NovelToon NovelToon

The Death Eye

Perkenalan Nama Tokoh + Prolog

Beberapa tokoh penting dalam novel ini:

TOKOH UTAMA: –Dino Dirmansyah

[ Dia seorang pelajar SMA yang memiliki Death Eye/Mata Kematiannya. Dia diduga sebagai pemilik Death Eye termuda di dunia. Sampai akhirnya, dirinya pun menjadi incaran oleh para pemburu Death Eye. Tapi karena sikapnya yang tangguh dan pemberani, ia masih bisa bertahan dari kejaran para penjahat itu. Berbadan tinggi dan berparas tampan, ia pun disukai banyak cewek di kelasnya. ]

TOKOH UTAMA: –Chelsea Willona

[ Seorang wanita tangguh yang pintar dan ramah. Ia merupakan teman dekatnya Dino. Perempuan yang selalu bersama dengan Dino. Dia memiliki rahasia yang ia sembunyikan dari semua orang termasuk Dino–temannya sendiri. Sikapnya ramah dan penyayang. Tapi dia suka bersikap dingin terhadap teman baru dan seorang kutu buku yang suka membaca cerita fiksi. ]

TOKOH PENDUKUNG PENTING LAINNYA:

–Aldy Dimasta Pratama

[ Teman dekat Dino. Seorang murid terpopuler di kelasnya sebelum kedatangan Dino. Terpopuler karena dia merupakan cowok tertampan di kelas. Suka melawak, pecicilan orangnya, dan suka tertawa juga jahil kepada temannya. ]

–Liena Idzhar Permata Putri

[ Seorang perempuan terimut (menurut Aldy) karena tubuhnya yang terlihat kecil. Padahal dia juga anak SMA seumuran dengan Dino. Dia juga terlihat cantik. Rambut sedada, berwarna kuning dengan jepit pita pink besar di samping kepalanya. Tapi ia memiliki sifat emosian, keras kepala dan suka memaksa. Dia juga adalah anak yang pertama kali menyukai Dino. ]

–Rinda Misyabella

[ Hantu wanita berparas cantik dengan rambut putih panjangnya yang terurai sampai betis kakinya. Dia memang hantu. Hantu yang telah menjadi teman Dino. Hanya Dino saja yang bisa melihatnya. Dia hantu yang baik. Dia meninggal secara misterius, sehingga dirinya pun harus meminta bantuan Dino untuk mencari pembunuh dirinya itu. ]

–Zikri Efendy

[ Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun yang tinggal di samping rumah Dino. Dia adalah teman sejatinya Dino sejak kecil. Ia sudah menjadi pendamping hidup Dini karena persahabatan mereka. Tapi pada akhirnya, ia harus bernasib sama seperti Rinda. ]

–Devan Idzhar Diwan

[ Seorang Lelaki misterius yang ternyata sangat popular di sekolahnya karena dia seorang ketua OSIS. Ia adalah kakak kandungnya Liena. Bersifat dingin dan kasar. Intinya, dia mirip seperti adiknya kalau dilihat dari sifatnya. ]

*

*

*

*PROLOG*

Ooeee… oweee….

“Pah, bayinya nangis lagi tuh. Berikan susunya!” seorang Wanita muda keluar dari dapur untuk memberikan sebotol susu ke Ayah untuk si bayi yang menangis itu. Ayah pun menerima botol susu itu dan langsung memberikannya pada si Bayi sambil menggendongnya.

Tapi tiba-tiba, “Eh!?” Ayah terkejut karena dia melihat mata kiri anak bayinya itu mengeluarkan darah. Tapi si Bayi tetap tenang saja sambil mengenyot botol susunya. Ayah dan Ibu panik melihat keadaan anak mereka yang seperti itu. Lalu si Bayi perlahan membuka kedua matanya dan terlihat jelas pupil bola mata anak itu terlihat aneh dan menyeramkan. Kedua orang tua itu semakin panik dan tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi pada anaknya itu.

“Ayah! Ini anak kita kenapa? Kenapa bisa begini, yah? Apa yang terjadi pada anak kita!?” Ibu semakin panik.

Si bayi terus menatap kedua orang tuanya dengan bingung. Lalu tak lama kemudian, tiba-tiba dada si Ayah terasa sakit sekali. Jantungnya bermasalah, lalu tak lama kemudian Jantungnya itu berhenti berdetak!

“KYAAAAAAAAA!” teriak Ibu saat melihat kejadian itu. Ayah terjatuh ke lantai dan si bayi ikut terjatuh ke atas perut Ayah. Si bayi terlihat bingung saat melihat ayahnya yang tiba-tiba jatuh saat menggendong dirinya. Lalu ia menengok ke arah Ibunya yang sedang menangisi Ayahnya itu.

Seketika, tidak lama setelah Ayah, Ibu juga mengalami kejadian yang sama seperti Ayah! Si Ibu tiba-tiba saja merasakan dadanya sakit dan ia pun kesulitan dalam bernafas.

OHOK!

Si Ibu batuk darah. Ibu itu terbatuk-batuk dan mengeluarkan banyak darah dari dalam mulutnya. Suaranya yang ingin berteriak minta tolong itu, seketika menjadi suara yang resak dan samar-samar. Lalu secara perlahan, si Ibu menutup matanya dan ia pun juga terjatuh di samping suaminya. Keduanya langsung meninggal di tempat.

Setelah kejadian itu, si bayi hanya bisa duduk sambil menatap kedua orang tuanya dengan bingung. Sementara mata kirinya si bayi itu masih mengeluarkan banyak darah.

Lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki muda yang datang ke rumah si bayi. Si laki-laki itu terkejut melihat ada dua mayat orang dewasa yang tergeletak di samping si bayi. Laki-laki itu hanya terdiam. Lalu tak lama kemudian dia mulai berbicara ke si Bayi itu.

“Aku akan merawatmu, Dino!” katanya.

Si Laki-laki itu mendekati si bayi dan langsung menutup kedua mata si bayi dengan kain, lalu membawanya pergi dari rumah itu. Meninggalkan mayat kedua orang tuanya si bayi….

*Prolog End*

*

*

*

To be Continued-

Eps 1– Hari Pertama

17 tahun kemudian….

Pagi sudah datang kembali. Hari ini hari Senin, hari pertama dia masuk SMA dan sekolah baru. Pagi ini ia bangun pukul 06:28 WIB, dan langsung bersiap-siap sekolah. Persiapan sekolahnya belum terlalu banyak karena baru hari pertama.

Setelah semua perlengkapan selesai, ia menuju ke pintu depan rumah untuk memakai sepatu. Setelah itu membuka pintu dan langsung berangkat ke sekolah untuk memulai hari baru yang hebat.

Namanya Dino Dirmansyah. Ia seorang pelajar biasa yang mencoba untuk hidup seperti manusia pada umumnya. Karena hanya dirinya saja yang memiliki fisik yang berbeda dari para tetangga di lingkungan sekitarnya.

Tapi dengan perbedaan fisiknya itu, Dino akan mencoba untuk selalu akrab dengan orang sekitar. Tapi di sana, ia hanya memiliki satu teman terbaiknya. Yaitu tetangganya sendiri.

Setelah mengunci pintu, Dino menuruni beberapa anak tangga, lalu mendongak menatap langit pagi yang cerah.

Ia tersenyum, lalu kembali melangkahkan kakinya. Tapi baru saja beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Seorang anak kecil datang menghampirinya.

“Kak Dino!” panggil anak itu. Oh, ternyata yang memanggilnya itu seorang anak yang terlihat lebih muda dari Dino. Namanya Zikri Efendy. Dia sahabat Dino satu-satunya. Bisa dibilang, mereka sudah berteman sejak lama.

“Iya, ada apa?” Dino menghentikan langkah dan langsung menghadap ke arah Zikri.

“Pagi Kak! Ini, ambilah!” kata Zikri sambil memberikan sebuah kotak bekal kepadanya.

“Apa ini?” tanya Dino yang pura-pura bingung dengan sebuah kotak yang diberikan Zikri untuknya.

“Itu Bekal untukmu kak! Seperti biasa, Ibu yang membuatkannya untukmu.”

“Oh, baiklah. Terima kasih! Tapi seharusnya kamu tidak perlu repot-repot bawakan aku bekal seperti ini setiap pagi. Kan jadi tidak enak.” Dino merasa tidak enak karena selalu seperti ini setiap pagi ingin berangkat sekolah. Ibunya Zikri sangat baik dan perhatian kepadanya. Karena di sebuah rumah besar, Dino tinggal sendirian di sana.

“Ahh… ayolah. Ambil saja, tidak apa-apa kok! Biasanya kakak juga suka langsung menerimanya. Ambil saja, anggap saja ini rejeki dari Tuhan!” Zikri memaksa.

“Apa boleh buat. Ya sudah aku ambil saja, deh. Terima kasih banyak, yah!” Dino langsung memasukan bekal itu ke dalam tasnya. Lalu melirik ke jam tangannya dan terkejut.

“Ah, gawat! Sudah jam tujuh lewat. Aku bisa terlambat!” Dino jadi panik. “Emm… maaf yah, Kri! Aku harus cepat ke sekolah dulu, oke. Daaah…“ Ujarnya sambil berlari meninggalkan Zikri dan melambai.

“Oke! Hati-hati di jalan, kaak!” Zikri tersenyum senang dan langsung berlari kembali masuk ke dalam rumahnya.

****

Untung saja Dino berlari sangat cepat. Karena saat ia sampai di depan gerbang sekolah, bel masuk kelas sudah berbunyi.

“Huh, haaah… akhirnya… tepat waktu! Hah… hah…” Nafasnya terengah-engah karena habis berlari. Jadi ia memutuskan untuk jalan perlahan saja masuk ke kelas.

Akhirnya Dino menemukan kelasnya. Ia masuk ke dalam dengan tenang. Tapi yang membuatnya takut di kelas ini adalah para muridnya. Ada apa dengan mereka?

"Kenapa mereka melihatku sinis seperti itu? Kan, menyeramkan. Apa mereka tidak suka dengan kehadiranku di sini?" Batin Dino sambil berjalan perlahan ke tempat duduknya tanpa melirik ke para murid di dalam kelas.

Kemudian ia mencoba untuk melirik murid lain di dekatnya. "Yaaah… tapi beruntunglah karena tidak semua anak di sini yang tidak menatapku seperti itu."

Dino sudah menemukan kursi yang bagus di belakang. Tadinya, ia ingin duduk di kursi kiri paling belakang dekat jendela itu. Tapi sayangnya, tempat duduk itu sudah rusak dan usang. Berdebu dan banyak coretan di mana-mana.

Tapi beruntungnya, di depan tempat duduk itu masih ada kursi kosong yang tersisah. Ia akan duduk di tempat yang masih bagus. Duduk di belakang, memang yang terbaik. Karena menurutnya, ia tidak akan berhadapan langsung dengan guru di depan nanti.

Sebagai murid baru di sini, ia masih belum terbiasa di kelas ini. Dino pikir, murid pindahan baru bukan dirinya saja ternyata. Banyak anak yang lainnya. Tapi ada juga murid yang masih menetap di sekolah itu setelah lulus dari SMP.

Tak lama kemudian, akhirnya sang Guru sekaligus wali kelas di kelas Dino datang juga.

“Selamat pagi, anak-anak!” sapa sang guru setelah masuk melewati pintu kelas.

“Pagi, Pak!” semua murid menjawab dengan nada malas.

“Murid-murid, perkenalkan nama bapak Pak Marwanto. Panggil saja Pak Wanto.” Guru itu memperkenalkan diri, tapi semua murid hanya diam saja.

“Nah, untuk hari pertama ini kita belum belajar dulu, yah! Jadi untuk hari ini, bapak ingin kalian semua memperkenalkan diri di depan kelas. Karena bapak juga ingin tahu nama kalian. Nanti satu per satu maju ke depan,” Pak Wanto duduk di kursinya, lalu beliau kembali berbicara. “Ayo! Ada yang mau maju lebih dulu ke depan?”

Lalu setelah pertanyaan Pak Wanto itu, semua murid langsung menunjuk ke arah Dino! Ia sangat terkejut.

 

“Eeeehh! Apa-apaan ini!? Kok aku duluan sih yang di tunjuk!?” batinnya panik.

“Nah! Ayo kamu yang dibelakang, ayo maju!” kata Pak Wanto sambil menunjuk ke arah Dino.

Dino menurut. Ia segera beranjak dari kursi dan berjalan pelan ke depan kelas untuk menghadap para murid di kelasnya. Dan lagi-lagi, murid-murid di sini menatapnya begitu lagi. Ia jadi merasa takut.

Selama di depan, Dino hanya diam sambil menundukkan kepala karena ia tidak mau menatap mata mereka yang selalu dingin saat menatap Dino.

“Ayo, perkenalkan dirimu! Siapa namamu?” tanya Pak Wanto sambil menghadap ke Dino dari tempat duduknya.

Tentu Dino merasa gugup dan takut di depan sini. Hanya diam sejenak, lalu tak lama ia mulai membuka mulut. “Emmm … aku … namaku...” Masih gugup.

Tapi saat ini ia mencoba untuk memberanikan diri. Dino pun melanjutkan perkenalannya tadi. “Namaku Dino. Dino Dirmansyah. Sa–Salam kenal semuanya!” perasaannya jadi tidak enak.

Mengapa setelah ia memperkenalkan diri, semuanya hanya diam dengan tatapan mata mereka yang tajam. Pak Wanto juga diam saja semenjak Dino mulai berbicara di depan kelas.

“….”

“Halo Dinooo!” Seseorang meneriakinya, Dino tersentak kaget.

“YEAYY!!” lalu semuanya bersorak ke arahnya. Sementara Dino hanya bisa tersenyum. Tapi setelah ia tersenyum, beberapa anak perempuannya berteriak histeris.

“KYAAAAAA… CAKEP BANGEEET!!” entah apalah yang ada di pikiran anak perempuan sekarang.

Satu kelas mulai besrisik. Lalu mereka melontarkan beberapa pertanyaan kepada Dino secara berurutan.

Yang anak laki-lakinya pada bertanya, “Hey, Dino! Hobimu apa?”

Lalu, “Dino, Dino… kamu tinggal di mana?”

Dan ada lagi, “Apa yang kau sukai, No?”

Kemudian yang perempuannya pada bertanya, “Dino, Main dengan aku, yuk! Mau tak?”

Lalu, “Dino, kamu udah punya pacar belum?”

Dan lagi, “Dino, kenapa kamu bisa cakep amat siih?!”

Dino jadi bingung dengan pertanyaan mereka. Lalu satu per satu ia menjawab semuanya. Dan pertanyaan terakhir yang dilontarkan padanya itu dari anak laki-laki yang di depannya. Dia bertanya, “Dino, kenapa kamu menutup mata kirimu itu?”

"Eh? Kenapa dia menanyakan hal itu padaku!? Ah! Gawat. Aku harus jawab apa nih!? Mereka semua tidak boleh tau tentang mataku ini!" batin Dino. Di dalam hatinya ia merasa gelisah. Karena tentu saja, dia tidak ingin rahasianya diketahui oleh orang lain yang belum ia kenal.

Semuanya menatap Dino sambil menunggu jawaban darinya.

“Emmm… aku… aku hanya ingin bergaya saja dengan penutup mata ini. A–aku ingin mengikuti gaya si karakter utama yang… yang ada di Anime, hehe….” Dino sengaja berbohong untuk menutupi rahasianya.

“Oh, benarkah? Tapi kenapa gaya bicaramu itu kaku sekali? Apa jangan-jangan kau sedang berbohong?” Salah satu anak mulai mencurigainya.

"Oh tidak! Aku harus bagaimana, nih?!"

Dino kembali melirik ke arah si lelaki di hadapannya dan tertawa kecil. “Tidak, aku berkata jujur, kok.” Aku harus membuat mereka mempercayaiku.

“Lalu, kenapa kau terlihat gugup sekali tadi, kan aneh.” Lelaki yang ada di hadapannya itu masih merasa curiga dengan Dino. Ia harus cari alasan lain sepertinya.

“Emmm … Karena aku malu. Malu Karena di umur yang semakin dewasa ini, aku masih saja menonton kartun Anime. Kuharap kalian tidak mengejekku, hmmm….” Dino menundukkan kepala dan melipat tangannya ke depan.

"Aku harap dengan alasan ini bisa membuat mereka percaya padaku. Tapi kenapa sekarang semuanya malah terdiam?" Dino pikir, semua murid di kelasnya masih belum mempercayai perkataannya. Jadi di dalam hati, ia berusaha keras untuk memikirkan alasan lain agar dirinya dapat dipercaya.

“Ooohhh….” Semuanya mulai membuka mulut kembali. Dino yang sedang berpikir kembali dikejutkan dengan suara bising dari semua murid yang mengerumuninya saat ini.

“Hehe… tenang saja, Dino! Aku sendiri juga masih menyukai Anime sampai sekarang. Sepertinya kita sama yah!” ujar si anak laki-laki yang ada di depannya itu. Kemudian ia merangkul tubuh Dino dan mengajaknya untuk berteman. Dino pun menerimanya dengan senang hati.

Lalu semuanya juga mengakui hobinya masing-masing. Dino sangat senang sekali. Ternyata anak-anak di sini baik-baik dan ramah. Tapi entah kenapa ia masih bingung sama anak perempuan yang duduk paling belakang itu. Dia dari tadi hanya membaca buku sambil terus menatap dirinya dengan aneh.

Karena giliran Dino memperkenalkan diri di depan sudah selesai, Dino pun kembali ke tempat duduknya. Begitu juga dengan murid lainnya yang kembali ke tempat duduk mereka.

Setelah itu dilanjutkan dengan perkenalan murid yang lainnya.

Namun setelah Dino kembali ke tempat duduknya, tiba-tiba saja perasaannya tidak enak, karena perempuan kutu buku itu tepat duduk di samping mejanya. Dia terlihat sedang membaca buku, tapi kalau diperhatikan dari matanya itu dia sedang melirik ke arah Dino.

"Anak aneh." Dino bergumam, lalu menopang dagu dan menatap jendela. Ia tidak akan menatap perempuan yang duduk di sampingnya.

"Aku duduk di sini jadi terasa terganggu karena aku seperti sedang diawasi oleh perempuan itu. Ada apa sih dengan anak itu?!"

*

*

*

To be continued–

IG: @pipit_otosaka8

Eps 2– Siapa Perempuan Itu?

Dino sudah mempunyai banyak kenalan anak baru di sini. Sebagian dari mereka menjadi temannya. Ia sangat senang. Tapi entah kenapa si anak perempuan di sampingnya ini terus saja membaca buku dan tidak bergaul dengan yang lainnya.

Sifatnya sangat dingin. Saat kesempatan dia memperkenalkan diri tadi, anak itu sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya seperti yang lain. Dia hanya berdiri di tempat dan menyebut nama panggilannya saja setelah itu langsung kembali duduk. Entah kenapa dengannya, sangat aneh.

Anak perempuan itu kalau Dino perhatikan, dia memiliki sifat yang pendiam dan dingin. Suka membaca buku. Berambut pendek warna biru muda. Dia menggunakan Bando kuning dengan dua pita kuning yang menjulur ke atas, itu membuatnya semakin cantik.

Tapi yang membuat Dino bingung, adalah gaya model pony rambutnya itu, Pony di bagian kanannya itu sangat panjang hingga menutupi mata kanannya. Dan sebelah kirinya tidak memiliki pony sehingga mata kiri dan dahinya dapat terlihat. Untuk apa dia memanjangkan pony sebelah kanannya? Dino jadi dibuat penasaran.

****

Pukul 11:00, Bel istirahat berbunyi …

Semua anak keluar kelas untuk pergi ke kantin. Saat Dino sedang membereskan barang-barangnya dari meja, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampirinya. Ternyata itu Aldy.

Nama lengkapnya adalah Aldy Dimasta Pratama. Dia teman kenalan baru untuk Dino di kelas ini.

Dia cowok paling terpopuler di kelas, apalagi di kalangan anak perempuan. Bagaimana tidak?

Aldy memiliki wajah yang tampan, tinggi, jago berolahraga, baik hati, dan juga memiliki sifat yang dingin. Berambut hitam dan mata yang berwarna hijau gelap. Mustahil dengan ciri-ciri seperti itu dia tidak disukai banyak orang. Apalagi dikalangan para anak perempuan.

“No, ayo kita pergi ke kantin! Keburu masuk lagi, nih.” Ajak Aldy kepada Dino.

”Iya, ayo!” Dino menerima ajakannya sambil tersenyum.

Kemudian setelah selesai membereskan mejanya, ia beranjak dari kursi dan langsung pergi ke luar kelas bersama Aldy. Sekarang di kelas itu hanya ada si Perempuan misterius itu sendirian. Dia sedang membaca buku lagi.

Tidak lama kemudian, dia menutup bukunya. Dia beranjak dari tempatnya lalu keluar dari kelas sendirian. Entah dia mau ke mana….

****

Saat di kantin–

“Haaah… Aldy! Ternyata makanan di kantin ini enak juga, yah. Tidak salah pilih sekolah aku hanya karena enaknya makanan kantin, hehe…” Kata Dino sambil bersandar di kursi yang ku duduki dan mengelus perutnya.

“Yah… begitulah. Makanan di kantin ini sungguh sangat enak!” kata Aldy sambil menyesap minumannya. “Oh ya, makanan apa yang kau sukai di sini, No?”

“Aku paling suka dengan Udang Goreng Tepungnya, hehe… Lalu, Nasi Goreng dan Baksonya juga lumayan enak. Enaknya Nasi Goreng di sini sama seperti bikinan Ibunya Zikri.”

Dari semua makanan di kantin, ternyata yang paling Dino sukai itu adalah Udang Gorengnya. Dia memang sangat menyukai makanan laut yang digoreng. Apalagi udang.

“Ooh… hmm… siapa Zikri?” Aldy kembali bertanya.

“Ah, Zikri itu temanku. Dia… oh iya!” Tiba-tiba Dino mengingat sesuatu. Iya itu! Ia lupa memakan bekal buatan Ibu Zikri!

"Aku harus kembali ke kelas untuk menghabiskan bekalku."

“Eh, Dino? Kok tiba-tiba berhenti? Kenapa?” tanya Aldy bingung.

“Eh, maaf yah, Dy! Aku harus kembali ke kelas dulu! Ada barang yang tertinggal.” Dino beranjak dari tempat duduknya dan langsung lari meninggalkan Aldy sendiri.

“Ada barang yang tertinggal di kelas? Lah, apa itu?!” pikir Aldy bingung. Ia masih meminum minumannya sampai habis.

****

“Ya ampun! Aku lupa menghabiskan bekal yang sudah disiapkan Ibunya Zikri. Bagaimanapun juga, aku harus menghabisinya sebelum pulang sekolah!”

Dino terus berlari sampai akhirnya ia kembali ke kelas. Saat di kelas, Dino berjalan mendekati mejanya dan segera membuka tas untuk mengambil bekal yang ada di dalamnya.

“Hah… aku harus menghabiskan makanan ini. Aku ingin membawanya ke kantin dan membaginya untuk Aldy. Siapa tau dia mau, hehe.…”

Dino meninggalkan tasnya lalu berbalik badan. Tapi sebelum ia beranjak pergi, Dino sempat melirik ke arah tempatnya si perempuan misterius itu yang berada di sampingnta dan melihat ada beberapa buku di mejanya.

Mungkin itu buku bekas dia baca tadi. Bukunya tidak memiliki Cover dan judul bukunya, itu membuat Dino semakin penasaran. Lalu karena penasaran ia akan mencoba ingin mengintip sedikit isi buku itu. Tapi baru saja Dino membuka lembaran bukunya sedikit, tiba-tiba….

“HEI!!” Ada yang menegurnya. Dino sangat terkejut. Eh?! Ternyata pemilik buku ini datang!

Gawatt!!

“Apa yang kau lakukan?!” Perempuan itu berjalan cepat menghampirinya.

“Eh?! Emmm… tidak! Tidak! A–aku hanya…” Secara perlahan, Dino mundur menjauh dari meja dan seorang perempuan dengan tatapan tajam mengarah padanya.

“Jangan berani-beraninya kamu membuka isi buku itu!” bentak perempuan itu dan langsung merebut bukunya, lalu beranjak pergi menjauh dari Dino.

Dini merasa bingung dengan perempuan tadi. Ia ingin bicara sebentar dengannya, tapi sayang dia sudah pergi dengan buku itu.

 

Kalau begitu Dini harus mengejarnya. Tapi… ternyata ia lupa namanya, bagaimana mau memanggilnya nanti. Yang ia ingat itu, namanya diawali dengan huruf “C”.

"Ah! Mungkin lain kali saja aku bicara dengannya. Oh ya, sebentar lagi bel masuk, aku harus segera menghabiskan bekal ini!"

****

Selama jam pelajaran ke tiga, kami tidak belajar apapun. Gurunya juga tidak ada. Jadi selama di kelas hanya ada jam kosong yang membosankan. Tapi perasaan bosan ini tidak berpengaruh pada perempuan di samping Dino itu? Daritadi dia hanya asik membaca buku terus!

“Hadeuh…” Dino mengeluh sambil menidurkan kepalanya di atas meja. Ternyata enak juga dengan posisinya yang saat ini. Menidurkan kepala di atas meja, jadi membuatnya mengantuk.

Lalu tanpa sadar, secara perlahan matanya mulai menutup. Tapi baru saja Dino menutup mata, tiba-tiba si perempuan itu menegurnya!

“Hey, kamu! Anak laki-laki bermata satu yang sedang tidur-tiduran di meja dengan malasnya, ayo bangun!”

Dino pun membuka matanya dan terkejut. Kemudian ia langsung membenarkan posisi duduknya dengan benar. “A–ada apa?!”

 

Perempuan itu mendekatkan wajahnya pada Dino, lalu berbisik, “Pulang sekolah ini, semoga kau ada waktu! Temui aku di atap sekolah saat pulang sekolah nanti! Ingat, jangan pulang dulu, oke!”

Setelah itu dia kembali ke posisi semula dan kembali membaca bukunya itu. Setelah bisikannya tadi, Dino hanya bisa diam dan bingung.

“Apa ini!? Aku harus menemuinya di atap sekolah ini setelah pulang sekolah? Dia mau apa yah… ini aneh!” Pikiran Dino semakin dibuat bingung saja oleh perempuan itu. Tapi apa boleh buat?

"Aku coba turuti saja dulu permintaanya. Siapa tau saja dia ingin membicarakan sesuatu yang penting"

****

Kriiiing … Kriiiiing … Krriiiing ….

Bel sekolah sudah berbunyi sebanyak 3x, itu tanda waktu pulang sekolah. Semua anak bergegas keluar kelas untuk pulang menuju rumahnya masing-masing.

Tapi tidak dengan Dino, yang masih saja duduk di tempat. Perempuan itu sudah keluar, mungkin dia langsung ke atap sekolah. Dino juga harus ada di sana! Tapi sebelum ia pergi ke atap, ia ingin ke Toilet dulu!

****

Di dalam toilet pria, Dino hanya ingin bercermin sebentar sambil membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakkan.

Kemudian ia melirik ke sisi lain dari cermin itu dan secara tidak sengaja Dino melihat ada anak perempuan berambut panjang yang berdiri dibelakangnya. Dino pun terkejut, lalu berpikir sejenak.

“Ini di dalam Toilet laki-laki, tapi kenapa ada anak perempuan di sini!? Kan seharusnya tidak diperbolehkan!”

Lalu Dino berbalik badan untuk menegur anak itu. Tapi saat ia melihat ke belakang… anak perempuan berambut panjang tadi sudah tidak ada!

Dino semakin bingung. Tadi ia yakin melihat ada anak perempuan berambut warna putih panjang, memakai baju pendek polos berwarna putih dan rok pendek se-dengkul warna putih. Kalau wajahnya tidak terlalu kelihatan, karena dia sedang menundukkan kepalanya. Ke mana perginya perempuan itu?

Dino mungkin salah lihat. Ia akan melupakan perempuan itu, lalu lanjut merapihkan rambutnya di cermin. Setelah semuanya rapih, ia langsung bergegas pergi ke atap sekolah untuk menemui perempuan kutu buku itu.

****

Dino akhirnya sampai di atap sekolah. Ternyata perempuan itu sudah menunggu di sana. Dia lagi-lagi dia sedang membaca bukunya sambil bersandar di pagar pembatas. Dino berjalan mendekatinya.

“Maaf membuatmu menunggu. Tadi aku habis dari–”

“Aku tidak punya banyak waktu. Ayo duduk!” selanya sambil menutup buku yang dia baca tadi.

Dino duduk di kursi panjang yang ada di samping perempuan itu berdiri. Ia duduk di pas pertengahan kursinya. Sementara Perempuan itu duduk di pinggir kanan kursi.

“Nah, sekarang… ada yang mau kau bicarakan padaku?” Dino bertanya. Tapi perempuan itu hanya diam sambil membaca bukunya. Lalu tidak lama kemudian, dia mulai membuka mulutnya dan berbicara.

“Dino?”

“I–iya?” Dino menyahut pelan. “Ada apa?”

“Apapun yang terjadi padamu, tolong jangan beritahu pada orang lain tentang matamu. Ingat itu!”

Dino terkejut mendengar perkataannya itu. “Ba–bagaimana kau bisa tahu tentang mataku?!”

Perempuan itu menghembuskan nafas panjang, lalu berdiri dari tempat duduknya.

“Aku bisa tau dari sikapmu, Dino!” ujarnya sambil menutup bukunya. Dia berjalan menghadap Dino di depannya. “Hmmm… ‘Death Eye’ Itu nama matamu, kan?” tanya perempuan itu. Dini hanya bisa mengangguk. Ternyata orang ini juga tau tentang matanya!

“Death Eye berarti ‘Mata Kematian’. Jadi, bagi siapa saja yang menatap Death Eye selama lebih dari 30 detik, maka orang itu akan meninggal atau bisa saja mendapat nasib sial yang berakhir pada kematian. Membunuh orang dengan Death Eye itu memang mudah. Tapi ada efek samping dari penggunaan matamu itu, yaitu dengan keluarnya banyak darah dari matamu dan terkadang bisa saja energimu cepat terkuras. Kau pasti mendapatkan mata itu sejak kau lahir. Benar, kan?” terangnya dan kembali bertanya.

"Aku tidak percaya ini! Kenapa dia bisa tau banyak tentang Death Eye-ku!?"

Dino hanya bisa mengangguk. Lalu mereka berdua kembali diam. Ia tidak tau mau bilang apalagi padanya. Pikirannya menjadi kosong karena mendengar kata-kata perempuan yang ada di depannya ini. Tak lama kemudian perempuan itu melirik ke arah jam tangannya.

 

“Sudah mulai sore, sebaiknya aku cepat pulang,” Gumamnya. “Baiklah. Sampai sini dulu pembicaraan kita. Kita lanjut nanti saja! Sekarang sudah mulai petang, aku harus pulang!” katanya sambil beranjak pergi meninggalkan Dino sendirian yang masih duduk di kursi.

Setelah perempuan tadi pergi meninggalkannya, ia bergumam, "Hanya itu saja yang ingin dia katakana padaku? Hmm… Sepertinya aku ingin bertanya satu hal padanya tadi, tapi apa yah Oh iya!"

Dino beranjak dari kursi yang ia duduki dan langsung berlari ke perempuan tersebut. Sebelum dia pergi menuruni tangga, Dino sempat memanggilnya, “Hey, kamu! Tunggu sebentar!”

Lalu perempuan itu berbalik badan dan menghadap ke arahnya. “Ada apa?”

“Si–siapa namamu?” tanya Dino gugup

“Chelsea. Chelsea Wilona, itu namaku! Jangan sampai lupa, yah!” Dia tersenyum dan langsung pergi meninggalkannya lagi. Jadi namanya Chelsea.

“Dia tersenyum padaku? Manis sekali…” Seketika pipinya terasa memanas. Lalu tak lama ia menggeleng cepat dan menepuk kedua pipinya. "Ah! Apa yang aku pikirkan!?"

Hari sudah mulai gelap, sebaiknya Dino juga pulang sekarang. Sekolah sudah sepi, tidak ada siapapun di sana. Kecuali hanya Pak Satpam saja yang ada di depan gerbang untuk berjaga malam di lingkungan Sekolah.

 

Dino berangkat dan pulang dengan jalan kaki. Ini baru satu hari pertama masuk sekolah, tapi rasanya sangat melelahkan.

****

Perasaannya tidak enak dari tadi di sepanjang jalan pulang. Rasanya seperti ada yang mengikutinya dari belakang. Tapi di jalan ini tidak ada siapapun selain dirinya.

Tapi untung rumahnya mulai dekat dari sini. Dino berjalan cepat hingga akhirnya sampai juga di rumah dengan selamat. Ia langsung membuka pintu rumah dan secepatnya masuk ke dalam.

Di dalam rasanya sunyi sekali. Dari kecil ia sudah terbiasa mandiri dan hidup sendirian di rumah besar ini. Entah siapa yang memberikan rumah ini padanya. Dino sudah berusaha untuk mengingat masa lalunya, tapi tidak berhasil.

Yang ia ingat hanya perkataan dari para tetangganya. Ia sempat dengar dari perkataan orang lain, dulu Orangtuanya sudah meninggal dunia sejak dirinya masih bayi karena terkena serangan jantung mendadak.

Dulu saat masih bayi katanya lagi, Dino di urus oleh keluarga orang kaya sampai ia berumur 5 tahun lalu dipindahkan ke rumah ini oleh keluarga mereka.

Dino dibuang dari keluarga mereka karena dianggap sebagai anak pembawa sial hanya karena memiliki Death Eye. Selama ini Ia hidup sendiri. Mereka memberikan rumah ini untuk Dino tinggali. Hanya rumah ini lah tempat aku bertahan hidup sampai sekarang.

Sampai sekarang juga, ia masih lupa dengan keluarga orang kaya yang merawatnya itu. Dino ingin mencari keluarganya untuk mengucapkan “Terima kasih” pada mereka yang sudah mengadopsi Dino dari bayi.

Dino yang sedang melamun pun tersentak. Ia menggeleng pelan. "Ah! Kenapa aku hanya melamun saja di sini dari tadi? Aku ingin membersihkan diri lalu setelah itu aku ingin pergi membeli makanan di luar untuk makan malam hari ini."

*

*

*

To be Continued–

IG: @pipit_otosaka8

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!