NovelToon NovelToon

Rendra Dan Dalia

Visual Tokoh

Dalia Andrina

Dalia adalah seorang ibu muda berusia 30 tahun yang memiliki seorang anak yang kini berusia lima tahun. Dalia seorang singel parent yang pekerja keras. Ia bercerai dari mantan suaminya yang bernama Raymon Hadi karena sering mengalami KDRT. Dalia dan Raymon pernah berpacaran sewaktu di bangku kuliah. Di usia 23 tahun, Dalia pun akhirnya memutuskan menikah dengan kekasihnya itu hingga di karuniai putri cantik yang di beri nama Shenzi Hadi.

Birendra Federick

Birendra merupakan anak konglomerat yang memiliki kekayaan tiada habisnya. Davian Federick merupakan papa dari Rendra. Setelah papanya wafat, Rendra kemudian melanjutkan bisnis papanya dan menikahi kekasihnya yang bernama Kalina. Pernikahan mereka tidak berlangsung lama, hanya hitungan lima tahun akhirnya mereka bercerai karena Kalina menghianati cintanya. Semenjak kejadian itu, Rendra berubah menjadi pria yang arrogan dan pemarah.

Rio Harald

Rio merupakan asisten pribadi Rendra. Ia masih setia dengan statusnya sebagai jomblo abadi, padahal usianya sudah menginjak 33 tahun. 1 tahun lebih tua dari Birendra Federick.

Molly Federick

Molly merupakan adik kandung dari Rendra. Ia berusia 25 tahun, namun belum memiliki keinginan untuk menikah. Molly termasuk wanita yang banyak bicara dan manja.

Faizan

Faizan merupakan pria yang berusia 25 tahun, memiliki tampang klimis dengan bulu tipis di wajahnya. Ia bekerja di perusahaan Federick Corporation sebagai salah satu staf yang sangat di andalkan perusahaan. Karena tampangnya yang rupawan, membuat Ia di gandrungi banyak wanita, hingga Ia di kenal sebagai player.

Kalina Joshep

Kalina, wanita berparas cantik yang merupakan anak pengusaha kaya yang juga berprofesi sebagai dokter. Ia merupakan mantan istri dari Rendra.

*****

Visual Tokoh.

Dalia Andrina

Birendra Federick

Rio Harald

Molly Federick

Faizan

Kalina Joshep

Pertemuan Pertama

Di Perusahaan Federick Corporation.

" Apa ini? " Ucap Rendra kepada sekretarisnya sambil melempar lembaran-lembaran berkas di hadapan wanita itu.

" Apa kau tidak bisa bekerja? " Lanjutnya lagi.

" Maafkan saya, tuan! " Jawab wanita itu dengan menundukkan wajahnya.

" Mulai hari ini, kamu saya pecat! Rio, bawa wanita ini pergi dari hadapanku! "

" Baik, tuan muda! " Ucap Rio yang langsung menghampiri wanita itu dan bermaksud menariknya keluar dari ruangan Direktur Utama tersebut.

Wanita itu langsung berlutut di hadapan Rendra dengan menangkupkan kedua tangannya sambil memohon belas kasihan.

" Maafkan saya, tuan! Tolong beri saya satu kesempatan! Saya janji akan bekerja lebih baik lagi, tuan muda! " Ucapnya.

" Rio!! " Bentak Rendra pada asistennya itu, karena terlihat bengong memperhatikan wanita yang sudah bersimpuh itu.

" I..iya..tuan! " Jawabnya gelagapan karena menyadari kesalahannya.

" Apa kau juga ingin aku pecat! " Bentak Rendra lagi.

" Ti.. tidak.. tuan! "

" Kalau begitu, cepat bereskan! " Kali ini lebih keras.

" Baik, tuan muda! "

Rio kemudian menarik wanita itu untuk berdiri dan segera membawanya keluar dari ruangan Rendra. Wanita itu tampak masih menangis sambil sesekali menyeka air matanya.

" Pasti Dia baru saja di pecat? " Ucap salah satu karyawan wanita yang sedang berbisik, ketika melihat Rio dan wanita itu lewat di hadapan mereka.

" Kayaknya sih, iya! Entah Dia udah yang keberapa? " Ucap karyawan wanita satunya lagi.

" Secara ya! Kalau mau jadi sekretarisnya Tuan Rendra harus siapin mental yang kuat! " Sahut yang lainnya lagi.

" Sekuat baja, maksud Loe? " Balas yang lain lagi.

" Ha.. ha.. ha.. ha..! " Karyawan-karyawan itupun tertawa tanpa menyadari Rio yang sudah kembali.

" Apa yang kalian tertawakan? " Tanya Rio dengan tegas.

Seketika itu juga mereka bungkam karena tidak ada yang berani menjawab.

" Apa kalian sudah bosan bekerja di sini? "

" Maafkan kami, pak Rio! " Jawab Mereka serentak.

" Kalau begitu, kembali fokus dengan pekerjaan kalian! "

" Baik, pak! " Ucap mereka serentak dan langsung fokus menatap layar komputer masing-masing.

Merasa semua karyawannya itu sudah fokus kembali, Rio kemudian berlalu dari sana dan masuk ke ruangan Direktur Utama kembali.

Tanpa mengetuk pintu, Rio langsung masuk ke ruangan itu, karena memang sudah terbiasa dan Rendra juga tak pernah menghiraukan hal itu.

" Sudah beres? " Tanya Rendra.

" Sudah, tuan muda! " Jawab Rio sambil membereskan lembaran berkas yang tercecer di lantai.

" Kalau begitu, segera kau carikan aku sekretaris yang baru! Yang smart, cantik, dan yang paling bisa di andalkan! " Ucap Rendra sambil menghisap cerutu dengan kedua kaki menumpu di atas meja.

Gila!! Emangnya nyari sekretaris semudah membalikkan telapak tangan apa?

Rio bergumam dalam hatinya.

" Kau dengar tidak? " Ucap Rendra lagi karena merasa tidak mendapat sahutan.

" De.. dengar.. tuan! Saya akan segera mencarikan sekretaris terbaik di kota ini, tuan! " Jawab Rio yang langsung berdiri dengan memegang lembaran-lembaran berkas, terlihat satu lembaran kertas jatuh dari tangannya, namun Ia tak berani menunduk untuk mengambilnya.

" Bagus! Kota sebesar ini tidak mungkin tidak memiliki wanita yang smart dan cantik, bukan? " Semburat senyum terukir di bibir Rendra saat mengatakan itu.

Bicara apa aku ini?

Rio merutuki kebodohannya saat mengatakan kota ini, karena memang kota yang mereka tempati terkenal besar dan luas.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

################################

Sementara itu, di sebuah rumah kecil di bilangan Jakarta Selatan.

" Ibu, apa cakenya sudah matang? " Ucap seorang anak perempuan yang datang menghampiri ibunya di dapur, anak perempuan itu bernama Shenzi.

" Belum sayang...., sebentar lagi, yah? " Ucap Dalia yang sedang mengaduk satu adonan cake lagi di atas meja.

Dalia bekerja sebagai pedagang kue online semenjak dirinya bercerai dari suaminya tiga tahun lalu. Ia menjual berbagai jenis cake untuk acara pesta ulang tahun dan pernikahan, serta untuk cemilan biasa dengan harga yang ramah di kantong.

Penghasilan dari berdagang kue, tidaklah besar, namun cukup untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua.

Dulu, Dalia pernah bekerja di sebuah perusahaan besar namun tidak lebih besar dari Federick Corporation. Perusahaan itu bernama Adiyaksa Group. Ia memutuskan resign dari perusahaan itu semenjak melahirkan anak semata wayangnya, Shenzi.

Sebenarnya alasan utama Ia resign adalah karena ingin menjaga biduk rumah tangganya bersama Raymon. Sebab, anak pemilik perusahaan yang bernama Abigail nekat memaksanya untuk bermain api. Namun, Ia bukan tipe wanita seperti itu, Ia rela mengorbankan karir demi kesetiaannya kepada sang suami. Walaupun pada akhirnya biduk rumah tangga itu tak mampu Ia pertahankan.

" Ibu, kok bikin cakenya banyak banget? " Tanya Shenzi lagi kepada Dalia.

" Ibu dapet orderan cake untuk sebuah acara ulang tahun, sayang... "

" Hah! Ulang tahun bu? Apa Shenzi boleh ikut ibu? "

Dalia tersenyum melihat putri kecilnya itu.

" Ibu hanya di minta untuk membuatkan cake, sayang. Tidak untuk menghadiri pestanya!"

" Yah, kirain kita di undang! " Ucap Shenzi yang merasa kecewa.

Dalia semakin melebarkan senyumnya melihat tingkah putrinya itu.

" Udah... jangan cemberut gitu, nanti kalau temen-temennya Shenzi ada yang ulang tahun, baru kita pergi! "

" Benarkah ibu?" Shenzi tersenyum lebar.

" Iya, sayang... " Dalia mencubit gemas pipi anaknya itu, namun tak membuat Shenzi merasa sakit.

" Horeee!! " Shenzi pun teriak kegirangan.

" Nah, gitu donk! Anak ibu kan cantik kalau tersenyum? "

" Kan cantiknya nurun dari ibu. "

" Iih.. Anak ibu bisa aja! "

Percakapan antara ibu dan anak itu terus berlanjut, hingga semua cake yang di buat Dalia matang dan siap untuk di antar ke rumah konsumen yang memesan cake buatannya.

Dalia memasukkan berbagai jenis cake itu, ke dalam kotak-kotak kue,lalu Ia bersiap-siap menuju rumah konsumennya itu sesuai dengan alamat yang sudah di berikan. Namun, sebelumnya Dalia menitipkan putrinya itu kepada tetangganya yang bernama bu Retno.

" Assalamu'alaikum, bu Retno?" Sahut Dalia memberi salam kepada bu Retno yang sedang bersantai di teras rumahnya.

" Wa'alaikum salam, neng Dalia. "

" Ini bu Retno, bisa titip Shenzi sebentar? Soalnya saya mau ngantar orderan dulu, kali ini orderannya cukup banyak, jadi gak bisa bawa Shenzi naik motor. "

" Oh... gak apa-apa atuh neng, sini Shenzi sama bibi dulu! " Ucap bu Retno sambil memanggil Shenzi.

Shenzi pun menuruti bu Retno. Ia lalu mendekat ke arah bu Retno dan duduk di sampingnya. Bu Retno, tetangga Dalia yang terkenal baik kepadanya. Dalia sudah percaya pada bu Retno untuk urusan menjaga Shenzi. Karena memang di Jakarta, Dalia tak memiliki siapa-siapa. Paman dan bibinya menetap di kampung, sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal.

" Ya udah, kalau gitu bu Retno, saya permisi dulu? "

" Hati-hati di jalan, neng! "

" Iya bu, assalamu'alaikum. " Ucap Dalia sambil berlalu dari hadapan bu Retno dan melajukan motor maticnya.

" Wa'alaikum salam. " Balas bu Retno.

Tidak berapa lama, Dalia pun tiba di depan sebuah rumah megah bak istana. Ia pun tertegun cukup lama sambil memperhatikan layar ponselnya untuk melihat alamat konsumen yang memesan cakenya itu.

" Apa bener ini rumahnya? Ini rumah apa istana? " Ucap Dalia merasa ragu.

" Kalau Dia orang kaya, kenapa mau memesan cake murahan buatan ku ini? " Dalia masih tampak ragu.

Namun, untuk menjawab keraguannya itu, Dalia pun langsung berniat menanyakannya pada security yang terlihat sedang berjaga dari dalam pagar.

" Permisi pak? "

Security itu terlihat menghampirinya.

" Ada apa, nona? "

" Boleh saya bertanya, apa benar ini rumah nona Molly Federick? "

" Ada perlu apa anda dengan nona muda Federick? " Jawab security itu ketus.

" emm... ini... saya sedang mengantarkan pesanannya nona Molly, pak! "

Security itu diam dan mulai memperhatikan Dalia dari atas sampai bawah, lalu beralih ke arah kotak-kotak kue yang bertumpuk di atas motor matic Dalia.

" Sebentar! " Ucap security itu sambil berlalu menuju pos jaga untuk menghubungi nomor telepon rumah megah itu.

Gitu amat yah kalau bertamu di rumah orang kaya! Gumam Dalia.

Dalia hanya memperhatikan security itu dari luar pagar yang terlihat sedang berbicara pada seseorang di dalam telepon

Tidak lama kemudian, security itu terlihat menghampirinya lagi.

" Kalau begitu, nona ikut saya masuk ke dalam beserta semua pesanan nona muda. " Ucap security itu sambil membukakan pagar untuk Dalia.

Dalia kemudian masuk ke halaman rumah megah itu dengan di bantu security untuk membawa kotak-kotak kue tersebut. Sesampainya di depan rumah, security itu memerintahkan Dalia untuk menunggu di luar.

" Anda tunggu di sini saja, nona! "

" Baiklah, pak. "

Security itu kemudian membawa semua kotak-kotak kue itu masuk ke dalam rumah.

Wah!! Gimana rasanya yah tinggal di rumah segede ini?

Tidak lama kemudian, security itu keluar bersama nona muda Molly Federick.

" Ini orangnya, nona muda! " Ucap security itu kepada Molly sambil menunjuk ke arah Dalia.

" Ok, terima kasih! Bapak boleh kembali ke pos! "

" Baik, non! " Security itu kemudian berlalu dari hadapan mereka berdua.

" Nona, apa ini cukup? " Molly memberikan uang lembaran seratus ribuan dalam jumlah yang banyak dan Dalia kemudian menghitungnya.

" Tiga juta? Ini kebanyakan nona Molly? " Ucap Dalia sambil menyerahkan uang itu kembali.

" Sudah, jangan di kembalikan, saya biasa membeli cake lebih dari harga segitu! "

" Tapi, cake saya cuma cake rumahan nona, bukan cake yang biasa di jual di mall-mall. "

" Saya sudah pernah makan cake anda dan rasanya itu jauh lebih enak dari cake-cake mahal yang pernah saya makan! "

" Tapi, nona... "

" Please, jangan tolak ini, saya tidak terima penolakan! " Ucap Molly tegas.

" Baiklah, jika anda memaksa! " Dalia akhirnya terpaksa menerima uang itu.

" Gitu donk! Gak baik nolak rejeki! "

" Makasih banyak nona, kalau gitu saya permisi dulu, sekali lagi terima kasih banyak! "

" Sama-sama! " Balas Molly dengan tersenyum.

Dalia kemudian berlalu dari hadapan Molly, begitu juga Molly yang langsung masuk ke dalam rumahnya. Perasaan Dalia terasa campur aduk, di satu sisi Dia senang, tapi di sisi lain Dia merasa itu berlebihan.

Ah... sudahlah! Ini namanya rezeki dari Allah!

Gumamnya dalam hati.

Terlihat security sedang membukakan pagar untuknya. Dalia kemudian berpamitan kepada security itu dan berjalan menuju motor maticnya yang terparkir di depan pagar.

Dari jarak yang tidak jauh, sebuah mobil mewah sedang melaju ke arah Dalia dengan pelan dan berhenti tepat di depan motornya. Dalia masih terlihat bingung melihat mobil mewah itu. Akhirnya kaca belakang mobil kemudian terbuka secara perlahan dan memperlihatkan seseorang yang memasang wajah tak ramahnya.

" Hey! Apa yang kau lakukan di situ, hah! Apa kau ingin di denda karena telah memarkirkan motor bututmu itu di depan rumahku! " Ucap Rendra dengan nada bicara yang tinggi.

Dalia tersentak mendengar hal itu!

" Maaf pak, saya baru saja ingin pergi! "

" Pak...pak..? Emangnya saya bapakmu? hah! "

" Ma..maaf..! " Ucap Dalia terbata karena takut.

" Ah.. sudahlah! Pergi sana! Kau menghalangi jalanku! "

" Ba.. baiklah..! " Dalia langsung menyeret motornya itu agak lebih jauh dari mobil Rendra.

Terlihat security sedang memberi kode dengan tangannya yang menyuruh Ia untuk segera pergi dari situ.

" Dasar! Orang kaya sombong! " Gerutu Dalia sambil menghidupkan mesin motornya dan segera melajukan motornya.

" Dasar! Orang miskin yang bodoh! " Gerutu Rendra sembari menutup kembali kaca mobilnya.

" Jalan, Rio! " Lanjutnya lagi.

" Baik, Tuan! " Ucap Rio sambil melajukan mobil masuk ke halaman rumah.

Tuan muda, gak bisa apa berkata lembut pada

wanita? Kasian wanita itu.

Gumam Rio dalam hati.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

################################

Hallo Readers, kali ini Author menulis karya Author yang kedua dengan genre Romantis yang di bumbui sedikit komedi.

Author ingin mencoba keluar dari zona nyaman Author yang sebenarnya Author lebih suka menulis Horor atau Thriller..

Semoga karya Author kali ini dapat menghibur para Readers semua..

Jangan lupa selalu tinggalkan like, vote, dan komennya di setiap episode yah..

Kiss jauh dari Author.. 😘😘😘😘

Berteman

Ketika mobil mewah itu sudah sampai di depan rumah, Rio turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Rendra. Rendra lalu turun dari mobil dan hendak masuk ke dalam rumahnya, namun sebelumnya Ia sempat berbicara kepada asistennya itu sebentar.

" Rio, secepatnya kau carikan aku sekretaris yang baru, aku beri waktu dalam tiga hari! Sekretaris itu harus sudah ada di ruanganku! "

" Baik tuan, tapi apa boleh saya meminta tambahan hari lagi, tuan? Tiga hari itu terlalu cepat! " Jawab Rio dengan menundukkan wajahnya.

" Tidak ada penolakan! Tiga hari itu sudah cukup lama bagiku. "

" Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi. "

" Ehmm.. "

Rendra kemudian berlalu masuk ke dalam rumahnya, sedangkan Rio kembali ke mobil dengan pikiran yang tak karuan.

" Dimana aku harus mencarikan sekretaris untuk tuan muda dalam waktu sesingkat itu? " Ucap Rio sambil memijit kepalanya yang terasa pusing.

" Ah sudahlah, sebaiknya aku pulang dan memikirkannya lagi nanti! " Ucapnya lagi sambil melajukan mobil itu meninggalkan kediaman Federick.

****

Di dalam rumah tampak sepi, Rendra kemudian memanggil pembantu yang ada di rumah itu.

" Bi Ijah! " Teriaknya

" Bi Ijah! " Teriaknya lebih keras lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

Tidak lama muncullah seorang wanita paruh baya yang berjalan tergesa-gesa menghampirinya.

" Iya, tuan muda? "

" Kenapa kau lama sekali?"

" Maafkan saya, tuan muda! "

" Ah sudahlah, di mana mama dan Molly, kenapa ini tampak sepi? "

" Emm...itu... anu... tuan muda? "

" Apanya yang anu, bicara yang benar! "

" Anu.... "

" Surprisseee!! " Tampak Molly, mamanya, serta keluarga besarnya datang menghampirinya sambil meniup terompet kecil. Rendra pun terheran-heran melihat semua itu.

Happy birthday to you...

Happy birthday to you...

Happy birthday, happy birthday...

Happy birthday...... Rendra!!

" Yeay!! "

Mereka menyanyikan lagu Happy birthday secara serentak, di mana Molly membawakan sebuah cake yang di beri lilin angka 32 tahun di atasnya.

" Tiup kakak! " Titah Molly pada Rendra dan Rendra pun langsung meniup lilin tersebut.

" Aku bukan anak kecil lagi yang harus merayakan hari ulang tahun di setiap tahunnya. " Ucap Rendra.

" Gak apa-apa sayang, ini sudah jadi tradisi keluarga kita! " Jawab mamanya dan langsung memberikan kecupan di pipi kiri dan kanan Rendra lalu memeluknya.

" Semoga kamu s'lalu di limpahkan kebahagiaan dan segera membawakan mama menantu di rumah ini lagi! " Lanjut mama Sarafina lagi.

" Mama! Tolong jangan minta yang aneh-aneh deh! " Rungut Rendra.

" Iya deh iya, mama gak akan maksa! "

" Kalau begitu waktunya sekarang potong kue! " Ucap Molly yang tidak sabaran.

Molly lalu meletakkan kue itu di atas meja dan menyuruh Rendra untuk segera memotongnya.

" Ayo kak di potong kuenya, aku beli cake yang paling enak di Jakarta! " Ucap Molly lagi.

Tanpa menunggu lama, Rendra lalu memotong kue itu dan memberikan potongan kue pertama untuk mamanya lalu potongan kedua untuk adiknya, Molly.

Setelah drama pemotongan kue selesai, keluarga besar itu kemudian menikmati makanan yang sudah di sediakan beserta cup cake yang di beli Molly dari Dalia.

Banyak yang memuji cup cake buatan Dalia, karena rasanya yang sangat enak. Begitu juga dengan Rendra yang juga dengan lahap menikmati potongan cake yang Ia potong-potong tadi.

*

*

*

*

*

*

*

################################

Ke esokan paginya di rumah Dalia.

Tok.. tok.. tok..!

Terdengar suara ketukan dari arah luar.

" Iya, sebentar! " Ucap Dalia yang baru saja keluar dari kamarnya dengan lilitan handuk di kepalanya.

" Siapa yang bertamu pagi-pagi begini, tidak biasanya? " Gerutu Dalia.

Ceklek!

Pintupun terbuka dengan sempurna dan memperlihatkan wajah Molly yang tersenyum sumringah ke arahnya.

" Hay...! " Molly menyapanya, namun Dalia tampak syok melihat seorang nona muda Molly Federick datang ke rumahnya.

" Hay.. hay...! " Molly melambaikan tangannya lagi di wajah Dalia yang masih termangu itu.

" Eh..hay! Maaf, aku hanya sedikit terkejut orang kaya seperti anda mau datang ke gubuk kecil ku ini. "

" Huss! Jangan bicara seperti itu, di mata Tuhan kita semua sama! "

" Hmm... aku cuma merasa sungkan, hehe...! "

" Gak usah merasa sungkan gitu, anggap aja aku ini temanmu! "

" Teman? "

" Iya, teman! Mulai hari ini aku temanmu! " Ucap Molly sambil menyodorkan tangannya.

Dalia tampak ragu, karena tidak biasanya ada orang kaya yang mau berteman dengan orang miskin seperti Dia. Namun, tidak lama kemudian Ia pun menyambut tangan Molly.

" Baiklah! " Ucapnya.

" Apa kamu tidak ingin menyuruh temanmu ini masuk? "

" Oh iya, maaf! Silahkan masuk, maaf masih berantakan. "

" Ah, gak apa-apa, santuy! " Ucap Molly sambil mendudukkan dirinya di atas kursi yang terbuat dari rotan, begitu pula asistennya.

" Oh iya, yang di sebelah, namanya siapa? " Tanya Dalia saat menyadari ada seorang pria yang lebih terlihat seperti perempuan duduk di sebelah Molly.

" Oh ini, kenalkan Dia ini Ipul, asisten pribadiku! " Molly menyenggol lengan Ipul memintanya untuk memperkenalkan diri.

" Ipul. " Ucapnya pada Dalia sambil menyodorkan tangan.

" Dalia! " Dalia menyambut uluran tangan si Ipul.

" Kalau gitu, saya permisi ke dapur sebentar. "

" Ah, gak usah repot-repot Dalia, kalau masih ada cake keluarkan saja! Ha.. ha.. ha..! " Ucap Molly tanpa malu dan Dalia pun berlalu dari hadapan mereka.

" Ih.. si non, malu-maluin aja? " Ucap Ipul pada Molly dengan ciri khas suara yang mendayu-dayu.

" Biarin, bodo amat! "

" Iya deh! Oh iya, apa gak apa-apa non kesini, kan tadi bilang ke Nyonya, non mau ke rumah temennya non? "

" Emangnya ini bukan rumah temen gue? "

" Eh.. iya yah! Tapi, Ipul kirain ke rumah temennya non si kerikil alias Keryl itu! "

" Bilang apa kamu, kerikil? Nanti aku saduin sama Keryl kamu ngejek Dia dengan sebutan kerikil. "

" Jangan non, bisa di bejek-bejek wajah Ipul." Ucap Ipul dengan wajah memelasnya.

" Ha.. ha.. ha..ha..! " Molly tertawa melihat ekspresi Ipul.

Tiba-tiba di sela obrolan mereka, Dalia datang membawa dua gelas teh hangat beserta cup cake.

" Maaf agak lama, tadi aku ke kamar sebentar rapiin rambut."

" Ah, gak apa-apa Dalia. "

" Kayaknya lagi seru banget, sampai suara tawanya terdengar di dapur. "

" Ini gara-gara si Ipul, perempuan jadi-jadian ini nih yang bikin ketawa, ha.. ha.. ha..! "

" Ih.. enon! " Jawab Ipul dengan manja dan Dalia pun ikut tertawa mendengarnya.

" Tuh kan, non Dalia juga ikut-ikutan..!" Ucap Ipul cemberut.

" Maaf Ipul, habisnya kamu lucu, sih! "

" Ya udah, silahkan di minum dulu, cuma ini yang ada di rumah! " Lanjut Dalia lagi.

" Gak apa-apa nona Dalia, cup cake buatanmu ini sungguh enak! " Jawab Ipul yang telah lebih dulu mencicipi cup cake itu di mulutnya.

" Dasar gak tau malu, belum juga di suruh, main makan saja! " Celetuk Molly.

" Biarin, habisnya perut Ipul udah ada akang gendangnya. "

Dalia terkekeh melihat tingkah lucu mereka berdua.

" Oh iya, kalau boleh saya tau nona Molly ada perlu apa yah kemari? "

" Ingin mengajakmu berteman! " Ucap Molly santai sambil mengunyah cake yang ada di dalam mulutnya.

Dalia pun termangu mendengar jawaban Molly.

" Selain itu, aku juga ingin memesan cake lagi untuk kakakku, Dia sangat suka memakan cake buatanmu. " Lanjut Molly lagi.

Dalia tampak diam sebentar sebelum menjawab perkataan Molly.

" Mau berapa banyak? "

" Dua saja cukup! "

" Ok, nanti aku antar kemana? "

" Ke rumahku saja, nanti biar aku yang bawakan untuk kakakku! "

" Oke, baiklah! "

Di sela-sela obrolan mereka, tiba-tiba Shenzi yang baru saja bangun tidur langsung keluar kamar mencari keberadaan ibunya.

" Ibu...? " Sapanya sambil mengusap-usap matanya.

Mata Molly dan Ipul pun kompak tertuju ke arah Shenzi.

" Ibu di sini, sayang? Ayo, sini sama ibu! " Ucap Dalia memanggil anaknya itu dan Shenzi pun langsung menghampiri ibunya.

" Kamu udah punya anak, Dalia? " Tanya Molly dengan wajah tidak percayanya.

" Heh! Iya, ini anakku Shenzi. Shenzi, salim dulu sama tante Molly dan......"

" Tante Ipul! " Jawab Ipul memotong.

" Tante? Ha.. ha.. ha.. ha..! " Molly tertawa mendengar Ipul.

" Ih.. enon! Biarin atuh, aku juga mau di panggil tante. "

Dalia terkekeh melihat tingkah Ipul. Shenzi pun lalu menyalami Molly dan juga Ipul.

" Aduh, lucunya! " Ipul menyentuh pipi Shenzi dengan gemas.

" Jangan pegang-pegang anak orang! " Ucap Molly ketus.

" Ah, enon! cuma pegang dikit aja masa' gak boleh? Gak apa-apakan nona Dalia? "

" Iya, gak apa-apa kok." Dalia tertawa kecil.

" Tuh, ibunya aja bilang gak apa-apa! " Ipul memanyunkan bibirnya.

Molly membalas dengan menatap tajam ke arah Ipul, sehingga Ipul takut di buatnya.

" Suamimu kerja ya, soalnya dari tadi aku gak melihat laki-laki di rumah ini. "

" Aku dan suami sudah tiga tahun bercerai, jadi aku hanya tinggal berdua bersama anakku di rumah ini! "

" What! Berarti kamu janda donk? " Ucap Molly spontan dengan menampilkan senyum di wajahnya, senyum yang penuh dengan makna terselubung.

" Iya, nona Molly! " Jawab Dalia yang merasa aneh dengan senyuman Molly.

Ahah! Aku punya ide!

Gumam Molly dalam hati, namun masih tak menyurutkan senyum aneh di wajahnya.

Kenapa ekspresi nona Molly seperti itu? Apa Dia sedang merencanakan sesuatu?

Ipul berbicara dalam hatinya.

" Apa kamu tidak mencoba untuk mencari pekerjaan di luar selain menjual kue, Dalia? " Tanya Molly tiba-tiba.

" Sebenarnya aku ingin sekali, tapi aku rasa tidak akan ada perusahaan yang mau menerima wanita seusiaku? "

" Siapa bilang? Pendidikan terakhirmu apa? Dan wajah kamu masih muda, pasti usiamu pun masih muda. "

" S 1 ! Usiaku sudah 30 tahun, nona Molly. " Jawab Dalia tersenyum.

" Wah! Masih bisa itu! "

" Bisa? Di perusahaan mana yang mau menerima wanita umur segitu? "

" Gini aja, kamu bikin surat lamaran, terus masalah nama perusahaannya biar aku yang urus. Besok kasih ke aku sekalian kamu antar cake pesananku, gimana? "

" Hmm... aku jadi gak enak sama nona! "

" Gak usah sungkan, kita kan teman! Ok! "

" Hmm... baiklah! Terima kasih banyak nona! "

" Sama-sama! Entahlah, sejak pertama melihatmu, aku bisa merasakan kalau kau wanita baik-baik! "

" Anda terlalu memuji. "

" Tidak, ini memang benar! Apalagi setelah melihat kamu bersama anakmu, aku semakin yakin..... " Molly sedikit menjeda ucapannya.

" Yakin apa, non? " Tanya Ipul menyela.

" Ah sudahlah! Aku sudah harus pulang, besok pagi kamu harus segera antar cake surat lamaran mu itu, ok! "

" Baiklah, nona Molly! Sekali lagi terima kasih banyak, aku tidak tau harus membalas dengan apa budi baikmu itu. "

" Jangan bicara begitu, kita kan teman! Sebagai teman sudah jadi kewajiban kita untuk saling tolong menolong. "

" Betul itu! " Ucap Ipul.

" Kalau begitu kami permisi dulu! "

" Hati-hati di jalan yah! Sampai bertemu besok! "

" Bye! " Ucap Molly melambaikan tangan pada Dalia, dan Dalia pun membalasnya.

" Bye Shenzi, tante Ipul pulang dulu? " Ucap Ipul juga kepada Shenzi sebelum berlalu dari tempat itu.

" Bye, tante Ipul..! " Jawab Shenzi.

Dalia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ipul. Setelah mobil Molly meninggalkan tempatnya, Ia pun lalu mengajak Shenzi masuk ke dalam rumah dan menutup rapat pintu rumahnya itu.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

################################

Jangan lupa like, vote, dan komen di setiap episodenya yah...

Kiss jauh dari Author... 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!