NovelToon NovelToon

Anak Seorang Tukang Becak

Bab 1...

" Pak, aku mau pergi merantau, aku mau menghasilkan uang untuk bapak dan adik-adik, siapa tau di sana aku bisa jadi orang kaya" ucap Dewi pada bapak nya

" Nak, bukannya bapak melarang, tapi kamu masih terlalu kecil, dan kamu juga masih harus melanjutkan sekolah, untuk apa juga kamu ke sana? Bapak juga masih sanggup untuk menghidupi kamu dan adik-adik mu " jawab pak Yunus lembut

" Tapi pak aku mau mau merantau biar pulang bisa bawa uang yang bapak seperti orang-orang di luar sana, pokoknya aku tetap harus pergi meskipun tanpa restu dari bapak, aku udah capek hidup miskin, aku malu punya bapak yang kerjaannya hanya narik becak tua aja terus"

" Astaghfirullah aladzim nak, kamu tidak boleh ngomong kayak gitu nak, tidak semua orang yang pergi merantau itu bisa sukses nak, bapak takut kamu kenapa-napa di sana, lagian kamu sendiri tau kita tidak punya kerabat di sana "

" Gak.....!!!!! Pokoknya aku mau pergi, aku ingin menjadi orang kaya dan sukses di tempat orang " ucap Dewi kemudian berlalu meninggalkan pak Yunus yang sedang bersiap untuk pergi menarik becak tuanya dan jika sudah begini pak Yunus tak bisa lagi menghentikan Dewi anaknya, karena semua orang tau jika Dewi memiliki watak yang sangat keras

******

Percakapan itulah yang aku dengar setelah pulang sekolah, kakak ku memang sangat ingin pergi merantau namun di tantang oleh bapakku sebab mbak Dewi baru saja tamat sekolah menengah pertama dan masih menganggur karena bapak masih belum punya biaya untuk sekolah mbak dewi

Perkenalkan namaku Nisa Safitri, aku anak kedua dari empat orang bersaudara. Kakak tertuaku kini menginjak usia lima belas tahun, sedangkan aku berusia sebelas tahun

Keluarga ku bukanlah keluarga yang bergelimpangan harta, bahkan bisa di bilang keluarga kami hidup di bawah garis kemiskinan

Pekerjaan bapak ku adalah seorang penarik becak, sedangkan ibuku telah pergi lebih dahulu menghadap sang pencipta sejak usia adik bungsuku memasuki usia dua tahun

Kakak ku bernama dewi hanyalah seorang gadis yang berpendidikan tingkat SMP. Mbak dewi tak ingin melanjutkan sekolahnya dan lebih memilih ikut seorang kenalan tanteku untuk merantau dan mencari uang

Namun bapak sama sekali tidak menyetujui keinginan mbak Dewi, karna bapak ingin mbak dewi melanjutkan pendidikan nya di bangku sekolah menengah atas, karna bapak ingin anaknya menjadi orang sukses tak seperti dirinya

Sebulan kepergian mbak dewi merantau ke kota Kalimantan aku semakin sulit untuk membagi waktu ku untuk belajar dan merawat dua orang adikku yang masih kecil

Bapak juga sangat jarang di rumah, pulang pun ketika kami sudah tidur, Bukan karna apa, bapak sangat sibuk kerja serabutan, kerjaan apapun dia lakukan, namun pekerjaan utamanya sebagai tukang becak tetap berjalan

Penghasilan bapak tidak banyak, cuma cukup untuk makan kami setiap hari. terkadang bapak juga tak dapat uang karena cuaca saat hujan

Beruntung kami di kelilingi tetangga yang sangat baik. Mereka selalu memberi kami makanan, pakaian bekas yang masih layak, uang jajan dan bahkan  mengizinkan kami berhutang di warungnya tanpa pernah menagih, tapi bapak selalu membayar dengan cara mencicil karena prinsip bapak hutang tetaplah harus di bayar

Enam bulan kepergian mbak Dewi merantau, dia kadang masih mengirimkan bapak uang namun tak banyak, tapi cukup untuk makan kami, namun setelah setahun kepergian mbak dewi, entah kenapa tak pernah ada kabar lagi dari mbak Dewi, membuat bapak sangat khawatir

********

" Nisa, mbak mu kok gak ada kabar ya nak? Bapak khawatir".. ucap bapak siang itu sebelum berangkat menarik becak

" Mungkin mbak lagi sibuk pak, apalagi mbak bilang kerjaannya itu banyak dan jam istirahatnya cuma sedikit" jawabku mencoba meredakan kekhawatiran bapak

" Coba nak kamu tanya sama Bu haji, mungkin saja dia lupa menyampaikan pesan mbak mu"

Ya, kami berkabar dengan mbak dewi melalui ponsel Bu haji pemilik warung, sebab kami tidak punya ponsel, Sedangkan mbak dewi mempunyai ponsel bekas yang baru dia beli untuk berhubungan dengan kami

" Assalamualaikum Bu haji, maaf mengganggu Bu haji, saya di suruh bapak buat tanya apakah mbak dewi tidak pernah menelpon Bu haji? Soalnya bapak khawatir sudah lama mbak Dewi gak ada kabar" tanyaku

" Wa'alaikum salam nak Nisa, Iya nak sudah lama juga ibu gak pernah dapat telpon dari mbakmu. Bilang sama bapakmu mungkin di sana mbak mu masih sibuk" jawabnya halus

" Oow gitu ya Bu haji, ya sudah kalau gitu, saya pamit ya Bu haji, terima kasih "

" Tunggu nisa" ucap Bu haji berlalu ke dalam rumahnya semenit kemudian Bu haji kembali membawa sepiring pisang goreng

" Ini buat kamu sama adikmu, maaf ibu cuma kasih segini" Rasanya aku ingin menangis saat itu juga karna terharu mendapatkan pisang goreng yang sangat jarang kami makan

" Terima kasih banyak Bu haji, pasti Adik adikku sangat senang mendapat pisang goreng, sekali lagi terima kasih Bu haji, assalamualaikum" aku pun pamit dan kembali ke rumah

Sesampainya di rumah aku langsung menyodorkan pisang goreng itu kepada bapakku

" Pak, ini ada pisang goreng dari Bu haji, aku buatkan kopi ya pak"

"Alhamdulillah, gimana nak apa ada kabar dari mbakmu?"

" Gak ada pak, Bu haji bilang mbak dewi gak pernah nelpon lagi di Bu haji, mungkin mbak sedang sibuk pak" Jawabku meletakkan kopi di meja, Bapak hanya meminum kopi dan tak menyentuh pisang goreng itu sama sekali

" Simpan aja pisang goreng untuk kamu makan dan adikmu, Bapak mau tarik becak dulu, semoga saja hari ini bapak dapat Rezeki biar bisa beli beras" Bapak pun pamit melajukan becak tuanya

Melihat pisang goreng itu, aku langsung teringat adik-adikku, aku mencari dan memanggil namanya satu per satu namun tak ada jawaban, Aku berlalu ke tempat dimana biasanya mereka bermain namun nihil, di sana juga tak ada seorang anak pun.. ketika sedang melewati kebun aku bertemu dengan nenek ani

"Cari siapa nisa?" Tanya nek ani

" Nek ani lihat adik-adik saya gak?

" Ooww... Itu mereka ada di kebun nenek, biasalah mereka sedang memanen kakao"

"Astaga nek, aku pikir mereka ada dimana, ternyata di dalam kebun, ya sudah saya pamit ke kebun dulu ya nek"

Sampai di kebun aku melihat adikku sedang memetik buah kakao. Ya nenek ani memang memiliki kebun yang sangat luas, di kebun nya berisi berupa pohon pisang, pohon kelapa, pohon kakao, dan mangga, Dan nek ani tak pernah marah ketika kami mengambil mangga yang sudah jatuh ke tanah

Adikku biasanya memetik buah kakao untuk di hisap sarinya, setelah itu di lepehkan di kardus dan di jemur hingga kering. Setelah kering adikku biasa menjualnya di rumah pak RT

Kadang juga mereka mencari kelapa buat di jual, tentu saja dengan izin nek ani, dan Hasil jualan mereka yang tak seberapa mereka kumpulkan untuk sekedar membeli telur dan juga mie instan

Aku tak keberatan melihat adikku melakukan itu, selagi me

reka izin pada pemiliknya dan tak mengambil yang bukan menjadi hak mereka..

Bab 2

Tahun ini adikku yang paling besar akan masuk sekolah dasar, beruntung rumah kami sangat dekat dengan sekolah jadi kami hanya berjalan kaki saja, dan pastinya gratis biaya sekolah

Sedangkan aku masuk ke sekolah menengah pertama. Banyak orang orang di sana mengatakan kalau aku memiliki wajah yang sangat cantik, dan otak yang cemerlang.. dan yah, aku akui itu karna di antara semua yang ada di sana aku lah yang paling menonjol, dan aku memang memiliki nilai di atas rata rata

Dengan berjalan kaki sekitar dua kilo yang menguras sedikit tenaga dan waktu aku melalui nya saat pergi dan pulang sekolah, Jam pulang sekolah menjadi semakin lama aku selalu memikirkan Aulia adik bungsuku, Apalagi dia hanya sendiri di rumah, kadang bapak juga membawanya menarik becak

Menitipkan adikku di tetangga pun rasanya tak enak setiap hari, meski mereka tak keberatan namun tetap saja bapakku tak enak hati. Akhirnya bapak akan menarik becak setelah adikku arya pulang sekolah

Setiap hari aku ke sekolah, dan sepulang sekolah langsung mengurus adikku aku lanjut membersihkan rumah, mencuci pakaian  dan memasak jika memang ada yang bisa di masak, tak ada waktu untuk bermain seperti anak-anak yang lain

Setelah bapak pulang menarik becak maka kami akan makan bersama, meskipun kadang dengan lauk telur rebus di bagi menjadi empat bagian, kadang juga cuma sambel terasi tapi kami tak pernah mengeluh, bapak bilang yang penting kita masih bisa makan saja sudah cukup

Dan yang terpenting kebersamaa itu yang utama, Karna bapak tak suka makan sendiri, dia selalu mengharuskan makan bersama. Pernah bapak tak makan hingga kelaparan hanya karena menunggu mbak dewi pulang sekolah

Sebenarnya kami punya seorang bibi.. nama nya bibi siska, kakak dari mendiang ibu kami. Namun kami tak terlalu dekat karna keluarga termasuk orang berada ,makanya dia agak sombong dan tak pernah menganggap kami kecuali mbak dewi

Ibuku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.. kakak nya bernama bibi siska dan Bibi Ayu.. bibi ayu tinggal jauh di pulau Sumatra, Namun kami sebagai keluarga nya tak pernah tau dan tak pernah bertemu dengan keluarga bi ayu, Bukan karna tak mau, bibi siska Selalu saja mencari alasan jika bibi ayu datang ke pulau kami dan ingin bertemu kami

Bibi siska sangat egois, dia tak akan pernah mau memperkenalkan kami pada bibi ayu yang merupakan keluarga kaya raya di kota Sumatra... Begitu pun dengan kedua anak bi siska, terlihat sombong dan enggan bergabung bersama kami

Aku pernah dengar jika bibi siska tak pernah memberikan hasil uang bibi ayu yang di titipkan untuk kami. Tak apalah cuma tuhan yang tau. Namun aku juga merasa sangat kecewa pada bibi siska ,ketika kami bertamu ke rumahnya saat lebaran, kami menggunakan becak bapak, tapi bibi siska tak peduli pada kami begitupun anaknya karin dan Aura menutup hidung nya ketika adikku berusah mendekat dan mengusir adikku secara kasar meski dengan suara yang kecil tapi aku tetap bisa mendengarnya

Berbanding terbalik 1000% dengan keluarga bapak... Bapak merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara. Adiknya bernama bibi Sukma. Mereka tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari kampung kami. setiap tiga tahun sekali kami akan ke sana sekedar silaturahmi. Jika kami di sana, kami akan di layani bagaikan ratu, tak boleh mengerjakan apapun. Namun bapak Selalu berpesan agar kami harus membantu tuan rumah, kerjakan apapun baik itu menyapu, mengepel atau pun membantu untuk mencuci piring

Anak anak Tante Sukma pun begitu, mereka sangat baik, selalu mengajak kami jalan jalan, bermain dan tak lupa berbagi dengan kami. Bi Sukma dan suaminya memilliki sebuah kebun cengkeh dan tembakau. Setiap kali kami kesana, aku selalu membantunya untuk memetik cengkeh dan memotong daun tembakau secara halus kemudian menjemurnya

Bi Sukma tidak pernah membedakan antara anaknya dan kami ponakannya. Setiap kami ke sana pasti bi sukma selalu memberikan kami baju dan sepatu baru serta uang jajan yang tak sedikit. Memberi kami makanan yang enak

Pernah suatu waktu ketika kami pamit untuk pulang kembali ke kampung. Aku melihat bapak menitikkan airmata dan memeluk adik serta iparnya itu. Mungkin karna bapak sangat sedih, bagaimana tidak seorang kakak yang seharusnya membantu malah tak bisa apa-apa

Setelah kami pamit bi Sukma memberi kami oleh oleh serta bekal yang sangat banyak, hingga bekalnya bisa kami makan hingga sampai di rumah, anak nya juga memberi adikku mainan. Aku sangat bersyukur punya bibi dan keluarga seperti bibi Sukma

******

Tak terasa empat tahun setelah kepergian mbak Dewi, Kini kedua adik ku telah duduk di bangku sekolah dasar. Sementara aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas

Kehidupan kami masih tetap seperti biasa, mengandalkan uang dari hasil menarik becak bapak, dan tetangga pun kadang masih memberi kami makanan.. namun untuk biaya sekolah untung nya aku mendapat beasiswa Jadi bapak tak terlalu memikirkan biaya sekolahku

Suatu malam ketika kami baru saja selesai melaksanakan sholat dan makan malam, kami duduk di ruang tengah sambil tertawa mendengar cerita adik bungsuku, terdengar suara ketukan pintu dan mengejutkan kami semua, Aku pun berlalu dan membuka pintu yang di ekori oleh bapak dan kedua adikku, Betapa senangnya kami melihat orang yang datang dan berdiri di hadapan kami

" Mbak Dewi".. aku langsung memeluknya dan kedua adikku pun ikut memeluk serta menangis karna sudah lama tak bertemu mbak dewi. Begitupun bapak yang tak bisa rasa bahagianya karna perasaan rindu yang sangat dalam pada anaknya

" Mbak Dewi apa kabar? Kenapa gak pernah ada kabar? Kita semu disini mengkhawatirkan mbak" tanyaku masih memeluk kakak yang sangat aku rindukan

" Maaf nisa, mbak gak bisa tinggal disini lagi,  mbak cuma datang memberitahu kalau sekarang mbak udah jadi istri orang, Besok mbak juga harus kembali lagi ke sana, mbak udah seminggu di sini soalnya" jawabnya melepaskan pelukan kami

" Mbak dewi sudah seminggu di sini? tapi kenapa mbak gak pernah pulang ke rumah mbak? Apa mbak tau kalo bapak jatuh sakit karna memikirkan mbak yang gak ada kabar?"

" Itu karna bapak emang udah tua, makanya sakit-sakitan" Jawab mbak Wina enteng

" Udah ini mbak ada uang buat kalian" sambil melemparkan uang yang berada di dalam amplop ke lantai

" Tunggu nak, tapi suami kamu dimana? Kenapa dia tidak datang ke sini? Kami juga ingin mengenal suami kamu nak" Tanya bapak

"Ada di mobil, dia gak mau masuk, Dia jijik melihat rumah bapak yang reot ini, apalagi melihat anak-anak bapak yang dekil bisa mimpi buruk suami ku pak" ucapnya dan sedikit agak jijik melihat kami adik-adiknya

"DEWI...!!!! Jaga ucapanmu, mereka itu adik adik kamu tidak semetinya kamu berkata seperti itu pada mereka, Nisa... kembalikan uang pemberian mbak mu yang sombong itu"

" Tapi pak ...." Jawabku

" Udahlah pak ambil aja, kapan lagi bapak dapat uang sebanyak itu, dalam mimpi pun bapak juga gak akan sanggup" jawab mbak dewi

" Sayang, cepetan dong, banyak banget nyamuk di sini, jorok, bisa jamuran aku di sini" Ucap suami mbak dewi yang bernama Ardi yang muncul tiba tiba di arah pintu, tanpa menghormati dan menghargai bapak yang sedang duduk di depan nya

" Sabar dong sayang, ini juga aku udah mau pulang, kamu pikir aku juga betah apa lama- lama di rumah kumuh ini " jawab mbak Dewi

" Jadi ini bapak dan adik-adik kamu sayang? " Tanya mas Ardi

" Pak, Nisa ini suamiku namanya mas Ardi"

" Udahlah sayang ayo kita pergi " desak mas Ardi

" Oya Nisa, kamu mau gak ikut mbak? Nanti di sana kamu bisa kerja dengan mbak, kamu juga akan dapat duit banyak kayak mbak"

" Tapi mbak, aku gak tega ninggalin bapak dan adik-adik "

"Alaahhh... Peduli amat sama mereka, kamu tuh harusnya peduli sama diri sendiri aja, biar kamu tuh bisa kayak mbak, punya uang banyak, bisa perawatan, bisa jalan jalan kemana aja dan yang terpenting kamu bisa cari suami yang kaya seperti mbak. Gimana mau gak?" Nisa menatap bergantian kepada bapak dan kedua adiknya

"Maaf mbak aku gak bisa ninggalin bapak mbak"

" Yakin kamu gak akan nyesal Nisa? Tawaran mbak cuma berlaku sekali aja loh Nisa"

" Insyaallah nisa gak akan nyesal mbak, mungkin saja Nisa yang akan menyesal jika meninggalkan bapak dan kedua adik kita mbak"

" Dasar bodoh kamu nisa, ngapain kamu habisin masa muda kamu hanya untuk merawat bapak yang sudah tua dan adik-adik yang udik itu, kalau mbak mah ogah banget Nisa, kamu tuh cantik pasti akan dapat suami yang lebih kaya dari suami mbak"

"Astagfirullah mbak, mbak gak bol-"

"Sudah...!!!! Mbak gak mau dengar ceramah kamu Nisa, dasar udik.. bapak Sama anak sama aja bisa nya cuma ceramah" Tanpa pamit mbak dewi pun berlalu dan meninggalkan kami dan masuk ke dalam mobil sangat bagus itu

Jujur saja melihat bapak menangis hatiku sakit sekali, hingga aku pun menangis dan kedua adikku pun ikut menangis tanpa mereka tahu permasalahan nya

Bab 3

Aku sangat kecewa pada mbak Dewi, aku pikir dengan kepergiannya merantau bisa membuatnya sadar namun tetap saja sifat angkuhnya tidak pernah berubah

Aku sangat ingat waktu itu mbak Dewi marah besar pada bapak dan padaku sebab aku dan bapak memanggilnya saat bertemu di jalan sementara mbak Dewi sedang berkumpul dengan teman-teman nya

" Sudah berapa kali aku bilang jangan pernah memanggil atau mengenalku jika bertemu di luar sana, aku mau sama teman-teman aku, bagaimana kalo mereka tau kalo bapakku hanyalah seorang tukang becak? Dan kamu juga nisa jangan pernah mengaku adikku di depan teman-temanku, kecuali jika kamu terlihat sangat bersih dan cantik"

" Kenapa kamu mesti malu nak? "

" Bapak gak tau teman-teman aku tuh semua anak orang kaya, aku gak mau mereka menghidariku jika mereka tau kalo bapakku hanya seorang tukang becak yang sudah tua dan miskin"

" Astaghfirullah aladzim Dewi...!!!"

" Sudahlah pak pokoknya kalian harus ingat jangan pernah memanggilku jika bertemu di jalan " ucap mbak Dewi kesal

*******

Setelah kejadian malam itu, bapak jadi banyak diam dan lebih banyak mendekatkan diri lagi kepada Tuhan. Kadang aku melihat bapak yang sedang menangis ketika berdoa untuk kesadaran anaknya dari perilaku yang sangat tidak baik. Hatiku sakit sekali tapi aku tak bisa berbuat apa apa. Memang benar harta bisa membutakan seseorang.. dan itu terjadi pada mbak Dewi yang telah di butakan oleh harta dunia, Sampai lupa diri dan lupa sopan santun yang sering bapak terapkan kepada kami

Aku akui mbak dewi telah banyak berubah, terlihat berbeda dari wajah nya yang sangat putih mulus, pakaian nya dan penampilan nya yang sekarang menandakan dia sebagai wanita yang kaya raya, terbukti dari tangan nya yang di penuhi gelang emas, bahkan cincin dan kalung emas tak luput dari tubuhnya

*******

Singkat cerita, hari ini adalah hari kelulusan ku dari bangku sekolah menengah atas. Alhamdulillah aku mendapat nilai terbaik, Sama seperti adik ku Arya, hari ini dia juga telah lulus dari sekolah dasar, Sedangkan adik bungsuku Aulia kini tengah duduk di kelas tiga Sekolah dasar

Bapak memintaku melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, tapi aku menolak, Bukan karna tak mau, tapi aku kasihan karna bapak harus membiayai sekolah Arya, kalau aku juga lanjut kuliah maka bapak akan membiayai uang semester yang tak sedikit, Aku tak mau membuat bapak terlalu banyak mengeluarkan tenaga di usianya yang tak lagi muda. Biarlah aku yang mengalah untuk masa depan kedua adikku

Setelah lulus aku mencoba bekerja di rumah makan makan milik keluarga Bu haji, tugasku hanyalah membantu memasak dan melayani pelanggan yang datang di rumah makan, setiap pagi aku berangkat setelah kedua adikku berangkat sekolah, dan juga setelah bapak berangkat menarik becak, Setiap jam lima sore aku pun kembali ke rumah dengan upah tiga puluh ribu yang aku terima, terkadang membawa lauk jika ada sisa yang tak habis terjual

Aku sangat bersyukur karna mereka mau menerima ku bekerja dan mengajarkan ku memasak di tempat mereka. Bahkan mereka lebih menganggap kami keluarga di bandingkan keluarga kami sendiri. Jika waktu liburan tiba mereka Selalu mengajakku dan kedua adikku ikut serta, entah itu ke pantai, atau kemana saja mereka tak pernah keberatan akan hadirnya kami

*****

" Mbak Nisa, aku minta sepatu baru boleh gak? Sepatu aku sudah bolong mbak". Ucap aulia memperlihatkan sepatu nya yang bolong sedikit menganga

" Sabar ya dek, nanti kalo mbak sudah ada uang pasti mbak belikan buat kamu, tapi gak sekarang ya dek, nanti mbak coba tahan pakai lem ya dek, barangkali bisa". Ucap ku memberinya pengertian

" Kalo aku minta di bapak boleh gak mbak?"

"  Jangan dulu ya dek, bapak juga belum ada uang, kasihan bapak, kita gak boleh mengeluh di hadapan bapak, nanti bapak pikiran trus sakit, emang kamu mau kalo bapak sampai jatuh sakit? Gak mau kan?" Tanyaku

"Gak mau lah mbak. Trus kenapa gak minta di mbak dewi aja, kan mbak dewi uangnya banyak mbak?"

" Mbak dewi tuh sibuk dek, jadi gak gampang kita bisa hubungi mbak Dewi, Ya udah sekarang lebih baik kamu mandi, kan bentar lagi mau ngaji kan?"

" Oke mbak ku" .. aku hanya tersenyum melihat tingkah adikku bungsuku itu

*****

Hari ini warung tempat ku bekerja sedang libur, karna ada acara keluarga, Jadi aku bisa belajar memasak masakan yang biasa aku pelajari di warung dan yang pasti Tak membutuhkan bahan yang banyak

Sore itu Bapak baru saja pulang kerumah dengan wajah yang tampak sangat kelelahan, Aku segera mengambil air minum untuk bapak

" Kamu gak kerja Nisa?" Tanya bapak

" Gak pak, warung nya lagi libur hari ini"

"Gimana kerja di sana? Betah gak nak?"

" Alhamdulillah aku betah pak, pemiliknya baik banget sama aku"

" Bapak minta maaf ya nak, karna bapak kamu jadi gak bisa melanjutkan pendidikan kamu, padahal sayang sekali otak kamu itu nak, Bapak juga minta maaf Karna bapak gak mampu jadi kamu yang harus membantu bapak untuk memenuhi ekonomi keluarga kita nak"

" Bapak gak usah minta maaf, itu semua bukan salah bapak, itu semua kan kemauan aku pak, lagian dengan kerja aku bisa menabung sedikit demi sedikit pak, bisa belajar memasak juga" ucapku setelah itu akupun masuk ke dapur dan mengambil hasil masakan ku tadi

" Pak, coba deh masakan Nisa" bapak pun mencoba masakan ku

" Enak banget Nisa, ini bener kamu yang masak nak?, Belajar darimana kamu nak?"

" Kan aku udah bilang pak, aku di ajarin masak di warung Bu Rina itu pak"

" Alhamdulillah kamu memang pinter cepat bisa melakukan sesuatu nak"

" Iya pak" aku tersenyum melihat senyuman di wajah bapak ku

Malam pun tiba, kedua adik ku telah pulang dari tempat mereka mengaji, di sebuah rumah besar yang di tempati oleh ustadz dan imam di kampung kami, dan anak-anak yang mengaji hanya membayar seikhlas nya

Tapi untuk kedua adikku dan beberapa anak yang tak mampu membayar, mereka hanya meminta anak anak untuk mengangkat air sebanyak dua ember di sumur yang ada di di kampung kami sebagai ganti air wudhu mereka

" Pak, makan dulu, aku udah laper banget nih" ucap aulia mengajak bapak makan

" Sabar nak, kamu udah lapar banget ya nak?"

" Iya pak "

" Ya sudah kita makan yuk, jangan lupa baca doa".. iya pak, teriak kami serempak dan Malam itu kami makan dengan hasil masakan ku yang apa adanya dan syukur mereka menyukai nya

" Enak banget ini mbak, siapa yang ngasih?" Tanya Arya begitu menikmati masakanku

" Itu buatan mbak Nisa sendiri nak " jawab bapak

" Enak banget masakan mbak Nisa, benarkan dek?" Ucap Arya pada Aulia

" Iya mbak enak banget " jawab Aulia tersenyum

" Alhamdulillah kalo kalian suka"

" Nanti lain kali buatin yang enak kayak gini lagi ya mbak" ucap aulia

" Insyaallah ya dek, doakan mbak biar mbak punya uang supaya mbak bis masak enak lagi buat kita semua"

" Aamiin" ucap bapak, dan kedua adikku sembari tersenyum

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!