Pada akhirnya Ivory Esmeralda, gadis vampire tercantik yang merupakan keponakan dari bangsawan menengah Percival yang terpilih menjadi permaisuri dari sang Raja Vampir Kerajaan AGHARON. Tanpa Ivory sadari bahwa dia akan dijadikan umpan oleh suaminya sendiri, Ragnar Rowan Agharon.
Dimana di malam pernikahan Raja Ragnar menemuinya di kamar pengantin baru, tapi bukan untuk melakukan ritual malam pertama mereka melainkan hanya untuk mengatakan, “Ingatlah, pernikahan ini hanya akan berlangsung selama 6 bulan lamanya. Jangan berharap aku akan memperlakukanmu sebagai seorang istri karena kau tahu sendiri bahwa aku telah memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai.”
“Apa maksud Yang Mulia, pria bernama Denzel Hetherington itu? Pria yang selama ini Yang mulia tempatkan di istana Alteria? Benarkah tentang rumor itu bahwa Yang mulia—”
“Benar? Aku memang seorang gay, jadi jangan berharap apapun dari pernikahan ini.” Raja Ragnar langsung mempertegas segalanya, setelah itu dia berbalik meninggalkan kamar pengantin tersebut begitu saja.
Sejak saat itu, Ivory hidup di dalam istana mewah tanpa dipedulikan keberadaannya, bahkan hari-harinya selalu dibandingkan dengan pria yang diketahui sebagai kekasih sang Raja Vampir. Dimana sang raja selalu menghabiskan waktunya bersama pria bernama Denzel tersebut tanpa sekalipun mengunjungi permaisurinya.
Namun, baru satu bulan menempati posisi permaisuri Ivory malah ditemukan meninggal dunia dalam keadaan tragis di dalam kamarnya oleh seorang pelayan. Dimana tubuhnya ditemukan tergelatak bersimbah darah dengan banyak bekas tusukan senjata pembunuh vampire di seluruh tubuhnya.
Sementara Raja Ragnar sendiri terlihat tidak merasa kehilangan sama sekali, bahkan dua hari setelah kematian Ivory sang Raja Ragnar langsung mengangkat permaisuri baru lainnya, lalu melupakan dan mengubur tentang kasus pembunuhan Ivory begitu saja. Hal itu Ragnar lakukan untuk menekan rumor tentang kekasih pria tercintanya serta menjaga nama baik keluarga kerajaan.
“Sial, novel apaan ini? Kenapa karakter Ivory begitu bodoh dan lemah yang bahkan mati begitu saja tanpa mengetahui siapa pembunuhnya. Dan sialnya lagi, kenapa juga dia harus menikah dengan raja vampire yang gay itu. Dasar cerita aneh, menyesal aku membaca novel ini.”
Kesal dengan cerita yang begitu tidak masuk akal itu, dia lalu melempar buku ditangannya begitu saja sembari membaringkan tubuhnya. Ya, itulah keseharian Ivory Asteria, wanita berusia 27 tahun yang masih saja menganggur setelah lulus dari masa perkuliahannya. Bukan karena dia putri dari keluarga kaya, tetapi karena tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerimanya bekerja karena penampilan fisiknya yang tidak secantik wanita lain. Giginya tonggos, kulitnya kusam dan pakaian yang terlihat seadanya.
Pengangguran, beban keluarga, tidak berguna dan kata-kata menyakitkan lainnya yang seolah sudah menjadi lagi bagi Ivory setiap harinya baik dari orang lain maupun keluarganya sendiri. Ivory sendiri juga tidak ingin menjadi seperti itu, tapi apalah daya dia tidak bisa memilih terlahir seperti yang dia inginkan.
Untuk mengurangi kesedihan dan rasa putus asanya, Ivory selalu menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di dalam kamarnya sembari membaca sebuah buku novel, salah satunya novel berjudul ‘Kematian Sang Permaisuri Raja Vampir’ novel yang membuatnya kesal barusan. Dia tertarik membeli dan membaca novel tersebut karena nama salah satu pemeran pendukungnya hampir sama dengan namanya.
“Hmm … Padahal dia memiliki paras yang paling cantik di dalam klan vampire dan bahkan menjadi permaisuri seakan dia mendapat nasib baik yang selama ini aku inginkan. Tapi kenapa penulisnya membuatnya terbunuh begitu saja? Sungguh sayang sekali, andai saja karakternya bisa sedikit lebih tegas maka dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan sebagai seorang permaisuri dari Raja Vampir,” gumam Ivory yang merasa sedikit iri sekaligus kasihan dengan nasib tokoh dengan nama panggilan yang sama dengannya itu.
“Haah … Aku sungguh ingin menjadi sepertinya. Wajah cantik, menjadi Ratu vampire tapi tidak dengan bagian mati dengan tragis dan memiliki suami yang suka sama batang,” sambungnya berangan-angan.
Brakk ….
“Ivory!”
“Ivory, dimana kau, Hah!”
Suara bantingan pintu dan teriakan sang Kakak, Elena Rosalia jelas mengejutkan Liona yang tengah merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Dengan cepat Ivory bangkit keluar dari kamarnya untuk menghampiri sang Kakak yang terlihat jelas tengah marah kepadanya. Dan benar saja, begitu keluar dari dalam kamar dia melihat sang Kakak tengah menaiki tangga menuju ke arahnya.
“Iya, Kak! Ada apa? Kenapa Kakak cepat pulang—”
Plak ….
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Ivory begitu mereka saling berhadapan satu sama lain. Ivory tentu hanya terdiam, tercengang dengan tamparan yang sang kakak layangkan padanya. Sungguh, dia sangat sadar bahwa selama ini dirinya hanya menjadi beban bagi keluarganya tapi mereka tidak pernah main tangan seperti ini. Meskipun hinaan dan cacian terus mereka lontarkan setiap harinya.
“Kak, apa kesalahanku? Kenapa Kakak—”
“Kau masih bertanya dimana letak kesalahanmu, Hah?” potong Elena dengan tatapan nyalangnya yang menyiratkan kesedihan.
“Jika saja kau bekerja dan membantuku menghidupi keluarga ini, maka Papah dan Mamah yang sudah tua tidak perlu ikut bekerja dan mengalami kecelakaan saat menuju tempat kerjanya. Kau bahkan mengabaikan telepon dari rumah sakit, karenamu Papah dan Mamah mengalami koma sekarang!” ungkap Elena dengan air mata yang kembali mengalir membasahi wajah cantiknya.
“Apa!?”
Jelas Ivory terkejut bukan main saat mendengar kabar tersebut. Dengan cepat Ivory berlari ke kamarnya, mencari keberadaan ponselnya. Lalu memeriksanya dan benar saja ada puluhan panggilan telepon asing yang masuk, tapi Ivory tidak mendengarnya sama sekali sebab dia mengaktifkan mode silent.
“Tidak! Papah … Mamah ….”
Ivory tidak dapat mempercayainya, dia tidak mau mempercayainya. Disaat sang kakak berniat ingin memarahinya lagi, Ivory sudah lebih dulu berlari keluar dari kamarnya untuk menuju ke rumah sakit dan memastikan sendiri kebenaran berita tersebut.
“IVORY!”
Namun, karena tidak hati-hati dia malah tersandung begitu menginjakkan kakinya di anak tangga. Alhasil, tubuhnya terjatuh dan menggelinding menuruni tangga. Dapat Ivory lihat raut wajah terkejut sang Kakak yang melihatnya jatuh tergeletak bersimbah dari di ujung tangga sebelum Ivory kehilangan kesadarannya.
......................
...****************...
......................
“Yang mulia Raja! Yang mulia Ratu mulai membuka matanya.”
Ivory mulai mendengar keributan begitu dia perlahan ingin membuka matanya. Kepalanya terasa sangat sakit, apakah itu efek dari benturan yang dia alami akibat terjatuh dari tangga rumahnya sendiri? Dan apakah keributan ini terjadi karena dia juga sudah berada di rumah sakit? Kalau begitu dia bisa menemui Papah dan Mamahnya begitu membuka mata.
“Kau masih hidup rupanya?”
Pertanyaan bernada dingin itu seolah langsung menusuk gendang telinga Ivory yang masih belum sepenuh sadar dan membuka kedua matanya dengan sempurna.
Bersambung ….
Tapi siapa sangka, begitu membuka mata Ivory malah langsung disuguhkan pemandangan yang sangat luar biasa. Seorang pria yang sangat tampan kini berada tepat di depan wajahnya. Apakah dia dokter yang menanganinya? Kata orang para dokter muda yang bekerja di rumah sakit memang sangat tampan.
Tapi tunggu dulu! Kenapa rumah sakit di cat dengan warna hitam keemasan, bukankah rumah sakit selalu di cat dengan warna putih atau warna cerah lainnya? Dan kenapa orang-orang mengenakan pakaian yang sangat aneh? Seperti para bangsawan dan pelayan yang pernah dia lihat di manhwa ataupun film dengan tema kerajaan Eropa?
“Tunggu! Sebenarnya dimana aku sekarang? Bukankah seharusnya Kak Elena membawaku ke rumah sakit dimana papah dan mamah sedang dirawat? Kenapa Kak Elena malah membawaku ke tempat yang aneh seperti ini?”
Sungguh dalam hatinya kini Ivory bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi begitu dia memejamkan mata setelah jatuh dari tangga.
“Yang Mulia Raja, ijinkan saya memeriksa Yang Mulia Ratu untuk memastikan keadaannya. Sebab ada kemungkinan benturan yang dialami Yang Mulia Ratu saat jatuh mengakibatkan kerusakan internal pada kepalanya,” ujar seorang pria paruh baya meminta ijin sebelum melakukan tindakan.
“Lakukan!”
Perintah pria tampan itu yang mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang pada pria baruh baya itu melakukan pemeriksaan ulang. Ivory masih diam membiarkan orang itu melakukan pemeriksaan, meski sebenarnya sikap diam Ivory masih mempertanyakan apa yang telah terjadi padanya.
“Syukurlah, tidak ada masalah yang serius pada cedera yang dialami Yang Mulia Ratu dan—”
“Tunggu! Siapa yang kau sebut dengan Yang Mulia Ratu,” potong Ivory begitu menyadari bahwa semua orang terus memanggilnya sebagai Ratu, bahkan sebelum dia membuka matanya sepenuhnya.
Mendengar pertanyaan itu dari mulut Ivory sendiri, sontak semua orang yang berada di dalam kamar itu cukup terkejut sekaligus keheranan. Begitu juga dengan pria tampan tadi yang kini menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
“Kalian semua keluar dari sini!” titah pria tersebut dengan nada dinginnya.
“Baik, Yang Mulia Raja!”
Semua orang menyahut, lantas membungkuk memberi hormat sebelum benar-benar pergi dari ruangan tersebut meninggalkan Ivory berdua dengan pria tampan bersikap dingin itu. Sungguh Ivory sangat berharap bahwa dia tidak bertransmigrasi ataupun bereinkarnasi seperti kebanyakan alur cerita yang dia baca dari kumpulan buku novelnya.
“Ini tidak mungkin seperti yang aku pikirkan sekarang, bukan? Aku tidak mungkin mengalami seperti apa yang aku baca di novel Romance fantasi ‘kan?” Ivory mencoba berpikir positif, meskipun firasatnya mengatakan yang sebaliknya.
“Ivory Esmeralda, apakah kau sedang mencoba untuk menguji kesabaranku sekarang? Bukankah sejak awal kau sudah menyetujui semua perjanjiannya?” ujar pria tampan itu yang membuat wanita itu kebingungan.
“Apa maksudnya Ivory Esmeralda? Namaku jelas-jelas Ivory Asteria, lalu kenapa … Sial, jangan katakan kalau dugaanku benar-benar menjadi kenyataan. Aku memasuki dunia lain?” Ivory hanya bisa mengumpat di dalam hati.
“Apa maksud—"
“Ingatlah, pernikahan ini hanya akan berlangsung selama 6 bulan lamanya. Jangan berharap aku akan memperlakukanmu sebagai seorang istri karena kau tahu sendiri bahwa aku telah memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai.”
Kalimat yang sama, ekspresi raut wajah dan nada bicara yang sama seperti yang di gambarkan oleh penulis dari novel yang berjudul ‘Kematian Tragis Permaisuri Raja Vampir’ yang Ivory baca sebagian sebelum dia terjatuh dari tangga begitu mendengar kabar tentang kecelakaan kedua orang tuanya.
“Benarkah aku memasuki dunia novel? Jika benar aku memasuki dunia novel yang berjudul ‘Kematian Tragis Permaisuri Raja Vampir’, apakah aku benar-benar menjadi Ivory Esmeralda dan pria dingin yang tampan ini adalah sang Raja Vampir … yang gay itu?”
“Apakah kau Ragnar Rowan Agharon, sang raja—”
“Beraninya kau menyebut namaku tanpa panggilan kehormatan!”
Bentakan pria itu sontak membuat Ivory terkejut bukan main, tetapi sepertinya memang benar bahwa pria dihadapannya ini adalan suami dari Ivory Esmeralda, sang raja vampire yang memiliki kekasih seorang pria dan hanya menggunakan pernikahannya untuk menutupi rahasianya itu.
“Sial! Sepertinya aku memang benar-benar masuk ke dalam novel tidak jelas itu. Bagaimana nasibku sekarang? Bahkan di dalam cerita Ivory Esmeralda berakhir dengan kematian tragis. Jika aku tidak salah ingat, dia mati dengan mendapat banyak luka tusukan dari senjata pemburu vampire.” Ivory Asteria yang kini menempati tubuh Ivory Esmeralda benar-benar terguncang dengan kenyataan yang ada.
“Dengar! Aku memang seorang gay, jadi jangan berharap apapun dari pernikahan ini karena sejak awal keberadaanmu hanya untuk melindungi keberadaan kekasihku!”
Raja Ragnar langsung mempertegas segalanya, setelah itu dia berbalik meninggalkan kamar pengantin tersebut begitu saja. Hal yang sama persis seperti yang tertulis dalam buku novel itu. Kini Ivory hanya bisa terdiam mencoba mencerna segalanya, meski berbagai pertanyaan kini bermunculan di dalam kepalanya tanpa memperdulikan kepergian pria yang berstatus suaminya.
Benarkah dia menjadi Ivory Esmeralda? Lalu bagaimana dengan tubuhnya, tubuh Ivory Asteria? Apakah dia sudah mati atau hanya mengalami koma? Dan bagaimana keadaan orang tuanya yang mengalami kecelakaan? Bagaimana nasib Kak Elena jika dia ikut koma seperti kedua orang tuanya atau bahkan kemungkinan terburuknya dia sudah mati? Apakah Kakaknya akan merasa bersalah atau malah senang karena bebannya telah menghilang?
Itulah berbagai pertanyaan yang awalnya muncul di dalam kepala Ivory, sampai dia teringat nasib Ivory Esmeralda juga tidak bisa dikatakan baik. Dimana sejak menjadi permaisuri dia selalu diabaikan oleh suaminya sendiri dan para pelayan lainnya. Tidak hanya itu, satu bulan setelah menjadi Ratu dia juga akan mati terbunuh oleh seseorang yang tidak diketahui identitasnya.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“Dalam sekejap Ivory Asteria yang pengangguran dan menjadi beban keluarga, kini menjadi Ivory Esmeralda seorang permaisuri Raja vampire yang ditemukan mati mengenaskan di dalam kamarnya.”
“Bahkan aku tidak tahu bagaimana keadaan Papah dan Mamah? Kini aku sendiri dihadapkan dengan kematian kedua sebagai Ivory Esmeralda, Ratu yang tidak pernah dianggap oleh suaminya sendiri dan semua orang.”
“Aku ingin kembali … Aku ingin memastikan keadaan Mamah dan Papah, tapi bagaimana caranya agar aku bisa kembali? Haruskah aku ….”
Brak ….
Perkataan Ivory terhenti ketika pintu kamarnya kembali terbuka, memperlihatkan kedatangan seorang pria dan wanita paruh baya yang membuka pintu kamarnya tanpa ijin bersama dengan seorang wanita yang terlihat seumuran dengannya. Ivory yang sama sekali tidak mengenal ketiga sontak hanya menatap heran mereka yang terlihat marah kepadanya.
Plak ….
“Dasar bodoh! Apa yang coba kau lakukan, Hah? Kau berniat bunuh diri untuk mengakhiri pernikahan dengan Yang Mulia Raja Ragnar, apa kau sudah gila?” Sudah menampar, mengumpat tidak jelas pula membuat Ivory menjadi ikut naik pitam.
Bersambung ….
“Apa yang—”
Ucapan Ivory terhenti ketika wanita paruh baya itu tiba-tiba mencengkeram dagunya kuat, memaksanya untuk menatap langsung mata wanita itu yang sembari berkata, “Dengar, meskipun menjadi permaisuri yang diabaikan oleh suamimu sendiri. Pastikan kau hidup dan matimu berada di dalam Istana ini. Kau mengerti?”
“Tunggu, apalagi ini? Siapa mereka yang masuk tanpa ijin dan kini malah mengancam ku,” batin Ivory bertanya-tanya.
Jelas Ivory tidak mengetahui identitas ketiga orang itu, karena dia bukanlah Ivory Esmeralda tapi Ivory Asteria sang pengangguran yang menikmati hidupnya dengan membawa banyak novel romance fantasi.
Adegan seperti ini sudah sering Ivory membacanya, dimana hanya ada dua pilihan melawan atau diam saja. Dan tentu saja pilihan Ivory adalah melawan, dia tidak ingin dikatakan tidak berguna lagi oleh siapapun termasuk ketiga orang dihadapannya saat ini.
Dengan kasar Ivory menghempaskan tangan wanita paruh baya itu dari wajahnya, mendorongnya menjauh dan jangan lupakan tatapan tajamnya. Sekarang Ivory ingat adegan ini, dimana keluarga Percival yang merupakan keluarga angkatnya sendiri datang untuk memarahi serta mengancamnya ketika mendengar kabar bahwa Ivory mencoba bunuh diri.
Padahal faktanya ada yang berniat membunuh Ivory hingga membuatnya jatuh dan kepalanya membentur salah satu pilar di sana begitu dia menyelesaikan upacara pernikahannya.
Ya, keluarga Percival, Robert Percival pria yang membesarkan Ivory dan mengangkatnya sebagai anak angkat sejak usianya baru menginjak lima tahun. Bersama istrinya, Carmila Wellington dan putri satu-satunya, Seraphina Percival.
“Apa-apaan kalian ini, Hah? Beraninya masuk ke dalam kamar Ratu dari sang penguasa klan Vampir tanpa meminta ijin lebih dahulu! Dan dimana sikap hormat kalian kepada seorang ratu dari kalian?” Sentak Ivory dengan tatapan tajamnya yang penuh penekanan.
“Beraninya kau—”
“Pengawal!”
Teriak Ivory memanggil para pengawalnya yang jelas berjaga di depan kamarnya. Dan benar saja beberapa pengawal langsung masuk ke dalam dan siap menjalankan tugas yang akan diberikan ratu mereka.
“Ya, Yang Mulia Ratu! Apakah anda memiliki perintah?” Salah satu pengawal memberanikan diri untuk bertanya.
“Sejak kapan kalian bisa mengijinkan orang asing masuk ke dalam kamarku tanpa ijin, Hah? Mulai sekarang pastikan tidak ada yang masuk ke dalam kamarku tanpa mendapatkan ijin lebih dulu dariku. Dan segera seret keluar ketiga orang ini dari hadapanku sekarang juga!” perintah Ivory dengan tegas.
“Ivory, beraninya kau melakukan ini pada kami!” seru wanita paruh baya itu dengan raut wajah marahnya.
“Bawa mereka pergi sekarang!”
Ivory sama sekali tidak memperdulikan keluarga itu lagi, dimana seharusnya keluarga itu sudah mendapatkan banyak harta setelah memaksanya menjadi Permaisuri raja vampire yang hanya ingin menjadikan siapapun yang menduduki posisi ratu sebagai perisai untuk melindungi kekasih prianya.
“Awas saja kau, Ivory! Apakah kau pikir bisa menduduki posisi sebagai Ratu klan Vampir dalam waktu yang lama. Kau akan segera mati!” teriak Seraphina yang jelas tidak terima diperlakukan seperti itu.
Brak ….
Suara pintu tertutup dan menghilangkan kata cacian, makian dan kutukan itu sudah menghilang bersamaan kepergian mereka. Ivory lantas menghela napas panjang dan beranjak turun dari ranjangnya, berjalan pelan menuju jendela kamarnya untuk melihat keadaan diluar sana.
“Memang kehidupan yang sangat jauh berbeda dengan dunia asliku! Apakah aku bisa bertahan hidup di sini sebagai Ivory Esmeralda atau akan tetap mati seperti alur di dalam novel itu? Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana sekarang?” gumam Ivory sembari memperhatikan apapun yang bisa terlihat melalui kaca jendela kamarnya itu.
“Papah! Mamah, Kak Elena … Aku ingin kembali bersama kalian? Aku mengkhawatirkan Papah dan Mamah … Apakah kalian baik-baik saja sekarang? Apakah kalian sudah bangun begitu mendengar kabarku yang sepertinya sudah mati akibat terjatuh dari tangga?” sambungnya yang merasa tidak arah tujuan pada saat itu.
Dimana dia ingin kembali ke dunianya, tapi dia tidak tahu bagaimana cara untuk kembali. Dia ingin menetap sebagai Ivory Esmeralda, tetapi dia akan selalu dihadapkan dengan berbagai kematian tragis. Sungguh Ivory tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang, semua pilihannya seolah menuju jalan buntu.
...****************...
Sementara di istana Alteria, terlihat sang raja vampire—Ragnar Rowan Agharon tengah menemui kekasih prianya, Denzel Hetherington. Pria berambut panjang berwarna pirang, wajah tampan sekaligus manis dan cantik, kulit seputih porselen serta mata birunya yang sangat indah. Siapapun yang melihatnya, baik pria maupun wanita pasti akan langsung terpikat dengan sosoknya.
“Yang mulia, aku dengar ratumu berniat untuk mengakhiri hidupnya. Kenapa anda malah berada di sini, bukannya berada di dalam kamar pengantin kalian untuk melakukan ritual malam pertama?” tanya Denzel yang berjalan anggun dan duduk di samping Ragnar yang tengah fokus memeriksa laporan dari para bawahannya.
“Kau sudah tahu alasannya, bukan? Kenapa kau masih menanyakannya?” Bukannya menjawab Ragnar malah balik menanggapinya dengan pertanyaan.
“Hmm, anda kejam sekali! Bagaimana kalau dia bukan berakhir bunuh diri, tapi dibunuh oleh orang misterius itu? Bahkan aku dengar dia sudah mendapatkan serangan mematikan sejak diumumkan sebagai ratumu. Aku bahkan yakin bahwa kejadian kali ini juga bukan bunuh diri, melainkan pembunuhan yang sudah direncanakan,” ujar Denzel yang sebenarnya sudah mengetahui segalanya tapi berpura-pura tidak mengetahui apapun.
“Itu tergantung keberuntungannya? Jika dia mati tanpa kita dapat menangkap pelakunya, maka terpaksa aku harus mencari vampire lain untuk menjadi ratuku!” balas Ragnar dengan santainya.
“Perkataan anda terdengar seperti anda sangat mencintaiku sampai menggunakan orang lain untuk dijadikan perisai agar kekasihmu ini tetap aman.” Denzel kembali berkata dengan penuh percaya diri.
“Jangan bercanda! Bukankah kau tahu dengan jelas apa yang aku inginkan darimu,” ujar Ragnar seraya tersenyum penuh arti.
“Haruskah kita melakukannya sekarang? Di malam yang seharusnya menjadi malam pertama untukmu dan ratumu itu?” goda Denzel dengan senyuman manisnya.
“Apakah kau sudah menyiapkan semuanya?” Denzel hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
“Kalau begitu jangan buang waktu lagi, kita lakukan sekarang!” lanjut Ragnar yang kembali menunjukan senyuman langkanya.
...****************...
“Argh … Sialan! Siapa kau, Hah?”
Di malam yang sama di istana Amethyst, istana yang ditinggali oleh Ratu klan Vampir terdengar suara teriakan Ivory yang ketakutan. Tentu saja, wanita itu ketakutan melihat seorang pembunuh yang baru saja menghunuskan pedang pembunuh vampire ke arahnya.
Beruntung Ivory bisa menghindari serangan tersebut tepat waktu, sehingga nyawanya kali ini masih bisa dia pertahankan. Meskipun dia belum dikatakan dalam keadaan aman dari pembunuhan tersebut.
“Hai, kenapa kau malah ingin membunuhku? Kenapa tidak Raja sialan itu saja dengan kekasihnya itu? Kau tidak akan mendapatkan apapun dengan menjadikan aku sebagai mayat di sini!” seru Ivory mencoba bernegosiasi dengan pembunuh yang tengah menargetkan nyawanya itu.
Bersambung ….
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!