Di panti asuhan Mandiri Jaya, Qinan dan teman temannya berkumpul di dalam ruangan untuk pemilihan dari orang tua asuh yang akan menjemput diantara sekian anak anak. Setiap ada para orang tua asuh yang datang, Qinan selalu sembunyi untuk tidak mengikuti seleksi dan selalu mendapat teguran dari pengasuh panti asuhan. Dengan berat hati Qinan harus patuh pada aturan panti asuhan.
"Qinan, kamu sedang apa dibalik lemari?" tanya Zio yang mengetahui keberadaan Qinan.
"Aku sedang mencari pensil aku yang jatuh, apakah kamu menemukannya Zio?" jawab Qinan bohong demi untuk menghindar acara penjemputan anak panti asuhan.
"Aku tidak menemukannya, mungkin saja kamu lupa meletakkan pensil kamu Qin, Ayolah kita masuk ruangan, karena kita sudah ditunggu." Ucap Zio lembut.
Sebenarnya Zio mengetahui alasan Qinan untuk tidak masuk ruangan,namun Zio tidak ingin memaksanya.
"Maafkan aku Zio, kalau aku tidak bisa masuk karena aku mau mencari pensil aku dulu, nanti kalau sudah ditemukan aku akan menyusulmu, tapi kamu janji jangan tinggalkan aku ya, Zio.." jawab Qinan sambil memohon, karena Qinan hanya mempunyai dua sahabat dan Qinan tidak ingin berpisah sebelum dewasa.
"Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu Qinan, maafkan aku jika aku tidak bisa menemanimu untuk mencarikan pensil kamu yang hilang, dan sekarang aku harus masuk ke ruangan. Hati hati Qin, takut nanti ada yang mengetahuimu," ucap Zio lembut sembari mengingatkan.
Tiara pun langsung berlari mengejar Zio, namun kedua bola mata Tiara tertuju pada Qinan yang tidak ikut masuk bersama Zio.
"Qinan, kenapa kamu tidak masuk?" tanya Tiara tergesa gesa karna tengah berlari.
"Maafkan aku Tia, jika aku tidak bisa masuk. Karena aku sedang mencari pensilku yang hilang telah." Jawab Qinan lesu.
"Kamu telah bohong kan Qin,sebenarnya kamu tidak ingin pergi dari panti ini, tapi sampai kapan kita akan bertahan disini. Lalu masa depan kita bagaimana? jika kita mengandalkan belas kasihan dari orang orang dermawan. Kita sudah SMP Qinan, kemana kita akan menuju sukses, kalau kita tidak keluar dari zona ini." Bujuk Tiara lembut, seketika itu juga Qinan mulai berfikir tentang masa depannya.
"Tapi Tia.. aku bingung aku harus bersikap bagaimana, jika aku diambil oleh orang tua asuh dan apakah aku akan mendapatkan kenyamanan kebebasan yang positif atau bahkan aku akan menghadapi mimpi buruk, aku takut jika hal buruk akan menghampiriku. Aku sudah nyaman di tempat ini dan aku sulit untuk meninggalkannya." Jawab Qinan lesu.
"Tapi... apakah kita sampai tua akan seperti ini yang tidak memiliki cita cita dan harapan yang cemerlang Qinan, cobalah kamu berfikir yang positif. Cepat atau lambat aku akan mengejar impianku, dan soal persahabatan kita bisa berjumpa dengan membuat janji bagaimana? Zio pun ingin menghempaskan sayapnya untuk mengejar cita citanya Qin, kita masih muda kita masih mempunyai banyak waktu untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Ayolah kita masuk kita hadapi masalah ini bersama sama, kita tidak sendiri meski kita berpisah persahabatan kita tetap berlanjut." Ucap Tiara mengingatkan.
"Tapi kamu janji, bahwa persahabatan kita nanti tidak akan pernah hilang." Jawab Qinan dengan perasaan sedih. Namun Qinan pun nurut dengan nasehat Tiara, dan Qinan akhirnya ikut seleksi anak asuh.
Qinan dan Tiara memasuki ruangan, terlihat Zio yang memandang Qinan dengan senyum manisnya karena akhirnya Qinan mau mengikuti peraturan panti asuhan.
Didalam ruangan perasaan Qinan bercampur aduk, Qinan masih memikirkan jika tiba tiba harus berpisah dengan sahabatnya. Qinan tidak berani bicara sepatah katapun, Qinan hanya berdiam diri mematung.
Semua yang ada didalam ruangan menjadi hening tidak ada yang berani mengucapkan sepatah katapun semua terdiam membisu, hanya suara nafas anak anak yang mengatur detak jantung karena memikirkan masa depan masing masing, semua anak anak seraya mengerjakan ujian skhir sekolah yang sangat rumit untuk diselesaikan, dan tibalah waktunya para pengasuh menggandeng anak yang akan dibawa pulang.
Perasaan Tiara kaget dan juga senang karena tangannya digandeng dengan lembut oleh seorang wanita cantik dan pria gagah paruh baya yang berpenampilan wah dan mengagumkan.Sedangkan Qinan memandangi Tiara dengan perasaan sakit karena sahabatnya akan pergi meninggalkan panti asuhan dan akan tinggal bersama orang tua asuhnya. Qinan tidak dapat membendung air mata nya dan terpaksa meninggalkan ruangan sambil berlari dan menangis, Zio pun langsung mengejar Qinan karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Zio berusaha mengejar Qinan dan berusaha menasehati nya.
"Qinan, tunggu.." ucap Zio tergesa gesa karena berlari.
Qinan yang sedang berusaha menghapus air matanya agar tidak diketahui oleh Zio,namun tetap saja kedua mata Qinan menjadi sembab.
"Kamu kenapa menangis, bukannya kamu senang karena sahabatmu telah menemukan orang tua, meski statusnya orang tua asuh. Setidaknya Tiara sudah bebas dan dapat mengejar cita citanya. Apakah kamu tidak ingin mengejar cita cita kamu untuk menjadi sukses, bukannya kamu ingin menjadi boss atau Nona sukses." Ucap Zio mengingatkan.
"Aku hanya sedih, apa aku bisa jauh dari orang orang yang aku sayangi, dan apakah cita cita aku akan tergapai." Jawab Qinan dengan perasaan sedih.
"Kamu pasti bisa dan dapat melewatinya, aku percaya sama kamu Qinan, kamu anak yang cerdas bahkan kamu banyak ide untuk menyemangati anak anak yang akan pergi meninggalkan panti asuhan ini. Lalu mengapa kamu harus lemah dan tidak punya prinsip dan tekad yang bulat." Ucap Zio menasehati.
"Kamu benar Zio, aku sendiri menjadi lemah dan mudah putus asa dengan sesuatu yang belum tentu kebenarannya, terimakasih ya Zio kamu sudah mengingatkanku. Aku akan coba belajar, dan mulai dari sekarang aku harus bisa menerima kenyataan." Jawab Qinan.
Tiara pun datang untuk menemui Qinan dan Zio, sekaligus berpamitan untuk mengucapkan selamat tinggal, tetapi perasaan Tiara juga sedih dan rasanya berat untuk meninggalkan sahabatnya. karena dari kecil selalu bersama dan selalu menguatkan dan kini harus berpisah dengan hati yang lapang.
"Qinan, Zio.. kalian sedang apa? mengapa kalian meninggalkanku didalam ruangan. Apakah kalian senang jika aku pergi dari panti ini, dan kalian berdua bebas tanpa gangguan dari aku." Ucap Tiara sedih.
"Hei.. siapa bilang, justru aku bahagia tapi bukan berarti aku senang tanpa ada pengganggu. Aku senang karena kamu sudah mendapatkan orang tua asuh dan kamu mempunyai kesempatan emas untuk menggapai impian kamu Tia, dan setelah sukses kamu jangan pernah melupakanku,dan semoga kamu betah tinggal bersama orang tua asuhmu,sedangkan aku masih harus menunggu seseorang yang bisa menggandeng tanganku dengan lembut." Ucap Qinan dibuat wajah ceria, meski perasaannya ada rasa sakit karena harus berpisah dengan sahabatnya. begitu juga dengan Tiara perasaannya pun juga sedih karena harus meninggalkan tempat yang penuh kenangan dan kenangan bersama sahabatnya.
"Terimakasih Qinan, aku doakan agar kamu dan Zio segera menyusulku dan kita akan sukses bersama." Ucap Tiara.
"Selamat untukmu ya Tiara semoga kamu bisa menjalani kehidupanmu yang baru dengan bahagia dan dapat menggapai cita cita kamu." Ucap Zio.
"Terimakasih juga untukmu Zio, semoga kamu segera menyusul. Oh ya bagaimana kalau setiap akhir tahun kita berjumpa dipanti ini, jika awal tahun kita tidak bisa berjumpa atau tidak ada yang datang berarti kita harus kembali lagi di tahun depannya bagaimana?" Ucap Tiara memberi ide.
"Perjanjian yang tepat itu, baik lah kita janji bersama." Jawab Qinan.
"Ok lah jika perjanjian ini yang terbaik aku ngikut saja kata kalian." Jawab Zio.
Tiara pun mengemas ngemasi barang bawaannya dibantu oleh Qinan dan Zio, setelah selesai Qinan dan Zio mengantarkannya sampai depan pintu utama masuk. Qinan, Zio dan Tiara saling berpelukan dan menangis karena terasa berat untuk berpisah. Mau bagaimana lagi berpisah tetap akan berpisah jadi harus saling menguatkan demi masa depan.
Setelah kepergian Tiara kini hari hari Qinan tidak secerah dulu lagi sekarang Qinan lebih banyak diam, karena Qinan sudah menganggap Tiara seperti saudara kandung sendiri. Tapi apa hendak dikata, Qinan harus siap menerima keputusan dari pihak panti asuhan, cepat atau lambat semua anak anak akan meninggalkan panti asuhan. Perasaan Qinan masih saja dihantui akan kepergian Zio, tapi Qinan tidak bisa menahannya karena sahabatnya juga ingin mengubah nasib nya menjadi lebih baik.
"Qinan, sedang apa kamu sendiri ditaman ini, mengapa kamu melamun." Sapa Zio.
"Aku sedang ingin sendiri, aku penasaran dengan asal usul ku kenapa aku terlahir tanpa didampingi orang tua. Menyedihkan bukan? " jawab Qinan lesu.
"Kamu egois Qinan, kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, dan seakan hidup mu yang paling sedih dan menderita. Kamu seharusnya melihat diantara anak anak lainnya, bukankah sama seperti kamu bahkan lebih menyedihkan tanpa kamu ketahui." Ucap Zio mengingatkan.
"Maksud aku bukan begitu Zio, aku tidak bermaksud untuk menyudutkanmu, kita sama sama seperjuangan dan bernasib yang sama. Tapi setelah ini kita tidak pernah tahu nasib buruk atau baik yang akan membawa kita selanjutnya." Pungkas Qinan.
"Sudahlah Qinan, kamu tidak usah terlalu memikirkan hal buruk yang kiranya belum benar kenyataannya, lebih baik kamu menyemangati dirimu sendiri agar menjadi lebih baik kedepannya. Dan hari hari kita akan melewati persidangan lagi seperti dulu, akankah kita akan keluar bersama atau kamu bahkan aku yang akan meninggalkan panti ini. Aku harap kamu tetap setia dengan perjanjian kita untuk tetap bersahabat, apakah kamu siap menerima kenyataan ini, Qinan?" ucap Zio.
"Aku siap Zio,aku akan belajar tegar dan sabar,dan aku harus banyak belajar agar bisa sukses." Ucap Qinan.
"Pintar, ya sudah kalau begitu, nanti siapkan hatimu untuk membukakan hati seorang ibu atau ayah yang menginginkanmu untuk hadir didalam keluarganya." Pungkas Zio.
Qinan pun mengangguk dan tersenyum, Zio membalasnya.
Waktu sudah sore, semua sudah duduk rapih dikursi masing masing, semua terdiam dan hening tidak ada satu katapun yang terucap. Semua mengatur pernafasan dan detak jantung masing masing agar rasa takut pun hilang seketika.
Dan tiba saatnya para orang tua asuh masuk dalam ruangan dan menyapa dengan ramah sambil menyapa dan tak lupa menggandeng seseorang anak yang akan dipilih menjadi keluarganya. Perasaan Zio maupun Qinan mulai was was, karena takut jika akan terpisah diwaktu yang cepat. Qinan tak henti hentinya berdoa agar bisa satu keluarga dengan Zio, namun apa hendak dikata, nasib berkata lain. Kini Zio yang digandeng oleh seorang pria paruh baya yang gagah dan berwibawa datang seorang diri untuk menjemput Zio.
"Apakah kamu bersedia untuk menjadi bagian dari keluarga Wilyam dan menjadi saudara putra semata wayang ku?" tanya tuan Wilyam lembut.
"Saya bersedia, tetapi apakah saya bisa membawa sahabat saya untuk tinggal bersama?" jawab Zio.
"Maafkan saya Nak, saya tidak bisa membawa sahabat kamu, karena putra saya tidak menyukai kehadiran saudara perempuan. Apakah kamu masih bersedia?" ucap tuan Wilyam.
Zio hanya mengangguk menandakan bahwa Zio menyetujui permintaan tuan Wilyam. Zio meminta izin untuk mengemasi barang barangnya.
"Qinan, tunggu.. kamu mau kemana jangan pergi dulu." Ucap Zio sembari berlari dan mengejar Qinan.
"Pergilah Zio, aku terima keputusan kamu, mungkin aku masih harus banyak belajar tentang hidup ini. Percayalah kita akan bertemu lagi, dan aku minta jangan keluarkan sepatah katapun untukku. Karena aku tidak sanggup untuk menatapmu, pergilah aku tidak marah aku hanya sedang mengontrol emosiku." Ucap Qinan dengan perasaan sedih.
Zio mengerti dengan ucapan Qinan, Zio pun mengalah dan menerima permintaan Qinan. Perasaan Zio sebenarnya sakit jika harus meninggalkan sahabatnya, tapi Zio juga ingin merubah nasibnya agar menjadi lebih baik.
Tunggu aku kembali Qinan, percayalah aku akan menemui mu disetiap akhir tahun, setelah aku sukses nanti aku tidak akan jauh darimu lagi. Sekarang dengan berat hati kita harus berpisah, aku berharap kamu tidak akan pernah berubah. Gumam Zio.
Kini hari hari Qinan hanyalah seorang diri tanpa sahabat sahabatnya untuk bersenda gurau, Qinan terlihat murung setelah kepergian Zio.
"Nak Qinan, ada masalah apa hingga kamu menjadi anak yang pendiam, dimana kecerianmu waktu dulu yang sering kamu perlihatkan didepan Ibu. Apa karena kamu sedang merindukan sahabat sahabat kamu Tiara dan Zio. Percayalah nanti giliran kamu seperti sahabat kamu yang akan memiliki orang tua.
Sebenarnya ada sesuatu yang akan Ibu ceritakan kepadamu, tapi kamu jangan bersedih. Justru ini kabar baik untukmu, karena sekarang kamu sudah besar. Ibu akan mengatakannya kepada kamu sekarang sebelum kamu pergi meninggalkan panti ini." Ucap Ibu panti.
"Memang ada rahasia apa bu, hingga ibu merasa khawatir." Jawab Qinan penasaran.
"Begini ceritanya nak, Ibu berharap kamu tidak larut dalam kesedihanmu. Ibu akan menceritakan asal usul kamu, sekarang sudah waktunya kamu mengetahui semuanya. Dulu ibu menemukan bayi mungil di pos ronda, kebetulan pos ronda sangatlah sepi, Ibu mendengar suara bayi yang menangis sangat kencang. Ibu penasaran dan ibu mencari sumber suara bayi yang menangis, dan betapa kagetnya ibu melihat bayi mungil sendirian dan menangis terus terusan. Ibu tidak tega untuk melihatnya dan ibu membawa bayi tersebut ke panti dan merawatnya, hingga kini sudah tumbuh besar yang bernama Qinan Mauza. Namamu sangat cantik seperti orangnya, ibu mendapatkan kertas bertuliskan pesan, bahwa kamu bernama Qinan Danuarta. Tetapi ibu takut jika orang jahat mendapatkan mu dan menculik mu,dan ibu takut kehilangan kamu. Maka dengan mengganti nama belakangmu mungkin lebih baik nak, maafkan ibu ya nak. Kamu harus hati hati jika menyebutkan namamu dengan sebutan Qinan Danuarta. Ibu ada bukti kuat lagi ibu mendapati sebuah gelang cantik yang bernama Qinan Danuarta. Ini gelangnya dan simpanlah dengan baik, jika suatu saat kamu membutuhkan bukti maka tunjukkanlah bukti ini. Memang mustahil mendapatkan kejutan, tapi apa salahnya jika berusaha." Ucap Ibu panti.
"Terimakasih ya bu,, selama ini ibu sudah merawatku sejak bayi dan masih menyimpan sebuah pesan dari orang yang yang telah membuangku." Jawab Qinan bersedih.
"Jangan menangis nak,percaya sama ibu perjuanganmu tidak mudah untuk menggapainya. kamu harus tegar dan sabar untuk mendapatkan sesuatu yang manis." Ucap ibu panti.
Qinan pun merebahkan tubuhnya menatap langit langit kamar dan memikirkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sebenarnya aku ini siapa, dari keluarga siapa,dan apakah aku masih punya keluarga.Aaaah mengapa baru sekarang aku kepikiran tentang siapa aku, tapi jika aku tidak keluar dari panti ini mana mungkin aku akan mendapatkan info tentang diriku. Benar kata Zio dan Tiara harus keluar dari panti ini jika ingin sukses. Baik lah jika nanti ada seseorang yang menginginkan aku untuk menjadi bagian dari keluarganya maka akan aku terima, entah kaya atau sederhana bahkan miskin akan aku terima. Gumam Qinan.
Waktu pun berlalu kini Qinan sudah terbiasa sendiri tanpa adanya Tiara maupun Zio, dan tiba saatnya orang tua asuh menjemput dan membawanya untuk tinggal bersama. Perasaan Qinan kini sudah tidak merasakan was was jika ada seseorang yang datang menjemputnya. Qinan pun terasa merasakan sesuatu ketika tangannya disentuh oleh seorang ibu yang menggandeng tangannya, mungkin terbawa suasana nyaman Qinan tidak menyadarinya.
"Gadis cantik, apakah kamu bersedia tinggal bersama ibu dan anak ibu?" ucap wanita paruh baya yang berpenampilan sederhana. Qinan hanya mengangguk dengan polos.
"Sekarang kemasi barang barang kamu dan pulanglah bersamaku." Ucap wanita paruh baya.
Didalam kamar Qinan menatap setiap sudut kamar, terasa mimpi jika Qinan harus pergi meninggalkan panti yang penuh kenangan. Qinan terasa berat untuk meninggalkan suasana panti, tidak terasa air mata berjatuhan dan ibu Reni pemilik panti asuhan menghampiri Qinan dan memeluknya dengan lembut dan memberi nasehat untuk Qinan.
"Jika kamu ragu maka katakanlah, jika kamu yakin ini yang terbaik untukmu maka terimalah dengan hati yang lapang. Ibu tahu orang tua yang akan mengasuhmu bukan lah orang yang terpandang akan hartanya dan tahtanya tetapi Ibu yang akan mendampingimu hanyalah orang sederhana. Apakah kamu siap untuk berlabuh didalam keluarganya, Ibu Ranum memiliki satu putri yang usuinya diatas kamu. Ibu berharap kamu betah dan bisa bersahabat dengan putrinya." Ucap Ibu Reni selaku pemilik panti asuhan.
"Qinan siap berlabuh bu, dengan cara ini Qinan berharap bisa menemukan orang tua Qinan." jawab Qinan yakin.
"Ibu berharap kamu kuat menjalaninya dan semoga kamu dapat berkumpul bersama keluarga tercinta." Ucap bu Reni.
Sampailah Qinan dirumah orang tua asuh nya. Qinan hanya berdiam diri karena merasa canggung harus memulai dari kosa kata apa yang harus dilontarkan. Rumah yang sederhana tempat Qinan berlabuh.
"Meika.. mama sudah pulang sayang.. sini keluar mama membawa saudara baru untukmu." Ucap mama Meika biasa dipanggil ibu Leni.
Dengan raut wajah tidak suka Meika tanpa menyapa Qinan langsung menghampiri mama nya, seraya Meika adalah anak kesayangan ibunya.
"Ma.. besok meika mau daftar di sekolah favorit, mama ada tabungan, kan?" jawab Meika.
"Ada kok sayang.. tapi kan mahal jika sekolah di Xxx, sekolahan yang lainnya saja ya? kasihan Qinan nanti tidak punya teman jika kalian berbeda sekolahnya." Ucap ibu Leni memohon karena keuangan ibu Leni nipis.
"Terserah mama saja, yang terpenting kebutuhan Meika selalu tersedia." jawab Meika ketus.
"Maafkan Qinan ya bu, jika Qinan membawa beban untuk ibu." Ucap Qinan dengan perasaan tidak enak.
"Tidak Qinan, kamu sudah ibu anggap anak ibu sendiri. Jadi kamu tidak perlu sungkan dirumah ini, kita sudah jadi keluarga." Ucap ibu Leni.
"Terimakasih ya bu, Qinan janji akan membantu ibu untuk mencari tambahan. Agar kakak dan ibu tidak terlalu cape mencari uang." Pungkas Qinan.
"Kamu benar benar anak yang baik Qinan, ibu tidak salah memilihmu untuk menjadi saudara Meika, sekarang sudah malam waktunya istirahat, dan untuk kamar kamu ada disamping kamar Meika." Ucap ibu Leni.
"Iya bu, Qinan istirahat dulu ya bu," jawab Qinan.
Malam yang sunyi perasaan Qinan tidak menentu, Qinan merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatap langit langit kamar sembari mengingat masa masa bersama sahabatnya.
Sedang apa Zio dan Tiara, pasti hidup mereka sangatlah nyaman tidak sepertiku harus memulai dari nol dan berusaha sebaik mungkin, sampai kapan aku akan lolos dari zona ini. Aaaah rasanya sudah tidak sabar ingin sekali cepat selesai sekolah dan bisa terjun didunia kerja. Mungkin sudah takdirku harus bersusah payah untuk menggapai sesuatu yang ku impikan. Batin Qinan, yang tidak terasa Qinan terlelap dari tidurnya.
Waktu pun telah berlalu begitu cepat tidak terasa Qinan sudah mau lulus sekolah dan akankah Qinan dapat melanjutkan kejenjang sekolah yang lebih tinggi. Dan
hari hari Qinan setelah pulang sekolah Qinan selalu membantu ibu Leni bekerja ditoko kueh, sedangkan Meika duduk manis sambil memainkan ponselnya. Karena Meika menganggap Qinan adalah pelayan di rumahnya, Meika tidak pernah menganggap Qinan sebagai saudaranya. Tetapi Qinan tetap berbuat baik dengan Meika dan selalu menuruti kemauan Meika.
"Ibu, apakah Qinan diizinkan untuk pergi ke panti ibu Reni, Qinan sangat merindukan suasana panti bu," ucap Qinan memohon.
"Pergilah, jika kamu merindukan, dan jangan sampai kamu mengatakan sesuatu yang buruk tentang kehidupanmu dirumah ibu, karena ibu tidak suka berdebat dengan orang lain." Pungkas ibu Leni.
Qinan hanya mengangguk untuk mengisyaratkan bahwa dirinya nurut.
Qinan pun datang ke panti dan menemui ibu Reni, karena Qinan sangat merindukan masa masa penuh bahagia meski tak bersanding dengan kedua orangtua, namun perasaan anak panti tetaplah harus tegar dan kuat,meski sebenarnya sangatlah rapuh.
"Selamat pagi bu," sapa Qinan lembut.
"Selamat pagi juga nak Qinan, bagaimana kabarmu hari ini, apakah jauh lebih baik dari sebelumnya?" jawab ibu Reni dan balik bertanya.
"Kabar Qinan sangatlah baik bu, dan kabar ibu sendiri bagaimana?" jawab Qinan.
"Kabar ibu juga Sangatlah baik nak, oh ya kenapa kamu datang selalu lebih awal Qinan. Apakah kamu tidak merindukan sahabat sahabatmu nak,Zio selalu kecewa dan lesu jika datang kemari dan kamu nya tidak datang. Sedangkan Tiara juga sama selalu bermuka masam jika terlalu lama menunggumu, kenapa kamu tidak datang pada waktu yang pernah kamu janjikan Nak?" Ucap ibu Reni.
"Maafkan Qinan bu, jika selama ini Qinan menghindar dari mereka, Qinan malu bu, karena kita bertiga hanya Qinan yang bernasib kurang baik. Qinan janji jika Qinan sudah sukses Qinan akan datang kemari tepat sesuai yang pernah dijanjikan bu,untuk saat ini Qinan masih takut." Jawab Qinan dengan perasaan sedih.
"Jika itu yang terbaik atas keputusanmu, maka ibu mendukungmu." ucap ibu Reni.
Waktu pun sudah sore Qinan berpamitan untuk pulang. Sesampainya di rumah Qinan mendapatkan kertas berserakan di atas meja, Qinan penasaran dengan kertas tersebut dan Qinan sedikit mempunyai rasa keinginan namun terhalang.
Sepertinya Meika akan melanjutkan kuliahnya, sedangkan aku bagaimana? apakah aku juga diizinkan untuk kuliah, tetapi rasanya tidak mungkin. Bahkan Ibu tidak mempunyai tabungan yang cukup. Setelah lulus sekolah nanti aku akan mendaftar pekerjaan agar aku bisa kuliah. Gumam Qinan.
Tiba tiba kedua bola mata Qinan terbelalak melihat secarik kertas yang bertuliskan pendaftaran melalui jalur prestasi. Seketika itu juga perasaan Qinan menjadi tenang, dan membaca dengan seksama.
Semoga aku bisa diterima melalui jalur prestasi, kapan lagi coba, kalau bukan saat ini, dan aku akan mencoba mendatangi kampus Xxx siapa tahu aku diterima. Gumam Qinan dengan senyum senyum.
"Ngapain kamu baca brosur brosur itu, tidak akan bisa kamu masuk di kampus yang elit, yang ada pingsan deh kamu. Kampus Xxx isinya orang berduit kalau modelnya seperti kamu mana bisa." Ledek Meika namun Qinan tetap optimis untuk bisa diterima dikampus Xxx.
"Kita lihat saja nanti siapa yang berduit dan siapa yang tidak berduit, karena kita tidak bisa memvonis seseorang dengan keterbatasannya, bukankah setiap orang memiliki kelebihan masing masing. Dan yang menentukan diterimanya atau tidaknya sih tergantung nasib baik berpihak dengan siapa." Jawab Qinan dengan penuh percaya diri.
"Beraninya kamu melawan ku sekarang ya, mentang mentang sudah selesai sekolah lantas dengan seenaknya sendiri untuk berbuat sesuka hatimu." Pungkas Meika dengan emosi yang tinggi. Namun Qinan tidak memperdulikan ucapan dari Meika.
"Kalian berdua terdengar berisik, sedang merebutkan apa kalian?" tanya ibu Leni.
"Ini loh Ma.. Qinan ingin mendaftar ke Universitas Xxx, kampus yang elit itu loh Ma, mana mungkin Qinan bisa diterima menjadi mahasiswi disana." Ucap Meika mengejek.
"Kamu mau daftar di kampus Xxx Qinan? lupakan saja mimpimu, lebih baik kamu cari kerjaan agar kebutuhan kita tercukupi, biar Meika saja yang kuliah. Nanti kalau ada sisa baru kamu mendaftar tahun depan." Ucap ibu Leni.
"Tapi Bu.. Qinan akan mencoba mendaftar dengan kemampuan Qinan, dan Qinan juga akan mencari pekerjaan untuk anak pelajar seperti Qinan.Agar Qinan kuliah tidak membebani ibu, tapi jika memang pekerjaan tidak bisa Qinan dapatkan, maka Qinan akan mengundurkan diri dari kampus." Ucap Qinan dengan percaya diri.
Terserah kamu saja, tapi ingat ibu tidak akan membiayai kuliah kamu. Jika ada apa apa ibu tidak akan tanggung jawab. Karena itu, Ibu mau fokus kepada Meika, karena Meika satu satunya anak ibu darah daging ibu sendiri.
"Tidak apa apa kok bu, Qinan tidak merasa iri karena Qinan tau batasannya. Qinan sudah diizinkan tinggal bersama ibu saja sudah sangat bersyukur." Ucap Qinan.
"Baguslah jika kamu menyadari siapa dirimu yang sebenarnya, ingat kamu disini hanya numpang." Ucap Meika sadis.
"Aku tau diri kok Meika, bersabarlah aku akan balas jasa kalian ketika aku sukses nanti." Jawab Qinan.
Dirumah Wilyam.
Zio sibuk mengemasi barang barang untuk pergi ke Amerika, Zio harus menyelesaikan pendidikannya di Amerika. Sebelum Zio berangkat, Zio pun meminta izin kepada orang tuanya untuk pergi ke panti karena ingin meninggalkan pesan kepada Qinan.
"Papa.. Zio sudah siap, tapi sebelum Zio berangkat izinkan Zio untuk mendatangi panti, karena Zio ingin menitipkan pesan kepada sahabat Zio. Apakah Papa mengizinkan Zio untuk pergi," ucap Zio seraya memohon.
"Papa mengizinkanmu Nak, dan jangan lama lama disana karena kakak kamu tidak suka menunggu lama." Jawab Ayah Zio.
"Terimakasih ayah," jawab Zio semangat.
Mobil pun memasuki halaman rumah panti,Ibu Reni menyambutnya dengan hangat.
"Nak Zio, ganteng sekali kamu Nak, ibu bangga denganmu. Apa kabarmu?" Sapa ibu Reni.
Zio pun langsung memeluk lembut dan mencium punggung tangan ibu Reni.
"Kabar Zio sangat baik Bu, Zio kemari sekaligus mau pamit untuk pergi keluar Negeri, Zio mau melanjutkan Kuliah di Amerika Bu, doakan Zio ya Bu, semoga Zio berhasil menggapai cita cita Zio.Dan pulang membawa keberhasilan dan mengajak Qinan untuk hidup bersama dengan Zio. Zio nitip pesan ya bu, tolong sampaikan pesan ini untuk Qinan." Ucap Zio.
"Selamat ya Nak, kamu sangat beruntung mempunyai orang tua yang sangat baik dan menyayangimu. Ibu doakan semoga kamu menjadi sukses pulang membawa keberhasilan.Tapi pesan untuk nak Tiara mana Zi," ucap Ibu Reni.
"Pesan untuk Tiara tidak ada bu,karena Zio sering berbagi kabar dengan Tiara ,jadi Zio hanya memberikan pesan untuk Qinan. Jadi Zio pamit ya bu," Ucap Zio semangat.
Hati hati ya Nak.. ucap ibu Reni sambil melambaikan tangannya.
Nasib kamu dan nak Tiara sangatlah baik, beda dengan nak Qinan. Qinan harus berjuang sendiri demi cita citanya, namun Qinan tidak pernah patah semangat. Semoga kalian akan bertemu kembali dengan kebahagiaan yang kalian harapkan.
Maafkan ibu, jika ibu selalu merahasiakan keberadaan nak Qinan karena permintaannya sebelum sukses, Qinan belum siap untuk menemui sahabatnya. Batin Ibu Reni Tidak terasa air mata ibu Reni jatuh membasahi pipi teringat perjalanan Qinan dari bayi yang terbuang hanya mendapat sebuah nama yang tertinggal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!