NovelToon NovelToon

Pendekar Bangau Emas

Puncak Gunung Huang.

Di sebuah desa terpencil yang terdapat di pegunungan Huang terlihat butiran salju yang menghujani lereng- lereng pegunungan Huang dari puncak hingga ke kaki - kaki gunung. Di desa ini terdapat kanal-kanal yang telah membeku sehingga tanah diatas airnya dapat di injak oleh hewan- hewan yang tinggal di sana. Tak hanya kanal-kanal, juga pepohonan dan dedaunan pun turut beku namun hanya ada satu pohon yang rantingnya ada sekuntum bunga plum warna merah muda berjuntai di ujung salah satu ranting paling tinggi di pohon tersebut.

Di bawah pohon tersebut ada seorang anak laki-laki berusia kurang lebih sepuluh tahun, berwajah tampan, kulit putih, rambut hitam dan lebar, sepasang matanya itu lebar dan indah memancarkan ketajaman dan juga kecerdasannya. Ia adalah Tang Xiao Tian murid utama dari tiga orang kakek tua yang dikenal sebagai tiga Iblis Pegunungan Huang.

Ketiga kakek tua itu bernama Lao Guang atau lebih dikenal dengan julukan Iblis pencabut nyawa, Kakek kedua bernama Lao Dai yang dikenal sebagai Iblis tua muka serigala dan yang ketiga bernama Lao Khang yang dikenal sebagai Iblis pemetik bunga.

Selain ketiga kakek tua itu juga ada seorang anak kecil perempuan berusia kurang lebih delapan tahun yang bernama Ching Erl yang merupakan satu-satunya cucu perempuan yang dimiliki oleh ketiga kakek tua itu sejak kedatangan Xiao Tian disana.

Dan, dipagi hari itu dimana salju begitu deras namun tak pernah menyurutkan semangat Xiao Tian untuk berlatih ilmu silat dan berbagai macam ilmu kesaktian yang ia pelajari dari ketiga kakek tua itu semenjak ia berusia satu tahun. Selain, mendapatkan pelatihan fisik yang amat keras. Ia juga mendapatkan pelatihan mental yang sangat kuat sehingga pada usia lima tahun. Xiao Tian berhasil mengalahkan seorang panda raksasa warna coklat yang kini menjadi sahabat dekatnya. Ia memberi nama Qizai.

"Qizai, apakah kau sudah berhasil mendapatkan ikan di sungai beku di bagian utara puncak gunung Huang?" tanya Xiao Tian saat Ia melihat panda kesayangannya itu meloncat- loncat mendekatinya.

Qizai mengangkat salah satu tangannya yang besar dan memperlihatkan seekor ikan besar kepada Xiao Tian. Hal ini membuat hati Xiao Tian riang gembira.Anak kecil ini segera mengambil ikan besar dari tangan Qizai.

"Horeee...Asyik ikan besar...!" seru anak kecil itu tertawa gembira.

Lalu Ia berlari kencang ke arah pemukiman satu-satunya disana.Ia menaruh ikan besar di tanah depan kuali dan kayu bakar yang sudah di susun rapi oleh Ching Erl yang selalu sigap ketika melihatnya membawa makanan dari sungai.

"Hari ini aku cuma mendapatkan satu ekor ikan besar. Apa kau bisa mengolahnya menjadi sebuah makanan yang cukup kita makan bersama ketiga guru kita?" Anak kecil itu menghampiri saudari seperguruannya.

"Iya, aku akan mencobanya".Ching Erl mengambil ikan besar lalu membawanya ke dapur.

Xiao Tian berjalan ke arah belakang rumah untuk ambil beberapa ember yang berisi pakaian kotor yang sudah siap untuk dicuci di bagian paling belakang rumah. Di sana ada sumur tua yang meskipun semua tempat di sekitarnya membeku dan bersalju tetapi air di dalamnya sama sekali tidak beku.

Qizai membantunya untuk menimba air dari sumur. Lalu, Ia mencuci pakaian dengan alat tradisional desanya.Ia melakukan pekerjaan tersebut selama satu jam. Usai, Ia mencuci pakaian dan menjemur pakaian sesuai yang t'lah dipelajarinya dari kecil. Ia bergegas menuju ke aula utama untuk menemui ketiga gurunya.

Ketiga gurunya ternyata masih belum berkumpul.Ia pun menyibukkan diri untuk memberikan dan merapikan tiap ruangan di aula utama lalu menunggu Ching Erl datang membawakan sepanci penuh sup ikan dari dapur.

" Wahh.. Wangi sekali.. "Ia mengendus aroma masakan yang dibawa oleh saudari seperguruannya.

" Hei, bantu aku untuk menaruh panci ini di meja makan, karena aku harus mengambil beberapa mangkuk dan sendok juga sumpit dari dapur".kata Ching Erl menepis ujung hidung Xiao Tian yang mengendus- endus dekat panci yang masih di kedua tangan Ching Erl.

"Ah, ya.. Maaf.. "

Xiao Tian cepat mengambil dan menaruh panci di atas meja.Ching Erl yang sudah terbebas dari panci sup ikan segera berlari kembali ke dapur.Anak kecil perempuan itu mengambil mangkuk, sendok dan sumpit dari rak di samping meja dapur.

"Qizai, bisakah kau membantuku untuk membersihkan dan merapikan lantai dapur? Jangan khawatir nanti aku akan siapkan rebung lezat untukmu." pinta Ching Erl ke arah Qizai yang berdiri di depan pintu belakang dapur.

Qizai menganggukkan kepalanya untuk menjawab anak kecil perempuan itu lalu panda cerdas ini melakukan apa yang diminta oleh Ching Erl darinya dan menunggu kedatangan rebungnya dengan sabar di dekat bangku di bawah beranda rumah kecil tempat tinggal Ching Erl.

"Kenapa para guru belum bangun?" tanya Ching Erl yang menoleh ke arah rumah besar milik ketiga guru mereka dari aula utama kepada Xiao Tian.

"Beliau bertiga masih sibuk bersamadhi untuk melatih ilmu baru mereka".jawab Xiao Tian yang memahami cara latihan unik para gurunya semenjak ia masih kecil.

" Huum.. Jika mereka lama selesai latihannya? Makanan ini akan cepat dingin dan tak enak di hidup kuahnya?" Ching Erl memperhatikan panci sup ikan yang awalnya masih mengeluarkan uap panas kini mulai tak ada uap panasnya lagi.

"Jangan khawatir.. " Xiao Tian menenangkannya dengan cara menaruh telapak tangan di bawah meja makan dan tepatnya di bawah panci sup ikan lalu sup ikan kembali menjadi panas lagi.

"Kau semakin pintar menggunakan ilmu telapak tangan panas.." puji guru kedua yang tahu - tahu sudah duduk di kursi bulat kayu di dekat kedua anak kecil itu.

"Dia memang anak yang pintar.. " suara serak yang di ketahui oleh mereka adalah suara guru ketiga yang telah berdiri di depan pintu aula utama. Guru itu seperti biasa selalu memegangi bunga mawar merah di tangan kanan dan di endus- endus sebagai penghias pribadi kakek tua itu.

"Siapa dulu dia itu? " suara membangga-banggakan dari guru besar mereka yang telah menghampiri mereka dan menaruh buku lapuk di dekat mangkuk khusus untuknya dan menarik kursi bulat kayu lalu duduk.

"Guru besar, buku apakah ini?" tanya Xiao Tian dari kursi bulat kayu dekat guru ketiga yang telah sibuk makan sup ikan yang disiapkan oleh Ching Erl untuk mereka.

"Buku ilmu pedang api dan es tingkat tinggi yang telah lama ingin ku berikan padamu sebelum usiamu sebelas tahun".jawab Guru besar Lao Guang menunjukkan buku tersebut kepada Xiao Tian dengan sikap serius sekali.

Xiao Tian menerimanya lalu membuka- buka buku yang ternyata di dalamnya tak ada tulisan sama sekali. Anak kecil itu pun mengangkat alisnya.Dan, gurunya itu telah mengambil kembali buku itu dari anak kecil itu.

Bersambung.

Gua rahasia di puncak gunung Huang Barat

Xiao Tian tetap memikirkan buku lapuk yang disimpan kembali oleh guru besarnya yang pertama karena Ia menilai buku tersebut sama sekali tidak ada tulisannya sama sekali, tetapi guru keduanya membisikkan suatu hal yang sangat rahasia kepadanya pada saat mereka makan bersama-sama di aula utama pada siang hari tadi.

"Kau jangan menilai sesuatu tanpa kau meneliti sesuatu itu dengan baik".bisik guru keduanya sambil mengambil dan menikmati sup ikan di mangkuk khusus untuk guru keduanya itu.

Dan, saat ini adalah waktu menjelang sore hari. Dimana Xiao Tian memiliki tugas untuk berlatih ilmu pedang daun bambu yang di pelajari olehnya dari melihat cara Qizai mengunyah makanan terlezat bagi hewan panda kesayangannya itu.

Anak kecil ini menggunakan toya atau tongkat terbuat dari bambu yang di gerakan seperti gerakan memukul maju dan mundur serta memutar bambu di kedua kaki dan tangannya lalu bambu menerjang lantai tanah yang di injak sepasang sepatu kulit harimau miliknya.

Disisi lain, Ching Erl berlatih ilmu seruling bambu yang anak perempuan kecil ini pelajari dari guru ketiga dari anak itu berusia empat tahun. Gerakan seruling bambu begitu halus dan lincah di tangan mungil anak kecil itu.

Perpaduan antara toya dan seruling sungguh luar biasa menciptakan sesuatu gerakan yang disertai suara musik yang sangat merdu namun mematikan bagi siapapun yang ilmunya masih rendah.

Qizai asyik mengunyah bambu, rebung lezat dan kue rasa jagung atau wowotuo karya Ching Erl untuk khusus untuk panda jantan yang lincah dan cerdik itu. Panda ini memiliki sinar mata yang tajam namun lembut dan baik hati yang hanya ditujukan untuk Xiao Tian dan Ching Erl saja.

Sesudah mereka berlatih selama kurang lebih lima jam yang berarti mereka sudah harus bersiap untuk bersih- bersih dan rapikan diri mereka sebelum mereka istirahat untuk tengah malam hari. Seharusnya, Xiao Tian pergi mandi setelah Ching Erl menggunakan kamar mandi di bagian samping rumah khusus mereka berdua tinggal di pedesaan tersebut.

Anak itu duduk seorang diri menatap rembulan di langit yang tertutup awan malam namun tetap memancarkan sinarnya untuk menjadi penerangan bagi penglihatan Xiao Tian ke arah gua yang terdapat di sisi selatan dari puncak gunung Huang.

"Gua itu adalah gua terlarang untuk kami".batin Xiao Tian.

Namun, Ia merasa penasaran dengan gua tersebut maka Ia bergerak cepat mendatangi gua yang telah lama ingin di kunjungi olehnya. Gua itu tertutup alang- alang dan formasi hutan bunga plum warna putih dan merah muda yang dapat menyesatkan bagi yang tidak mengenal daerah tersebut.

" Tetapi, aku mengenal daerah ini dengan baik sekali dan sekarang aku ingin mencari tahu untuk masuk ke dalam gua itu".kata Xiao Tian memperhatikan logam unsur elemen delapan mata angin keberuntungan yang terdapat di tengah-tengah pintu gua tersebut adalah teka-teki yang harus di pecahkan oleh Xiao Tian jika Ia ingin membuka pintu masuk ke gua itu.

Xiao Tian menoleh ke kanan dan kiri untuk memeriksa seluruh daerah tersebut yang ternyata di bagian kanan terdapat tungku dupa yang di letakan di bawah sumur tak terpakai atau sumur tua. Anak itu meneliti tungku dupa dengan seksama.

"Bagaimana kalau aku mengangkatnya?" pikir anak kecil itu yang langsung mencoba untuk mengangkat tungku dupa namun tungku dupa itu seakan-akan menempel di lantai dan tak bisa di angkat olehnya.

"Aiyaa.. " desis Xiao Tian.

Xiao Tian memikirkan cara lain yaitu memutar tungku dupa sesuai unsur elemen delapan mata angin yang sudah dipelajarinya dari guru besar pertamanya secara tidak langsung yaitu pada saat guru besar pertamanya bicara dengan seseorang di masa kecilnya.

"Saat itu aku bersembunyi di dalam tungku beras di gudang ketika Guru besar Lao Guang bicara dengan tamunya".pikir Xiao Tian.

Dan, caranya itu berhasil membuka pintu masuk ke gua. Ia bersorak dalam hatinya, lalu berjalan masuk ke gua yang langsung tertutup di belakangnya. Ia tak melihat apa-apa karena dalam gua itu sangat gelap sekali.

" Siapa disana?"terdengar suara halus dari arah yang paling terdalam dari gua.

Xiao Tian menahan napas dan tak bergerak sedikitpun untuk Ia tidak dapat masalah namun ia merasakan satu gerakan angin pukulan yang datang dari arah paling terdalam gua ke arah dirinya dan otomatis kakinya pun bergerak ke samping sehingga Ia berhasil terhindar dari pukulan yang di lakukan oleh seorang gadis kecil usia enam tahun berpakaian putih dan memiliki sinar mata yang sangat tajam namun indah sekali.

'Wuutt!! Plakk!!'

Gadis kecil itu menyerang Xiao Tian kembali dengan satu pukulan tangan lainnya namun Xiao Tian kali ini tak menghindar tetapi menyambut pukulan anak kecil itu dengan pukulan telapak tangan api sehingga anak kecil itu terjengkang jatuh ke lantai marmer di belakang anak kecil itu.

'Bruukk'

"Aduhh.. Kurang ajar sekali kau..!" maki gadis kecil itu yang merangkak bangun sambil mengelus- elus bokong kecilnya dan melihat telapak tangannya memerah di kulitnya.

"Siapa suruh kau menyerangku secara diam-diam?" Xiao Tian membalasnya dengan dingin.

"Ih.. Kau yang tak sopan masuk ke gua bunga plum-ku tanpa izin dariku".kata gadis kecil itu mendelik marah kepada Xiao Tian yang mengacuhkan anak kecil itu dan berjalan ke bagian paling terdalam dari gua.

Ia menemukan beberapa obor yang menyala dan di gantung di dinding- dinding gua yang dapat menerangi seluruh gua tersebut. Ia melihat adanya tiga lukisan tak dikenal ada disana.

" Siapakah mereka bertiga yang ada di lukisan-lukisan itu?"tanya Xiao Tian sambil melihat- lihat ukiran unik di salah satu dinding- dinding gua. Ia semakin penasaran.

"Mereka adalah para penghuni pulau Giok Abadi di utara dan mereka adalah tiga orang paling sakti di seluruh dunia persilatan".jawab anak kecil ini dengan bangga.

"Uhhh mereka tidak ada apa-apa dibandingkan dengan ketiga guruku yang menjadi penghuni puncak Gunung Huang ini".kata Xiao Tian yang tidak suka ada orang lain yang lebih dibanggakan dari ketiga gurunya.

" Huh ketiga gurumu siapa yang membuatmu berani untuk merendahkan para penghuni pulau Giok abadi di utara?" Anak kecil itu melotot marah kepada Xiao Tian yang bersikap tak sopan terhadap ketiga orang yang di lukisan-lukisan tersebut.

"Jika aku beritahukan kepadamu tentang siapa ketiga orang guruku, aku yakin kau akan memanggilku kakak tampan di mulai hari ini dan memberitahukan siapa namamu dan kenapa kau bisa tinggal di gua ini." Xiao Tian sibuk meneliti ukiran pada salah satu dinding- dinding gua dan mencatatnya di dalam hati dan ingatan tajamnya.

Bersambung!!

Teman Rahasia.

Xiao Tian memperhatikan tiap ruas, pola, garis, gambar ukiran- ukiran pada dinding-dinding gua rahasia yang di datanginya pada malam hari tanggal 15 bulan dua di awal musim semi di usianya baru 10 tahun. Anak kecil itu merasa bahwa salah satu ukiran adalah lambang di sebuah logam atau batu.

"Hei.. Hei..Kenapa kau mengacuhkan aku?" Gadis kecil itu begitu geram terhadap sikap Xiao Tian.Namun, Ia tak memaksa untuk anak laki-laki aneh ini untuk menjawab atau membalas perkataannya."Aku harus segera pergi dari tempat ini sebelum Bibi Guru datang".Anak kecil ini diam-diam mencoba untuk menyelinap keluar dari gua.

Tetapi,sebuah kilatan hitam melesat dan menghalangi gadis kecil itu.Dan, terlihatlah Xiao Tian berdiri di depan pintu gua dengan membentangkan kedua tangan di kedua sisi gua. "Hai, sebelum memberitahukan aku siapa namamu? Aku tidak akan pernah mengizinkan kau keluar dari gua ini".

Sinar mata Xiao Tian yang tajam membuat anak kecil itu berkali-kali mengedipkan matanya karena silau oleh sesuatu yang tak bisa diungkapkan oleh gadis kecil yang kini Xiao Tian perhatikan terlihat sangat cantik dan memiliki kecantikan yang berbeda dengan kecantikan yang dimiliki Ching Erl dan gadis- gadis dusun di bawah pegunungan Huang.

"Aku Zhao Li Erl".Gadis kecil menepis salah satu lengan Xiao Tian lalu melesat keluar dari gua dengan sangat cepat dan meninggalkan aroma wangi yang aneh bagi Xiao Tian.

Pintu gua tertutup rapat. Xiao Tian mendengar suara dari salah satu rumah ketiga gurunya, maka Ia segera kembali ke tempatnya semula yaitu di halaman depan rumah khusus untuk dia dan Ching Erl tempati.

" Hmm, anak yang sangat rajin dalam melatih ilmu - ilmu tenaga dalam ku"puji guru ketiganya saat melihat anak kecil itu duduk bersila di tengah-tengah halaman depan dan memejam sepasang matanya lalu menerima cahaya rembulan dan hawa dingin puncak pegunungan Huang di musim semi ke dalam tubuhnya.

Guru ketiganya duduk di kursi kayu goyang dan menaruh cangkir berisi minuman khas khusus di meja kayu di samping kursi kayu goyang lalu bersenandung ringan dan menimbulkan angin musim semi yang meruntuhkan butiran-butiran salju di pohon- pohon bunga plum warna putih dan merah muda di sekitar halaman depan rumah.

Sejumlah besar salju jatuh dan membungkus kepala dan seluruh tubuh Xiao Tian yang terbuka tanpa pakaian." Aku harus bisa menghimpun hawa murni salju di musim semi dan hawa bumi dari puncak Gunung Huang untuk kekebalan tubuhku ".

Hawa panas dari tubuhnya perlahan-lahan menghilang dan tertimbun hawa dingin dari luar tubuhnya namun Ia sama sekali tidak merasakan dingin.Senyuman kecil di wajah tampan anak kecil ini mendatangkan keanehan yang tidak wajar.

" Xiao Tian ini aku pikir sudah waktunya untuk belajar ilmu pedang Iblis pemetik bunga ciptaanku".Lao Khang tersenyum senang saat melihat kemajuan murid laki-laki tunggalnya dalam berlatih semua ilmu silat mereka.Iblis pemetik bunga ini mulutnya sedang mengulum pipa.

"Aroma cendana yang keluar dari cerutu-mu membuatku tak nyaman untuk melanjutkan tidurku".suara Lao Dai si Iblis tua muka serigala menegur adik bungsunya.

"Kakak Dai, bisakah kau tak melemparkan amarahmu itu kepada cerutu-ku yang sama sekali tidak bersalah atas kesalahanmu bicara soal Ketua Sekte Bu Tong Pai yang mengirimkan surat undangan ulang tahunnya yang ke 100 tahun kepada Kakak pertama kita bukan kepadamu yang dahulunya adalah mantan saudara seperguruannya sendiri?" Lao Khang tersenyum tipis.

Lao Dai si Iblis muka tua serigala melemparkan lirikan sinis kepada adiknya."Huh.." tangannya mengibaskan kipas ke belakang sambil berbalik dan membuat pipa di mulut adiknya jatuh ke lantai dalam keadaan patah, lalu kembali masuk ke dalam rumah.

"Hmm, pipa -ku yang malang".Lao Khang membungkuk dan mengambil pipa- nya. Kakek tua itu berkelebat ke arah barat dan menghilang di tengah malam dengan satu kali gerakan yang nyaris tak terlihat kakek tua itu bergerak untuk berdiri dan meninggalkan kursi kayu goyang favoritnya.

Qizai terbangun dari tidurnya, panda ini menggeliat di tanah bersalju di depan pintu rumah khusus untuk Xiao Tian dan Ching Erl, lalu berlarian mendekati Xiao Tian di tengah-tengah halaman depan.Panda ini langsung saja duduk bersila di dekat Xiao Tian.

"Qizai, kau sungguh teman yang baik".batin Xiao Tian.

Di rumah khusus untuk ketiga kakek tua itu, Lao Guang si Iblis pencabut nyawa terlihat memegang sepucuk surat di tangan kiri dan mengelus- elus dagunya dengan tangan kanan." Aku harus pergi ke Sekte Bu Tong Pai di pertengahan musim semi agar aku bisa tiba di acara perayaan ulang tahun si kakek tua sombong itu tepat waktu".

Tatapan mata kakek tua ber rambut panjang dan ikal itu mengarah keluar jendela kamarnya dan memperhatikan murid laki-laki nya ditemani oleh panda warna coklat di halaman depan.Lalu, Ia melemparkan sepucuk surat di tangannya ke meja dan mengambil buku lapuk yang di tolak muridnya mentah- mentah.

"Bocah itu tidak tahu kalau buku lapuk ini adalah buku ilmu silat terhebat di dunia persilatan yang dicari- cari oleh para pendekar di seluruh dunia persilatan".batin Lao Guang.Kakek tua ini membuka- buka buku lapuk di tangannya dan mencari tahu cara untuk buku dapat terlihat tulisannya dan Ia bisa membacanya.

" Percuma kita memiliki buku lapuk itu".Lao Dai masuk ke kamarnya.

"Aku tak peduli sama sekali karena aku akan tetap cari tahu untuk buku lapuk ini bisa ku baca dan pelajari".Lao Guang melotot kepada Lao Dai.

" Buku lapuk itu tak ada tulisannya dan yang pasti gadis sialan itu telah menipu kita semua dengan mengatakan bahwa buku lapuk itu adalah buku ilmu silat sepasang Dewa dan Iblis dunia persilatan dari negeri barat yang Ia dapatkan dari si pencuri sakti Lu Sheng dari Biksu tua di gunung Hua sebelum Biksu tua itu meninggal dunia usai menghadapi budak kecil dari Iblis dunia persilatan".Lao Dai berusaha untuk sabar dalam bicara dengan Kakak tertuanya itu.

"Kau tak perlu membujuk aku dengan omong kosong mu itu".Lao Guang menggeretakkan giginya karena geram tetapi Ia berbalik untuk menghadap ke jendela.

Anak laki-laki di luar sana telah membuka matanya usai merasakan cahaya matahari pagi menyinari wajah dan tubuh anak itu.Xiao Tian sudah memakai kembali baju kesayangannya dan mengajak Qizai ke hutan.

" Kita harus bisa memburu serigala berbulu emas yang waktu itu kita lihat dari arah utara hutan sungai gunung Huang".suara Xiao Tian begitu bersemangat sekali dan diikuti oleh suara Qizai yang ramai di belakang anak itu.

Gerakan lari anak kecil itu begitu cepat laksana seekor kijang yang lincah dan menghilang dari pandangan mata kedua kakek tua di salah satu dari tiga rumah di dusun tersebut.

Bersambung!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!