Perjalanan waktu adalah kisah konyol di telinga kebanyakan orang, tetapi tidak bagi Lee Jihan.
" Tidak mungkin ada dunia lain! Hentikan omong kosong mu!" Ucapan itu selalu didengar oleh Jihan setiap kali dia menceritakan kisah tentang dunia kabut biru yang selalu di ceritakan ibunya.
Dunia kabut biru, tempat di mana seekor kucing yang tersesat menemukan rumah untuknya pulang dan tempat untuk nya mengadu.
Alkisah, seekor kucing hitam tersesat dijalanan. Dia disiksa orang-orang yang lewat, dipukuli pemiliknya, di cekik saudaranya bahkan dikhianati kekasihnya hingga dia akhirnya mati tertabrak mobil.
Namun jiwanya berkelana ke dunia lain yang tidak pernah dia bayangkan. Tubuhnya yang selalu menyimpan energi aneh dan penuh rasa sakit itu membawanya masuk ke dalam dunia asing yang tidak pernah dia lihat.
Sebuah negara yang diselimuti dengan kabut biru, sangat indah dan nyaman. Rajanya adalah sosok yang sangat dicintai oleh rakyatnya, berbanding terbalik dengan rumor yang beredar tentang raja dan negeri itu.
Kucing malang itu ditemukan oleh sang raja, dan diselamatkan lalu dibawa ke istana. Mereka menjadi dekat karena sang raja sangat menyukai kucing itu. Meski tidak pernah mengatakan bahwa dia menyukai kucing hitam itu, sang raja selalu melindungi dan menjaganya.
Saat bulan purnama tiba, penyakit sang raja menelan jiwa dan kesadaran sang raja. Hampir setengah isi istana dibunuh karena kegilaan sang raja. Kucing hitam itu menangis, dia berlari dan langsung menghampiri sang raja dengan membawa mutiara yang berasal dari air matanya.
Meski harus bertaruh nyawa, dia memaksa raja itu menelan setengah dari jiwanya. Dan dia berhasil, dia berteriak bahagia dan menangis saat kesadaran sang raja kembali.
Tetapi semua menjadi kabur, kucing hitam itu telah menyelesaikan tugasnya. Saat sang raja tahu bahwa kucing hitamnya telah mengorbankan nyawa untuknya, sang raja memilih turun tahta dan menyusul kucing hitamnya ke dunia lain.
Lee Jihan duduk termenung di depan makam ibundanya, sambil menangis sesenggukan menceritakan kembali kisah kucing hitam di negeri kabut biru pada sang ibu yang telah menyatu dengan alam.
" Ma... Kenapa Mama meninggalkan Jihan? Tidak ada yang menyayangi Jihan Ma, bahkan kekasih Jihan saja mengkhianati Jihan," adunya.
Hari ini Jihan mengetahui kalau kekasihnya ternyata sudah menjalin hubungan dengan Rien adik tiri, anak dari istri simpanan ayahnya. Mereka sudah merencanakan pernikahan dan tidak memberitahu Jihan apapun sampai Jihan memergoki mereka beradu di ranjang.
Gadis itu memeluk tasnya yang berisi senjata, dia baru saja selesai menjalankan misi sebagai seorang anggota pasukan khusus. Kekasihnya juga bekerja di tempat yang sama dan adiknya adalah artis yang digemari banyak orang.
Jihan tidak pernah menyangka kalau dia akan dikhianati dua kali oleh pria yang dia cintai. Pertama oleh ayahnya yang menikahi ibu tirinya saat Jihan masih berusia 3 tahun dimana ibu kandungnya meninggal secara misterius, kedua oleh kekasihnya yang direbut adik tirinya.
"Kenapa hidupku seperti ini? Menyedihkan sekali hiks hiks hiks.... Kapan aku bisa bahagia? Ma... Kenapa aku seperti ini... Kenapa aku dilahirkan hanya untuk menderita, kenapa Ma!!" Teriaknya histeris.
Dia menyalahkan semua orang atas apa yang dia alami. Tidak punya siapa-siapa, kesepian dan menderita seorang diri. Jihan tidak pernah benar-benar merasakan apa yang disebut dengan cinta.
" Kenapa bersedih di depan orang mati? Dia tidak akan mendengar semua tangisanmu, bersedihlah di depan orang yang masih bernafas," ucap seorang pria yang berdiri di sampingnya, memberikan sebuah sapu tangan bersulamkan seekor Naga biru bersisik emas yang gagah.
Jihan terkejut, dia mengambil sapu tangan itu dan mendongak ke atas.
" Ka-Kapten!" Ucapnya sambil cepat-cepat berdiri.
Seorang pria berkharisma, dengan garis rahang tegas, manik mata bak Siberian husky, rambut perak hampir putih bergaya mullet yang dikuncir dan tatapan tajam bak serigala itu menatapnya dengan wajah tenang.
" Apa keadaanmu sudah lebih baik? Kau terlalu memaksakan dirimu dalam misi hari ini," ucapnya dengan nada berat yang membuat siapapun bergetar karena suaranya.
Jihan mengusap air matanya dengan sapu tangan itu sambil mengangguk," sudah lebih baik kapten, maaf karena merepotkan kapten," ucapnya.
Dia datang ke tempat ini bersama sang kapten tepat setelah melakukan penangkapan besar-besaran tadi siang.
A Lin menepuk bahu Jihan dengan lembut, bahkan mengusap kepala gadis itu dengan tatapan hangat di matanya meski wajahnya terlihat dingin.
" Gadis pintar, tidak apa-apa merepotkan kaptenmu, lagipula misi sudah berakhir," ucap A Lin.
" Malam semakin larut, sebaiknya kita segera pulang, dan kau harus beristirahat," tambah A Lin.
Degan patuh gadis itu mengangguk. Setelah merapikan barangnya, Jihan bersama kapten A-Lin beranjak dari tempat itu.
Gadis itu diantarkan sampai ke apartemen nya, bahkan A Lin tidak keberatan menjadi supir anak buahnya sendiri.
A Lin menatap wajah sendu Jihan yang sedang terlelap," sesulit apa hidupmu Jihan, kenapa kau tidak pernah menceritakannya pada siapapun? Jangan menutup dirimu Jihan, pasti akan ada orang yang mau mendengar kisahmu," ucap A Lin .
Jihan mendengar nya, dia hanya berpura-pura tidur agar sang kapten tidak menanyainya. Gadis itu mencengkram celananya, menahan dirinya agar tidak menangis. Tetapi tanpa seijinnya, air matanya mengalir keluar.
Mereka tiba di depan gedung apartemen di mana Jihan tinggal," Jihan kita tiba," ucap A Lin.
Gadis itu membuka matanya, diusapnya wajahnya dengan kedua tangannya," maaf aku tertidur kapten, aku sangat lelah," ucapnya berbohong.
Pria itu mengangguk sambil tersenyum kecil," kau bisa bercerita padaku jika masalahmu begitu berat, tidak ada salahnya membuka diri Jihan, meski bukan solusi setidaknya aku atau siapapun bisa memberikan penguatan untukmu atau memaki bersamamu juga boleh!" Ucap A Lin.
Gadis itu tersenyum sedih, untuk pertama kalinya di dalam hidup dia menerima tawaran seperti ini. Apa ini rasanya diperhatikan?
" Sayang sekali ya Kak A Lin, aku bertemu denganmu di waktu yang salah," ujarnya dengan senyuman getir.
A Lin terdiam, dia hanya membalasnya dengan senyuman," kapanpun... Kapanpun kau bisa menemui ku!" Ucap A Lin.
Gadis itu mengangguk, lalu keluar dari dalam mobil A Lin.
Setelah berpamitan dia naik ke apartemennya. Sedang A Lin hanya menatap kepergiannya dengan nafas berat," sayang sekali, kita bertemu di waktu yang salah, jika ada kesempatan kedua, aku berharap aku yang berdiri di sisimu Jihan, " ucapnya sebelum akhirnya dia pergi dari sana.
Sementara itu, Jihan melangkah masuk menelusuri lorong menuju apartemennya. Dia tersenyum sedikit, ada penghiburan baginya hari ini setelah patah hati karena kekasihnya.
" Kapten A Lin memang yang terbaik," ucapnya sambil menggenggam sapu tangan itu.
Gadis itu membuka apartemennya, tiba-tiba tangan besar seseorang menariknya dari dalam dan mendorongnya ke tengah ruangan.
Brakk!!!
" Arrkhhh!! Apa apaan ini Ga Feng!" Sentak Jihan sambil menatap tajam ke arah mantan kekasihnya, Ga Feng.
Pria itu tertawa sambil menatap remeh ke arah Jihan. Dari arah kamar Jihan, seorang wanita cantik yang memakai lingerie hitam tersenyum dan mendekati Ga Feng lalu mencumbu pria itu di depan Jihan, siapa lagi kalau bukan Lee Rien.
" Hihihi... Jihan, hari ini kau akan menemui ajalmu," ucap Rien.
Jihan terkejut bukan main, dia tidak tahu kalau Rien akan melakukan hal nekat ini.
" Ma-mau apa kalian hah!? Jangan macam-macam! " Pekik Jihan.
" Kami hanya ingin kau lenyap dari dunia ini Jihan," ucap Ga Feng.
" Tangkap dia!" Titah Ga Feng pada dua pria yang berdiri di sudut ruangan itu, seolah sudah menunggu kedatangan Jihan.
Jihan ditangkap lalu ditahan oleh kedua pria yang tenaganya jelas lebih besar dari Jihan. Gadis itu bisa merasakan kalau mereka bukanlah lawannya.
Rien mendekat, lalu membawa secangkir minuman merah," kak, matilah menyusul ibumu, sama seperti saat ayahmu membunuhnya kau akan mati seperti dia!" Bisik Rien sambil mencengkram wajah gadis itu.
"Minum ini!" Pekik Rien sembari mencekik Jihan dengan segelas racun.
Uhuk!! Uhuk!!
"akhhhh...... Arrkhhh... Ri- Rien.. aaarkhhh... Beraninya kau..." Pekik Jihan kesakitan setengah mati karena efek racun itu, ditariknya kepala Rien sampai gadis itu terjatuh ke lantai.
Ga Feng yang emosi langsung mengeluarkan belatinya dan mengayunkan tangannya.
Jleb!! Jleb!! Jleb!!
Dada, perut dan leher Jihan ditusuk dengan pisau tajam pemberian Jihan pada kekasihnya.
" Arkhhh.... Ka-kalian... Kalian akan mati..." Ucap Jihan sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya di tangan orang yang dia cintai sepenuh hati.
...****************...
^^^-LEE JIHAN-^^^
^^^"Pada akhirnya aku tetap mati, dibunuh dengan racun dan ditusuk dengan belati pemberianku sendiri oleh adik dan manta kekasihku, apa yang lebih menyedihkan dari ini? Hari-hari ku yang suram telah sirna, ahhh... Seharusnya aku menemui kapten A Lin dan mengembalikan sapu tangannya, aku harusnya lebih banyak bercerita dengan dia, ahh... Apa aku punya kesempatan? Apa mereka akan senang saat aku mati? Inikah rasanya kematian? Menyakitkan sekali...."^^^
Panas, lengket dan gerah, rasanya tubuh Jihan seperti dipanggang di perapian yang berkobar-kobar.
" arrkhhh..... Panas!!" teriak Jihan sambil membuka matanya.
Betapa kagetnya dia saat mendapati dirinya bangun di dalam sebuah gudang yang sedang dilahap api. Benar saja dia sedang dipanggang hidup-hidup.
" Sialan, Rien kau berbuat sampai sejauh ini hah!!" teriak Jihan sambil berusaha bangkit berdiri.
"Akhhh!!!" Jihan terjatuh, dia meringis kesakitan di bagian kakinya, betapa stoknya dia saat melihat pakaian aneh yang membalut tubuhnya.
Gaun biru tua lusuh yang kebesaran, ditambal di bagian bawah dengan warna biru yang berbeda. Ujung gaunnya terkena noda darah dari kakinya sendiri.
" Pakaian aneh apa ini!?" ucap Jihan dengan wajah dongkol. Ditariknya rok tebal berlapis yang sangat tidak nyaman itu. Kakinya yang kurus terluka begitu parah, sepertinya dirobek oleh sebilah pedang.
" Wahhh.... Apa apaan in!? Kenapa keadaanku seperti ini!" ucap Jihan dengan wajah tak percaya.
Dia menatap tubuhnya, pakaian aneh membalut dirinya, pakaian itu tidak bisa disebut Hanbok, Tak bisa disebut Hanfu maupun Kimono, tetapi sepertinya perpaduan antara Hanbok dengan gaun modern.
Jihan tidak pernah melihat gaya pakaian seperti ini, diusapnya rambutnya yang begitu panjang, Jelas dia kaget karena rambutnya seharusnya pendek.
Gadis itu berusaha berdiri, ditatapnya wajahnya pada pantulan serpihan cermin yang terjatuh di sudut ruangan.
"Ya Ampun! Apa yang terjadi padaku!? Di mana semua otot kekarku, di mana tinggi badanku, kenapa aku jadi mungil seperti kurang gizi seperti ini!" ucap Jihan dengan wajah melongo saat melihat tubuhnya berubah menjadi begitu mungil, seperti anak SMA yang kurang makan.
Jihan bisa mendengar suara teriakan dari luar. Beberapa orang terdengar panik karena kebakaran itu.
Gadis itu menatap kosong ke arah pintu keluar, tiba-tiba rasa sakit menyerang kepalanya.
" Arkhhh!!! Arrkhh... Sa-sakit! Sakit!!" Jihan merintih kesakitan, dicengkeramnya rambutnya begitu kuat, ingatan yang bukan miliknya bertabrakan dengan ingatannya sendiri.
Gadis itu terjatuh di atas lantai, dadanya terasa sesak dan sakit, air matanya merembes keluar membasahi wajah kecilnya.
Dia merangkak, berusaha menyelamatkan diri untuk keluar dari tempat itu.
Tiba-tiba sesosok bayangan hitam menghampirinya, pria bercadar hitam dan bertopeng emas langsung menggendongnya," Nona bertahanlah!" ucap pria itu yang dengan cepat keluar dari sana.
Jihan tak kuasa menahan sakit di kepalanya, samar-samar dia melihat seorang pendekar berambut perak, dengan topeng dan cadar yang menutupi wajahnya," Siapa!? Ini di mana sebenarnya!?" ucap Jihan dengan suara lemah sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya.
Kebakaran itu membuat heboh orang-orang di kota, sebuah gudang penyimpanan milik toko kain bangsawan terkenal tiba-tiba saja dilahap api.
Jihan diletakkan di tempat aman, pria misterius itu langsung pergi dari sana setelah menyelamatkan Jihan.
Tiba-tiba segerombol pengawal dan pelayan menemukan gadis itu dan langsung menutupi wajahnya.
" Cepat bawa dia, jangan sampai wajahnya diketahui orang-orang, nyonya bisa mengamuk!" ucap pelayan muda yang tampak panik.
" Bagaimana ini, kita gagal lagi, apa yang harus kita sampaikan pada nona dan nyonya!" bisik pelayan perempuan lainnya pada gadis pertama tadi.
" Diamlah, jangan bicarakan di sini, nanti kita ketahuan, untuk saat ini kita seret saja putri ke kediaman!" balas gadis itu.
Jihan dibawa dengan pengawasan ketat. Kebakaran itu mengundang banyak tanya dari orang-orang, bagaimana bisa gudang penyimpanan yang dijaga dan diawasi dengan ketat justru terbakar begitu saja?
Setelah kejadian menghebohkan itu, Jihan dikurung di kamar, di kediaman keluarga bangsawan Lee yang terkenal kaya raya itu.
Jihan membuka matanya, dia berkedip menyesuaikan cahaya, sungguh mengejutkan dia bangun di tempat aneh lagi.
Dia bangun di sebuah kamar dengan dinding kayu yang kelihatannya sangat mahal. Tubuhnya tidak terasa sakit lagi, tapi dia merasa haus.
Gadis itu menatap lemas pada ruangan itu," Sialan, apa yang sebenarnya terjadi!" ucapnya.
Sudah tiga hari dia tidak sadarkan diri, dan akhirnya dia bangun setelah kejadian itu.
Jihan menarik nafas dalam-dalam, menetralkan pikirannya dan menenangkan ingatan yang saling bertabrakan di kepalanya.
Lee Jihan, putri sah bangsawan Lee yang tidak diakui ayahnya sendiri. Itulah identitas Jihan saat ini.
" Lee Jihan, kita sama tetapi berbeda, apa ini kehidupan keduaku? Atau Dunia paralel yang diceritakan oleh Mama?" gumamnya.
Semakin banyak dia berpikir, semakin sulit baginya untuk menyimpulkan. Satu hal yang pasti, tempat ini bukan dunia yang dia tinggali sebelumnya.
Berdasarkan ingatan pemilik tubuh, gadis itu kini berada di kerajaan Bulan Merah, salah satu kerajaan terkuat di dunia dengan kehebatan armada perang dan juga kelimpahan pangan yang luar biasa.
Sebuah negara makmur di bumi yang sudah berdiri ratusan tahun lamanya. Tetapi di tempat ini belum memiliki teknologi secanggih dunia modern di mana Jihan tinggal. Komunikasi ditempat ini dilakukan dengan cara yang aneh, yakni batu sihir yang diimpor dari Kerajaan Azurethra.
Jihan adalah putri pertama dengan dua kakak laki-laki yang ibunya meninggal dengan cara yang aneh, dan yang membuat Jihan semakin syok adalah fakta bahwa semua yang berhubungan dengannya di dunia sebelumnya juga ada di tempat ini.
"Ini adalah kesempatan kedua, sebuah anugerah bagi malaikat kecil yang sudah menyelamatkan banyak nyawa di kehidupanmu sebelumnya, berjuang lah Lee Jihan, temukanlah takdirmu sebagai Phoenix Kabut Biru!" suara itu berdengung, begitu lantang disertai kabur keemasan yang muncul memenuhi ruangan.
" tungg... Tunggu!! Tu-tunggu dulu, siapa itu!? Apa yang terjadi!? Kenapa aku di sini? Apa yang harus kulakukan!" teriak Jihan.
Tetapi suara dan kabut itu telah menghilang. Jihan mencoba mencerna apa yang terjadi, " Dunia paralel benar-benar ada Ma! Ini hebat Ma, Jihan hidup kembali!" ucapnya dengan wajah tersenyum.
"Tapi... Tapi bagaimana aku akan hidup di sini!? Gadis ini juga disiksa, bahkan oleh orang yang sama!" ucap Jihan.
Manik matanya tak sengaja bertemu dengan selembar kain yang terletak di sampingnya.
Dia terkejut, sebuah sapu tangan berlambang naga biru bersisik emas terletak di sana," Saputangan Kapten!" ucapnya dengan wajah tertegun. Apa dia membawa benda itu sampai ke dunia ini?
Jihan menekuk kedua kakinya, memeluk tubuhnya sendiri. Kesepian, ketakutan dan kekhawatiran menghantui gadis itu.
Bagaimana bisa dia bertahan di dunia ini? Di tempat yang sama sekali tidak dia kenal, di dunia yang berbeda dengan dunianya sebelumnya. Terbangun secara tiba-tiba di negeri antah berantah yang bahkan tidak masuk dalam peta dunia.
Jihan membungkam mulutnya, butuh banyak waktu baginya untuk bisa mencerna semua ini.
Jihan menatap sapu tangan itu, dia menangis, ada sebuah penyesalan dalam hatinya," Kapten A Lin... Seandainya ada kesempatan kedua, seandainya aku bertemu denganmu di dunia ini lagi, ku harap kita bisa berbincang hiks hiks..." Jihan menangis sesenggukan.
Kejadian menyedihkan sekaligus traumatis, perpindahan waktu yang tiba-tiba, dan dunia yang benar-benar berbeda itu membuatnya tak bisa menahan kesedihannya.
Entah dia harus bersyukur karena diberi kesempatan kedua atau justru semakin hancur karena dia masih saja lemah seperti di dunianya dahulu.
"Bahkan di dunia ini pun aku tidak sempat berbakti pada Mama..." lirihnya. Kesedihan, kekecewaan, kesepian, kemarahan dan kegelisahan melanda dirinya.
Setalah sadar dari tidur singkat itu, Jihan mengurung diri selama berhari-hari di dalam kamar tanpa berbicara dengan siapapun.
Keluarga Bangsawan Lee adalah keluarga kaya raya yang sangat terkenal di kerajaan Bulan Merah.
Orang-orang sangat penasaran dengan bagaimana sosok dua putri dan dua putra dari keluarga bangsawan itu.
Karena adanya tragedi besar di malam pemilihan ratu kerajaan Bulan merah, semua anak gadis dan anak laki-laki yang terdaftar dalam kerajaan dilarang menunjukkan wajah mereka sebelum seleksi pemilihan wanita istana dan ujian negara diumumkan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari tragedi seperti dua tahun lalu, di mana banyak anak gadis yang berpotensi sebagai calon ratu dinyatakan hilang, dan para pemuda yang berpotensi menjadi pegawai tingkat atas dibunuh.
Rakyat menjadi resah hingga akhirnya raja mengumumkan larangan menunjukkan wajah bagi anak laki-laki dan perempuan yang belum menikah. Tetapi larangan ini hanya berlaku bagi mereka yang telah mendaftarkan anggota keluarganya sebagai peserta seleksi.
"Maafkan kami nona, kami gagal membunuh putri pertama!" ucap Pelayan Lin yang tengah membungkuk di atas lantai bersama pelayan Yun, memohon ampun di hadapan Rien, putri tidak sah dari keluarga bangsawan Lee yang bertingkah seolah dia adalah pemilik kediaman itu.
Di sisinya ada Nyonya Wei yang duduk dengan angkuhnya sembari menyeduh teh hitam yang dia pesan dari negeri Timur.
"Tidak masalah," ucap Nyonya Wei sambil tersenyum.
" Setidaknya kalian sudah membuatnya depresi sampai mengurung diri selama dua Minggu di kamarnya, itu sebuah kemajuan," tambah wanita itu.
Dia mengeluarkan sekantong koin perak dan melemparkannya ke hadapan pelayan Lin dan pelayan Yun.
" Itu upah kalian, ingat untuk tutup mulut soal kejadian ini!" ucap wanita itu.
Kedua gadis pelayan itu sangat senang, wajah mereka langsung berbinar kala mendapatkan koin perak sebagai upah untuk menyiksa putri sah keluarga Lee.
Percuma saja Jihan punya status bangsawan kalau anak dari selir ayahnya dan selir ayahnya sendiri bertindak seperti pemilik rumah.
" Pergi sana, aku akan memanggil kalian kalau ada tugas," ucap Nyonya Wen.
Rien menatap kesal ke arah kedua pelayan itu," Kenapa wajahmu ditekuk putriku? Apa kau kesal karena mereka gagal?" tanya nyonya Wei.
" ibuuuuuu... Huh! "
" kenapa Ibu melepaskan mereka, keduanya gagal membunuh si jalang sialan itu, kalau begini aku dan Kak Ga Feng tidak akan bisa bersama Bu!" rengek Rien dengan wajah cemberutnya itu.
" Aku sangat menyukai Ga Feng, bahkan aku berusaha keras untuk merayu dan merebutnya dari wanita sialan itu!" kesal Rien.
Jihan dan Ga Feng telah dijodohkan sejak kecil sebagai bentuk perjanjian antara dua keluarga. Keduanya menjalin kasih dan menjadi dekat sampai hari di mana Rien menggoda Ga Feng semua hancur berantakan.
Rien yang cemburu dengan hubungan manis keduanya berusaha keras merebut Ga Feng dari Jihan hanya untuk membuat gadis itu tercekik mati dan menderita. Dan hasilnya, dia berhasil meluluhkan hati Ga Feng.
" Kau menyukai Ga Feng ya?" tanya Nyonya Wei dengan wajah datar, dia sampai mencengkram cangkir di tangannya.
" Sangat menyukainya Bu, aku tidak akan mungkin merebutnya dari Jihan kalau aku tidak menyukainya!" balas Rien dengan wajah berbunga-bunga layaknya anak gadis yang sedang jatuh cinta.
Nyonya Wei menatap tajam putrinya," Apa Ibu bilang soal percintaan Rien, kau tidak boleh jatuh cinta pada sembarang pria!" bentak wanita itu.
Dia sangat marah sampai cangkir yang dia pegang pecah karena dicengkeram begitu erat.
Krang!!
" I-Ibu!!" pekik Rien histeris saat melihat tangan nyonya Wei berdarah.
" Rien!" senggak wanita itu sambil berdiri dan menatap wajah Rien dengan tegas.
" Ibu mengijinkan mu merebut Ga Feng hanya untuk mempermainkan Jihan dan membuatnya menderita, bukan untuk mencintai pria rendahan seperti dia!" senggak nya.
Rien terdiam, tubuhnya gemetar ketakutan. Satu-satunya manusia yang sangat dia takuti di muka bumi ini adalah sang ibu, Nyonya Wei yang kejam dan berhati dingin.
"Ingat ini Rien, setelah Jihan musnah, kau yang akan jdi putri sah keluarga ini, kau akan menggantikan dia untuk mendapatkan posisi sebagai ratu kerjaan Bulan Merah, jadi jangan jatuh cinta pada pria murahan !" tegas nyonya Wei.
Rien menangis ketakutan, dia mengangguk patuh pada sang ibu. Jika tidak menurut, Rien akan dihukum lebih keras oleh ibunya yang sangat terobsesi menjadi mertua dari seorang raja itu
"Ba-baik Bu," balasnya gugup.
Nyonya Wei membuang nafas kasar," Kita hanya punya kesempatan sampai malam ini Rien, sebelum tuan muda pertama kembali dari perbatasan dan tuan muda kedua kembali dari akademi kerajaan Azurethra, gadis itu harus sudah kita singkirkan!" ucap Nyonya Wei.
" Baik Ma, Rien akan pastikan dia mati malam ini juga," ucap Rien.
Nyonya Wei mengusap wajah putrinya sambil tersenyum," bagus sayang, pertahankan sikap ini, seorang ratu harus tegas dan berpendirian, Ibu akan pastikan tidak seorangpun sanggup menggagalkan keinginanmu menjadi seorang ratu!" ucap nyonya Wei.
Sementara itu, hingga malam tiba, Jihan tak kunjung keluar dari kamar. Makan dan minum diantar ke ruangannya, itu pun hanya dia sentuh sekali sehari.
Gadis itu menatap langit-langit," mau sampai berapa lama lagi aku menunggu? Aku sudah mengerti semua seluk beluk rumah ini dan apa yang terjadi pada diriku yang ada di dunia ini!" ucap Jihan sambil membuang nafas kasar.
Dia sudah muak membaca seluruh buku catatan di kamar itu. Catatan yang menceritakan semua kejadian dan segala informasi yang berhubungan dengan Jihan.
Jihan merogoh kantong roknya, bungkusan kertas putih dia keluarkan, aroma Pai madu yang menggugah selera tercium," hmmm... Ini baru makanan manusia, untung aku bisa mencuri dari kamar si anak manja itu!" ucap Jihan sambil mengunyah makanan yang dia curi itu.
Selama dua minggu, Jihan berpura-pura depresi, menipu semua orang dengan penampilannya yang seperti orang gila. Tapi kenyataannya, saat malam hari tiba, dia satu-satunya mahluk yang terjaga.
Dengan bebas dia mengelilingi kediaman itu setelah menyalakan dupa untuk membius seisi kediaman. Selama dua minggu, Jihan dengan kelicikannya telah menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarga bangsawan Lee.
" Ahhh.... Sepertinya sebentar lagi para pelayan itu akan masuk dan menjalankan aksinya!" ucap Jihan sambil tersenyum menatap ke arah pintu masuk.
Dia jelas mendengar rencana Rien tadi siang. Jihan bersembunyi di atap, merayap bagaikan cicak untuk mengawasi orang-orang di kediaman itu.
" tidak sia-sia aku jadi cicak seharian hahahah," tawanya begitu renyah.
Gadis itu bangkit berdiri, lalu melepaskan ikatan rambutnya, dia masuk ke dalam kamar mandi dan menenggelamkan tubuhnya yang masih dibalut gaun pelayan di dalam sana.
Jihan yang ada di dunia ini sangatlah menderita, setiap bulan dia harus berendam di air jernih di bawah bulan purnama untuk mengeluarkan ledakan energi yang tidak terbendung di tubuhnya.
Jihan adalah satu-satunya manusia yang mengalami hal itu di kerajaan bulan merah. Tidak ada yang tahu tentang penyakit ini, bahkan Jihan merahasiakan segalanya dari keluarga. Bahkan sampai saat ini Jihan yang menerima ingatan pemilik tubuh sebelumnya tidak menemukan penyebab penyakit itu.
Gadis itu menutup matanya, dia mengingat bagaimana cara pemilik tubuh sebelumnya mengeluarkan energi aneh yang berakar di jantungnya. Jika tidak dikeluarkan, jantungnya akan terasa sakit.
Perlahan namun pasti, air yang merendam tubuhnya berubah menjadi hangat, hingga kabut biru keemasan keluar dan memenuhi tempat itu.
" Menderita sekali dirimu Jihan, jika energi ini tidak dikeluarkan, dia akan berbalik dan menyerang jantungmu!" ucapnya pada pantulan wajahnya di air yang merendam tubuhnya.
Krak!
Jihan mendengar dengan jelas, suara langkah kaki dari luar," Ini waktunya!" ucap Jihan dengan tatapan fokus ke arah jendela.
Seorang pria menyelonong masuk ke dalam kamar itu dengan gerakan secepat kilat. Dia adalah pembunuh bayaran yang sudah terlatih.
Mengenakan topeng dan pakaian hitam bak ninja dia masuk ke dalam kamar mandi.
Diayunkannya tangannya dengan belati tajam mengarah ke leher Jihan dan...
Srakkk!!!!!
Jleb!! Jleb!!!
Tak ada suara, keheningan malam itu ditelan oleh tusukan penuh tenaga dan pertarungan dalam keheningan yang sangat sengit.
Darah mengalir ke mana-mana, air dalam bak mandi menjadi merah, bahkan sinar rembulan tak bisa menembus darah pekat yang tercampur dalam air.
Satu nyawa dipertaruhkan, nafasnya terputus-putus, dia sangat terkejut saat mengetahui lawannya begitu ahli dalam bela diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!