ayah memang pintar" memeluk Anggara
Ayahnya yang sedang sibuk menciptakan sebuah karyanya, sedangkan dia bermain di satu ruangan yang ada di laboraturium itu, saat sedang sibuk bermain, tiba-tiba ada semburan api yang menyala dari luar ruangan yaitu di mana Ayah nya sedang bekerja, melihat itu dia langsung berlari menuju ke Ayah nya
"Jauh-jauh dari sini nak, cepat pergi dan selamat kan diri mu"ucap Ayah nya yang berada dalam kobaran api.
Dia menangis dan berteriak
"Ayaaaah, gara tidak bisa pergi yah, gara harus menyelamati Ayah"
"Tidak nak, kamu harus pergi, dan itu, cairan itu harus kamu minum" sambil melemparkan satu botol yang berisi cairan bewarna biru
"Cepat pergi, api nya semakin besar" dia menangis sejadi-jadinya, karna dia sangat menyayangi Ayah nya, dan dia berjalan keluar untuk keluar dari laboraturium itu, dia menyaksikan sendiri kematian Ayah yang habis di bakar api.
Dia menangis di depan rumahnya yang sudah habis terbakar, pemadam kebakaran sudah datang dan memadamkan api, botol yang berisi cairan masih dia pegang, dan dia ingat pada ucapan Ayah nya untuk meminum cairan itu, dengan cepat dia langsung meminumnya.
Setelah dia meminum cairan itu, tiba-tiba kepalanya menjadi terasa pusing, dan dia jatuh pingsan.
"Aku di mana?" Saat membuka mata, dia sedang berada di sebuah kamar
"Kamu sudah bangun gara?" Ternyata dia di bawa oleh nenek nya ke rumah, nenek dan kakeknya lah yang hanya dia miliki.
"Nenek, neeekkk Ayah nek" bangun dari tempat tidur dan menangis di pelukan neneknya
"Sabar gara, kamu jangan menangis, kamu masih ada Nenek dan Kakek"
Semenjak itu lah, kehidupan Anggara berubah, dan perubahan pada dirinya seiring waktu terlihat.
Dari sini lah kisah kekuatan super nya muncul..
Selamat membaca dan semoga terhibur ya😊😄 jangan lupa like dan komen
4 tahun kemudian, Anggara yang sudah berumur 13 tahun sedang berada di sekolah menengah pertama, dia menjadi seorang yang pendiam, dingin dan tidak berteman pada siapa pun.
"Hai, nama kamu Anggara ya?" Tanya salah satu siswa
Dia sama sekali tidak menjawabnya, dia lalu pergi dan meninggalkan siswa tersebut.
Kepintarannya sama sekali tidak berubah, bahkan dia semakin pintar, kepintarannya itu membuat seseorang iri padanya.
Namanya Dika, dia dari anak orang kaya, tetapi memiliki sifat sombong, iri hati, dan dengki. Dia selalu di manjakan oleh orang tuanya, hingga dia berani untuk mengucili teman sekelas nya.
"Eh, serahkan uang jajan kamu" Dika suka meminta uang pada anak-anak di sekolah.
"Uang jajan aku habis dik" ucap anak itu
"Alaaahhh! Cepat berikan uang nya" kata salah satu teman Dika, yaitu teman geng Dika, dia mempunyai 3 orang teman geng.
Teman Dika langsung mencari paksa uang anak itu, dan uang nya memang tidak ada, mereka pun berhenti meminta uang pada nya.
Anggara hanya melihat kelakuan mereka dari kejauhan, dia sedang duduk di bawah pohon rindang yang tumbuh di halaman sekolahnya.
Dia membenci orang yang berbuat kejahatan, karena dia tidak suka melihat perbuatan Dika pada siswa-siswa di sekolah, dia langsung menghampiri Dika yang sedang meminta uang siswa.
Dia tidak berkata apapun, hanya berdiri di hadapan Dika
"Eh, lihat anak lugu ini datang menghampiri kita" kata Dika dengan wajah sinisnya
"Iya dik, dia mau apa? Mau menyerahkan uang nya ya, hahahaha" kata teman Dika.
Anggara pun mengatakan
"Jangan meminta uang pada siswa lagi" ucap nya
"Apa, kamu melarang kita untuk tidak meminta uang siswa lagi, emang nya kamu pahlawan di sini" ucap Dika yang langsung berkata tepat di depan mata Anggara
"Jangan meminta uang pada siswa lagi" kata Anggara
"Dik, sepertinya dia minta kita singkirkan ni" kata teman Dika yang lain
"Iya, kamu mau menjadi pahlawan di sini!" Ucap Dika yang langsung menggenggam lingkaran leher baju Anggara dan mendorongnya dengan sekeras-kerasnya, hingga membuat tangan Anggara tergores.
Hal itu membuat nya menjadi marah dan emosi nya meningkat, dia langsung berdiri lalu membalas perbuatan Dika padanya. Siapa sangka dorongan nya yang terlihat tidak terlalu keras membuat Dika terpental dan terluka di bagian kaki nya. Melihat kejadian itu teman Dika terkejut dan langsung membawa Dika ke UKS untuk di obati luka di kakinya, teman Dika yang mengadu kan atas perbuatan dia pada Dika membuat nya di panggil ke ruang kepala sekolah, tentu saja Nenek nya juga di panggil untuk kejelasan terhadap kejadian itu.
Tok.. tok.. tok bunyi ketuk pintu ruang kepala sekolah
"Iya, masuk" kata kepala sekolah
"Maaf pak, saya Nenek Anggara"
"Oh iya buk, silahkan duduk"
"Ada apa ya pak memanggil saya dan cucu saya?" Tanya Nenek pada kepala sekolah
"Begini buk, kemarin di sekolah, ada kejadian siswa di sini kakinya terluka dan itu perbuatan dari Anggara" kata kepala sekolah
"Apa pak! Jadi maksud bapak cucu saya melukai siswa di sini"
"Kata teman siswa yang kakinya terluka itu, Anggara dan siswa itu berkelahi dan
Anggara mendorong nya hingga kakinya terluka "
"Pak, cucu saya belum tumbuh dewasa, mana mungkin dia melakukan hal semacam itu, lagian saya percaya pada cucu saya pak, dia tidak akan melakukan hal seperti itu"
"Maaf buk, teman siswa itu melihat kejadian tersebut"
"Jika cucu saya memang berbuat seperti itu, saya minta maaf"
"Baik lah bu, karna ibu dan cucu ibu sudah mengakui kesalahan, saya memaafkannya, dan kasus di sekolah ini saya usahakan tidak berkepanjangan lagi"
"Terima kasih pak"
"Tidak perlu terima kasih buk, Anggara adalah anak yang sangat pintar, dan saya juga yakin bahwa dia tidak melakukan itu, cuman saksi yang melihatnya membuat saya harus memanggil ibu ke sini, untuk menandatangi surat perjanjian agar Anggara tidak melakukan hal seperti itu lagi" kata kepala sekolah
"Tidak bisa!" Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu masuk ke ruangan dengan berpakaian mewah, dan di hiasi kalung serta anting-anting mahal
"Ibu Cahya" ucap Bapak kepala sekolah yang langsung kaget melihat kedatang ibu-ibu itu, yang tak lain adalah orang tua Dika
"Tidak bisa begitu dong pak, masa di lepasin begitu saja dia, dia sudah melukai anak saya" kata ibu Cahya menentang kepala sekolah yang ingin menyudahi kasus ini
"Maaf buk, nenek ini dan cucu nya kan juga sudah mengakui kesalahannya, Nenek ini juga bersedia untuk menandatangani perjanjian"
"Aku tidak terima pak, anak saya terluka gara-gara dia"
Anggara hanya berdiam diri
"Lukanya juga tidak terlalu besar buk, jadi masalah ini tidak perlu di perbesarkan" kata bapak kepala sekolah Anggara
"Saya mau dia ganti rugi atas perbuatan cucu nya" ucap ibu Cahya
"Baik, saya akan mengganti ruginya"
"Bagus kalau begitu, saya mau uang nya sekarang"
"Kalau sekarang, saya tidak bisa, saya akan berikan besok, saya janji" kata Nenek Anggara
"Baik lah, besok saya tunggu uang nya, kaki anak saya terluka iti gara-gara cucu kamu, jadi wajar jika kamu ganti rugi sama saya"
"Baik lah pak, kalau begitu saya dan cucu saya permisi dulu" ucap Nenek sambil berdiri
"Iya buk"
"Nek, kenapa Nenek harus minta maaf dan mengganti rugi? Gara tidak bersalah nek, Dika lah mendorong ku terlebih dahulu" kata Anggara yang sedang berjalan bersama nenek nya menuju kelas
"Dengar gara, Nenek tau kamu tidak bersalah, jika Nenek tidak minta maaf masalah ini tidak akan selesai, apa lagi orang tua Dika datang dan marah-marah seperti tadi, kita orang yang lemah tidak bisa melawan orang seperti dia"
"Nek, ketika gara besar nanti, gara akan menjaga Nenek, gara janji nek" Kakek gara sudah meninggal ketika gara berumur 12 tahun
"Iya gara, jadi kamu harus menjadi anak yang baik, jadi lah seperti Ayah kamu, dia selalu baik terhadap orang lain, dia menjadi seorang ilmuan yang terkenal"
"Iya nek, gara akan menjadi orang hebat"
"Nenek pulang ya, kamu hati-hati di sekolah"
"Iya Nenek" gara pun masuk ke dalam kelas nya
Di sekolah dia adalah anak yang sangat pendiam, dan tak ada satu pun anak yang mendekati dan berteman dengannya, karna sifat dingin nya membuat anak lain tidak berteman dengannya.
"Hei-hei, lihat dia adalah orang yang sudah melukai Dika" kata seorang teman Dika
Anggara sedang duduk di kursi bangku kelasnya, dan tidak memperdulikan perkataan teman Dika.
Bersambung...
Semoga suka sama cerita nya ya😊😊 jangan lupa like dan komen
"Bukannya dia minta maaf pada Dika, dia malah duduk diam di bangku nya sendiri" kata siswa yang lain
Kringg.. kriiinngg.. bel masuk sudah berbunyi
"Sudah sudah, kalian jangan mengusili dia lagi" kata salah satu siswi yang memiliki sikap baik
"Selamat siang anak-anak" ucap guru yang baru masuk dan mengajar di ruang kelas Anggara
"Selamat siang buk" ucap semua siswa dengan serentak
"Anak-anak, kita akan kedatangan siswa baru, dia pindah dari sekolah lain. Sasya ayok masuk" panggil Ibu guru pada murid baru yang menunggu di depan kelas. Sasya pun masuk ke dalam kelas dan berdiri di samping guru dengan menghadap ke semua siswa
"Ayok perkenal kan diri kamu ke Siswa lain" kata Ibu guru
"Perkenalkan, nama aku Sasya Rianti, aku harap kalian semua senang berteman dengan ku"
Siswa lain sangat memperhatikannya, hanya Anggara yang tidak melihat ke arah Sasya sama sekali, dia hanya melihat ke arah luar jendela, posisi tempat dia duduk tepat di jendela yang ada di kelas.
"Sasya, kamu duduk di samping Anggara yang di sana ya" sambil menunjuk ke arah Anggara
"Iya buk" Sasya pun berjalan ke Anggara, dan duduk di samping nya
Sasya heran kenapa dia tidak berbicara sama sekali, dan hanya melihat ke luar jendela
"Hai, nama aku Sasya, nama kamu siapa?"
Dia hanya diam, tidak berbicara sepatah kata pun
"Maaf, kamu tidak mau bicara sama aku ya" kata Sasya
"Baik lah anak-anak, sekarang kalian kerjakan ulangan yang Ibu beri kan, untuk Sasya, karna baru masuk hari ini, tidak perlu mengerjakannya, kamu akan mengikuti di jam pelajaran berikut nya saja ya"
"Iya buk"ucap Sasya
"Baik buk" ucap siswa-siswi dengan serentak
Mereka pun langsung mengerjakan soal nya, Dika yang terlihat bingung untuk mengisi soalnya, berusaha mencari cara untuk bisa mencontek pada siswa lain, tetapi guru terus mengawasi
"Bagaimana ini, aku tidak bisa mengisi soal nya, aku harus bisa minta jawaban pada Anggar, dia kan pintar" dia pun melemparkan kertas pada Anggara ketika Ibu guru sedang tidak memerhatikannya, dan di buka oleh Anggara, bertuliskan BERIKAN AKU JAWABANNYA, ya tentu saja dia tidak memperdulikan itu, dia tidak memberikan jawabannya pada Dika. Sasya yang melihat kertas itu membuatnya penasaran apa isi kertasnya.
"Apa yang di tulis dia?" Tanya Sasya
Dia tidak berkata apa pun hanya memberikan kertas nya pada Sasya, lalu Sasya membuka kertas itu dan membacanya.
Sasya yang memiliki sifat berani, baik, perduli, dan tegas, dia langsung mengatakan ke pada guru nya bahwa Dika telah melemparkan kertas pada Anggara
"Buk, Dika melemparkan kertas pada Anggara" sambil memegang kertas nya
"Dika, apa benar itu!" Ucap Ibu guru sambil melihat ke arah Dika
"Tidak buk, aku tidak ada melemparkan kertas pada Anggara, akal-akalan dia aja kali buk" dengan pandangan sinis ke arah Sasya
"Tidak buk, mana mungkin aku seperti itu, aku lihat sendiri dia melemparnya, ini kertas nya buk" kata Sasya dan memberikan kertas itu pada buk guru. Melihat tulisan yang ada di kertas itu langsung di tanyakan oleh buk guru pada Dika
"Dika, jujur ini kamu yang melemparkannya ya?"
"Tidak buk, bukan aku yang melemparnya"
"Buk, coba aja cek tulisannya, sama apa gak" ibuk guru pun membandingkan tulisan tangan Dika dengan tulisan yang di kertas, ternyata tulisan itu sama.
"Kamu sudah berbohong sama Ibu, Dika!tulisan ini sama dengan tulisan tangan kamu, sekarang kamu saya hukum, kemu berdiri di depan kelas ini dengan menjewer telinga kami sendiri dan angkat kaki kamu, kaki tidak boleh di turunkan sebelulum Ibu suruh"
"Apa buk, masa aku di hukum sih buk" kata Dika
"Iya, karna kamu sudah berbohong, dan kamu berniat untuk minta jawaban sama Anggara, cepat! kamu berdiri di depan kelas"
Dika pun pergi ke luar kelas dan berdiri di depan kelas, dengan menjewer telinganya sendiri dan kaki sebelah di angkat ke atas.
"Awas aja kamu Sasya, kamu anak baru di sini tapi kamu sudah berani membuat aku di hukum seperti ini, akan aku beri pelajaran kamu" Ucap di dalam hati Dika
"Kenapa kamu berikan kertas itu sama buk guru?" Tanya Anggara pada Sasya
"Karna dia sudah minta jawaban sama kamu, kan itu tidak boleh" kata Sasya
Anggara kembali mengerjakan soal nya
"Sekarang kembali kerjakan soal kalian masing-masing"ucap buk guru sambil kembali ke mejanya
Tidak lama itu Anggara selesai mengerjakan soal nya, dan langsung mengantarkan jawabannya ke depan, dan kembali lagi ke bangkunya
"Hei, kau mengerjakan soalnya dengan waktu yang cepat, kau pintar juga"kata Sasya ketika Anggara duduk kembali ke bangkunya, tetapi dia tetap tidak banyak bicara, walau Sasya berusaha mengajaknya bicara.
Jam istirahat telah tiba, dan Sasya pun mengajak Anggara untuk makan bersamanya
"Hei, apa kau mau makan bersama di kantin? Kamu tau kan kalau aku baru di sini jadi aku belum kenal dengan sekolah ini" kata Sasya dengan nada bujukan
Anggara hanya diam dan tidak menjawab ajakan Sasya
"Sudah lah sya, ayok makan bersama kami aja, dia tidak pernah berteman dengan siapa pun, jadi tidak ada gunanya kamu ajak dia ke kantin" kata seorang siswi yang sedang bersiap untuk pergi ke kantin
"Baik lah" Sasya pun pergi bersamanya, meninggalkan Anggara sendirian.
Anggara pergi ke kantin sendirian, tidak ada seorang pun yang duduk di dekat nya saat sedang makan di kantin
Melihat itu, Sasya menjadi penasaran, kenapa Anggara menyendiri dan tidak berteman pada siapa pun
"Hei, nama aku Lani" Lani memperkenal diri pada Sasya ketika sedang menunggu pesanan di kantin sekolah
"Ya, nama ku Sasya"
"Iya aku sudah tau, kan tadi kamu sudah memperkenal kan diri"
"Aahh iya, aku lupa.. heheh"
"Karna kamu belum ada teman, aku akan jadi teman pertama mu"
"Iya, terima kasih, oiya Anggara orang memang seperti itu ya"
"Iya sya, sejak pertama dia sekolah di sini, dia tidak pernah berteman dengan siapa pun, dan jarang berbicara"
"Oohh begitu ya"
Makanan yang di pesan mereka tiba, dan mereka pun memakannya.
Anggara menjadi pendiam seperti itu karna dia sudah lama bersedih karna kepergian ayahnya, dan dia sudah lama terpuruk dalam kesedihannya dengan menyendiri di kamar nya, dia sempat tidak mau masuk sekolah, tetapi atas berhasilnya bujukan Nenek dan Kakeknya, membuat dia setuju masuk sekolah.
Dia berusaha untuk melupakan kesedihannya, dan berusaha berteman, dia sempat memiliki teman di waktu sekolah dasar, tetapi hal yang aneh terjadi padanya, ketika sedang bermain bersama temannya, dia di kejutkan oleh salah satu teman saat bermain petak umpet, hal itu membuat jantung nya berdegup kencang, dia langsung merespon dengan mengayunkan tangannya ke arah teman yang sudah mengagetkannya, tanpa di sangka tangan yang sudah di ayunkan dan mengarah ke temannya membuat temannya langsung terbaring dan sempat pingsan, padahal dia tidak berniat untuk menyakiti temannya, dia juga tidak menyadari bahwa dia sudah membuat temannya terjatuh dan pingsan.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!