Karena mobil yang mogok, Calista harus membawa mobilnya ke bengkel. Ia menelfon Seseorang yang ia kenal untuk menjemput mobilnya. Ia memiliki tetangga yang memiliki bengkel. Setelah itu, Calista lanjut berjalan kaki untuk menuju halte bus.
Malam itu baru saja hujan jalanan pun banyak air. Lalu tak lama dari itu Seseorang lewat di genangan banyak air lalu air itu mengenai tubuh Calista.
Calista pun emosi ia melemparkan tasnya mengenai punggung cowok itu. Cowok itu pun menghentikan motornya.
"Lo punya mata nggak!" Bentak Calista.
Cowok itu melepaskan helm nya menatap remeh pada Calista. "Mangkanya Lo jadi cewek yang bener! Ngapain Lo malem-malem keluyuran jalan kaki pula! Bentukan Lo aja nggak jelas!" Kata cowok itu lalu kemudian memakai lagi helm nya. Calista pun berlari mengejar cowok itu.
Calista segera mencabut kunci motor sport cowok itu lalu kemudian ia lemparkan ke genangan air. Tentu saja hal itu membuat si cowok geram.
"Beraninya Lo cewek gila!" Bentak cowok tersebut.
"Mangkanya kalau salah minta maaf. Bye cowok bangsat!" Kata Calia lalu kemudian meninggalkan cowok itu.
Tetapi cowok itu tidak akan membiarkan Calista pergi begitu saja. Cowok itu menahan lengan Calista yang berhasil membuat Calista menoleh.
"Heh! Cari kunci motor gue! Lo nggak akan gue lepasin sebelum kunci motor gue Lo temuin!" Ucap cowok itu menatap tajam Calista. Bukannya takut, Calista justru tersenyum miring. Lalu kemudian diam-diam Calista mengambil aksinya, menyiram wajah cowok itu dengan es jeruk yang ada di tangan kanannya.
Cowok itu reflek memejamkan matanya lalu lalu tangannya juga reflek melepaskan Calista. Ia mengusap kasar wajahnya agar matanya tidak terkena es jeruk itu.
"Rasain tuh!" Kata Calista yang tangannya berhasil di lepaskan oleh cowok itu. Lalu kemudian Calista berlari sekencang mungkin.
Cowok itu terus meneriakinya dan mengejar Calista namun cowok itu tak mampu mengimbanginya. Lalu saat bus datang cewek itu langsung menaiki bus tersebut.
"Arrrgghhhh brengsek!" Umpatnya kesal.
Sungguh ia kesal dengan cewek tersebut. Jika bertemu lagi ia bersumpah akan menghabisi Calista.
Kini mau tak mau nasib cowok itu harus memungut kunci motornya. Ia merogoh genangan air itu dengan tangannya.
Sialan! Ia berharap tidak menemukan sesuatu yang menjijikan.
****
Ditempat yang sama, Kiki Calista baru saja sampai di rumah. Ia melihat sekitar kanan dan kirinya. Mungkin kedua orangtuanya sudah tidur. Ia pun mematikan lampu ruang tengah lalu ke atas untuk masuk ke kamarnya.
Sesampainya di kamar Calista langsung membersihkan dirinya. Ia sempat mengumpat beberapa kali mengingat kejadian tadi.
"Cowok belagu! Salah bukannya minta maaf malah ngatain orang! Cowok sinting!" Gumamnya.
Setelah membersihkan tubuhnya, Calista Menganti pakaiannya. Lalu kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas kasur sembari bermain ponselnya.
Lalu tiba-tiba saja ia teringat kejadian barusan. Ia tertawa kecil namun hatinya sungguh kesal dengan cowok itu.
"Sukurin! Hilang sekalian tuh kunci motor! Jalan kaki aja pulang!" Ucapnya julid lalu kemudian menarik selimutnya lalu memejamkan matanya.
*****
Disaat yang sama
Kini Barra baru saja sampai ke markas. Ia masuk dengan langkah yang gontai lalu melepaskan sepatunya dengan kasar. Melemparkan jaketnya ke sampah karena jaket itu sudah basah dan kotor.
Wajahnya tidak bisa berbohong kalau Barra tidak baik-baik saja. Ia memasuki Markas, disitu ia bertemu dengan teman-temannya yang lagi berkumpul. Mereka semua menatap heran pada Barra yang memasang wajah galaknya.
"Lo kenapa? Habis dari mana?" Tanya Nelson salah satu inti dari geng motor Wolf.
Barra tau ia sedang di ajak berbicara dengan temannya. Namun dirinya tidak mood untuk mengeluarkan suara. Ia hanya ingin segera sampai di kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Sedangkan para teman-temannya yang tengah berkumpul itu saling menatap satu sama lain.
"Kenapa dia?" Tanya Nelson
Niko hanya menggerakkan kedua bahunya mengode tidak tau pula. Lalu salah satu anak Wolf Keluar dan tak sengaja melihat jaket Barra di buang di sampah.
"Jaketnya di buang di sampah, kotor juga kayak air genangan gitu." Ucap salah satu anak Wolf
"Dia habis jatoh apa berantem?"
"Kalau di lihat dari wajahnya sih dia emosi banget. Kayaknya habis berantem. Coba tunggu dia keluar dulu!" Sahut Daren yang termasuk inti dari geng motor Wolf. Disini Daren yang paling dewasa meskipun umur mereka semua hanya beda 1 sampai 2 tahun.
Sesampainya di kamar mandi Barra langsung menyalakan kerannya agar tubuhnya itu segera bersih.
"Bangsat tuh cewek! Beraninya ngerjain gue!" Ucapnya dengan penuh kekesalan.
Barra melepaskan jam tangannya yang kotor juga itu lalu kemudian ia hempaskan begitu saja di dalam ruangan kamar mandi itu.
Setelah membersihkan tubuhnya ia keluar dengan pakaian santainya. Ia menemui teman-temannya yang ada di lantai satu.
Barra membuka jendela disana lalu kemudian duduk di jendela tersebut untuk menghisap vapenya.
Daren datang menepuk pundak Barra. Barra menoleh sedikit namun kemudian kembali meluruskan pandangannya sembari mengepulkan asap vape nya.
"Lo habis berantam?" Tanya Daren.
Barra menggeleng kecil. "Gue habis ketemu cewek gila! Sial banget tuh cewek! Rambutnya panjang kulitnya putih, tingginya sekitar 160 an. Kalau ketemu bawa sini gue nggak peduli bakal gue habisin tuh cewek!" Ucap Barra menahan emosi.
Sedangkan Daren hanya terkekeh kecil. Jadi ini penyebab Barra marah? Ia pikir karena habis di keroyok musuh atau apa.
"Bajunya putih juga nggak? Kalau iya tinggal cari di rumah angker!" Kata Daren kemudian berlalu pergi.
"Sialan Lo!" Umpat Barra.
****
Keesokannya
Kini semua siswa dan siswi tengah heboh dengan kedatangan anak dari pemilik sekolah SMA Garuda. Sekolah yang Favorit terbesar di kota Jakarta.
Pasalnya putra dari pemilik sekolah tersebut sangat jarang memasuki sekolah. Dalam waktu sebulan saja bisa di hitung pakai Jari. Apalagi jika hari itu hari Senin, sudah pasti putra pemilik sekolah tersebut tidak akan masuk sekolah. Entah mengapa alasannya yang pasti mereka semua berfikir bahwa anak dari pemilik sekolah pasti bisa seenaknya.
Namun mereka tidak tau yang sebenernya.
Barra Danendra, seorang putra pemilik sekolah SMA Garuda. Wajah tampan serta badan atletis yang begitu di senangi banyak murid-murid di SMA Garuda. Pemuda itu juga memili tinggi 180 rambut hitam yang tebal.
Penampilan yang selalu tidak rapi namun tetap terlihat tampan. Baju yang tak pernah ia masukkan. Dasi yang tak pernah terpasang meskipun itu hari Senin.
Hah, Barra masuk sekarang njir...
Ganteng banget dia...
Gimana ya cari jadi pacar Barra...
Karena ini hari Senin, semua siswa siswi kini tengah berkumpul di lapangan. Dan bersiap untuk mengikuti upacara. Setalah di pandu oleh kepala sekolah upacara pun di mulai dengan lancar hingga akhir.
Lalu sebelum upacara di bubarkan mereka akan memberikan pengumuman pemenang olimpiade antar sekolah yang di adakan Minggu lalu.
"Juara pertama olimpiade matematika adalah Calista Analisa." Ucap Mc tersebut.
Gadis yang bernama Calista itu pun berjalan menuju ke depan untuk mengambil pialanya.
Mata Barra pun melebar melihat siapa cewek yang ada di depan sekarang.
Hah! Itu kan cewek kemarin?
Mata Barra tak lepas memandangi seorang gadis imut itu di depannya sekarang. Matanya tak berkedip sama sekali. Selalu memperhatikan gerak gerik gadis itu.
Sangat imut! Rambut coklat yang bergelombang dan di kuncir dua dengan menyisakan rambut lainnya itu. Lalu anak rambut yang di sisihkan di dahinya membuatnya semakin lucu.
F*ck! So cute! Batin Barra
Tapi anehnya gadis itu sangat berbeda penampilannya dengan kemarin malam. Tidak tampak su lucu saat ini. Bahkan semalam itu sedikit sexy, jalan kaki pula gadis itu.
Wah, pasti semua orang tertipu dengan wajah imutnya itu. Padahal kelakuannya nggak imut. Pikir Kevin. Entah mengapa ia jadi sewot sendiri.
Gilang yang menjadi sahabatnya dan juga inti dari geng motor Wolf. Gilang duduk disampingnya, ia melirik Kevin yang seolah terheran-heran melihat Calista.
"Imut kan anaknya? Lo tertarik ya?" Bisik Gilang.
Barra mendecih mendengar ucapan Gilang. Benarkan semua orang sudah tertipu dengan wajahnya.
"Wajahnya doang yang imut. Paling di belakang juga ani-ani!" Sahut Barra dengan senyuman miringnya.
Gilang tentu tidak terima dengan ucapan Barra. Pasalnya Calista adalah seorang siswi berprestasi, dan tak pernah mendapati kasus aneh-aneh. Bahkan Calista juga sering ke bar atau pun club dan itu pun tak pernah aneh-aneh. Bahkan jika ada pelanggan yang macam-macam Calista mampu mengatasinya. So, Calista bukan cewek ani-ani seperti yang Barra pikirkan.
"Lo yang belum kenal anaknya. Gausah nethink ntar naksir Lo nyesel pernah ngomong gini!" Kata Gilang mengingatkan Barra agar menjaga omongannya. Takutnya ke makan sendiri.
Barra yang di nasehati itu mendecih seolah tak Sudi buat jatuh cinta pada gadis itu. "Lo lupa selera gue yang kayak gimana?" Ucap Barra pada Gilang. Tentu Gilang tau Barra lebih menyukai cewek-cewek di Bar atau di Club. Mereka semua lebih sexy dan menggoda. Tidak seperti yang ada di sekolahnya ini, anak-anak dan biasa saja. Tidak ada yang menarik di matanya.
Maka dari itu Barra tidak suka sekolah, lebih suka di club atau bar. Bisa cuci mata.
"Imut loh!" Puji Gilang.
"Makan Sono yang imut. Gue lebih suka tante-tante sexy!" Ucap Barra, ia berdiri dan ingin pergi dari lapangan ini.
Upacara bendera sudah selesai. Semua siswa siswi yang ada di lapangan telah di bubarkan.
Calista kini mengikuti pelajaran pertama hingga ke dua dengan baik. Lalu kemudian jam istirahat pertama, Calista ingin pergi ke kantin karena merasa perutnya kosong.
"Kita ke kantin yuk, gue yang traktir!" Ucap Calista pada Deolinda. Deolinda adalah sahabat Calista sejak SMP sampai SMA sekarang. Awalnya sahabat mereka bertiga namun yang satunya berkhianat.
Deolinda yang di panggil Linda itu pun tersenyum. "Oke. Untung banget gue punya teman kayak elo!" Canda Linda.
"Cal, traktir kita juga dong! Jangan cuma Linda doang!" Ucap salah satu teman sekelasnya
"Iya, kita kan juga teman Lo!"
Dengan senang hati Calista akan mentraktir mereka. "Oke deh, satu kelas ini gue yang bayar makan apa aja di kantin." Kata Calista yang membuat mereka semua bersorak gembira. Inilah sebab mengapa Calista di sukai banyak orang karena memiliki kepribadian yang baik, dan juga nggak pelit. Meski kadang galak. Tapi tetap saja Calista adalah gadis yang baik.
Sesampainya di kantin. Calista memesan beberapa makanan. Dan kini meja yang di pilih Calista di duduki oleh 5 orang.
"Eh, Cal kayaknya jangan duduk disini deh!" Ucap salah satu temannya.
Calista mengerutkan keningnya. "Kenapa?" Tanyanya. Sepertinya selama dia dua tahun sekolah disini Calista tak pernah tau ada sesuatu yang terjadi di kantin. Termasuk tempat duduk.
"Iya Cal, ini sebenarnya tempat duduknya geng nya Barra!" Sahut Linda. Ia tau siapa Barra karena terkenal dengan ketampanannya itu.
"Barra?" Calista membeo seolah benar-benar tidak tau siapa Barra.
"Iya. Itu loh anaknya pemilik sekolah ini. Biasanya kan nggak masuk, dan kalau pun masuk tuh geng mereka makannya di rooftop. Tapi kadang-kadang disini juga sih." Jelas mereka pada Calista.
Calista masih tak peduli terhadap itu. Memangnya kenapa jika si Barra itu adalah anak dari pemilik sekolah? "Emang dia udah booking tempat ini sebelumnya? Terus apa pihak sekolah juga bilang meja ini nggak boleh di tempatin anak lain selain si Barra itu?" Tanya Calista. Ia melihat teman-temannya merasa ketakutan.
"Ya enggak juga sih. Tapi mereka tuh bisa apa apain kita kalau pakai meja ini ketahuan di pakai orang lain. Ntar kita di usir mending kita ganti aja deh!"
Calista tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Selagi tidak ada aturan ini milik siapa semua orang berhak memakainya. "Gausah takut. Kita udah duluan duduk disini!" Kata Calista.
"Tapi cal..." Salah satu dari mereka ingin protes namun Calista segera menghentikannya. "Sstttt stop. Gausah takut makan dengan tenang. Tuh makanan udah datang!" Ucap Calista melihat seorang petugas kantin membawakan makanan mereka.
Air muka teman-teman Calista pun berubah menjadi senang melihat beberapa makanan datang. "Makasih mbak.." ucap Calista ramah. "Sama-sama." Jawab pegawai kantin itu juga tak kalah ramah.
"Sebelum makan doa dulu yuk."
"Semoga geng nya Barra nggak kesini sebelum kita selesai makan. Aamin."
"Njir! Ngapain pada takut sih!" Sahut Calista, lagi-lagi dirinya ini dibuat bingung oleh para teman-temannya.
Entahlah yang mana si Barra Barra itu Calista tidak tau. Mengapa? Karena Calista sibuk belajar di sekolahnya, ia cukup aktif di SMA Garuda ini. Lagipula si Barra itu juga jarang masuk sekolah. Wajar saja jika Calista tidak mengetahuinya. Calista sempat mendengar anak pemilik sekolah yang katanya tampan itu namun itu tak penting bagi Calista. Meskipun di idolakan banyak orang sekalipun.
Mereka pun mulai menyantap makanan mereka masing-masing. Mereka memesan beberapa makanan pedas dan manis. Seperti bakso, mie ayam, nasi goreng, dan juga es coklat, pisang goreng dan dll. Kapan lagi kan bisa makan all you can eat.
Tak lama dari itu kantin tiba-tiba jadi sangat ramai Karena geng Barra datang. Banyak siswa siswi yang mengkode bangku Calista untuk pergi. Namun mereka tak mendengarnya karena sibuk makan.
Barra sendiri sudah menatap galak pada Calista yang sangat santai makan di mejanya itu. Meja yang selalu bersih dan rapi dengan di hiasi karya-karya coretan anak geng motor. Calista pikir itu hanyalah coretannya anak-anak nakal hahahhaa....
Daren menepuk pundak Barra. "Biarin aja di pakai mereka!"
"Wah tempat kita di pakai sama cecan." Sahut Gilang.
Barra tidak peduli apa kata teman-temannya. Ia pun menghampiri meja Calista.
"Pergi!" Kata Barra dengan tegas. Semua teman-teman Calista sudah ketakutan.
Calista mendongak, ia sempat terkejut melihat cowok yang ada di depannya sekarang. "Elo kan?" Ucap Calista dengan wajah galaknya. Lalu kemudian Linda membisik. "Dia Barra!"
Seketika Calista tersenyum remeh. "Oh, jadi ini anaknya pemilik sekolah!" Ucap Calista membuat Barra semakin emosi.
"Lo pergi atau gue seret!"
"Nggak! Kita duluan disini. Kalau Lo mau makan tunggu sampai kita selesai. Kalau Lo mau, kalau nggak ya tinggal cari meja lain." Ucap Calista tanpa takut, ia kembali meminum es jeruk yang dia pesan tadi.
Linda meminta Calista untuk mengalah saja, ia sudah ketakutan. Ia tak mau punya masalah dengan Barra. "Nggak usah takut!" Ucap Calista.
"Heh ani-ani. Ini tempat gue! Lo nggak lihat tulisannya beda dari meja lain?"
Mendengar nama ani-ani membuat Calista emosi. Ia tau mengapa ia di bilang begitu, pasti karena pertemuannya semalam. "Siapa yang ani-ani?" Tanya Calista galak!
"Elo lah! Cewek nggak jelas. Sok pinter padahal lont*."
Byur! Calista berdiri dan menyiram es jeruknya itu pada wajah Barra. Seketika Barra terkejut dan reflek diam saja.
"Lain kali kalau punya mulut dijaga! Anak pemilik sekolah tapi nggak punya sopan santun! Belagu pula!" Ucap Calista lalu kemudian pergi.
Barra tentu emosi, ia tak akan membiarkan Calista pergi. Ia menahan tangan Calista tanpa menoleh. Ia mencekeram kuat lengan Calista.
"Cewek jalang!"
Plak! Calista menampar wajah Barra seketika. Lalu menghempaskan tangannya begitu saja.
Barra terkejut yang kedua kalinya, ini pertama kalinya ia berurusan dengan cewek yang sangat berani padanya.
Semua siswa siswi kini terkejut melihat adegan tersebut.
Calista berani banget....
Para teman-teman Barra ikut terkejut melihat hal tersebut. Barra tentu saja marah. Ia langsung pergi dari kantin begitu saja tanpa memedulikan siapa pun. Sialan gadis itu sudah berani berurusan dengannya!
Setelah mengganti bajunya, Barra kini berada di rooftop. Ia menatap lurus area rooftop. Perasaan emosi menyulut dalam dirinya. Ini pertama kalinya ada seseorang yang berani dengan dirinya. Anak sekolah pula.
Karena sejauh ini yang berani sama Barra cuma anak luar, termasuk anak geng motor yang mencari masalah dengannya. Dan di sekolah ini tidak ada satupun siswa maupun siswi yang berani dengan dirinya. Bahkan itu anak OSIS. Lalu bagaimana dengan guru-guru disini? Mereka semua tau itu Barra adalah anak dari pemilik sekolah.
Mereka menasehati Barra namun juga sia-sia. Mereka telah lelah, daripada mereka emosi terus mending membiarkan Barra melakukan apa saja asalkan tidak menganggu anak lain lebih kejam saja.
"Calista..." Gumamnya. Kalau tidak salah dengar dari bisik-bisik mereka tadi. Gadis itu bernama Calista. Kening Barra mengerut memikirkan gadis yang mencari masalah dengannya itu. Harus di balas pakai cara apa juga si Calista itu?
Barra mengepulkan asap vape nya agar emosinya lebih redam lagi lalu perasaannya kembali tenang.
"Siapa si Calista?" Tanya Barra mendekat dengan keempat temannya. Lalu ikut duduk di kursi sana. di tengah-tengah itu sudah ada beberapa makanan yang di pesan oleh salah satu temannya, Nelson.
"Bukannya gue udah jelasin tadi waktu dilapangan? Dia siswi berprestasi disini!" Sahut Gilang seraya memasukkan batagor ke mulutnya.
"Lebih detail lagi!" Pinta Barra. Ia ingin tau lebih detail lagi tentang gadis itu.
"Dia cewek yang galak sih, meskipun mukanya seimut itu."
Barra tersenyum nyengir sembari mengepulkan asap vape nya itu.
"Anaknya ramah, tapi kalau Lo cari masalah sama dia dikit aja, ya... Kayak gitu. Lo bisa lihat sisi harimaunya dia sendiri."
"Lo yakin mau ngasih pelajaran sama tuh cewek?" Tanya Daren yang kini selesai memakan roti panggang nya.
Barra terasa sangat yakin karena perasaan jengkel kini memenuhi hatinya. Ingin sekali dia memberikan pelajaran pada gadis itu.
"Dia cewek yang semalem. Dia udah ganggu gue dari semalam sampai sekarang. Gue harus kasih dia pelajaran! Gue akan kerjain dia balik." Kata Barra penuh penekanan dan kebencian.
Sedangkan Daren yang hanya tau cerita yang sebenarnya hanya geleng-geleng saja. Bukannya Calista yang mencari masalah namun Barra lah yang mencari masalah. Cowok itu yang berkendara tanpa ugal-ugalan, ia melewati genangan air tanpa memedulikan pihak lawannya. Lalu Calista yang kena.
Teng teng teng....
Jam pelajaran terakhir membuat Calista lega. Satu pelajaran lagi setelah itu selesai. Seorang guru pun keluar. Kini murid-murid menunggu guru selanjutnya untuk datang.
Sembari menunggu itu, teman-teman Calista pun mendekat. Calista menatap mereka satu persatu. "Kenapa? Kalian mau menyontek gue? Nggak ada ya!" Kata Calista jutek.
"Cal, kita takut. Gimana kalau nanti kita di habisin sama si Barra. Lo juga gimana nanti kalau di apa-apain sama si Barra?"
"Iya, Lo berani banget sih!"
"Apapun yang terjadi, kita harus dapat hukuman dari si Barra itu sama-sama." Sahut Linda. Karena mereka makan bersama jadi kalau kalau mendapat hukuman ya sama-sama.
"Bener! Pokoknya kalau satu di hukum kita semua juga ikut!" Ucap salah satu temannya yang tadi ikut satu meja dengan Calista.
Calista menghela nafasnya berat, sungguh ya apa yang di pikirkan oleh teman-temannya ini berlebihan. Cuma makan doang di meja yang berbeda aja sampai segitunya takut.
"Udah, kalian tenang aja. Nggak bakalan di hukum kalau pun di hukum jangan mau. Kalau di habisin ya habisin balik!" Kata Calista Dengan entengnya. Sedangkan teman-temannya Ini juga tak tau apa yang di pikirkan oleh Calista. Mungkin Calista belum tau sepenuhnya jika Barra benar-benar adalah orang yang kejam.
Dulu pernah ada seseorang yang berurusan dengan Barra, antara mereka babak belur dan di keluarkan dari sekolah ini. Itulah resiko yang mereka terima jika mereka berurusan dengan Barra.
****
Jam pulang sekolah telah di bunyikan. Teman-teman Calista tadi sudah pulang duluan agar tidak bertemu dengan Barra.
Namun Calista sendiri tidak peduli akan hal itu, ketemu ya sudah tidak bertemu tambah bagus. Karena Calista Rajin belajar, dia harus ke perpustakaan dulu untuk meminjam beberapa buku. Lalu setelahnya ia baru pulang.
Dia tidak sendirian melainkan bersama dengan Deolinda. Karena mobil Calista di bengkel, dirinya naik bus untuk menuju ke rumahnya. Kebetulan Deolinda juga ingin menemani Calista naik bus. Sekali-kali aja hemat bensin hahaha.
Saat mereka sudah turun di lantai satu, mereka tak sengaja bertemu dengan Barra dan teman-temannya. Calista memasang wajah juteknya namun masih terlihat imut.
Lalu tak lama dari itu Seorang cewek berpakaian seragam agak ketat itu berlari menghampiri Barra. "Barra! Kita pulang bareng ya!" Kata cewek itu sembari memeluk lengan Barra.
"Pergi! Gue nggak mau!" Kata Barra melepaskan tangannya dari Elvina. Cewek yang bergelayut manja di tangan Barra saat ini.
Lalu Calista sendiri terus melangkah hingga jaraknya sedikit dekat dengan Barra. "Cal, ada si Barra." Ucap Deolinda ketakutan. Namun Calista hanya diam dengan wajah datarnya. Lalu kemudian ia membelokkan langkahnya untuk pergi ke jalan lain menghindari Barra.
"Tunggu!" Teriak Barra pada Calista. Namun Calista seolah tak dengar. Ya, siapa yang di suruh tunggu? Dia? Punya nama kali!
Barra kesal dengan Calista karena Calista tidak berhenti. Ia pun berlari untuk mengejar Calista yang hendak keluar pagar itu.
"Heh! Lo sengaja mau menghindari gue?" Ucap Barra menghadang Calista dan Deolinda. Kini Deolinda sudah ketakutan.
Sedangkan Calista hanya memperlihatkan ekspresinya yang datar. "Oh, jadi Lo manggil gue? Gue punya nama! Kenapa lagi? Mau nyari masalah lagi?" Ucap Calista menunjukkan ekpserinya yang galak.
Hingga Barra terdiam sejenak melihat ekspresi itu. "Ah, shit! So cute!" Barra tersenyum dalam hati!
"Hah! Cari masalah? Elo yang cari masalah!" Ucap Barra lalu kemudian ia mengambil baju di tasnya lalu menyodorkan baju itu pada Calista. "Lo harus tanggung jawab! Cuciin baju gue sama motor gue!" Ucap Barra.
Disana sudah ada Elvina yang tersenyum puas melihat hal itu. Ia merasa menang melihat Calista yang di rendahkan seperti itu. Mendekati Barra seolah dirinya yang paling tinggi dan tidak ada yang berani dengan dirinya.
"Iya. Aku akan cuciin." Bukan Calista melainkan Deolinda karena ingin menyudahi hal itu.
Calista merebutnya lalu kemudian ia berjalan ke arah tong sampah kalau kemudian membuang baju itu begitu saja. Membuat Barra, dan orang-orang di sekitar menganga tak percaya, termasuk Elvina.
Elvina pun berlari mendekati Barra. "Udah Bar, kita beli aja baju yang baru. Tuh cewek emang resek! Pantes nya di hukum. Berani ya Lo sama Barra!" Kata Elvina yang bergelayut di lengan Barra.
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama bajjingan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!